• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abhidhammatthasaṅgaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abhidhammatthasaṅgaha"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Abhidhammatthasa

gaha

R

ū

p

ā

vacaracitta

Dhammavih

ā

r

ī

Buddhist Studies

(2)

Sa

gaha:

Vitakka,vic

ā

ra,p

ī

ti,sukh,ekaggat

ā

,sahita

pa

hama,jjh

ā

na,kusala,citta

,

vic

ā

ra,p

ī

ti,sukh,ekaggat

ā

,sahita

dutiya,jjh

ā

na,kusala,citta

,

p

ī

ti,sukh,ekaggat

ā

,sahita

tatiya,jjh

ā

na,kusala,citta

,

sukh,ekaggat

ā

,sahita

catuttha,jjh

ā

na,kusala,citta

,

upekkh,ekaggat

ā

,sahita

pañcama,jjh

ā

na,kusala,cittañ,ceti

im

ā

ni pañca,pi r

ū

p

ā

vacara,kusala,citt

ā

ni n

ā

ma.

1. Kesadaran-baik

jh

ā

na

pertama disertai dengan

penerapan-awal, penerapan-terus-menerus, kegembiraan, kebahagiaan

dan kemanunggalan.

(3)

2. Kesadaran-baik

jh

ā

na

kedua disertai dengan

penerapan-terus-menerus, kegembiraan, kebahagiaan dan

kemanunggalan.

3. Kesadaran-baik

jh

ā

na

ketiga disertai dengan

kegembiraan, kebahagiaan dan kemanunggalan.

4. Kesadaran-baik

jh

ā

na

keempat disertai dengan

kebahagiaan dan kemanunggalan.

5. Kesadaran-baik

jh

ā

na

kelima disertai dengan

ketenangan dan kemanunggalan.

(4)

Ṭī

k

ā

:

Pembagian lima

jh

ā

na

berdasar faktor-faktor

jh

ā

na

(

jh

ā

na

ga

).

Penerapan-awal (

vitakka

) adalah ‘memikirkan secara

mendalam, menempatkan

dhamma-dhamma

yang

muncul bersamanya ke objek’ (

ā

ramma

a

vitakketi

sampayuttadhamme abhiniropet

ī

ti vitakko

)

Karakteristiknya adalah menempatkan

dhamma-dhamma

yang bersamanya ke objek (

sahaj

ā

t

ā

na

ā

ramma

ṇā

bhiniropanalakkha

o

).

(5)

Seperti halnya seseorang yang hidup di desa yang

mendapatkan akses ke kerajaan melalui / sangat tergantung

kepada orang dekat raja atau teman dari saudaranya,

demikianlah halnya dengan

citta

yang sangat tergantung

kepada

vitakka

untuk bisa bertemu dengan objeknya.

Bagaimana

citta

yang muncul tanpa

vitakka

(dalam hal ini

jh

ā

na

kedua dan yg lebih atas) bertemu dengan objeknya?

Seperti halnya seseorang tanpa ragu memasuki istana

raja karena keakraban, demikianlah dikarenakan oleh

keakraban,

avitakkacitta

menemui objeknya tanpa

(6)

Yang dimaksud dengan ‘keakaraban (

paricaya

)’ disini

adalah pengembangan atau pengolahan batin yang lahir

melalui kemunculan yang terus menerus di dalam

kesinambungan arus

citta-

dengan-

vitakka

(

savitakka

).’ (

Paricayoti cettha savitakkacittassa sant

ā

ne

abhi

happavattivasena nibbatt

ā

cittabh

ā

van

ā

)

Lima

viññ

āṇ

a

menemui objeknya tanpa

vitakka

dikarenakan oleh daya bentur antara landasan dan

objeknya (

vatth

ā

ramma

asa

gha

ṭṭ

anabalena

).

Kesadaran

jh

ā

na

kedua dst menemui objeknya

dikarenakan oleh daya pengolahan (

jh

ā

na

) yang lebih

rendah (

he

ṭṭ

himabh

ā

van

ā

balena

).

(7)

Vicāra = dikarenakan olehnya citta pergi mengelilingi objeknya

(Ārammaṇe tena cittaṃ vicaratīti vicāro).

• Karakteristiknya adalah terus-menerus ‘membelai’ objeknya

(āraṇanumajjanalakkhaṇa).

1. Perumpamaan gema genta: vitakka diibaratkan seperti pukulan pertama pada genta (paṭhamaghaṇṭābhighāto), sedangkan vicāra

diibaratkan seperti gema (anurava) suara gentanya.

