31
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Responden
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskriptif karakter generasi Y di
Indonesia terkait dunia kerja. Oleh karena itu, kuisioner diberikan pada generasi
Y, khususnya yang telah bekerja. Di samping itu, penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan karakter generasi Y dengan generasi X, sehingga generasi X
turut diberikan kuisioner yang sama. Adapun profil generasi Y dan X yang
menjadi responden adalah sebagai berikut.
4.1.1.Profil Generasi Y
Generasi Y adalah individu-individu yang lahir pada kisaran tahun
1982-1999 (Schoch, 2012; Hillman, 2013; Schullery, 2013), sehingga saat
penelitian ini dilaksanakan di tahun 2016, usia generasi Y tersebut berkisar
dari 17 hingga 34 tahun. Karena penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan karakter generasi Y terkait dunia kerja, responden
diharapkan telah memiliki pekerjaan. Namun, generasi Y dengan kisaran
umur 17-19 tahun masih berstatus sebagai siswa atau mahasiswa yang
belum bekerja, sehingga tidak memenuhi kualifikasi sebagai responden
penelitian. Oleh karena itu, hanya generasi Y yang berusia 20 hingga 34
tahun yang dapat mengikuti penelitian atau menjadi responden.
Saat penelitian dilakukan, penulis menyebarkan 200 kuisioner namun
hanya 175 kuisioner yang berhasil dikumpulkan, sehingga terdapat 175
responden dari generasi Y. Seluruh responden telah diminta untuk mengisi
identitas mereka terkait jenis kelamin (laki-laki atau perempuan), tingkat
pendidikan (SMA, D3, S1, S2, atau S3), status pernikahan (menikah atau
tidak menikah) dan sektor pekerjaan. Adapun perinciannya adalah sebagai
Tabel 4.1. Identitas Responden Generasi Y
Identitas F (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 105 60
Perempuan 70 40
Tingkat Pendidikan
SMA 23 13,14
D3 17 9,71
S1 122 69,71
S2 13 7,43
Status Pernikahan Menikah 43 24,57
Belum Menikah 132 75,43
Sektor Pekerjaan Pendidikan 36 20,57
Perbankan 26 14,86
Perindustrian 23 13,14
Kesehatan 14 8
Lingkungan 8 4,57
Swasta 8 4,57
Keagamaan 7 4
Pemerintahan 7 4
Jasa 7 4
Teknologi Informatika 5 2,86
Penyiaran 4 2,28
Pariwisata 4 2,28
Wiraswasta 3 1,71
Pemasaran 3 1,71
DLL
(Administrasi, Recruitment, Pertambangan, Media, Kantor Pos, Komunikasi, Asuransi, Ritel)
16 (@2)
9,14
DLL
(Keuangan, Perijinan, Sosial, Politik) 4 (@1)
2,28
Total 175 100
Ket: F: Frekuensi
4.1.2.Profil Generasi X
Generasi X adalah individu yang lahir pada tahun 1965 hingga 1981
dan pada tahun 2016 saat penelitian dilaksanakan, mereka berusia 35
hingga 51 tahun. Pada penelitian ini, penulis menyebarkan 200 kuisioner,
namun hanya berhasil mendapatkan 84 kuisioner, sehingga responden dari
Tabel 4.2. Identitas Responden Generasi X
Identitas F (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 45 53,57
Perempuan 39 46,43
Tingkat Pendidikan SMA 18 21,42
D3 7 8,33
S1 35 41,67
S2 21 25
S3 3 3,57
Status Pernikahan Menikah 79 94,05
Belum Menikah 5 5,95
Sektor Pekerjaan Pendidikan 41 48,81
Pegawai Negeri Sipil 10 11,9
Keagamaan 8 9,52
Pemerintahan 6 7,14
BUMN 3 3,57
Swasta 3 3,57
Jasa 2 2,38
DLL (Perbankan, Peradilan Hukum, Konsultan, Pariwisata, Perdagangan, Kehutanan, Lingkungan,
Perpustakaan, Infrastruktur, LSM, Kesehatan)
11 (@1)
13,1
Total 84 100
Ket: F: Frekuensi
4.2.Hasil Penelitian
4.2.1.Kreatifitas
Tabel 4.3. Perspektif Kreatifitas
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 9 5,14 14 16,67 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 5 2,86 3 3,57 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 17 9,71 2 2,38 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 27 15,43 7 8,33 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 117 66,86 58 69,05
Total 175 100 84 100
Rata- rata 5.65 5.43
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa generasi Y cenderung
memiliki kreatifitas yang tinggi, sebab rata-rata sebesar 5,65 yang berada
dan inovasi baru dibandingkan memakai cara orang lain yang telah ada. Hal
yang sama turut terjadi pada generasi X, dimana rata-rata sebesar 5,43 yang
berada pada kategori tinggi. Karyawan generasi X ternyata juga memiliki
kreatifitas yang tinggi yang berarti bahwa mereka ingin melakukan proses
berpikir kreatif dan ingin mencetuskan ide serta inovasi baru. Hal ini turut
diperkuat dengan hasil uji beda dimana signifikansinya sebesar 0,885.
0,885 > 0,05 yang berarti bahwa generasi Y dan generasi X memiliki
kreatifitas yang sama.
