• Tidak ada hasil yang ditemukan

dismenore

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "dismenore"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan wanita setiap bulannya untuk kehamilan (Keikos, 2007). Menstruasi menurut Prawiroharjo (1999) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, di sertai dengan pelepasan (deskuamasi)endometrium. Walaupaun menstruasi datang setiap bulan pada usia reproduksi, banyak wanita yang mengalami ketidaknyamanan fisik atau merasa tersiksa saat menjelang atau selama haid berlangsung (Blogdokter, 2007). Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala- gejala pada salah satu waktu haid, tetapi sebagian kecil merasa berat di panggul atau merasa nyeri (Sarwono, 2007).

Ketidaknyamanan fisik saat menstruasi yaitu dismenore.

Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu

gejala yang paling sering menyebabkan wanita- wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan (Sarwono,

2007). Dismenoremerupakan keluhan yang paling sering di temukan

oleh ahli ginekologi, pemeriksaannya harus di laksanakan secara sistematis. Riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh merupakan cara diagnostik yang berhubungan dengan asaldismenore. Diagnostik tidak boleh berhenti pada jenis kelainan adanya penyakit atau kelainan yang menjadi dasar penyebabnya harus di cari, di diagnosis kemudian di terapi dengan sesuai (www.kompas.co.id).

(2)

Pada gadis- gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram bervariasi, pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman dan letih, sedangkan beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktivitas sehari-hari.

Namun waspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap bulannya dalam jangka waktu yang lama, karena kondisi itu merupakan salah satu gejala endometritis (penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot non- kanker sejenis tumor fibroid di luar rahim). Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jeladss yang menyebabkannya (Sastrowardoyo, 2007).

Sekitar 50% dari wanita yang sedang haid mengalami dismenore dan 10% nya mempunyai gejala yang hebat sehingga memerlukannya istirahat di tempat tidur (Hacker, 2007). Menurut beberapa laporan internasional prevalensi dismenore sangat tinggi dan setidaknya 50% remaja putri mengalami dismenore sepanjang tahun-tahun reproduktif.

Suatu studi menyatakan akibat dismenore tersebut sekitar 10% hingga 18%, dismenore adalah penyebab utama absen sekolah dan terganggu aktivitas lain. Hal ini diperkuat oleh penelitian sulastri (2006) bahwa akibat keluhan dismenore pada remaja putri di purworejo berdampak pada gangguan aktivitas sehari- hari sehingga menyebabkan absen sekolah < 3 hari.

(3)

Hasil studi terbaru menunjukan bahwa hampir 10% remaja

yang dismenore mengalami absence rate1-3 hari per bulan atau

ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehari- hari akibat nyeri hebat (Poureslami, dkk dalam sulastri 2006). Hal ini diperkuat oleh jarret, dkk dalam sulastri (2006) tingkatan rasa sakit saat menstruasi adalah sakit ringan 47,7% dan sakit berat sebanyak 47%. Selanjutnya untuk menghilangkan rasa sakit, remaja tersebut menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi dengan dokter, minum obat analgesik 32,5%, melakukan kompres dengan air panas 34% dan yang tersering melakukan istirahat sekitar 92%.

Dismenore banyak di alami oleh para wanita. Di Amerika Serikat

di perkirakan hampir 90 % wanita mengalami dismenore, dan 10-15

% di antaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan

mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Penelitian di Swedia menjumpai 30 % wanita menurun jumlah penghasilannya dikarenakan nyeri saat haid (Jurnal Occupation And Invironment Medicine, 2008).

Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25 %

yang terdiri dari 54,89 % Dismenore primer dan 9,36

% Dismenore sekunder (Info Sehat,2008). Tidak ada angka yang pasti mengenai penderita nyeri haid di Indonesia, namun di Surabaya di dapatkan 1,07 % sampai 1,31 % dari jumlah penderita datang ke bagian kebidanan (Harunriyanto, 2002).

Angka kejadian dismenorepada remaja diperkirakan 1,12 %

sampai 1,35 % dari jumlah penderita yang memeriksakan diri ke petugas kesehatan (Profil kesehatan lampung 2007).

(4)

Di Metro, untuk angka kejadian Dismenore belum terdata dengan sistematis. Akan tetapi, untuk pelayanan terhadap kesehatan remaja cenderung berfluktuatif atau naik turun, pada tahun 2007 sebesar 13,05% dan cakupan ini masih jauh dari target yang ditetapkan. Jika dilihat distribusinya maka hanya empat kabupaten yang memiliki data yaitu Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Way Kanan. Berbagai upaya perlu dilakukan agar pencatatan dan pelaporan diperbaiki sehingga data pelayanan kesehatan remaja dapat tercover (ProfilKesehatan Propinsi Lampung Tahun 2007).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan kepada 30 santri

Al-Muhsin, sebanyak 50% (15 santri) mengalami dismenore dan hanya

33% (5 santri) yang mengerti tentang nyeri haid dengan pengetahuan yang minim serta menanganinya dengan mengompres di bagian perut menggunakan air hangat. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas penulis ingin melakukan penelitian tentang “Hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011”.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis uraikan, maka masalah yang dapat di identifikasi adalah :

1. Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25 % yang terdiri

(5)

Tidak ada angka yang pasti mengenai penderita nyeri haid di Indonesia, namun di Surabaya di dapatkan 1,07 % sampai 1,31 % dari jumlah penderita datang ke bagian kebidanan .

2. Dalam penelitian oleh jarret, dkk dalam sulastri (2006) tingkatan rasa

sakit saat menstruasi adalah sakit ringan 47,7% dan sakit berat sebanyak 47%. Selanjutnya untuk menghilangkan rasa sakit, remaja tersebut menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi dengan dokter, minum obat analgesik 32,5%, melakukan kompres dengan air panas 34% dan yang tersering melakukan istirahat sekitar 92%.

3. Dari 30 santri putri Al- Muhsin, sebanyak 50% (15 santri)

mengalamidismenoredan hanya 33% (5 santri) yang mengerti tentang

nyeri haid dengan pengetahuan yang minim serta menanganinya dengan mengompres di bagian perut menggunakan air hangat.

1.3 Rumusan Masalah 1.3.1 Masalah

Belum diketahuinya hubungan pengetahuan remaja tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Pon. Pes. Islam Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011.

