• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pemadam Kebakaran Pada High Rise Building

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sistem Pemadam Kebakaran Pada High Rise Building"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1

1.1 LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG

Akhir-akhir ini, media massa cetak dan elektronik banyak melaporkan terjadinya Akhir-akhir ini, media massa cetak dan elektronik banyak melaporkan terjadinya kebakaran pada bangunan, baik bangunan tempat tinggal, perkantoran atau kebakaran pada bangunan, baik bangunan tempat tinggal, perkantoran atau gudang/pabrik. Penyebabnya pun bermacam-macam, seperti hubungan pendek arus gudang/pabrik. Penyebabnya pun bermacam-macam, seperti hubungan pendek arus listrik, meledaknya kompor, kecerobohon penyalaan api dan seba

listrik, meledaknya kompor, kecerobohon penyalaan api dan sebagainya.gainya.

Memang, suatu bangunan gedung memiliki potensi terjadinya kebakaran. Apalagi Memang, suatu bangunan gedung memiliki potensi terjadinya kebakaran. Apalagi  bila bangunan

 bila bangunan tersebut material konstruksinya berasal dari material yang tersebut material konstruksinya berasal dari material yang mudah terbakarmudah terbakar dan digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar.

dan digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar.

Oleh karenanya, guna meminimalisasi kebakaran dan menanggulangi kejadian Oleh karenanya, guna meminimalisasi kebakaran dan menanggulangi kejadian kebakaran pada bangunan gedung, maka gedung harus diproteksi melalui penyediaan kebakaran pada bangunan gedung, maka gedung harus diproteksi melalui penyediaan  prasarana

 prasarana dan dan sarana sarana proteksi proteksi kebakaran kebakaran serta serta kesiagaan kesiagaan dan dan kesiapan kesiapan pengelola,pengelola,  penghuni dan peny

 penghuni dan penyewa bangunan dalam mengantisipasi dan mengatasi kebakaran.ewa bangunan dalam mengantisipasi dan mengatasi kebakaran.

Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung merupakan sistem yang terdiri Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung merupakan sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada  bangunan yang digunakan

 bangunan yang digunakan baik untuk baik untuk tujuan sistem tujuan sistem proteksi aktif, proteksi aktif, sistem proteksi sistem proteksi pasifpasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.

terhadap bahaya kebakaran.

1.2

1.2 TUJUANTUJUAN

Tujuan penulisan dari tugas ini adalah untuk memahami bagaimana sistem Tujuan penulisan dari tugas ini adalah untuk memahami bagaimana sistem  perlindungam

 perlindungam dan dan pengamanan pengamanan terhadap terhadap bahaya bahaya kebakaran kebakaran serta serta untuk untuk mengetui mengetui dandan memahami bagaimana penerapannya terhadap bangunan.

memahami bagaimana penerapannya terhadap bangunan.

1.3

1.3 MANFAAT PENULISANMANFAAT PENULISAN

1.3.1

1.3.1 Manfaat UmumManfaat Umum

Adapun manfaat umum dari makalah ini adalah untuk dapat Adapun manfaat umum dari makalah ini adalah untuk dapat memahami mengenai sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran memahami mengenai sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran  pada bangunan disekitar kita.

(2)

1.3.2

1.3.2 Manfaat TeoristisManfaat Teoristis

Adapun manfaat teoristis dari makalah ini adalah untuk Adapun manfaat teoristis dari makalah ini adalah untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai sistem perlindungan dan mengetahui dan menambah wawasan mengenai sistem perlindungan dan  pengamanan

 pengamanan pada pada bahaya bahaya kebakaran kebakaran dalam dalam perancangan perancangan utilitasutilitas  bangunan.

 bangunan. 1.3.3

1.3.3 Manfaat PraktisManfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari makalah ini adalah informasi yang Adapun manfaat praktis dari makalah ini adalah informasi yang digali diharapkan menjadi cerminan atau pedoman bagi masyarakat luas. digali diharapkan menjadi cerminan atau pedoman bagi masyarakat luas.

