• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran IPA

2.1.1 Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Puskur, Balitbang Depdiknas (2009) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran IPA di sekolah menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan pembelajaran IPA ada penekanan pembelajaran Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. (dalam http://tpardede.wikispaces.com/file/view/ipa_unit_1.pdf pada tanggal 13-03-2012, 13:25).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah suatu proses pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki dan menemukan pengetahuan melalui penelusuran ilmiah yang berupa fakta-fakta, konsep atau prinsip untuk diidentifikasi di alam sekitar.

(2)

2.1.2 Hakekat Pembelajaran IPA

Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009), merujuk pada pengertian IPA itu maka disimpulkan bahwa hakekat pembelajaran IPA meliputi empat unsur utama yaitu:

a. Sikap

Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

b. Proses

Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi pengukuran dan penarikan kesimpulan.

c. Produk

Produk berupa fakta, prinsip, teori dan hukum atau dalil, serta hasil dari suatu proses.

d. Aplikasi

Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Keempat unsur tersebut merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuan bekerja dalam menemukan fakta baru.

Menurut Sri Harsono (dalam Indah, 2008), prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA diterapkan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.

(3)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakekat IPA itu menekankan pada pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman nyata didalam proses pembelajaran secara utuh tentang fenomena alam melalui pemecahan masalah, metode ilmiah dengan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang memungkinkan peserta didik untuk memperoleh pengalamannya sendiri didalam pembelajaran.

2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA

Dalam pembelajaran IPA SD/MI betujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(Kemendiknas dalam Dedy, 2011)

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar dan MI ada beberapa tujuan pembelajaran IPA, antara lain:

a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-kosep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

(4)

b. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. (Refandi, 2006),

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, tujuan pembelajaran IPA merupakan suatu pembelajaran yang membahas tentang ilmu alam sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan pemahamannya tentang konsep-konsep IPA dengan lingkungan sekitar.

2.1.4 Ruang Lingkup Pelajaran IPA

Ruang lingkup Mata Pelajaran IPA SD/MI secara garis besar terinci menjadi empat (4) kelompok, antara lain:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan

gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. (Kemendiknas dalam Dedy, 2011) Keempat kelompok bahan kajian IPA SD/MI tersebut disajikan secara spiral, artinya setiap bahan kajian disajikan di semua tingkat kelompok tetapi dengan tingkat kedalaman pembahasan yang berbeda; semakin tinggi tingkat kelompok semakin dalam bahasannya.

2.1.5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan standar kompetensi dan kompetensi dasar kelompok IV, semester 2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPA di sekolah dasar dapat dilihat dalam tabel 2.1 sebagai berikut:

(5)

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelompok IV Sekolah Dasar Semester II Tahun Ajaran 2011/2012

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar 7. Memahami gaya dapat

mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda

8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya

8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut

8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik

(6)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 9. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi.

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari.

10. Memahami perubah-an lingkungperubah-an fisik dperubah-an pengaruhnya terhadap daratan

10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut).

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan

(7)

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan

11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2006) Didalam penelitian ini peneliti mengambil standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai berikut:

 Standar Kompetensi : 10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan

 Kompetensi Dasar : 10.1 Mendiskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan oleh angin, hujan, cahaya matahari dan gelombang laut.

2.1.6 Metode Pembelajaran

2.1.6.1Pengertian Metode Pembelajaran

Berdasarkan ethimologis, metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti mempunyai cara atau jalan yang ditempuh. Metode pembelajaran adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan tindakan, atau suatu kerangka berfikir menyusun gagasan yang beraturan, terarah dan terkonteks, yang relevan dengan maksud dan tujuan. Sehingga dapat disimpulkan, metode adalah suatu sistem untuk melakukan suatu tindakan. (dalam http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/06/metode-penilitian.html pada tanggal 4 januari 2012, 15:00)

(8)

Menururt T. Raka Joni dalam Siti (2009) metode pembelajaran merupakan cara kerja yang diterapkan dan sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi metode merupakan suatu cara kerja untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Moedjiono Cs dalam Ps. Widi Raharjo (2002) metode pembelajaran adalah cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi dari orang lain, dimana informasi tersebut dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

Metode pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2008) adalah sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi dan mengimplementasikan rencana yang sudah disusun melalui proses berfikir menyusun gagasan yang terarah dan terkonteks dalam bentuk kegiatan nyata untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai di dalam pembelajaran.