1.3.2 Permasalahan

Permasalahan pada penelitian ini adalah adalah “Bagaimana hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan

(6)

penanganan dismenore pada santri Pon. Pes. Islam Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011”.

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui adakah Hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Al-Muhsin Metro Utara Tahun 2011.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui frekuensi pengetahuan tentang dismenore pada

santri putri Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011.

2. Untuk mengetahui frekuensi penanganan dimenore pada santri putri

Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011.

3. Untuk menganalisis Hubungan pengetahuan remaja putri tentang

dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadi masukan bagi para pembaca dan meningkatkan pengetahuan khususnya mahasiswa kebidanan tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Al- Muhsin Metro Utara ”.

(7)

Sebagai masukan dan informasi bagi remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Al- Muhsin Metro Utara”.

1.5.3 Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian di bidang kesehatan reproduksi khususnya tentang dismenore.

1.5.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bacaan dan pembanding bagi peneliti selanjutnya untuk pengembangan penelitian lebih luas.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas tentang hubungan antara pengetahuanremaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore di Pon. Pes. Al- muhsin Metro Utara. Rancangan penelitian

ini yaitu analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel yang

diteliti meliputi penanganan dismenore sebagai variabel dependen serta pengetahuan remaja putri tentang dismenore sebagai variabel independen. Lokasi penelitian di Pon. Pes. Al-muhsin Metro Utara. Penelitian ini dilakukan selama bulan juli 2011.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dismenore 2.1.1 Pengertian

(8)

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi (Imew, 2007). Sedangkan menurut kamus kedokteran (2005) dismenore berarti nyeri sewaktu haid. Dismenore merupakan nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari- hari wanita dan mendorong penderita untuk melekukan pemeriksaan atau konsultasi ke dokter, puskesmas atau ke bidan (Manuaba, 1998).

Dismenore berarti karam, nyeri, ketidaknyamanan lainnya yang di hubungkan dengan menstruasi (Saturned, 2008). Sedangkan menurut Prawiroharjo (1999) dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabakan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan.

2.1.2 Patofisiologi

a. Hiperaktivitas uterus dan berkurangnya aliran darah uterus

Penyelidikan yang menggunakan catatan tekanan intra uterus telah memperlihatkan hiperaktivitas uterus, yaitu kontraksi uterus yang lebih sering atau kontraksi- kontraksi yang lebih besar intensitasnya atau peningkatan tonus uterus yang mendasarinya, atau sejumlah kombinasi dari ketiga pengamatan ini pada hampir semua wanita yang mengeluh dismenore primer.

b. Kelainan anatomi

Faktor- faktor anatomi dapat juga menyokong dismenore. Stenosi servik pernah di pikirkan sebagai penyebab umum dismenore (Ginekologi Greenhill:110).

(9)

Mekanisme terjadinya dismenore yaitu korpus luteum berumurhanya 8 hari “korpus luteum menstruasionis” dan sejak umur 4 hari telah menurun pengeluaran estrogen dan progesteron disertai perbandingan yang tidak seimbang.

Penurunan dan ketidakseimbangan estrogen dan progesteron (E2/P) = 0.01 menjadi pemicu pengeluaran dari :

1) Enzim lipogenase dan siklosigenase.

2) Kerusakan membran sel sehingga dapat dikeluarkannya : a) Asam fosfolipase.

b) Asam fosfatase. c) Mengeluarkan ion Ca.

3) Pembentukan prostaglandin dari asam

arakidonik (Manuaba:2001)

2.1.3 Macam- Macam Dismenore

Berdasarkan penyebabnya, dismenore di kelompokkan menjadi dua yaitu dismenore primer (esensial, intrinsik, idiopatik), tidak terdapat hubungan dengan kelainan ginekologik dan dismenore sekunder (ekstrinsik, yang di peroleh, aquired) di sebabkan oleh kelainan (salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis serivisis uteri, dan lain- lain) (Prawiroharjo,1999).

2.1.3.1 Dismenore Primer 2.1.3.1.1 Pengertian

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di jumpai kelainan pada alat- alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau

(10)

lebih, oleh karena siklus- siklus haid pada bulan- bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama- sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit- jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya.

2.1.3.1.2Faktor- faktor Penyebab

Beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain :

a. Faktor kejiwaan

Pada gadis- gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore.

b. Faktor konstitusi

Faktor ini erat hubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor- faktor seperti anemia, penyakit menahun dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.

c. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, tetapi ini tidak di anggap sebagai faktor penting penyebab dismenore.

(11)

Pada umumnya da anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore primer di sebabakan oleh kontraksi uterus yang berlebihanan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus.

Novak dan Reynoldss yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon esterogen merangsang kontraktilitas uterus, sedang hormon progesteron menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerengkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulator.

e. Faktor alergi

Teori ini di kemukakan setelah memperhatiakn adanya asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid. Penyelidikan dalam tahun- tahun terakhir menunjukan bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi dismenore primer (Prawiroharjo, 1999).

2.1.3.2 Dismenore Sekunder

Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada keluhan yang menetap seperti infeksi rahim, kista, atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ

dan jaringan sekitarnya (www.compas.co.id). Dismenore sekunder

adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis genitalis (Manuaba, 2001).

Menurut Hacker (2001) tanda – tanda klinik dari dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder

(12)

tidak terbatas pada haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada wanita yang lebih tua (tiga puluhan atau empat puluhan tahun) dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal).

Dismenore sekunder dapat di sebabkan oleh :

1. Rahim yang terbalik, sehingga membuat darah haid tidak mudah di

keluarkan.

2. Benjolan besar atau kecil didalam rahim.

3. Peradangan selaput lendir rahim.

4. Pemakaian spiral

5. Endometriosis

6. Fibroid atau tumor

7. Infeksi pelvis

(www.compas.co.id).

2.1.3.2.1 Gejala Klinis

Gejala- gejala klinis biasanya di mulai sehari sebelum haid, berlangsung selama hari pertama dan hari ke dua haid dan jarang terjadi setelah itu. Rasa nyeri biasanya merupakan nyeri di garis tengah perut di atas tulang kemaluan, nyeri terasa hilang timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya menngikuti arah rahim dan dapat menjalar ke arah pinggang bagian belakang. Selain rasa nyeri dapat di sertai rasa mual, muntah, sakit kepala dan mudah tersinggung atau

depresi (www.compas.co.id).