4.2.2.Etika
Tabel 4.4. Perspektif Etika
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 12 6,86 5 5,95 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 12 6,86 4 4,76 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 19 10,86 8 9,52 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 23 13,14 3 3,57 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 109 62,29 64 76,19
Total 175 100 84 100
Rata -rata 5.43 5.82
Generasi Y memiliki tingkat etika yang tinggi karena mencapai
rata-rata sebesar 5,43. Hal ini menandakan bahwa mereka memiliki toleransi
yang rendah terhadap pelanggaran etika dan menjunjung tinggi nilai serta
moral yang ada, terlebih di dalam organisasi. Sedangkan generasi X
memiliki tingkat etika yang sangat tinggi karena mencapai rata-rata sebesar
5,82. Hal ini menandakan bahwa etika generasi X lebih tinggi dibanding
etika pada generasi Y. Generasi X ternyata memiliki toleransi yang lebih
rendah terhadap pelanggaran etika dan cenderung terus memegang kode
4.2.3.Adaptasi
Tabel 4.5. Perspektif Adaptasi
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 7 4,00 7 8,33 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 9 5,14 2 2,38 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 19 10,86 4 4,76 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 29 16,57 9 10.71 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 111 63,43 62 73,81
Total 175 100 84 100
Rata- rata 5.62 5.77
Kemampuan beradaptasi pada generasi Y dan generasi X tinggi dengan
rata-rata sebesar 5,62 dan 5,77. Tingginya rata-rata menandakan bahwa
baik generasi Y maupun generasi X cenderung dapat menyesuaikan diri
dengan baik. Termasuk saat berada pada perubahan yang tidak pernah
berhenti, mereka terbuka untuk menerima perubahan dan tidak kaku
melawan perubahan, namun terus berusaha agar dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan tersebut. Adapun hasil uji beda pada adaptasi adalah
signifikansi sebesar 0,168 > 0.05 yang berarti bahwa generasi Y dan
generasi X memiliki kemampuan beradaptasi yang sama.
4.2.4.Kecepatan Kerja
Tabel 4.6. Perspektif Kecepatan Kerja
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 89 50,86 47 55,95 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 17 9,71 2 2,38 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 22 12,57 6 7,14 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 12 6,86 3 3,57 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 35 20,00 26 30,95
Total 175 100 84 100
Rata-rata 3.15 3.35
Generasi Y cenderung memiliki kecepatan kerja yang rendah dilihat
dari rata-rata yang terletak pada kategori rendah sebesar 3,15. Demikian
dengan rata-rata sebesar 3,35. Hal ini menandakan bahwa baik generasi Y
maupun generasi X terlebih dahulu menjalani proses berpikir yang lebih
matang dengan menjalani berbagai prosedur atau proses tertentu sebelum
mengambil tindakan. Di samping itu mereka lebih mementingkan proses
berpikir dan berefleksi terlebih dahulu sebelum bertindak. Hasil uji beda
pada kecepatan kerja adalah signifikansi sebesar 0,524 > 0.05 yang berarti
bahwa mereka memiliki kecepatan kerja yang sama.
4.2.5.Makna Pekerjaan
Tabel 4.7. Perspektif Makna Pekerjaan
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 7 4,00 3 3,57 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 7 4,00 4 4,76 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 8 4,57 2 2,38 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 16 9,14 7 8,33 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 137 78,29 68 80,95
Total 175 100 84 100
Rata-rata 5.97 6.06
Generasi Y dan X ternyata memiliki penghayatan yang sangat tinggi
akan makna pekerjaan yang mereka jalani. Bagi mereka pekerjaan bukan
hanya sekadar materi, namun juga tentang makna yang didapat yang
membuat mereka merasa memiliki arti penting dan berkontribusi dalam
mencapai tujuan organisasi. Bahkan dengan menjalani pekerjaan yang
bermakna, mereka merasa memiliki kehidupan yang bermakna. Hal ini
dapat dilihat dari rata-rata sebesar 5,97 dan 6.06 yang terdapat pada
kategori sangat tinggi. Pada perspektif makna pekerjaan, hasil uji beda
adalah signifikansi sebesar 0,427 > 0,05 yang menadakan bahwa generasi Y
4.2.6.Learning Style
Tabel 4.8. Perspektif Learning Style
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 84 48,00 40 47,6 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 18 10,29 5 6,00 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 25 14,29 10 11,9 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 10 5,71 9 10,7 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 38 21,71 20 23,8
Total 175 100 84 100
Rata-rata 3.3 3.49
Generasi Y memiliki rata-rata sebesar 3,3 yang berada pada kategori
rendah. Hal ini menandakan bahwa mereka lebih memiliki untuk belajar
secara bertahap daripada mempelajari banyak hal sekaligus dalam waktu
singkat. Sedangkan pada generasi X, rata-rata yang didapatkan adalah
sebesar 3,49 yang berada pada kategori cukup. Hal ini menandakan bahwa
generasi X cukup senang belajar secara bertahap ataupun banyak hal.
4.2.7.Teamwork
Tabel 4.9. Perspektif Teamwork
No Interval Kategori Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 23 13,14 16 19,05 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 11 6,29 1 1,19 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 29 16,57 15 17,86 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 16 9,14 9 10,71 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 96 54,86 43 51,19
Total 175 100 84 100
Rata-rata 5.1 4.94
Karyawan generasi Y dan X mendapatkan rata-rata sebesar 5,1 dan
4,94 pada kategori tinggi. Tidak terdapat perbedaan pada perspektif ini.