2.1.6.2Macam-Macam Metode Dalam Pembelajaran

Menurut Ps. Widi Raharja (2002) ada bermacam-macam metode pembelajaran, antara lain:

a. Metode Ceramah.

Metode ceramah adalah suatu penyajian bahan ajar atau cara mengajar melalui penjelasan atau penuturan secara lisan oleh guru kepada peserta didik.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara untuk menyajikan bahan pelajaran dimana guru mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya secara lisan. Metoda tanya jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan

(9)

menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.

c. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa di dalam kelompoknya untuk mengadakan perbincangan secara ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau mencari berbagai alternatif pemecahan terhadap suatu masalah. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah. Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.

d. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk dikerjakan sesuai waktu yang ditentukan. Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda. Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka: 1) tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa, 2) hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok

(10)

yang lain atau oleh guru yang bersangkutan, serta 3) di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.

e. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak dilakukan pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap produk teknik atau bahan. Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini tergantung dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat saja.

f. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan. Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa.

(11)

g. Metode inquiry

Metode inquiry adalah suatu cara penyajian bahan ajar dengan menghadapkan siswa pada suatu masalah untuk menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data/informasi dengan pemikiran yang logis, kritis dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.

Dari beberapa metode pembelajaran di atas dalam penelitian ini akan digunakan metode inquiry dan metode ceramah (metode ceramah) untuk mengetahui perbedaan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. 2.1.7 Metode Inquiry

2.1.7.1Pengertian Metode Inquiry

Metode inquiry menurut Nanang dan Cucu (2009) merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Menurut Roestiyah (dalam Siti, 2009) metode inquiry merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelompok, dimana guru membagi tugas suatu masalah di dalam kelompok. Siswa dibagi kedalam kelompok, setiap kelompok mengerjakan tugas yang sudah ditentukan guru.

Menurut Piaget (dalam Wafi, 2009) metode inquiry merupakan suatu metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar dapat melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditentukan peserta didik. Menurut B. Joyce dan M. Weil (1996) metode inquiry adalah sebuah model yang intinya melibatkan siswa kedalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah

(12)

penyelidikan, membantu mereka mengidentifikasi konseptual atau metode pemecahan masalah yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

Wina Sanjaya (2008) mengemukakan metode inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Pembelajaran inquiry ada tahap-tahapannya, antara lain, tahap orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan yang terakhir adalah merumuskan kesimpulan (Wina Sanjaya, 2008).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode inquiry adalah serangkaian kegiatan pembelajaran dengan menghadapkan permasalahan pada peserta didik melalui proses penyelidikan dan pengidentifikasian masalah untuk menemukan sendiri jawaban yang sedang dibahas secara sistematis, analisis dari suatu masalah tersebut. 2.1.7.2Macam-Macam Metode Inquiry

Menurut Nanang dan Cucu (2009), metode inquiry dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan guru kepada siswanya. Ketiga jenis metode itu adalah:

1) Inquiry terbimbing.

Metode inquiry terbimbing merupakan metode dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Metode inquiry terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inquiry. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui

(13)

diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

2) Inquiry bebas

Pada metode ini, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri masalah yang akan dimiliki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang akan diperlukan. Selama proses pembelajaran, guru hanya sedikit memberikan bimbingan. Salah satu keuntungan dari metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksikan jawabannya sendiri.