Dismenore primer terjadi bersamaan atau beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus – siklus haid pada bulan – bulan pertama setelah menarche

(13)

umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama – sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang, biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare dan iritabilitas.

Sedangkan tanda – tanda klinik dari dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada wanita yang lebih tua (tiga puluhan atau empat puluhan tahun) dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal).

2.1.3.2.2 Dampak Dismenore

Perlu waspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap bulannya dalam jangka waktu yang lama, karena kondisi itu merupakan salah satu gejala endometritis (penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot non- kanker sejenis tumor fibroid di luar rahim). Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya (Sastrowardoyo, 2007).

2.2 Pengetahuan

(14)

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial-budaya.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) membagi 6 tingkat pengetahuan. Ada 6tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

(15)

Aplikasi diartikan sebagai kamapuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4) Analisa (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2002:25) beberapa faktor yang berhubungan dengan karakteristik subjek antara lain:

a. Usia

Semakin cukup usia tingkat kemampuan atau kematangannya akan lebih mudah untuk berfikir dan mudah menerima informasi.

(16)

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangan atau masyarakat yang pendidikannya tinggi akan lebih mudah menerima informasi atau penyuluhan yang akan diberikan dan lebih cepat merubah sikapnya dalam kehidupan sehari-hari.

c. Intelegensi

Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan diri dan cara pengambilan keputusan masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan disbanding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.

d. Sosial-ekonomi

Mempengaruhi tingkah laku seseorang yang berasal dari social ekonomi tinggi dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya tetapi bagi masyarakat yang social ekonominya rendah akan merasa takut untuk mengambil sikap dan tindakan.

e. Sosial-budaya

Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai social keagamaan untuk memperkuat super egonya.

2.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern (ilmiah).

(17)

a. Cara tradisional (non ilmiah)

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain :

(1) Coba-coba dan salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.

(2) Cara kekuasaan (otoritas)

Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri.

(3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu.

(4) Melalui jalan pikir

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.

(18)

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan objek penelitian (Notoatmodjo, 2005).

2.2.5 Cara Mengukur Pengetahun dan Hasil Pengukuran

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang di ukur dari subjek penelitian atau responden. Pendalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

Menurut Sugiyono (2007) hasil pengukuran pengetahuan dengan menggunakan hasil rata- rata keseluruhan dan di implementasikan ke dalam2 kategori, yaitu :

1. Kategori pengetahuan baik, jika skor jawaban > mean.

2. Kategori pengetahuan kurang baik, jika skor jawaban <mean.

2.3 Penanganan 2.3.1 Pengertian

Penanganan adalah proses, cara, perbuatan menangani (www.artikata.com).

2.3.2 Penanganan Dismenore

(19)

Perlu di jelaskan pada penderita bahwa dismenore adalah gangguan tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul mengenai haid perlu di bicarakan. Nasihat- nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup dan olahraga yang berguna. Kadang- kadang di perlukan psikoterapi.

2. Penberian Obat Analgetik

Pemberian obat analgetik yang di berikan sebagai terapi simptomatik. Obat analgetik yang sering di berikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein.

Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non – steroid (misalnya ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai 1 – 2 hari menstruasi.

3. Terapi Hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tujuan ini dapat dicapai dengan dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

4. Terapi dengan Obat Nonsteroid antiprostaglandin

Memegang peranan penting yang makin penting terhadap dismenore primer. Obat yang menurunkan jumlah prostaglandin akan membantu mengurangi rasa nyeri. Hendaknya pengobatan diberikan sbelum haid dimulai (1 sampai 3 hari sebelum haid) dan pada hari pertama haid (Prawiroharjo, 1999).

(20)

6. Memberikan terapi dengan mengompres bagian perut yang nyeri

dengan menggunakan air hangat yang dimasukkan ke dalam botol (www. Medicastore.co.id).

7. Pemijatan didaerah punggung dan paha

8. Orgasme pada aktivitas seksual

2.4 Remaja

2.3.1 Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adolescentra yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence , seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. (Hurlock, 2000)

Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama. (Hurlock, 2000).

2.3.2 Batasan Usia Remaja

Awal masa remaja berlangsung kira-kira 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat. (Hurlock, 2000)

(21)

Pada masa adolesensi ini terjadi proses kematangan yang berlangsung secara lambat dan teratur. Masa ini merupakan kunci dari perkembangan anak. Menurut banyak ahli jiwa, batas waktu adolesensi itu ialah 17-19 tahun atau 117-21 tahun. (Kartono, Kartini, 1992 : 65)

Sedangkan menurut WHO batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa, atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan dalam kelompok remaja.

(http://smileboys.blogspot.com/2008/06/pengertian-remaja.html)

2.3.3 Aspek-Aspek Perkembangan Pada Masa Remaja

1. Perkembangan fisik

Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

2. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara

(22)

biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds, 2001).

Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.

Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan

(23)

yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.

3. Perkembangan kepribadian dan social

Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.

Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak

(24)

dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001).

BAB III

KERANGKA KONSEP, VARIABEL DAN

DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep

Kerangka kerja penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Nototmodjo, 2005). Berdasarkan kerangka teori di atas, maka kerangka konsep dari hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenoredapat dilihat pada kerangka di bawah ini :

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian

(25)

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

Dalam penelitian ini digunakan dua jenis variabel yaitu :

1. Variabel bebas/independen yaitu variabel yang mempengaruhi

variabel dependen. Dalam penelitian ini pengetahuan remaja putri tentang dismenoresebagai variabel bebas.

2. Variabel terikat/dependen yaitu variabel akibat dari variabel

independen. Dalam penelitian ini penanganan dismenoresebagai variabel terikat.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional berguna untuk membatasi ruang atau pengertian variabel-variabel yang diamati. Definisi Operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument alat ukur (Notoatmojo, 2005).