2. Perumpamaan sayap-burung: sebagai pergerakan citta, vitakka

diibaratkan seperti kepakan sayap burung pada saat hendak

terbang ke udara, sedangkan vicāra sangat tenang dikarenakan tidak memerlukan pergerakan yang berlebihan, diibaratkan seperti sayap-sayap burung yang terkembang ketika ia telah berada di

(8)

3. Perumpamaan seekor lebah: vitakka diibaratkan seperti seekor lebah yang terbang menuju ke bunga teratai dan vicāra

diibaratkan seperti ketika lebah tsb berjalan-jalan diatasnya.

Pīti adalah yang membuat gembira, memuaskan/menyegarkan

tubuh dan citta atau menyebabkannya tertarik [kepada objeknya] (Pinayati kāyacittaṃ tappeti, vaḍḍhetīti vā pīti).

Karakteristiknya adalah membahagiakan.

Sukha adalah yang menyebabkan dhamma yang berasosiasi dengannya bahagia (sampayuttadhamme sukhayatīti sukhaṃ).

Karakteristiknya adalah menikmati/‘memakan’ objek yang

menyenangkan seperti seorang raja yang menikmati rasa dari makanan yang lezat (iṭṭhānubhavanalakkhaṇaṃ

(9)

Perbedaan

p

ī

ti

dan

sukha

:

Kualitas khas

p

ī

ti

terlihat jelas pada saat mendapatkan

objeknya, seperti seseorang yang kelelahan di gurun

melihat air oasis (

ā

ramma

appa

il

ā

bhe p

ī

tiy

ā

viseso

p

ā

ka

o kant

ā

rakhinnassa vanantodakadassane viya

).

Kualitas khas

sukha

terlihat jelas dalam menikmati

objek yang didapatnya, seperti minum dll air yang

telah dilihatnya (

yath

ā

laddhassa anubhavane

sukhassa viseso p

ā

ka

o yath

ā

di

ṭṭ

haudakassa

p

ā

n

ā

d

ī

su viy

ā

ti).

(10)

Ekaggat

ā

atau

sam

ā

dhi

adalah keadaan batin

yang hening, tidak terganggu oleh objek yang

berbeda-beda

(

N

ā

n

ā

ramma

avikkhep

ā

bh

ā

vena

) / satu titik

objek yang identik (

eka

ā

ramma

a

agga

).

Karakteristiknya adalah ketenangan, batin yang

seimbang (

avikkhepalakkha

a

). Dikarenakan

olehnya kesadaran yang berasosiasi

(11)

Definisi

jhāna

: mengkontemplasikan objek secara

dekat (

ārammaṇūpanijjhānato

) dan membakar

sesuatu yang merugikan/berlawanan [yaitu

pañcanīvaraṇa

] (

paccanīkajhāpanato

).

Phassa

,

saññā

,

cetanā

dll juga muncul bersama

kesadaran

jhāna

, tetapi mengapa yang disebut

sebagai faktor

jhāna

hanya lima saja? Hal ini karena

hanya kelima faktor

jhāna

lah yang

mengkontemplasikan objeknya secara dekat dan juga

membakar/berlawanan dengan

kāmacchanda

dll.

(12)

Dari Dhs. A. 167 : Dua jenis

jh

ā

na

yaitu (1) yang

mengkontemplasikan objek secara dekat

(

ā

ramma

ṇū

panijjh

ā

na

) dan (2) yang mengkontemplasikan

karakteristik secara dekat (

lakkha

ṇū

panijjh

ā

na

).

(1) 8 pencapaian dengan menggunakan

pathavikasi

a

(

kasi

a

-tanah) dll.

(2)

Lakkha

ṇū

panijjh

ā

na

ada 3 yaitu: (a)

vipassan

ā

(mengkontemplasikan

anicca

,

dukkha

dan

anatta

), (b)

magga

(puncak kesuksesan dari

vipassan

ā

) dan (c)

phala

(mengkontemplasikan secara dekat karakteristik

(13)

Bagaimana kelima faktor

jh

ā

na

bekerja?