Berarti kedua generasi ini, yakni generasi Y dan generasi X sama-sama
memiliki keinginan yang tinggi untuk bekerja dalam kelompok. Mereka
memiliki keinginan yang tinggi untuk terkoneksi dengan orang lain dan
bekerja bersama rekan kerja. Bekerja bersama orang lain atau rekan kerja
rekan kerja dan penuh kepedulian satu sama lain. Oleh karena itu mereka
memilih untuk tidak bekerja sendiri, namun bersama kelompok. Pada uji
beda terhadap teamwork didapati hasil signifikansi sebesar 0,451 > 0,05
yang berarti bahwa generasi Y dan generasi X memiliki perspektif yang
sama terhadap teamwork.
4.2.8.Metode Komunikasi
Tabel 4.10. Perspektif Metode Komunikasi
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 88 50,29 40 47,62 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 16 9,14 6 7,14 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 26 14,86 11 13,10 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 10 5,71 7 8,33 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 35 20,00 20 23,81
Total 175 100 84 100
Rata-rata 3.19 3.47
Dari tabel 31 dapat dilihat bahwa generasi Y memiliki rata-rata sebesar
3,19 yang berada pada kategori rendah. Hal ini menandakan bahwa generasi
Y senang melakukan komunikasi melalui proses tatap muka dibanding
melalui media komunikasi seperti handphone atau media sosial. Kemudian
ketika dilihat dari generasi X, rata-rata yang didapat adalah sebesar 3,47
yang berada pada kategori cukup. Hal ini menandakan bahwa mereka
cukup senang dengan melakukan komunikasi dua arah ataupun
menggunakan teknologi.
4.2.9.Tipe Kepemimpinan
Tabel 4.11. Perspektif Tipe Kepemimpinan
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 6 3,43 5 5,95 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 4 2,29 2 2,38 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 13 7,43 4 4,76 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 17 9,71 4 4,76 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 135 77,14 69 82,14
Total 175 100 84 100
Generasi Y dan generasi X mendapatkan rata-rata sebesar 5,99 dan
6,02 yang berada pada kategori sangat tinggi. Artinya mereka memiliki
keinginan yang sangat tinggi untuk mendapatkan pemimpin dengan tipe
kepemimpinan yang partisipatif. Tipe kepemimpinan partisipatif
merupakan tipe dari pemimpin yang mau mendengarkan, menerima dan
mengerti kebutuhan, keinginan dan ekspektasi karyawannya. Di samping
itu, pemimpin dengan tipe ini cenderung mengasuh dan memelihara
karyawan dengan penuh dukungan dibanding memberi perintah kaku yang
dilatarbelakangi kekuasaan. Pernyataan di atas turut diperkuat dengan hasil
uji beda, dimana ditemukan signifikansi sebesar 0,609 > 0.05 yang berarti
bahwa baik generasi Y dan generasi X memiliki perspektif yang sama
terhadap tipe kepemimpinan.
4.2.10.Loyalitas
Tabel 4.12. Perspektif Loyalitas
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 24 13,71 21 25,00 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 5 2,86 8 9,52 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 32 18,29 11 13,1 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 22 12,57 12 14,29 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 92 52,57 32 38,1
Total 175 100 84 100
Rata-rata 2,9 3,6
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa generasi Y mendapatkan rata-rata
sebesar 2,9 yang berada pada ketegori rendah. Hal berbeda terjadi pada
generasi X yang mendapat rata-rata sebesar 3,6 yang berada pada kategori
cukup. Hal ini menandakan bahwa mereka memiliki perbedaan perspektif
terkait loyalitas, dimana didukung dengan hasil uji coba dengan signifikansi
sebesar 0,018 < 0.05. Hasil diatas memiliki makna bahwa generasi Y
bahwa mereka mendahulukan bekerja pada pekerjaan yang dirasa cocok,
dibanding bekerja pada organisasi yang tidak menyajikan pekerjaan yang
cocok bagi mereka. Terdapat kemungkinan mereka dapat memilih untuk
pindah ke organisasi lain demi mendapat pekerjaan yang diinginkan, sebab
pekerjaan apa yang dikerjakan lebih penting daripada organsasi apa wadah
bekerja. Berbeda dengan generasi X yang cukup loyal terhadap organsisasi.
4.2.11.Pelatihan
Tabel 4.13. Perspektif Pelatihan
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 72 41,14 30 35,71 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 15 8,57 7 8,33 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 25 14,29 13 15,48 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 13 7,43 5 5,95 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 50 28,57 29 34,52
Total 175 100 84 100
Rata-rata 3,7 4
Generasi Y mendapatkan rata-rata sebesar 3,7 yang berada pada
kategori cukup. Hal ini menandakan bahwa generasi Y cukup senang
menjalankan pelatihan baik dengan metode konvensional maupun dengan
metode modern yang menggunakan kemajuan teknologi. Kemudian pada
generasi X didapatkan rata-rata sebesar 4 yang berada pada kategori cukup
pula yang menandakan bahwa mereka juga cukup senang menjalankan baik
metode konvensional seperti tatap muka, diskusi, dan mentoring maupun
metode modern yang memanfaatkan kemajuan teknologi. Hal ini didukung
dengan hasil uji beda dengan signifikansi sebesar 0,178 > 0.05 yang berarti
bahwa generasi Y dan generasi X ingin menjalani pelatihan dengan metode
4.2.12.Feedback
Tabel 4.14. Perspektif Feedback
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 20 11,43 19 22,62 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 6 3,43 4 4,76 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 19 10,86 9 10,71 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 21 12,00 6 7,14 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 109 62,29 46 54,76
Total 175 100 84 100
Rata-rata 5,4 4,9
Dapat dilihat hasil penelitian pada karyawan generasi Y dan generasi X
terkait feedback yaitu rata-rata sebesar 5,4 dan 4,9 pada kategori tinggi.