Adapun definisi operasional penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 3.1. Definisi operasional variabel Penelitian

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

(26)

Independent : Pengetahuan remaja putri tentang Dismenore Kemampuan remaja putri untuk menjawab pertanyaan yang diberikan tentang dismenore

Angket Kuesioner Jika jawaban : - Ya : Skor 1 - Tidak : Skor 0

Kemudian dikategorikan pengetahuan :

a. Baik :> Mean b. Kurang Baik :< Mean

Ordinal Dependent : Penanganan Dismenore Perawatan yang diberikan untuk mengatasi dismenore pada remaja putri

Angket Kuesioner Jika jawaban : - Ya : Skor 1 - Tidak : Skor 0 Nominal Hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Al- muhsin

Jika ά p value < 0,05, artinya ada hubungan bermakna secara statistik atau Ha diterima, jika p Value > 0,05 tidak ada hubungan secara statistik atau Ha di tolak.

3.4 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Notoadmojo, 2005). Berdasarkan latar belakang dan perumusan

(27)

masalah, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut :

Ha = Ada hubungan antara pengetahuan remaja putri santri Al- Muhsin tentang dismenore dengan penanganan dismenore di Pon. Pes. Putri Al- Muhsin Metro Utara.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian

dengan metode survey analitik dengan pendekatan waktu

secara Cross sectional yaitusuatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu

saat atau point time approach (Notoatmodjo, 2005).

Rancangan penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri santri Al- Muhsin tentang dismenore dengan penanganan dismenore di Pon. Pes. Islam Al-Muhsin Metro Utara Tahun 2011.

4.2 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri santri Al- Muhsin Metro Utara

(28)

yang telah mengalami menstruasi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 390 santri.

4.3 Sample Penelitian dan tekhnik sampling

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Jumlah sampel dihitung menggunakan rumus Notoatmodjo (2005) sebagai berikut :

Keterangan:

n = Besar Sampel N = Besar Populasi

d = Tingkat Kepercayaan

Dengan perhitungan menggunakan rumus tersebut sebagai berikut: n = 390 1 + 390 (0,05)2 n = 390 1 + 390 (0,0025) n = 390 1 + 0,975 n = 390 1,975 n = 197

Berdasarkan rumus Notoatmodjo (2005) di atas maka didapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 197 santri dari 390 santri remaja putri yang telah mengalami menstruasi. Untuk mempermudah

(29)

peneliti dalam proses penghitungan, maka sampel penelitian dibulatkan menjadi sebesar 200 santri dari 197 santri.

Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

metodetekhnik sampling berupa Simple Random Sampling, yaitu

sampel diambil secara acak. Dan diambil menggunakan metode pengambilan secara acak sederhana (Arikunto, 2006).

4.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama bulan juli dan mengambil lokasi penelitian di Pon. Pes. Putri Al- Muhsin Metro Utara dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian di Pon. Pes. Putri Al- Muhsin mengenai permasalahan dismenore dengan penanganan dismenore.

4.5 Instrumen dan TekhnikPengumpulan Data

Rancangan pengukuran variabel disusun dengan maksud agar penelitian ini dapat dilakukan seefektif mungkin dalam pengukuran data dan pengolahan data. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah pengetahuan, dengan teknik pengukuran yang digunakan adalah angket dan alat ukur berupa kuesioner yang diberikan kepada responden.

Menurut Notoatmojo (2005) kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengajukan suatu daftar pertanyaan tertulis kepada sejumlah individu dan individu yang diberikan daftar pertanyaan tersebut diminta untuk memberikan jawaban secara tertulis pula.

(30)

Menurut Notoatmojo (2005) angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum atau orang banyak. Angket ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban dan sebagainya.

Kuesioner yang ada, sudah mendapatkan uji validitas dan rehabilitas yang gunakan untuk mengetahui instrumen yang ingin di ukur dan untuk mengetahui alat ukur yang akan digunakan dapat dipercaya atau tidak, jika item yang tidak valid maka akan di gugurkan.

4.6 Tekhnik Pengolahan Data

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi ; a. Langkah Persiapan

Langkah persiapan yang mencakup perbuatan rencana kuisioner adalah:

Menentukan sasaran atau populasi dan jumlah sampel Membuat kerangka pertanyaan

Menyusun urutan pertanyaan Membuat format kuisioner Memperbanyak kuisioner

b. Langkah Pelaksanaan

Langkah pelaksanaan yaitu mencakup pelaksanaan tahapan adalah :

Membuat surat izin melakukan penelitian di lokasi

(31)

Cara pengumpulan data yang diperlukan dengan pembagian kuisioner,

yang dilaksanakan sendiri oleh peneliti sesuai dengan jumlah sampel

Memproses dengan menganalisis data jawaban yang telah terkumpul.

4.7 Tehnik dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi 5 tahap yaitu penyuntingan (editing),

pengkodean (coding), tabulasi (tabulating), entry data

dan Cleaning(Pembersihan)

Editing

Editing adalah tahap memeriksa seluruh daftar pertanyaan antara lain kesesuaian jawaban, kelengkapan, pengisian serta ketetapan jawaban yang diisi dan dikembalikan oleh responden.

Coding

Codingadalah kegiatan memproses data memberikan skor pada kolom sebelah kanan daftar pertanyaan sesuai jawaban yang diberikan responden. Skor yang digunakan oleh penulis untuk pengetahuan dismenore (variabel independent) adalah :

1 = Jika jawaban Ya 0 = Jika jawaban Tidak

skor untuk penanganan dismnenore (variabel Dependent) adalah : 1 = Jika jawaban Ya

0 = Jika jawaban Tidak

Tabulating

Angka-angka dalam skor setiap butir pertanyaan dijumlahkan sehingga diperoleh skor keseluruhan kemudian jumlah skor keseluruhan dibandingkan dengan skor tertinggi (yang diharapkan) dan dikalikan 100% sehingga diperoleh persentase dan dijadikan

(32)

dalam pertimbangan dalam pemberian predikat sesuai dengan tolok ukur yang ditentukan (Arikunto, 1996).

Entry data

Tahap ini dilakukan dengan memasukkan data kedalam komputer untuk di olah dan dianalisa melalui program komputer.

Cleaning (Pembersihan)

Merupakan kegiatan mengecek ulang data yang sudah di entri, apakah ada kesalahan atau tidak.