Vitakka

menempatkan

citta

ke objek,

vic

ā

ra

mempertahankan

citta

untuk terus berada di

dalam objeknya,

p

ī

ti

menyegarkan dan

membuatnya gembira,

sukha

membuatnya tumbuh

dan berkembang, dan

ekaggat

ā

(

sam

ā

dhi

)

menempatkan

citta

dan

dhamma-dhamma

yang

berasosiasi dengannya ke objek (meditasi) yang

didapat melalui keseimbangan indriya dan

(14)

Faktor Jh

ā

na & Pañcan

ī

vara

a

Faktor

jh

ā

na

menjadi lawan (

pa

ipakkha

) untuk

pañcan

ī

vara

a

(lima rintangan batin):

Faktor Jhāna Nīvaraṇa Keterangan

Vitakka Thina,middha Vitakka muncul dalam bentuk aktifitas Vicāra Vicikicchā Vicāra mirip dengan paññā dalam hal

‘memeriksa’ objeknya.

Pīti Byāpāda Pīti mempunyai sifat alamiah ‘kegembiraan’ (pāmojja)

Sukha Uddhacca,

kukkucca

Sukha mempunyai sifat alamiah menenangkan dan menyejukkan.

Ekaggatā Kāmacchanda

Ekaggātā mencegah batin mengembara krn tertarik oleh

bermacam objek dibawah pengaruh kāmacchanda

(15)

‘’

Upanijjh

ā

na,kiccatt

ā

, k

ā

m

ā

di,pa

ipakkhato; Santesu,pi ca

aññesu, pañc,eva jh

ā

nasaññit

ā

’ti

.” (Mempunyai fungsi

untuk mengkontemplasikan objek dan melawan

k

ā

macchanda

dll; walaupun ada yang lainnya, hanya lima

inilah yang dikenal sebagai

jh

ā

na

).

Faktor

jh

ā

na

upekkh

ā

termasuk di dalam

sukha

karena

mempunyai ciri keheningan/kedamaian

(

santavuttisabh

ā

vatt

ā

).

“ Karena sifatnya yang damai,

upekkh

ā

dikatakan sebagai

sukha

” (

Upekkh

ā

santavuttitt

ā

, sukhamicceva bh

ā

sit

ā

’ti

) —

Vibh.A. 232; Vis. 2.644.

(16)

Kenapa tidak dibedakan menjadi dengan dan tanpa

dorongan?

Tidak bisa dikatakan bahwa

jh

ā

na

adalah

asa

kh

ā

rika

karena

jh

ā

na

tidak muncul hanya dikarenakan

‘hak’ (

adhik

ā

ra

:

bhava

ga

/

pa

isandhi

dengan 3 akar) saja

tanpa adanya latihan sebelumnya yaitu

‘pekerjaan-persiapan’ untuk semua

jh

ā

na

.

Dan juga tidak bisa dikatakan sebagai

sasa

kh

ā

rika

karena

jh

ā

na

tidak muncul oleh pekerjaan persiapan saja tanpa

adanya ‘hak’. (

sabbassapi jh

ā

nassa

parikammasa

kh

ā

tapubb

ā

bhisa

kh

ā

rena M..94 vin

ā

kevala

adhik

ā

ravasena anuppajjanato ‘‘asa

kh

ā

rikan’tipi,

adhik

ā

rena ca vin

ā

kevala

parikamm

ā

bhisa

kh

ā

reneva

anuppajjanato ‘‘sasa

kh

ā

rikan’tipi na sakk

ā

vattunti

)

(17)

Klasifikasi 4 dan 5 Jh

ā

na

5 Jhāna 4 Jhāna Faktor Jhāna

Jhāna kesatu Jhāna kesatu 5

Jhāna kedua

×

4 (kecuali vitakka)

Jhāna ketiga Jhāna kedua 3 (kecuali vitakka & vicāra)

Jhāna keempat Jhāna ketiga 2 (kecuali vitakka, vicāra, pīti)

Jhāna kelima Jhāna keempat 2: upekkhā dan ekaggatā

Kenapa ada 5

jh

ā

na

? Karena kecenderungan seseorang

(

puggalajjh

ā

saya

) dan keindahan ajaran (

desan

ā

vil

ā

sena

)

(18)

Sa

gaha:

Vitakkavic

ā

rap

ī

tisukhekaggat

ā

sahita

pa

hamajjh

ā

navip

ā

kacitta

,

vic

ā

rap

ī

tisukhekaggat

ā

sahita

dutiyajjh

ā

navip

ā

kacitta

, p

ī

tisukhekaggat

ā

sahita

tatiyajjh

ā

navip

ā

kacitta

, sukhekaggat

ā

sahita

catutthajjh

ā

navip

ā

kacitta

,

upekkhekaggat

ā

sahita

pañcamajjh

ā

navip

ā

kacittañceti im

ā

ni pañcapi

r

ū

p

ā

vacaravip

ā

kacitt

ā

ni n

ā

ma.