Tidak terdapat perbedaan diantara keduanya. Didukung pula dengan uji
beda dengan signifikansi sebesar 0,173 > 0.05 yang berarti bahwa generasi
Y dan generasi X memiliki perspektif yang sama pada feedback. Generasi
Y dan generasi X memiliki keinginan yang tinggi untuk mendapatkan
feedback secepatnya secara langsung segera setelah pekerjaan selesai
dikerjakan. Mereka merasa tidak perlu menunggu dalam jangka waktu yang
panjang untuk mendapatkan feedback. Di samping itu mereka tidak ingin
diberikan feedback secara tidak langsung demi menjaga perasaan mereka,
karena mereka bersedia mendengar feedback dengan jelas tanpa perlu
ditutup-tutupi.
4.2.13. Job Enrichment
Tabel 4.15. Perspektif Job Enrichment
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 12 6,86 13 15,48 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 3 1,71 10 11,9 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 26 14,86 4 4,76 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 31 17,71 5 5,95 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 103 58,86 52 61,9
Total 175 100 84 100
Generasi Y dan generasi X tidak berbeda karena memiliki signifikansi
setelah uji beda sebesar 0,337 > 0,05, bahkan mereka mereka memiliki
rata-rata sebesar 5,5 dan 5,2 yang menunjukan bahwa mereka senang
mengerjakan pekerjaan yang menantang. Bila terdapat pekerjaan yang
menantang kemampuan diri mereka, membutuhkan tanggung jawab yang
lebih tinggi serta otonomi yang lebih besar, karyawan generasi Y dan X
akan dengan senang menerimanya.
4.2.14.Promosi
Tabel 4.16. Perspektif Promosi
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 82 46,86 51 60,71 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 19 10,86 5 5,95 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 21 12,00 6 7,14 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 12 6,86 8 9,52 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 41 23,43 14 16,67
Total 175 100 84 100
Rata-rata 3.38 3
Generasi X dan generasi Y pada tabel ini memiliki rata-rata sebesar
3,38 dan 3 yang berada pada kategori rendah. Hal ini menandakan bahwa
mereka bersedia untuk tidak mendapatkan promosi dalam waktu yang
cepat, namun bersedia mendapatkan promosi bila dirasa tepat pada waktu
tertentu oleh organisasi. Disamping itu mereka bersedia menjalani proses
yang ada dan menunggu hingga tiba saat yang tepat sesuai keputusan
organisasi untuk mendapatkan promosi. Oleh karena itu, karyawan generasi
Y dan X tidak memaksa untuk terburu-buru mendapatkan promosi kerja di
organisasi. Hal ini didukung oleh hasil uji beda sebesar 0,119 > 0.05 yang
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan perspektif pada promosi baik pada
4.2.15.Rotasi Kerja
Tabel 4.17. Perspektif Rotasi Kerja
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 26 14,86 29 34,52 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 8 4,57 4 4,76 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 27 15,43 8 9,52 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 29 16,57 10 11,9 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 85 48,57 33 39,29
Total 175 100 84 100
Rata-rata 4,93 4,2
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa generasi Y memiliki rata-rata
sebesar 4,93 yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menandakan bahwa
mereka setuju dengan rotasi kerja karena ingin melakukan berbagai macam
pekerjaan yang berbeda. Sedangkan pada generasi X didapat rata-rata
sebesar 4,2 yang berada pada kategori cukup. Hal ini menandakan bahwa
mereka cukup senang menjalani rotasi kerja. Pernyataan diatas didukung
oleh hasil uji beda dengan signifikansi sebesar 0,022 < 0,005 yang berarti
bahwa generasi Y dan generasi X memiliki perspektif yang berbeda
terhadap rotasi kerja.
4.2.16.Kompensasi
Tabel 4.18. Perspektif Kompensasi
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 66 37,71 48 57,14 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 28 16,00 6 7,14 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 25 14,29 11 13,1 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 17 9,71 1 1,19 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 39 22,29 18 21,43
Total 175 100 84 100
Rata-rata 3.56 3.1
Hasil penelitian tentang kompensasi pada generasi Y dan X berbeda
dimana generasi Y mendapatkan rata-rata sebesar 3,56 yang berada pada
yang berada pada ketegori rendah. Hal ini dapat dilihat pula dari hasil uji
coba dengan signifikansi sebesar 0,048 < 0,05 yang menadakan bahwa
generasi Y dan generasi X memiliki perspektif yang berbeda terhadap
kompensasi. Hasil ini menandakan bahwa generasi Y merasa cukup puas
dengan kompensasi yang ada. Sedangkan generasi X cenderung kurang
puas dengan kompensasi yang ada, dimana mereka cenderung ingin
mendapatkan kompensasi yang besar dalam waktu singkat.