3) Inquiry bebas yang dimodifikasi

Dalam metode ini, guru membatasi bimbingan agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa menemukan sendiri jawaban. Namun, apabila siswa tidak dapat menyelesaikan masalahnya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung yaitu dengan cara memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.

Dari macam-macam metode inquiry di atas dalam penelitian ini akan digunakan metode inquiry terbimbing. Dalam pembelajaran nanti siswa dihadapkan pada suatu permasalahan untuk dipecahkan secara individu maupun kelompok untuk menemukan jawabannya sendiri dari suatu permasalahan tersebut.

2.1.7.3Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Metode Inquiry

Menurut Wina Sanjaya (2008), secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

(14)

1) Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah penting, keberhasilan model ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktifitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi adalah:

 Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

 Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.

 Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. 2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inquiry, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau

(15)

dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4) Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode inquiry, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

5) Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6) Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2008), ada lima tahap pelaksanaan inquiri yang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu teori. Lima tahapan tersebut adalah:

1) Menghadapkan pada perrmasalahan

Pada tahap guru memberi permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksananan inquiri pada siswa.

(16)

2) Pengumpulan data dan verifikasi

Pada tahap siswa mengumpulkan data atau informasi tentang peristiwa atau masalah yang telah mereka lihat atau alami, dengan mengajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru hanya menjawab ya atau tidak.

3) Pengumpulan data eksperimentasi

Pada tahap ini siswa mengajukan faktor atau unsur baru kedalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa itu dapat terjadi secara berbeda.

4) Mengorganisir, formulasi dan penjelasan

Pada tahap ini guru meminta siswa untuk mengorganisir data dan menyusun suatu penjelasan. Artinya, data tersebut telah diorganisir kemudian dideskripsikan sehingga menjadi suatu paparan hasil temuannya.

5) Analisis proses inquiry

Pada tahap ini siswa diminta untuk menganalisis proses inquiry.

Menurut Soewarso (2010), langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran dengan metode inquiri adalah sebagai berikut:

1) Memperkenalkan masalah.

Pada tahap ini, guru memberikan suatu masalah yang akan diselesaikan.

2) Mengumpulkan data.

Pada tahap ini diharapkan semua siswa bertanya kepada guru. Jika siswa mendapat kesulitan dalam mengajukan pertanyaan, maka guru harus membantunya dengan memberikan suatu pernyataan yang berhubungan dengan tahap pertama.

3) Menganalisis Data

Pada tahap ini siswa bekerja secara individu atau secara kelompok.

(17)

5) Menguji Hipotesa

Pada tahap ini siswa akan menguji kebenaran hipotesa. 6) Membuat Kesimpulan

Pada tahap ini, baik individu atau kelompok siswa membuat kesimpulan. Setelah itu siswa melaporkan hasil diskusi.

Dari ketiga pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran inquiry tersebut intinya sama, mulai dari memperkenalkan masalah, mengumpulkan data, sampai dengan menarik suatu kesimpulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:

 Tahap orientasi atau guru memperkenalkan masalah yang harus diselesaikan siswa.

 Siswa melakukan verifikasi dan eksperimentasi. Pada tahap ini siswa merumuskan hipotesis. Pada tahap ini siswa dapat memecahkan masalah yang mereka alami, dapat mengumpulkan data dari kegiatan yang mereka alami, siswa dapat menentukan jawaban yang mereka anggap benar sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data sehingga terjadi interaksi antar anggota kelompok didalam satu kelompok

 Kemudian siswa merumuskan peristiwa yang terjadi atau yang telah dialami.

 Siswa menganalisis proses penelitian. Pada tahap ini siswa membuat kesimpulan dari kegiatan yang telah mereka alami.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode inquiry merupakan sebuah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji.

Tujuan utama pembelajaran ini adalah untuk menolong siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual dan kemampuan berpikir dengan

(18)

memberikan pertanyaan-pertanyaan, menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan secara mandiri.