(19)

1. Kesadaran-baik jhāna pertama disertai dengan penerapan-awal, penerapan-terus-menerus, kegembiraan, kebahagiaan dan

kemanunggalan.

2.Kesadaran-baik jhāna kedua disertai dengan penerapan-terus-menerus, kegembiraan, kebahagiaan dan kemanunggalan.

3. Kesadaran-baik jhāna ketiga disertai dengan kegembiraan, kebahagiaan dan kemanunggalan.

4. Kesadaran-baik jhāna keempat disertai dengan kebahagiaan dan kemanunggalan.

5. Kesadaran-baik jhāna kelima disertai dengan ketenangan dan kemanunggalan.

(20)

Sa

gaha:

Vitakkavic

ā

rap

ī

tisukhekaggat

ā

sahita

pa

hamajjh

ā

nakiriyacitta

,

vic

ā

rap

ī

tisukhekaggat

ā

sahita

dutiyajjh

ā

nakiriyacitta

, p

ī

tisukhekaggat

ā

sahita

tatiyajjh

ā

nakiriyacitta

, sukhekaggat

ā

sahita

catutthajjh

ā

nakiriyacitta

, upekkhekaggat

ā

sahita

pañcamajjh

ā

nakiriyacittañceti im

ā

ni pañcapi

r

ū

p

ā

vacarakiriyacitt

ā

ni n

ā

ma.

(21)

1. Kesadaran-baik jhāna pertama disertai dengan penerapan-awal, penerapan-terus-menerus, kegembiraan, kebahagiaan dan

kemanunggalan.

2.Kesadaran-baik jhāna kedua disertai dengan penerapan-terus-menerus, kegembiraan, kebahagiaan dan kemanunggalan.

3. Kesadaran-baik jhāna ketiga disertai dengan kegembiraan, kebahagiaan dan kemanunggalan.

4. Kesadaran-baik jhāna keempat disertai dengan kebahagiaan dan kemanunggalan.

5. Kesadaran-baik jhāna kelima disertai dengan ketenangan dan kemanunggalan.

(22)

Sa

gaha:

Icceva

sabbath

ā

pi pannarasa

r

ū

p

ā

vacarakusalavip

ā

kakiriyacitt

ā

ni samatt

ā

ni. Pañcadh

ā

jh

ā

nabhedena, r

ū

p

ā

vacaram

ā

nasa

.

Puññap

ā

kakriy

ā

bhed

ā

, ta

pañcadasadh

ā

bhave.

Demikianlah akhir keseluruhan lima belas kesadaran-baik,

resultan, dan fungsional lingkup materi-halus. Ketika

dibedakan sesuai

jh

ā

na

menjadi lima. Ketika dibedakan

berdasarkan baik, resultan dan fungsional menjadi lima

belas.

(23)

Referensi

Dokumen terkait

• Bahan bakar yang terpakai diperoleh dari pengurangan jumlah bahan bakar awal dengan sisa bahan bakar pada drum setelah proses selesai. Laju aliran bahan bakar merupakan

Penambahan tepung atau pati pada kadar yang sama menghasilkan daya hambat yang berbeda, oleh karena tepung menghasilkan pH yang lebih rendah maka daya hambat bakteri

walaupun demikian, Seharusnya tindakan yang dilakukan KJKS Cemerlang Weleri dalam menangani masalah ini adalah mengacu pada fatwa DSN bagian pertama ketentuan

PROGRAM NASIONAL PERUMUSAN STANDAR - PNPS, UU 20/2014, psl 10, ayat 3 Kebijakan nasional SPK Perlindungan konsumen Kebutuhan pasar Perkembangan Standar Internasional

Sebagai simpulan dari penelitian ini adalah: (1) Bidang baru standardisasi adalah bukan semata-mata bidang baru standardisasi yang sedang hangat di bahas di dunia

Menurut ( Pujawan, 2010) metode Saving Matrix adalah metode untuk meminimumkan jarak atau waktu atau ongkos dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada. Digunakan

Salah satu alat pendidikan agama Islam yakni metode pendidikan agama Islam, yang mana dengan menggunakan metode yang tepat maka ajaran-ajaran agama dapat

Keputusan dividen adalah keputusan manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan proporsi yang akan