4.7.1 Analisis Data

Teknik Analisa Data yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah analisis univariat yang digunakan untuk mengetahui distribusi dan persentasi dari tiap variabel (Notoatmojo, 2005)

4.7.1.1 Analisa Univariat

Keseluruhan hasil jawaban responden tentang

kuesionerpengetahuan remaja putri tentang

dismenoredijumlahkan. Data yang ada dikelompokkan dan dikategorikan dengan sebuah skala tertentu kemudian dicari kelompok responden dengan kategori tertentu yang jumlah respondennya terbanyak dan paling sedikit.

f

P = x 100% n

(33)

(Eko Budiarto: 2001) Keterangan:

P = Persentase

n = Jumlah Responden

f = Skor jawaban responden

Kemudian untuk mengkategorikan pengetahuan, digunakan rumus sebagai berikut:

( Sugiyono: 2007 ) 4.7.1.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005). Analisis

bivariat dengan menggunakan uji Chi Square (x2) digunakan untuk

mengestimasi atau mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau menganalisis hasil observasi untuk mengetahui apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan pada penelitian, maka uji

(34)

statistik yang digunakan adalah chi square. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Rumus chi square

(Eko Budiarto, 2001) Keterangan :

X2 : chi square

O : frekuensi yang diamati E : frekuensi yang diharapkan

Mencari nilai x2 tabel dengan rumus :

dk = ( k- 1)(b -1) (Eko Budiarto, 2001) Keterangan : dk : derajat kebebasan k : Banyaknya kolom b : Banyaknya baris

Derajat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 95 % taraf kebebasan ά p value < 0,05, artinya ada hubungan bermakna secara statistik atau Ha diterima, jika p Value > 0,05 tidak ada hubungan secara statistik atau Ha di tolak.

BAB V

(35)

Pada bab ini akan di bahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian yaitu gambaran umum tempat penelitian, hasil analisa data dan pembahasan berikut. Hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Pon. Pes. Islam Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011 sebagai berikut :

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Kurang lebih pada tahun 1994 adalah Bapak Hi. Al Fuadi Rusli mendapatkan tanah wakaf dengan akte wakaf yang terdaftar di Kantor Departemen Agama Kabupaten Lampung Tengah seluas + 6.910 m2 dan di atasnya ada satu bangunan rumah tinggal dan satu buah musholla dari Bapak Hi. Soderi dengan amanah untuk didirikan Pondok Pesantren. Dengan dana dari masyarakat muslimin Kota Metro maupun di luar Kota Metro maka dibangunlah Pondok Pesantren.

Pada bulan Juli 1995 mulailah Pondok Pesantren Islam Al Muhsin menerima pendaftaran santri baru TP 1995/1996, dengan pembukaan oleh Wali Kota Administratif Metro.

Pada awal tahun berdiri Pondok ini membuka unit Pendidikan Kuliyyatul Mu’allimin dan Mu’allimat Al Islamiyyah (KMI/KMA) Putra dan Putri, diperuntukkan alumni SD/MI dengan jangka waktu belajar 6 tahun. Sedangkan untuk Takhassus diperuntukkan alumni SLTP/MTs dengan jangka waktu belajar 4 tahun.

5.1.1 Letak Geografis

Alamat Sekolah : Jln. Dr.Sutomo Desa : Purwosari Kecamatan : Metro Utara

(36)

Kabupaten /Kota : Metro

5.1.2 Visi dan misi 5.1.2.1 Visi

1. Terciptanya Madrasah yang Islami yang ramah berwibawa dengan

memegang teguh ajaran Islam dan memiliki ketrampilan hidup yang dinamis dan inovatif.

2. Menuju Sekolah Standar Nasional.

3. Menuju Sekolah unggulan di bidang IMTAQ,IPTEK dan Ilmu - ilmu

Sosial.

5.1.2.2 Misi

1. Sebagai Sekolah bermanajement seimbang.

2. Menjadikan Sekolah sebagai wahana pendidikan ahlak mulia, Ibadah

yang benar dan pola pikir sehat.

3. Membekali Siswa IMTAQ, IPTEK dan Ilmu-ilmu sosial untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

4. Meningkatkan kwalitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah sesuai

dengan ajaran Al Qur`an dan As Sunnah.

5. Mewujudkan akhlaq yang mulia dan mencintai sesama manusia dan

alam sekitar.

6. Meningkatkan sarana dan prasarana yang menunjang prestasi siswa.

7. Meningkatkan semangat belajar yang efektif dan inofatif.

8. Mengadakan ketrampilan bagi siswa untuk menghadapi kehidupan

yang akan datang.

9. Meningkatkan pelaksanaan KBM yang efektif.

(37)

5.1.3 Sarana dan prasarana

Adapun sarana yang ada di Pon. Pes. Al- Muhsin adalah sebagai berikut:

1) Ruang asrama

2) Ruang belajar

3) Ruang kepala sekolah

4) Ruang TU

5) Ruang dewan guru

6) Ruang laboraturium bahasa, komputer

7) Ruang perpustakaan

8) Ruang gudang

Sedangkan prasarana yang menunjang di Pon. Pes. Al-Muhsin Metro Utara : 1) Masjid 2) Dapur 3) Kantin 4) Kamar mandi 5) Lapangan

5.1.4 Jumlah Ketenagaan di Pon. Pes. Al-Muhsin Metro Utara

1. Kepala : 1 orang

2. Guru Tetap Yayasan : 30 orang

3. Guru Tidak Tetap Yayasan : 20 orang

4. Tenaga Tata Usaha : 3 orang

5. BP : 1 orang

(38)

Jumlah siswa di Pon. Pes. Al-Muhsin Metro Utara Tahun 2010/2011 adalah:

a. Kelas VI : 82 santri

b. Kelas VII : 66 santri

c. Kelas VIII : 68 santri

d. Kelas IX : 56 santri e. Kelas X : 68 santri f. Kelas XI : 51 santri Jumlah : 390 santri 5.2 Hasil Penelitian 5.2.1 Analisa Univariat

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian dengan menyebarkan angket berisi 20 pertanyaan mengenai pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan jawaban ya, tidak, dan tentang penanganan dismenore dengan jawaban ya atau tidak, diperoleh data sebagai berikut:

5.2.1.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden

Variabel pengetahuan di bagi menjadi dua kategori yaitu “Baik” dan “Tidak baik”, dengan mengkategorikan pengetahuan menurut hasil rata- rata keseluruhan responden. Di dapatkan bahwa hasil rata- rata keseluruhan sebesar 53,10%, sehingga hasil tabel distribusi frekuensi pengetahuan sebagai berikut:

(39)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dismenore Responden Di Pon.Pes.Al-Muhsin Purwaasri Metro Selatan Tahun 2011

( Sumber: Data Primer: 2011, SPSS for Windows versi 16.00)

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi pengetahuan dismenore responden yang terbanyak dengan kategori pengetahuan kurang baik sejumlah 119 orang responden (59,5%). Kemampuan rata- rata keseluruhan responden yang diteliti sebesar 53,1% (x = 53,1). Seperti pada gambar berikut:

Gambar 5.1: Diagaram Persentase Pengetahuan Dismenore

(Sumber: Data Primer: 2011)

5.2.1.2 Distribusi Frekuensi Penanganan Dismenore Responden

Penanganan dismenore pada remaja di kategorikan menjadi dua kategori yaitu “0” untuk kategori tidak ditangani dan “1” untuk

kategori ditangani, dan diperoleh data sebagai berikut:

No Penanganan Responden Jumlah Persentase (%)

1. Ditangani 25 12,5%

No Pengetahuan Responden Jumlah Persentase

1. Baik 81 40,5%

2. Tidak baik 119 59,5%

(40)

2. Tidak ditangani 175 87,5%

Jumlah 200 100

Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Penanganan Dismenore Responden Di Pon.Pes.Al-Muhsin Purwaasri Metro Selatan Tahun 2011

( Sumber: Data Primer: 2011, SPSS for Windows versi 16.00)

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi penanganan dismenore responden yang terbanyak dengan kategori tidak ditangani sejumlah 175 orang responden (87,5%). Terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.2: Diagaram Persentase Penangauan Dismenore

(Sumber: Data Primer: 2011)

5.2.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat untuk menguji hubungan antara variabel independent yaitu pengetahuan remaja putri tentang dismenore dan variabel dependent yaitu penanganan dismenore pada remaja putri. Analisa

bivariat dihitung menggunakan uji chi square (x2).

5.2.2.1 Hubungan antara Pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri putri Pon.Pes.Al-Muhsin Purwaasri Metro Utara Tahun 2011

Tabel 5.3: Frekuensi hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri putri

Pon.Pes.Al-Muhsin Purwaasri Metro Utara Tahun 2011

Pengetahuan

Dismenore Penanganan Dismenore

Total p-value OR Tidak Ditangani Ditangani

(41)

n % n % 119 0,019 3,009 Tidak Baik 110 92,4 9 7,6 Baik 65 80,2 16 19,8 81 Jumlah 175 87,5 25 12.5 200

( Sumber: Data Primer: 2011)

Berdasarkan hasil analisa data menggunakan SPSS for

Windows versi 16.00, dapat diketahui bahwa sebanyak 92,4% (110 responden) yang berpengetahuan kurang ternyata tidak melakukan

penanganan terhadapdismenore, sedangkan responden yang

berpengetahuan baik dan melakukan melakukan penanganan

terhadap dismenore sebanyak 19,8% (16 responden).

Hasil uji statistik diperoleh p-value 0,019 (< α 0,05) yang

berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan responden dengan penanganan responden

terhadap dismenore di Pom.Pes.Islam Al-Muhsin Purwaasri Metro

Utara. Dan diperoleh pula OR = 3,009 yang artinya remaja putri yang mempunyai pengetahuan tidak baik mempunyai peluang 3 kali untuk tidak menangani dismenore dibandingkan dengan remaja yang mempunyai pengetahuan baik.

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara stres dengan pola

menstruasi maka dilakukan analisis melalui proses komputerisasi

dengan SPSS for Windows versi 16.00 menggunakan uji chi

square dengan taraf signifikansi (α) 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis yang dapat disusun adalah:

(42)

Ho : tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penanganan dismenore

Ha : ada hubungan antara pengetahuan dengan penanganan dismenore

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai p = 0,019. Hal

ini berarti bahwa ada hubungan secara positif antara pengetahuan tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada remaja putri santri Pon.Pes. Al- Muhsin Purwaasri Metro Utara.

5.3 Pembahasan

Berdasarkan analisa data diatas, dapat diketahui besar dan

jumlah distribusi frekuensi remaja tentang

pengetahuan dismenore sebesar 59,5% (119 remaja) untuk remaja

dengan pengetahuan yang tidak baik dan 40,5% (81 remaja) untuk remaja dengan pengetahuan yang baik. Sedangkan umtuk distribusi

frekuensi penanganan remaja terhadap dismenoredidapatkan sebesar

87,5% (175 remaja) yang tidak melakukan penanganan

terhadap dismenore dan 12,5% (25 remaja) yang melakukan

penanganan terhadap dismenore.

Sehingga dapat diketahui dari analisa tentang hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada remaja putri, yang mempunyai pengetahuan yang tidak baik berjumlah 119 remaja, dimana 110 remaja mempunyai pengetahuan yang tidak baik (92,4%) dan 9 remaja tidak mempunyai pengetahuan yang baik (7,6%). Sedangkan remaja yang melakukan penanganan berjumlah 81 orang, dimana 65 remaja tidak menangani dismenore (80,2%) dan 16 remaja menangani dismenore (19,8%).

(43)

Dari analisis data dengan dengan SPSS for Windows versi 16.00

menggunakan uji chi square dengan taraf signifikansi (α) 0,05 atau

tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p = 0,019 dan nilai RO= 3,009, yang artinya remaja putri yang mempunyai pengetahuan tidak baik mempunyai peluang 3 kali untuk tidak menangani dismenore dibandingkan dengan remaja yang mempunyai pengetahuan baik. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan secara positif antara pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri putri Pon.Pes.Al-Muhsin Purwaasri Metro Utara Tahun 2011.