4.2.17.Instruksi Pekerjaan yang Perlu Dilakukan
Tabel 4.19. Perspektif Instruksi Pekerjaan yang Perlu Dilakukan
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 96 54,86 47 55,95 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 19 10,86 11 13,10 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 12 6,86 8 9,52 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 14 8,00 5 5,95 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 34 19,43 13 15,48
Total 175 100 84 100
Rata-rata 3.03 2.9
Pada tabel ini dapat dilihat bahwa rata-rata sebesar 3,03 yang berada
pada kategori rendah didapat oleh generasi Y dan rata-rata sebesar 2,9 yang
berada pada kategori rendah pula. Kesamaan perspektif pada instruksi
pekerjaan yang perlu dilakukan juga didukung dengan hasil uji beda dengan
signifikansi sebesar 0,975 > 0,05. Hal ini menandakan bahwa baik generasi
Y dan generasi X cenderung senang mendapatkan instruksi pekerjaan untuk
melakukan pekerjaan secara bertahap dibanding banyak pekerjaan dalam
4.2.18.Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan Manajemen
Tabel 4.20. Perspektif Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan Manajemen
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 24 13,71 21 25,00 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 13 7,43 6 7,14 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 31 17,71 10 11,9 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 34 19,43 12 14,29 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 73 41,71 35 41,67
Total 175 100 84 100
Rata-rata 4,8 4,53
Generasi Y mendapatkan rata-rata sebesar 4,8 yang berada pada
kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa mereka ingin dilibatkan dalam
pengambilan keputusan manajemen. Sedangkan pada generasi X
didapatkan rata-rata sebesar 4,53 yang berada pada kategori cukup. Hal ini
menandakan bahwa mereka merasa cukup ingin dilibatkan dalam
pengambilan keputusan manajemen.
4.2.19.Work- family Balance
Tabel 4.21. Perspektif Work-family Balance
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 7 4,00 2 2,38 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 7 4,00 0 0,00 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 11 6,29 4 4,76 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 7 4,00 5 5,95 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 143 81,71 73 86,9
Total 175 100 84 100
Rata-rata 6,2 6,43
Hasil penelitian ini adalah didapat rata-rata 6,2 untuk karyawan
generasi Y dan 6,43 untuk karyawan generasi X. Hal ini menunjukan
bahwa mereka memiliki keinginan yang sangat tinggi untuk menghabiskan
waktu yang seimbang antara kehidupan di tempat kerja dan bersama
keluarga. Mereka tidak ingin menghabiskan waktu untuk bekerja di tempat
suami/istri dan anak-anak mereka. Hal ini sesuai dengan hasil uji beda
dengan signifikasi sebesar 0,659 > 0.05 yang berarti bahwa generasi Y dan
generasi X memiliki perspektif yang sama pada work-family balance.
4.2.20.Fleksibilitas Jam Kerja
Tabel 4.22. Perspektif Fleksibilitas Jam Kerja
No Interval Kategori
Gen Y Gen X
F % F %
1 1 ≤ x < 2,2 Sangat rendah 19 10,86 25 29,76 2 2,2 ≤ x < 3,4 Rendah 11 6,29 2 2,38 3 3,4 ≤ x < 4,6 Cukup 17 9,71 11 13,10 4 4,6 ≤ x < 5,8 Tinggi 16 9,14 5 5,95 5 5,8 ≤ x ≤ 7 Sangat tinggi 112 64 41 48,81
Total 175 100 84 100
Rata-rata 5.47 4.7
Generasi X memiliki rata-rata sebesar 5,47 dan 4,7 yang berada pada
kategori tinggi. Hal ini menandakan bahwa baik karyawan generasi Y dan
karyawan generasi X memiliki keinginan yang tinggi untuk memiliki jam
kerja yang lebih fleksibel. Mereka tidak ingin bekerja dalam jam kerja yang
kaku, yang mengharuskan mereka bekerja pada jam-jam tertentu yang tak
dapat diubah. Mereka ingin agar mereka tidak dikekang oleh jam kerja di
organisasi.
Melalui tabel-tabel di atas dapat diketahui kecenderungan perspektif
generasi Y dan X dan perbandingannya. Untuk melihat gambaran
kecenderungan perspektif mereka secara keseluruhan, maka disajikan
rekapitulasi perspektif generasi Y dan generasi X sebagai pembanding seperti
Tabel 4.23. Rekapitulasi Perspektif Nilai Individu
No Perspektif Sig Generasi Y Generasi X
1 Kreatifitas 0,885 Tinggi (5,65)
(Memiliki kreatifitas yang tinggi)
Tinggi (5,43)
(Memiliki kreatifitas yang tinggi)
2 Etika 0,052 Tinggi (5,43)
(Menjunjung nilai etika dalam bekerja)
Sangat Tinggi (5,82) (Sangat menjunjung nilai etika dalam bekerja)
3 Adaptasi 0,168 Tinggi (5,62)
(Mudah beradaptasi pada perubahan)
Tinggi (5,77)
(Mudah beradaptasi pada perubahan)
4 Kecepatan Kerja
0,524 Rendah (3,15)
(Memilih untuk berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan dibanding segera bertindak)
Rendah (3,35)
(Memilih untuk berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan dibanding segera bertindak) 5 Makna
Pekerjaan
0,427 Sangat Tinggi (5,97)
(Sangat mementingkan makna pekerjaan dari pekerjaan yang dilakukan)
Sangat Tinggi (6,06) (Sangat mementingkan makna pekerjaan dari pekerjaan yang dilakukan)
6 Learning
Style
0,287 Rendah (3,3)
(Senang belajar secara bertahap daripada mempelajari banyak hal sekaligus dalam waktu singkat)
Cukup (3,49)
(Cukup senang belajar secara bertahap daripada mempelajari banyak hal sekaligus dalam waktu singkat)
Sumber: Data diolah, 2016
Melalui tabel di atas dapat dilihat bahwa karyawan generasi Y dan X di
Indonesia mempunyai perspektif nilai individu yang sama pada kreatifitas,
adaptasi, kecepatan kerja dan makna pekerjaan. Mereka memiliki kreatifitas
yang tinggi, mudah beradaptasi, memilih untuk berpikir terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan dibanding segera bertindak, dan sangat mementingkan