Metode inquiry menurut Roestiyah (1991) mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode inquiry antara lain:

 Mendorong siswa untuk berpikir dan atas inisiatifnya sendiri, bersifat obyektif, jujur, dan terbuka.

 Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

 Dapat membentuk dan mengembangkan sel konsep pada diri siswa.  Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi

belajar yang baru.

 Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.

Sedangkan kelemahan metode inquiry, antara lain:

 Siswa perlu memerlukan waktu menggunakan daya otaknya untuk berpikir memperoleh pengertian tentang konsep.

 Siswa yang sulit berkonsentrasi dalam pembelajaran sering bermain sendiri pada saat melakukan eksperimen.

Dalam pelaksanaan metode pembelajaran inquiry perlu diperhatikan prinsip-prinsipnya, antara lain:

 Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri.

 Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa.  Siklus inquiry adalah observasi (observation), bertanya

(questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclussion)

 Langkah-langkah kegiatan inquiry: (a) merumuskan masalah, (b) mengamati atau melakukan observasi, (c) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain, (d) mengomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada

(19)

pihak lain (pembaca, teman sekelompok, guru, audiens yang lain). (dalam http://www.duniapembelajaran.com/2011/02/metode-pembelajaran-inquiry.html pada tanggal 4 Januari 2012, 15:05) 2.1.8 Metode Ceramah

Dalam metode ceramah yang pembelajarannya berpusat pada guru (teacher-centred approaches), Metode ini relatif mudah dalam penyampaiannya, namun cara ini kadang membosankan, maka dalam pelaksanaannya memerlukan ketrampilan tertentu agar penyajiannya tidak membosankan.

Menurut Roestiyah (1998) cara mengajar dengan ceramah itu merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.

Peran guru dan siswa dalam penerapan metode ceramah dapat dijelaskan dalam tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Penerapan Metode Ceramah Di Kelas

GURU SISWA

1. Berbicara sepanjang waktu jam pelajaran yang tersedia. 2. Aktif sendiri sepanjang

waktu pelajaran.

3. Mendominasi kelompok. Guru yang menentukan semua kegiatan yang harus dilaksanakan siswa.

4. Menempati suatu tempat kedudukan yang tetap (di belakang meja guru). 5. Komunikasi searah, yaitu

guru kepada siswa saja.

1. Mendengarkan atau mencatat uraian yang diberikan guru sepanjang waktu yang tersedia. 2. Pasif dalam arti tidak

diberikan kesempatan untuk bertanya, mengemukakan pendapat sendiri atau bergerak keluar dari kursi atau bangkunya.

3. Mengikuti segala sesuatu yang ditetapkan guru. 4. Menempati tempat duduk

(20)

5. Komunikasi searah, yaitu hanya dari guru kepada siswa.

Sumber: Sudaryo (1990)

Dari tabel di atas nampak bahwa dalam pembelajaran melalui metode ceramah guru lebih mendominasi dalam memberikan materi pembelajaran dan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru di depan kelompok.

Menurut Ps. Widi Raharjo (2002) metode ceramah mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode ceramah antara lain:

 Tepat untuk kelompok besar dan untuk menekankan hal-hal penting yang sedang dipelajari.

 Dapat untuk menghabiskan bahan pelajaran yang banyak dalam waktu yang singkat.

 Tidak terlalu menuntut menggunakan banyak alat/media peraga.  Untuk menjelaskan bahan pelajaran yang penting dan tidak terdapat

dalam buku teks.

 Untuk bahan pelajaran yang dirasa sukar walaupun terdapat dalam buku teks, tetapi guru perlu menjelaskan.

Sedangkan kelemahan dari metode ceramah antara lain:

 Hanya menghasilkan ingatan jangka pendek pada siswa.  Kegiatan lebih berpusat pada guru, sehingga anak pasif.