Hal ini mendukung penelitian oleh jarret, dkk dalam sulastri (2006) ada tingkatan rasa sakit saat menstruasi yaitu sakit ringan dan sakit berat, selanjutnya untuk menghilangkan rasa sakit, remaja tersebut menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi dengan dokter, minum obat analgesik 32,5%, melakukan kompres dengan air panas 34% dan yang tersering melakukan istirahat sekitar 92%. Penerangan dan nasehat. Perlunya penjelasan pada remaja tentang dismenore bahwa dismenore adalah gangguan tidak berbahaya untuk kesehatan, tetapi perlu adanya penanganan agar tidak menganggu aktivitas. Sehingga perlunya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan ataupun lingkungan . Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul mengenai haid perlu di bicarakan, sehingga remaja putri mempunyai pengetahuan yang cukup tentang apa itu dismenore dan apa yang harus dilakukan jika terjadi dismenore.

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi (Imew, 2007). Sedangkan penanganan adalah proses, cara, perbuatan menangani. Penanganan dismenore

(44)

adalah perawatan yang diberikan untuk mengatasi dismenore pada remaja putri. Penanganan Dismenore dapat diberikan dengan berbagai cara, seperti:

Penerangan dan nasehat Pemberian Obat Analgetik Terapi Hormonal

Terapi dengan Obat Nonsteroid antiprostaglandin Senam rutin dapat mengurangi kadar prostaglandin.

Memberikan terapi dengan mengompres bagian perut yang nyeri

dengan menggunakan air hangat yang dimasukkan ke dalam botol.

Pemijatan didaerah punggung dan paha Orgasme pada aktivitas seksual

Perlu waspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap bulannya dalam jangka waktu yang lama, karena kondisi itu merupakan salah satu gejala endometritis (penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot non- kanker sejenis tumor fibroid di luar rahim).

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005). Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman sendiri maupun pengalaman yang didapat dari orang lain, sehingga pengetahuan sangat penting untuk membentuk perilaku seseorang. Sehingga perilaku yang didasari pengetahuan lebih permanent dianut

(45)

oleh seseorang daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoadmodjo: 2005).

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah tempat tinggal dan sumber informasi. Tempat tinggal merupakan tempat menetap responden sehari- hari. Pengetahuan seseorang akan lebih jika berada pada lingkungan yang ramai dan bermacam- macam seperti di perkotaan, karena di lingkungan yang ramai dan bermacam-macam mempunyai keluasan kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial maka wawasan sosial makin kuat dan mudah mendapatkan informasi ( Hurlock: 2002). Sedangkan sumber informasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, bila seseorang banyak memperoleh informasi maka cenderung untuk mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Notoadmodjo: 2003).

Dalam penelitian ini didapatkan hubungan antara pengetahuan tentang dismenore dengan penanganan dismenore. Penanganan adalah perilaku yang ditunjukkan untuk melakukan suatu tindakan. Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya, sedangkan pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi perilakuremaja yang berupa penanganan terhadap dismenore, sehingga pengetahuan sangat penting untuk membentuk perilaku seseorang.

Agar remaja mampu dan mau untuk melakukan penanganan terhadap dismenore yang terjadi, maka remaja perlu memiliki pengetahuan yang mendukung terhadap penanganan dismenore itu sendiri, dengan caramencari informasi yang bersangkutan dengan dismenore dari berbagai sumber informasi, serta sarana informasi yang memadai bagi para remaja putri.

(46)

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Pon. Pes. Islam Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan

penanganan dismenore pada santri Pon. Pes. Islam Al- Muhsin Metro Utara rata-rata tidak baik. Dibuktikan dari hasil penelitian, diperoleh distribusi tingkat pengetahuan baik sejumlah 49,5%, dan tingkat pengetahuan tidak baik sejumlah 50,5% .

2. Penanganan remaja putri tentang dismenore pada santri Pon. Pes. Islam Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011 rata-rata tidak ditangani . Dibuktikan dari hasil penelitian, diperoleh distribusi penanganan dismenore sejumlah 90,5% tanpa ada penanganan dan 9,5% ditangani.

3. Terdapat hubungan positif antara hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Pon. Pes. Islam Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011.

(47)

Dari kesimpulan hasil penelitian diatas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Remaja Putri Santri Al- Muhsin

Bagi Remaja Putri Santri Al- Muhsin yang mengalami dismenorea agar lebih meningkatkan pengetahuan mengenai penatalaksanaan dismenorea dan mengaplikasikannya dengan harapan nyeri karena dismenorea yang dialami dapat berkurang dan bagi yang tidak mengalami dismenore lebih baik untuk terus mencari sumber pengetahuan terutama masalah dismenore yang sering menyerang pada remaja usia produktif.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Peneliti lebih banyak menggunakan sumber pustaka dari internet karena sumber pustaka yang tersedia di perpustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini masih kurang. Oleh karena itu diharapkan pihak institusi dapat menambah jumlah referensi bukunya terutama yang berkaitan antara pengetahuan tentang dismenore dengan penanganan dismenore.

3. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan mengenai dismenore dengan penanganan dismenore.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi pertimbangan masukan dalam penelitian selanjutnya yang meneliti tentang pengetahuan remaja putri akan dismenore dengan penanganan dismenore.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Andira Dita.2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita.

Jogjakarta : A*Plus Books.

Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Anonim, 2004,

Dismenore, ONLINE http://www.Medicastore.com, diakses 4 april 2008.

Andi, 2000,

remaja, ONLINE

http://smileboys.blogspot.com/2008/06/pengertian-remaja.html, diakses tanggal 18 april 2011

Arifin Syamsul. 2010. Nyeri Haid.

ONLINEhttp:/ipin4u.esmartstudent.com/haid.htm.

Budiarto Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: EGC.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2008, Profil Kesehatan Provinsi

Lampung tahun 2007( pdf), Bandar Lampung

Dorland, 1996, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta.

E. Schwarz, M.D. Barry. 1996.Obstetri Greenhill. Jakarta:EGC.

Hardi. 2007. Kespro Remaja.ONLINE http://www.blogdokter.com.

diunduh tanggal 17 april 2008

Harunriyanto, 2002. Angka kejadian

Dismenore. ONLINE www.makalah.co.id, diakses tanggal 12 April

2007

IMCW, 2007, Dismenore (Nyeri

Haid),ONLINE http://www.MyDinariraq.comdiakses 3 April 2008.