makna pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan terdapat perspektis yang berbeda
pada etika dan learning style, dimana generasi Y menjunjung nilai etika dalam
bekerja, namun generasi X lebih menjunjung nilai etika dibanding dengan
generasi Y. Pada perspektif learning style generasi Y senang belajar secara
bertahap daripada mempelajari banyak hal sekaligus dalam waktu singkat,
namun generasi X hanya sekedar cukup senang belajar dengan cara seperti
Tabel 4.24. Rekapitulasi Perspektif Hubungan Kerja
No Perspektif Sig Generasi Y Generasi X
1 Teamwork 0,451 Tinggi (5,1)
(Senang bekerja dalam kelompok dibanding bekerja sendiri)
Tinggi (4,94)
(Senang bekerja dalam kelompok dibanding bekerja sendiri)
2 Metode
Komunikasi
0,155 Rendah (3,19) (Senang melakukan komunikasi melalui proses tatap muka dibanding melalui media komunikasi seperti handphone atau media sosial)
Cukup (3,47)
(Cukup senang melakukan komunikasi melalui proses tatap muka dibanding melalui media komunikasi seperti handphone atau media sosial)
3 Tipe
Kepemimpinan
0,609 Sangat Tinggi (5,99) (Sangat senang dengan tipe kepemimpinan partisipatif)
Sangat Tinggi (6,02) (Sangat senang dengan tipe kepemimpinan partisipatif) 4 Loyalitas 0,018 Rendah (2,9)
(Mementingkan kecocokan dengan pekerjaan dibanding kesetiaan pada organisasi)
Cukup (3,6) (Cukup loyal pada organisasi)
Sumber: Data diolah, 2016
Tabel di atas menunjukan bahwa karyawan generasi Y dan X di Indonesia
memiliki perspektif terhadap hubungan kerja yang sama pada teamwork dan tipe
kepemimpinan. Mereka sama-sama ingin bekerja dalam tim dan dipimpin oleh
pemimpin yang partisipatif. Namun terdapat pula perspektif yang berbeda pada
metode komunikasi dan loyalitas. Generasi Y senang melakukan komunikasi
melalui proses tatap muka dibanding melalui media komunikasi. Namun,
generasi X hanya cukup senang melakukan komunikasi melalui proses tatap
muka dan cukup senang pula bila harus melakukan komunikasi dengan
perantara media komunikasi.
Tabel 4.25. Rekapitulasi Perspektif Sistem Kerja
No Perspektif Sig Generasi Y Generasi X
1 Pelatihan 0,178 Cukup (3,7)
(Cukup senang menjalankan pelatihan yang
menggunakan metode konvensional, seperti tatap muka, diskusi, dan mentoring serta cukup senang pula menggunakan teknologi seperti audio visual dan teleconference)
Cukup (4)
2 Feedback 0,173 Tinggi (5,4)
(Senang mendapatkan feedback secara langsung segera setelah pekerjaan dilakukan)
Tinggi (4,9)
(Senang mendapatkan feedback secara langsung segera setelah pekerjaan dilakukan)
3 Job Enrichment
0,337 Tinggi (5,5) (Ingin mengerjakan pekerjaan yang menantang)
Tinggi (5,2)
(Ingin mengerjakan pekerjaan yang menantang)
4 Promosi 0,119 Rendah (3,38)
(Bersedia mendapatkan promosi pada waktu yang dianggap tepat oleh organisasi, daripada memiliki keinginan mendapat promosi dalam waktu singkat)
Rendah (3)
(Bersedia mendapatkan promosi pada waktu yang dianggap tepat oleh
organisasi, daripada memiliki keinginan mendapat promosi dalam waktu singkat)
5 Rotasi Kerja 0.022 Tinggi (4,93)
(Setuju dengan rotasi kerja karena sangat ingin
melakukan berbagai macam pekerjaan yang berbeda)
Cukup (4,2)
(Cukup setuju dengan rotasi kerja)
6 Kompensasi 0.048 Cukup (3,56) (Cukup puas dengan kompensasi sesuai yang ditetapkan oleh organisasi)
Rendah (3,1)
(Puas dengan kompensasi sesuai yang ditetapkan oleh organisasi dibanding
meinginkan kompensasi yang besar dalam waktu singkat) 7 Instruksi
pekerjaan yang perlu dilakukan
0.975 Rendah (3,03) (Senang mendapatkan instruksi untuk melakukan sebuah pekerjaan secara bertahap dibanding diminta untuk melakukan banyak pekerjaan dalam waktu bersamaan)
Rendah (2,9)
(Senang mendapatkan instruksi untuk melakukan sebuah pekerjaan secara bertahap dibanding diminta untuk melakukan banyak pekerjaan dalam waktu bersamaan)
8 Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan Manajemen
0,314 Tinggi (4,8)
(Ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan manajemen)
Cukup (4,53)
(Cukup ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan manajemen)
9 Work-family Balance
0,659 Sangat Tinggi (6,2)
(Sangat ingin menghabiskan waktu yang seimbang antara kehidupan di tempat kerja dan bersama keluarga)
Sangat Tinggi (6,43) (Sangat ingin menghabiskan waktu yang seimbang antara kehidupan di tempat kerja dan bersama keluarga)
10 Fleksibilitas Jam Kerja
0,015 Tinggi (5,47)
(Menyukai jam kerja yang fleksibel)
Tinggi (4,7)
(Menyukai jam kerja yang fleksibel)
Tabel 4.25 menunjukan bahwa generasi Y dan X di Indonesia memiliki
perspektif terhadap sistem kerja yang sama pada pelatihan, feedback, job
enrichment, promosi, instruksi pekerjaan yang perlu dilakukan, work-family
balance, dan fleksibilitas jam kerja. Mereka cukup senang menjalankan
pelatihan yang menggunakan metode konvensional, seperti tatap muka, diskusi,
dan mentoring daripada menggunakan teknologi seperti audio visual dan
teleconference, senang mendapatkan feedback secara langsung segera setelah
pekerjaan dilakukan, ingin mengerjakan pekerjaan yang menantang, bersedia
mendapatkan promosi pada waktu yang dianggap tepat oleh organisasi, daripada
memiliki keinginan mendapat promosi dalam waktu singkat, senang
mendapatkan instruksi untuk melakukan sebuah pekerjaan secara bertahap
dibanding diminta untuk melakukan banyak pekerjaan dalam waktu bersamaan,
sangat ingin menghabiskan waktu yang seimbang antara kehidupan di tempat
kerja dan bersama keluarga, dan menyukai jam kerja yang fleksibel.