 Dapat melemahkan perhatian siswa, sehingga dalam pembelajaran ada siswa yang bermain sendiri jika guru menyampaikan materi dalam pembelajarannya kurang menarik.

 Menimbulkan rasa bosan, sehingga materi tidak dapat diterima dengan baik.

(21)

 Siswa kurang bisa menangkap penjelasan guru, jika dalam pembahasan materi kalimat yang digunakan guru sulit dipahami siswa.

2.1.9 Hasil Belajar

2.1.9.1 Pengertian Hasil Belajar

Setiap proses belajar mengajar, keberhasilan siswa dapat diukur menggunakan tes atau non tes dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa di dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana (2010) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Menurut Woordworth dalam Ismihyani (2000), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung melalui tes dalam pembelajaran siswa. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai. Suatu bukti keberhasilan atau kemampuan yang dimiliki setiap individu dalam penguasaan materi dalam pembelajaran yang dapat ditunjukkan dengan nilai atau skor.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan aktual siswa yang diukur melalui tes dalam pembelajaran guna untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai siswa di dalam pembelajaran. Suatu bukti keberhasilan atau kemampuan yang dimiliki setiap individu dalam penguasaan materi dalam pembelajaran yang dapat ditunjukkan dengan nilai atau skor.

2.1.9.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

(22)

a) Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

1. Faktor jasmaniah

Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beseta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya.

Kedua adalah cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat ini dapat berupa : buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi maka belajar akan terganggu, hendaknya apabila cacat ia disekolahkan di sekolah khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecatatan itu.

2. Faktor psikologis

Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: pertama inteligensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Kedua perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa

itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Ketiga minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. keempat

(23)

bakat yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini akan baru terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih.

Kelima motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baik

harus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir dan memusatkan perhatian saat belajar. Keenam kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan seseorang. Ketujuh kesiapan adalah kesediaan untuk memberi renspon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil belajar tidak akan baik.

3. Faktor kelelahan

Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Sehingga darah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu.

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus karena memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi suatu hal yang selalu sama atau tanpa ada variasi dalam mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

Menurut Slameto (2003) kelelahan baik jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara sebagai berikut: tidur, istirahat, mengusahakan variasi dalam belajar, menggunakan obat-obat yang melancarkan peredaran darah, rekreasi atau ibadah teratur, olah raga, makan yang memenuhi sarat empat sehat lima sempurna, apabila kelelahan terus-menerus hubungi sorang ahli.

(24)

b) Faktor-faktor ekstern

Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Oleh karena itu, keluarga merupakan salah satu yang berperan pada hasil belajar. Oleh sebab itu orang tua harus mendorong, memberi semangat, membimbing, memberi teladan yang baik, menjalin hubungan yang baik, memberikan suasana yang mendukung belajar, dan dukungan material yang cukup.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus menciptakan suasana yang kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik, kurikulum yang sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman, metode pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana penunjang cukup memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana yang lainnya.

3. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan siswa dalam

(25)

mayarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi masyarakat, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Kedua multi media misalnya: TV, radio, bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan lain-lain. Semua itu ada dan beredar di masyarakat. Ketiga teman bergaul, teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap diri siswa begitu sebaliknya. Contoh teman bergaul yang tidak baik misalnya suka begadang, pecandu rokok, keluyuran minum-minum, lebih-lebih pemabuk, penjinah, dan lain-lain. Keempat bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa yang tinggal di situ.

Melalui penjelasan faktorinten dan ekstern yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil belajar, dan untuk memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan, maka siswa harus memperhatikan faktor-faktor intern dan ekstern.

2.1.9.3Pengukuran Hasil Belajar

Tes adalah alat untuk mengukur hasil belajar siswa. Dilakukannya tes bertujuan untuk mengukur hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. Terdapat persepsi yang kuat pada diri siswa umumnya bahwa suatu nilai tes yang baik merupakan tanda hasil belajar yang tinggi, sedangkan nilai tes yang rendah merupakan kegagalan dalam belajar. Nilai

(26)

tes dapat menjadi salah satu indikator untuk mengetahui ketercapaian hasil belajar di dalam pembelajaran.