Llewellyn Derek, Jones. 2005. Setiap Wanita. Jakarta: Delapratasa

Publising.

Notoatmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoatmodjo Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka

Cipta.

Ovedoff, David, 1995, Kapita Selekta Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta.

(49)

Manuaba, I. B. G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan keluargaBerencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC. Jakarta

Pieter Herri Zan, Lubis Numora Lumongga. 2010. Pengantar Psikologi

Untuk Kebidanan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rusdiana Erna. 2010. Menstruasi dan

Dismenore. ONLINE http:/keperawatan

komunitas.

Blogspot.com/2010/11/menstruasi-dan-dismenore.html. diunduh tanggal 20 April 2009

Sastrowardoyo, 2007, Sulit Hamil Akibat Nyeri Haid Endometriosis

Dapat Diobati,ONLINE http://www.Gatra.com , diakses 28 maret 2008.

Sudrajat. 2003. Hak Remaja Atas Kesehatan

Reproduksi. ONLINEhttp://www.kesehatanremaja.com. diunduh tanggal 27 Maret 2008

Sulastri, 2006, Perilaku Pencarian Pengobatan Keluhan Dysmenorrhea pada Remaja Di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah, Tesis,

Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta, ONLINE http://www.solpro.net.com. Diakses tanggal 19

Agustus 2009.

Suwarno,2008. Remaja dan

Permasalahannya. ONLINE www.kompas.co.id, diakses pada tanggal 20 mei 2009

Widyaningsih. 2007. Kesehatan dan Kehidupan Generasi

Muda. ONLINEhttp://www.kesehatanreproduksi.com. diunduh tanggal 27 Maret 2008.

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

---, ONLINE, www. Arti kata.

Com/arti-380248-Penanganan. Diunduh tanggal 20 Mei 2010

KUISIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI SANTRI

AL- MUHSIN TENTANG DISMENORE DENGAN

PENANGANAN DISMENORE DI PON. PES ISLAM

(50)

Petunjuk 1:

1 Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti

2 Pilihlah salah satu jawaban dibawah ini dengan memberi tanda chek

list (√ )pada jawaban yang anda anggap benar sesuai pada kolom yang telah disediakan.

3 Mohon diteliti kembali agar tidak terjadi kesalahan.

Nama : Umur :

Variabel Dependent: Pengetahuan remaja putri tantang dismenore

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah nyeri pada bagian perut saat menstruasi merupakan suatu masalah dalam reproduksi wanita?

2 Apakah nyeri tersebut bersifat cramping (dipuntir- puntir) di bagian bawah perut, punggung bawah bahkan sampai paha?

3 Apakah nyeri haid berlangsung selama hari pertama dan hari ke dua haid?

4 Apakah nyeri haid berlangsung sebelum haid datang atau bersamaan dengan haid untuk beberapa jam?

5 Apakah stress berpengaruh pada nyeri haid?

6 Apakah ketidaksinambungan hormon dalam tubuh dapat mempengaruhi nyeri haid? 7 Apakah emosi yang tidak stabil pada remaja dapat menyebabkan nyeri haid?

8 Apakah kelainan organ reproduksi mempengaruhi terjadinya nyeri haid?

9 Apakah gejala- gejala seperti mual, muntah, diare, sakit kepala dan bahkan mudah tersinggung merupakan gejala- gejala pada nyeri haid?

(51)

11 Apakah dengan mengkonsumsi makanan sehat dan istirahat yang cukup dapat mengurangi nyeri haid?

12 Apakah melakukan olahraga pada saat menstruasi dapat menambah nyeri haid?

13 Apakah nyeri pada saat menstruasi merupakan penyakit yang berbahaya bagi kesehatan? 14 Adanya penyakit yang berhubungan dengan reproduksi wanita terutama pada rahim

menyebabkan nyeri haid?

15 Apakah anda merasa terganggu dengan aktivitas anda apabila terjadi nyeri haid? 16 Apakah nyeri haid menyebabkan anda tidak bisa berkonsentrasi saat kegiatan belajar

mengajar?

17 Apakah prestasi anda menurun karena nyeri haid yang anda alami? 18 Apakah penyempitan pembuluh darah dapat menyebabkan nyeri haid?

19 Apakah benjolan besar atau kecil dalam rahim merupakan salah satu penyebab terjadinya dismenore?

20 Apakah nyeri haid menyebabkan anda absen saat kegiatan belajar mengajar di sekolah?

Variabel Independent: Penanganan dismenore

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda memberikan penanganan pada saat anda mengalami nyeri haid?

2 Apakah anda membiarkan nyeri haid itu terjadi tanpa ada penanganan dari anda sendiri?

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dismenore Responden Di Pon.Pes.Al-Muhsin Purwaasri Metro Selatan Tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

Pendataan ini juga dimaksudkan untuk mempersempit ruang gerak Peredaran Narkotika serta Obat daftar G yang saat ini marak di pergunakan para Remaja pecandu obat-obatan

Berdasarkan tabel dan grafik rata-rata return harga saham dapat diketahui bahwa pada akhir bulan Desember hingga awal bulan Januari periode 1 mengalami penurunan sehingga

Transparansi berpengaruh negatif terhadap efektifitas kinerja pegawai, bukti empiris menunjukkan koefisiensi regresi transparansi terhadap efektivitas kinerja pegawai

Serta dalam rangka ketertiban sosial diperlukan sistem peradilan pidana anak yang mampu memberikan perlindungan dan rasa keadilan terhadap anak sehingga mereka masih memiliki

20 Tahun 2001, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dapat dijatuhi pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf d dan Pasal 10 huruf b

 There is a conscious belief that only host -country managers can ever really understand the culture and behavior of the host -country market; therefore the foreign

Contoh, Manual Mutu atau Dokumen Eksekutif lainnya, Bisnis Proses, Target Mutu ( deployment ), dan Prosedur. - Dokumen public-printed, adalah dokumen ISO 9001-2000

Misalnya dalam perhitungan efisiensi pada alat yang menggunakan reflektor khususnya, tercatat lebih dari 100 % , itu dikarenakan efisiensi adalah perbandingan