Sedangkan terdapat perbedaan pada perspektif rotasi kerja, kompensasi, dan
keterlibatan dalam pengambilan keputusan manajemen. Generasi Y setuju
dengan rotasi kerja karena sangat ingin melakukan berbagai macam pekerjaan
yang berbeda, cukup puas dengan kompensasi sesuai yang ditetapkan oleh
organisasi dan ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan manajemen.
Sedangkan generasi X cukup setuju dengan kebijakan rotasi kerja, puas dengan
kompensasi sesuai yang ditetapkan oleh organisasi dibanding meinginkan
kompensasi yang besar dalam waktu singkat dan cukup ingin dilibatkan dalam
pengambilan keputusan manajemen.
4.3.Pembahasan
Perspektif karyawan generasi Y tentang nilai individu yang dimilikinya
adalah bahwa mereka memiliki kreatifitas yang tinggi, menjunjung nilai etika
mementingkan makna pekerjaan yang dilakukan, dan lebih senang melakukan
proses belajar secara bertahap daripada mempelajari banyak hal sekaligus dalam
waktu singkat.Pada perspektif kreatifitas, etika, adaptasi, dan makna pekerjaan,
hasil penelitian ini serupa dengan penelitian sebelumnya. Akan tetapi terdapat
perbedaan hasil penelitian pada kecepatan kerja. Hal ini mungkin disebabkan
karena kondisi di Indonesia yang terbiasa dengan birokrasi dan prosedur
panjang sebelum mengambil tindakan, sehingga mereka akan terbiasa
menghabiskan waktu untuk berpikir terlebih dahulu dibandingkan dengan sigap
dan cepat mengambil tindakan (Smith, 1975). Di samping itu terdapat
perbedaan pada learning style atau metode belajar. Marambe, Vermunt, dan
Boshuizen (2012) menyatakan bahwa hal ini mungkin dapat disebabkan karena
saat duduk di bangku sekolah, karyawan generasi Y di Indonesia kurang
mengetahui dan terbiasa dengan strategi belajar yang dapat membantu
mempelajari banyak hal dalam waktu hampir bersamaan.
Kemudian saat ditinjau perspektif pada hubungan kerja dengan karyawan
lain di organisasi, karyawan generasi Y cenderung senang bekerja dalam
kelompok, memilih melakukan komunikasi melalui proses tatap muka
dibandingkan melalui perantara media komunikasi seperti handphone atau
media sosial, sangat ingin dipimpin oleh pemimpin dengan tipe kepemimpinan
partisipatif dan kurang loyal pada organisasi. Pada hubungan kerja, karyawan
generasi Y di Indonesia hanya memiliki perbedaan perspektif mengenai metode
komunikasi dengan karyawan generasi Y di luar Indonesia, dimana karyawan
generasi Y yang bukan berasal dari Indonesia cenderung lebih senang
menggunakan metode komunikasi yang memanfaatkan perantara media
komunikasi seperti telepon atau media sosial. Perbedaan ini dapat disebabkan
karena kultur negara Asia, termasuk Indonesia yang merasa dapat lebih dalam
berkomunikasi saat dilakukan secara langsung dan dapat lebih menunjukan rasa
Lalu saat ditinjau dari perspektif pada sistem kerja di organisasi, karyawan
generasi Y cukup ingin menjalani pelatihan dengan metode konvensional,
namun cukup ingin pula menjalani pelatihan dengan menggunakan teknologi
seperti audio visual. Di samping itu generasi Y senang mendapatkan feedback
secara langsung segera setelah pekerjaan selesai dilakukan, mengerjakan
pekerjaan yang menantang, bersedia menunggu mendapatkan promosi pada
waktu yang ditentukan organisasi, ingin menjalani rotasi kerja, cukup puas
dengan kompensasi yang ditetapkan oleh organisasi, ingin diberikan instruksi
mengerjakan suatu pekerjaan secara bertahap, ingin terlibat dapat pengambilan
keputusan manajamen, sangat ingin menghabiskan waktu yang seimbang antara
kehidupan di tempat kerja dan bersama keluarga, serta ingin menjalani jam kerja
yang fleksibel.