Teknik penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes tertulis, yaitu dengan cara guru memberikan tes kepada siswa. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat diukur dengan besarnya skor yang diperoleh dari instrumen tes. Dalam penelitian ini, instrumen tes pada saat tes awal pra penelitian berupa 15 soal pilihan ganda untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sedangkan untuk tes akhir berupa 20 soal pilihan ganda. Cara untuk menentukan hasil belajar adalah, siswa mengerjakan 20 soal pilihan ganda pada saat tes akhir setelah diberikan perlakuan menggunakan uji t untuk mengetahui perbedaan nilai signifikansi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sehingga nampak adanya pengaruh nilai hasil belajar yang diperoleh siswa dari setelah diberikan perlakuan. Di dalam pembelajaran yang sudah menggunakan KTSP, setiap mata pelajaran mempunyai batasan minimal ketuntasan belajar. Pada mata pelajaran IPA di SDN 1 Sidomulyo dan SDN 3 Sidomulyo, batasan minimal ketuntasan belajar atau KKMnya adalah ≥ 65. Jadi, jika skor siswa belum mencapai ≥ 65, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut belum tuntas, sedangkan siswa yang skor atau hasil belajarnya sudah mencapai atau melebihi ≥ 65, maka siswa tersebut dapat dikatakan tuntas dalam belajarnya.

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

Suatu penelitian yang akan dibuat, perlu memperhatikan penelitian lain yang digunakan sebagai bahan kajian yang relevan. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

Tutik (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Metode Inquiri Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa kelas V SD Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011”, menyimpulkan bahwa di dalam penelitiannya, ada pengaruh pemanfaatan metode inquiry terhadap prestasi

(27)

belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Siwal 01 yang nampak pada hasil rata-rata kelompok eksperimen dari hasil pretest sebesar 71,40, setelah dilakukan treatmen dan siswa diberi tes, rata-rata kelompok menjadi 76,20, dengan t hitung sebesar 2,451 dan t tabel sebesar 2,406 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,022. Karena tingkat signifikansi pada T-test lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan yang nyata terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan pemanfaatan metode inquiry dan pembelajaran ceramah. Jadi pemanfaatan metode inquiry dalam pembelajaran itu berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V pada semester 2 di SD Negeri Siwal 01 pada semester II tahun ajaran 2010/2011. Di dalam penelitiannya jumlah siswa kelas V ada 15 siswa di kelompok eksperimen, 12 siswa di kelompok kontrol.

Wafi (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Metode Inquiri Guna Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa kelas IV Pada Pembelajaran IPA Di SD Negeri Tutup II Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester I Tahun Ajaran 2009/2010”, menyimpulkan bahwa di dalam penelitiannya ada peningkatan ketuntasan prestasi belajar siswa yang terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya terdapat 3 siswa (10.71 %) yang telah tuntas dalam belajarnya, pada Siklus I ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 20 siswa (78,57 %) yang telah tuntas, dan pada Siklus II ketuntasan belajar siswa menjadi 100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inquiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Pada Pembelajaran IPA Di SD Negeri Tutup II Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester I Tahun Ajaran 2009/2010. Di dalam penelitiannya jumlah siswa kelas IV ada 28 siswa, 13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

Abdul (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan metode inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi kerangka manusia pada siswa kelas IV SDN Pagentan II Singosari Kabupaten Malang”, menyimpulkan bahwa di dalam penelitiannya ada peningkatan ketuntasan

(28)

hasil belajar siswa yang terjadi secara bertahap, dimana peningkatan ini ditunjukkan oleh perbandingan rata-rata hasil belajar yang dicapai antara siklus I (39,29), siklus II (85,71) peningkatan prosentase 46,42. Dan juga adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus I yang hanya 62,9 menjadi 74,5 pada siklus II. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan metode inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi kerangka manusia pada siswa kelas IV SDN Pagentan II Singosari Kabupaten Malang.