(3)

1.3.2

1.3.2 Manfaat TeoristisManfaat Teoristis

Adapun manfaat teoristis dari makalah ini adalah untuk Adapun manfaat teoristis dari makalah ini adalah untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai sistem perlindungan dan mengetahui dan menambah wawasan mengenai sistem perlindungan dan  pengamanan

 pengamanan pada pada bahaya bahaya kebakaran kebakaran dalam dalam perancangan perancangan utilitasutilitas  bangunan.

 bangunan. 1.3.3

1.3.3 Manfaat PraktisManfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari makalah ini adalah informasi yang Adapun manfaat praktis dari makalah ini adalah informasi yang digali diharapkan menjadi cerminan atau pedoman bagi masyarakat luas. digali diharapkan menjadi cerminan atau pedoman bagi masyarakat luas.

(4)

BAB II BAB II

LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI

2.1 Definisi dan Kronologis 2.1 Definisi dan Kronologis

Sejak dahulu api berperan besar dalam menunjang bermacam-macam kebutuhan Sejak dahulu api berperan besar dalam menunjang bermacam-macam kebutuhan hidup manusia, mulai dari hal kecil hingga hal besar. Sebagai salah satu contoh, api hidup manusia, mulai dari hal kecil hingga hal besar. Sebagai salah satu contoh, api digunakan untuk memasak atau untuk pemakaian skala besar dalam industri dalam digunakan untuk memasak atau untuk pemakaian skala besar dalam industri dalam  peleburan logam. T

 peleburan logam. Tapi api juga merupapi api juga merupakan elemen yang jika akan elemen yang jika digunakan secara sembrondigunakan secara sembronoo dan

dan sudah sudah tidak dtidak dapat dikendalikan apat dikendalikan lagi, akan lagi, akan menjadi menjadi malapetaka dan malapetaka dan dapatdapat menimbulkan kerugian materi maupun jiwa manusia. Hal tersebutlah yang biasa disebut menimbulkan kerugian materi maupun jiwa manusia. Hal tersebutlah yang biasa disebut kebakaran.

kebakaran.

Api berawal dari proses reaksi oksidasi antara unsur Oksigen ( O2 ), Panas dan Api berawal dari proses reaksi oksidasi antara unsur Oksigen ( O2 ), Panas dan Material yang mudah terbakar ( bahan bakar ). Unsur

Material yang mudah terbakar ( bahan bakar ). Unsur –  –  unsur tersebutlah yang jika tidak unsur tersebutlah yang jika tidak dikendalikan

dikendalikan atau atau tanpa pengawtanpa pengawasan akan asan akan menyebabkan menyebabkan kebakaran. Berikut kebakaran. Berikut ini adalahini adalah uraian singkat mengenai unsur

uraian singkat mengenai unsur –  –  unsur api: unsur api: a.

a. OksigenOksigen

Oksigen atau gas O2 yang terdapat diudara bebas adalah unsur penting Oksigen atau gas O2 yang terdapat diudara bebas adalah unsur penting dalam pembakaran. Jumlah oksigen sangat menentukan kadar atau keaktifan dalam pembakaran. Jumlah oksigen sangat menentukan kadar atau keaktifan  pembakaran

 pembakaran suatu suatu benda. benda. Kadar Kadar oksigen oksigen yang yang kurang kurang dari dari 12 12 % % tidak tidak akanakan menimbulkan pembakaran.

menimbulkan pembakaran.  b.

 b. PanasPanas

Panas menyebabkan suatu bahan mengalami perubahan suhu / temperatur, Panas menyebabkan suatu bahan mengalami perubahan suhu / temperatur, sehingga akhirnya mencapai titik nyala dan menjadi terbakar. Sumber

sehingga akhirnya mencapai titik nyala dan menjadi terbakar. Sumber –  –  sumber sumber  panas

 panas tersebut tersebut dapat dapat berupa berupa sinar sinar matahari, matahari, listrik, listrik, pusat pusat energi energi mekanik, mekanik, pusatpusat reaksi kimia dan sebagainya.

reaksi kimia dan sebagainya. c.

c. Bahan yang mudah terbakar (Bahan Bakar)Bahan yang mudah terbakar (Bahan Bakar)

Bahan tersebut memiliki titik nyala rendah yang merupakan temperatur Bahan tersebut memiliki titik nyala rendah yang merupakan temperatur terendah suatu bahan untuk dapat berubah menjadi uap dan akan menyala bila terendah suatu bahan untuk dapat berubah menjadi uap dan akan menyala bila tersentuh api. Bahan makin mudah terbakar bila memiliki titik nyala yang makin tersentuh api. Bahan makin mudah terbakar bila memiliki titik nyala yang makin rendah. Dari ketiga unsur

rendah. Dari ketiga unsur –  –  unsur di atas dapat digambarkan pada segitiga api. unsur di atas dapat digambarkan pada segitiga api.

Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing

Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing –  –  masing masing tahapan terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian tahapan terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian

(5)

meningkat hingga mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur

meningkat hingga mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur –  –  angsur menurun angsur menurun sampai saat bahan yang terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada sampai saat bahan yang terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada umumnya kebakaran melalui dua tahapan, yaitu :

umumnya kebakaran melalui dua tahapan, yaitu : a. Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )

a. Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )  b. Tahap Pembakaran ( Steady Co

 b. Tahap Pembakaran ( Steady Combustion )mbustion )

Gambar 2.1.1 : Kurva Suhu Api Gambar 2.1.1 : Kurva Suhu Api

Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan

Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan yang arahnya dipengaruhi olehyang arahnya dipengaruhi oleh lidah api dan materi yang menjalarkan panas. Sifat penjalarannya biasanya kearah vertikal lidah api dan materi yang menjalarkan panas. Sifat penjalarannya biasanya kearah vertikal sampai batas tertentu

sampai batas tertentu yang tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan menjalaryang tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan menjalar kearah horizontal. Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung

kearah horizontal. Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung –  –  gedung bertingkat gedung bertingkat tinggi, api menjalar ketingkat yang lebih tinggi dari asal api tersebut.

tinggi, api menjalar ketingkat yang lebih tinggi dari asal api tersebut.

Saat yang paling mudah dalam memadamkan api adalah pada tahap pertumbuhan. Saat yang paling mudah dalam memadamkan api adalah pada tahap pertumbuhan. Bila sudah mencapai tahap pembakaran, api akan sulit dipadamkan atau dikendalikan. Bila sudah mencapai tahap pembakaran, api akan sulit dipadamkan atau dikendalikan.

(6)

2.2 Teori

2.2 Teori

 – 

 – 

 Teori Api Teori Api

A.

A. Teori Segitiga ApiTeori Segitiga Api (Triangle of Fire)(Triangle of Fire)

Untuk dapat berlangsungnya proses nyala api

Untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya tiga unsur pokokdiperlukan adanya tiga unsur pokok yaitu adanya unsur : bahan yang dapat terbakar (

yaitu adanya unsur : bahan yang dapat terbakar ( fuel  fuel ), oksigen (O2) yang cukup dari udara), oksigen (O2) yang cukup dari udara atau bahan oksidator dan panas yang cukup. Apabila salah satu unsur tersebut tidak atau bahan oksidator dan panas yang cukup. Apabila salah satu unsur tersebut tidak  berada pada keseimbangan yang cuk

 berada pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi.up, maka api tidak akan terjadi.

Gambar 2.2.1 : Segitiga Gambar 2.2.1 : Segitiga ApiApi

B.

B. Teori Primamida Bidang Empat (Teori Primamida Bidang Empat ( Tetrahedron of FireTetrahedron of Fire))

Gambar 2.2.2 : Tetrahedron Of Fire Gambar 2.2.2 : Tetrahedron Of Fire

Fenomena pada suatu bahan yang terbakar adalah terjadi perubahan bentuk dan Fenomena pada suatu bahan yang terbakar adalah terjadi perubahan bentuk dan sifat-sifatnya yang semula menjadi zat baru, maka proses ini adalah perubahan secara sifat-sifatnya yang semula menjadi zat baru, maka proses ini adalah perubahan secara kimia. Proses pembakaran ditinjau dengan teori kimia adalah reaksi satu unsur atau satu kimia. Proses pembakaran ditinjau dengan teori kimia adalah reaksi satu unsur atau satu senyawa dengan oksigen yang disebut oksidasi atau

senyawa dengan oksigen yang disebut oksidasi atau pembakaran. Produk yang terbentukpembakaran. Produk yang terbentuk disebut oksida.

(7)

2.3 Pengertian Sistem Pemadam Kebakaran

Pemadam Kebakaran atau Fire Fighting   adalah upaya mencegah terjadinya kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai  bangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun meminimalisasi risiko bahaya kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif, dengan metode proteksinya menggunakan berbagai macam media yang dapat digunakan sebagai  pemadam api.