Terdapat hasil penelitian yang berbeda pada perspektif mengenai metode
pelatihan, promosi, dan kompensasi. Perbedaan mengenai metode pelatihan
dapat disebabkan oleh penyebab yang sama dengan perbedaan pada perspektif
mengenai metode komunikasi, dimana karyawan generasi Y di Indonesia
tumbuh di kultur yang menjunjung pentingnya komunikasi secara langsung,
sehingga pelatihan menggunakan media teknologi masih belum terlalu diminati.
Di samping itu, negara Indonesia merupakan negara berkembang yang
kemajuan teknologinya tidak sepesat negara lain. Apalagi Indonesia merupakan
negara yang besar dan penyebaran teknologinya kurang merata, sehingga hanya
kota besar saja yang menerima kemajuan teknologi yang maju pesat hampir
menyamai negara maju lainnya.
Adapun perspektif pada nilai individu yang dimiliki karyawan generasi X
adalah memiliki kreatifitas yang tinggi, sangat menjunjung tinggi nilai etika,
mudah beradaptasi, kurang memiliki kecepatan kerja, sangat mementingkan
makan pekerjaan dan cukup senang belajar secara bertahap serta cukup senang
pada perspektif mengenai hubungan kerja, karyawan generasi X merasa senang
bekerja dalam tim, cukup menyenangi metode komunikasi tatap muka maupun
dengan perantara media komunikasi tertentu, sangat senang dengan tipe
kepemimpinan partisipatif, dan cukup loyal pada organisasi.
Saat perspektif pada sistem kerja ditinjau, generasi X cukup senang dengan
metode pelatihan konvensional maupun dengan yang menggunakan teknologi
audio visual, ingin mendapatkan feedback secara langsung, senang mengerjakan
pekerjaan yang menantang, bersedia menerima promosi dalam waktu yang
dianggap tepat oleh organisasi, cukup senang dengan kebijakan rotasi kerja,
puas dengan kompensasi yang ada, ingin mendapatkan instruksi pekerjaan untuk
mengerjakan sesuatu secara bertahap, cukup ingin dilibatkan dalam
pengambilan keputusan manajemen, sangat menghabiskan waktu bersama
keluarga dan di tempat kerja secara seimbang dan ingin bekerja dengan jam
kerja yang fleksibel.
Karyawan generasi X di Indonesia banyak memiliki perspektif yang
berbeda dari karyawan di luar Indonesia, seperti perspektif pada nilai individu,
yaitu kreatifitas, etika, adaptasi, makna pekerjaan, perspektif pada hubungan
kerja, yaitu teamwork dan tipe kepemimpinan, perspektif pada sistem kerja,
yaitu feedback, job enrichment, keterlibatan dalam pengambilan keputusan
manajemen, work-family balance dan fleksibilitas jam kerja.
Dari penjabaran di atas dapat dilihat bahwa terdapat 13 perspektif yang
sama dan 7 perspektif yang berbeda dari karyawan generasi Y dan X di
Indonesia. Perspektif yang sama adalah perspektif pada kreatifitas, adaptasi,
kecepatan kerja, makna pekerjaan, teamwork, tipe kepemimpinan, pelatihan,
feedback, job enrichment, promosi, instruksi pekerjaan yang dilakukan,
work-family balance, dan fleksibilitas jam kerja. Sedangkan perbedaan perspektif
terdapat pada etika, learning style, metode komunikasi, loyalitas, rotasi kerja,
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa karyawan generasi Y dan generasi X
di Indonesia tidak sepenuhnya memiliki perspektif yang sama dengan perspektif
karyawan generasi Y dan generasi X di luar Indonesia. Terdapat banyak
kesamaan perspektif antara generasi Y dan generasi X di Indonesia.. Hal ini
didukung oleh Purwanti, Rizky, dan Handriyanto (2013) bahwa karyawan
generasi Y dan karyawan generasi X di Indonesia dapat memiliki
kecenderungan untuk memiliki perspektif yang sama. Chen dan Lian (2015)
juga turut membenarkan bahwa diantara karyawan generasi Y dan generasi X di
Indonesia tidak terdapat perbedaan yang signifikan seperti di negara lainnya
dengan alasan karena terdapat perbedaan peristiwa sejarah, kultur dan situasi
yang dialami para generasi tersebut saat tumbuh dewasa. Kowske, Rasch dan
Wiley (2010) sependapat bahwa negara Indonesia memiliki sejarah, situasi,
kondisi dan budaya yang berbeda dari negara lainnya.
Perbedaan sejarah, situasi, kondisi dan budaya ini berpengaruh karena
pengalaman kultural dapat membuat keunikan pada perspektif karyawan dari
berbagai generasi dan kemudian berlanjut pada siklus dimana generasi pun
memainkan peran dalam menentukan kultur (Graen & Grace, 2015). (Lutbans &
Hob dalam Casey & Robbins, 2012) juga telah menyatakan sebelumnya bahwa
kultur berdampak dan mempengaruhi perilaku individu dan dapat menciptakan
sikap tertentu. Kultur tersebut dapat berdampak dan berpengaruh karena mereka
dipelajari, dibagikan, diturunkan kepada generasi selanjutnya secara turun
temurun, disimbolkan dan dibentuk polanya agar dapat dipelajari, dan individu
dapat menyesuaikan diri dengan kultur yang ada (Casey & Robbuns, 2012).
Di samping itu, terdapat kemungkinan bahwa generasi Y dan generasi X
memang secara khusus tidak jauh berbeda (Hinote & Sundvall, 2015), sebab
mereka memiliki kedekatan usia dan hubungan relasi, sehingga mereka dapat
berbagi perspektif mengenai nilai individu, hubungan kerja dan sistem kerja di