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut nampak jelas terdapat pengaruh penggunaan metode inquiry terhadap hasil belajar siswa. Sehingga penelitian di atas mendukung penelitian ini. Pada penelitian ini ditekankan penggunaan metode inquiry yang dianggap dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam proses belajar-mengajar terkandung serangkaian perbuatan pendidik/guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Guru dalam proses belajar mengajar bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Selain itu guru di dalam pembelajaran harus menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang sedang dibahas. Karena metode pembelajaran yang sesuai akan berpengaruh pada keberhasilan proses belajar mengajar. Sebagaimana keberhasilan proses pembelajaran tentunya tidak lepas dari guru sebagai salah satu perencana didalam pembelajaran. Tingkat keberhasilan proses belajar mengajar dapat dicerminkan dengan hasil belajar siswa yang mencapai KKM.

Di SDN 1 Sidomulyo dan SDN 3 Sidomulyo dalam pembelajaran IPA semester I sebagian besar siswa kelas IV belum mencapai KKM. Hal

(29)

ini disebabkan guru di dalam pembelajaran masih menggunakan metode ceramah pada saat pembelajaran berlangsung. Sehingga anak kurang antusias di dalam pembelajaran dan kurang memahami materi. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu digunakan metode pembelajaran yang menarik, kreatif dan inovatif oleh guru. Salah satu metode pembelajaran yang dapat menjadi alternatif guru adalah metode inquiry. Dengan metode ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri sampai siswa dapat menemukan jawaban dari masalah itu.

Melalui penggunaan metode inquiry siswa akan lebih mudah memahami dan menguasai materi dalam pembelajaran IPA, siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasi belajar siswa lebih optimal, siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga suasana kelompok menjadi lebih menarik dan tidak membosankan sehingga dapat menjadikan pembelajaran lebih bermakna, yang akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan, dapat diajukan hipotesis penelitian, bahwa ada pengaruh penggunaan metode inquiry dalam pembelajaran IPA dengan materi perubahan lingkungan terhadap hasil belajar siswa kelas IV semester II SDN 1 dan 3 Sidomulyo Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora.

Gambar

Tabel 2.2 Penerapan Metode Ceramah Di Kelas

Referensi

Dokumen terkait

This presentation does not constitute or form part of any offer for sale or invitation, or solicitation of an offer, to subscribe for or purchase any securities and neither

Peneliti menganggap faktor ini perlu diteliti, apakah STMIK STIKOM Bali merupakan kampus tujuan utama bagi para Dosen berkualitas untuk mengabdi, sehingga menjadi referensi

Dewasa 1-4 orang 30-60 menit Ruang tunggu Berenang Aktif, dinamis Dilakukan dengan berdiri, berseluncur, terlentang, oleh perorangan maupun kelompok Anak-anak 5-50 orang. 30-60

Plasma darah adalah sampel yang dibutuhkan karena sulfametoksazol berikatan dengan protein plasma bukan serum di dalam darah.. Langkah pertama dalam penetapan kadar

Inquiry maka civic disposition dapat tertanam dengan baik dalam diri setiap siswa, seperti siswa menjadi lebih peka terhadap isu-isu sosial atau masalah-masalah

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dengan perlakuan berupa remediasi pokok bahasan arus dan tegangan listrik bolak-balik selama seminggu bagi siswa

There are four forms of communication (dramatic, kinesthetic, musicalistic, and visualistic) in the research of performing art communication of Indonesian contemporary

Pada siklus II dilaksanakan upaya perbaikan dari kendala pada siklus I, perbaikan yang paling mencolok adalah pada penggantian media pembelajaran yang lebih konkret