2.4 Sistem Pemadam Kebakaran

Sistem-sistem pemadam kebakaran dapat diuraikan melalui bagan sebagai berikut:

1. Sistem Pencegahan 2. Sistem Pemadaman 3. Sistem Evakuasi

2.4.1 Sistem Pencegahan

2.4.1.1 Program Pencegahan Kebakaran

Program pencegahan kebakaran dapat kelompokkan menjadi tiga kategori utama yaitu:

1. Program engineering yaitu program yang meliputi perencanaan  bangunan yang yang aman dari kebakaran dan perencanaan proses yang aman dari kebakaran,misalnya instalasi  fire detection system  (aktif) dan instalasi  fire  protection system (pasif).

2. Program edukasi yaitu program untuk meningkatkan kesadaran pekerja terhadap kebakaran,yaitu dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan tentang kebakaran,identifikasi penyebab kebakaran,bahaya kebakaran,pencegahan kebakaran dan evakuasi jika terjadi kebakaran.

3. Pogram Penegakan Sistem program penegakkan sistem adalah program untuk memastikan bahwa semua sistem pencegahan kebakaran sesuai ataucomply dengan fire code atau regulasi yang ada. Maka harus dilakukan inspeksi terhadap semua fasilitas pencegahan kebakaran secara berkala.

(8)

2.4.1.2 Klasifikasi Bangunan Berdasarkan Ketahanan Terhadap Api

Sistem pencegahan kebakaran pada bangunan dapat berfungsi dengan baik asalkan sebelumnya dilakukan syarat untuk bangunan itu sendiri. Klasifikasi bangunan menurut struktur utamanya tahan terhadap api di bagi menjadi empat kelas yaitu A, B, C dan D.

1. Bangunan Kelas A

Struktur utama bangunan tersebut setidaknya tahan api sekurang-kurangnya 3  jam. Contoh bangunan yang termasuk ke dalam kelas A adalah hotel, pertokoan,  perkantoran, rumah sakit, bangunan industri, tempat hiburan, museum dan  bangunan dengan penggunaan ganda/ campuran.

2. Bangunan Kelas B

Struktur utama bangunan tersebut setidaknya tahan api sekurang-kurangnya 2  jam. Contoh bangunan yang termasuk ke dalam kelas B adalah perumahan  bertingkat, asrama, sekolah dan tempat ibadah.

3. Bangunan Kelas C

Struktur utama bangunan tersebut setidaknya tahan api sekurang-kurangnya 1  jam. Contoh bangunan yang termasuk ke dalam kelas C adalah bangunan yang

tidak bertingkat atau bangunan sederhana. 4. Bangunan Kelas D

Bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C dan diatur tersendiri contohnya adalah instalasi nuklir dan gudang-gudang senjata/ mesin.

2.4.1.3 Fire Alarm System

Sistem pengindera api atau yang umum dikenal dengan fire alarm system adalah suatu sistem terintegrasi yang didesain dan dibangun untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran, untuk kemudian memberi peringatan (warning) dalam sistem evakuasi dan ditindak lanjuti secara otomatis maupun manual dengan sistem instalasi pemadam kebakaran ( fire fighting system ).

Sistem Pendeteksian dan Pengendalian

(9)

1. Non addressable system.

Sistem ini disebut juga dengan conventional sistem. Pada sistem ini MCFA menerima sinyal masukan langsung dari semua detektor (biasanya jumlahnya sangat terbatas) tanpa pengalamatan dan langsung memerintahkan komponen keluaran untuk merespon masukan tersebut. Sistem ini umumnya digunakan pada bangunan / area supervisi berskala kecil, seperti perumahan, pertokoan atau pada ruangan-ruangan tertentu pada suatu bangunan yang diamankan.

2 . Semi addressable system.

Pada sistem ini dilakukan pengelompokan / zoning pada detektor & alat  penerima masukan berdasarkan area pengawasan ( supervisory area). Masing-masing zona ini dikendalikan ( baik input maupun output ) oleh zone controller yang mempunyai alamat / address yang spesifik. Pada saat detektor atau alat penerima masukan lainnya memberikan sinyal, maka MCFA akan meresponnya (I/O)  berdasarkan zone controller  yang mengumpankannya.

Dalam konstruksinya tiap zona dapat terdiri dari : a. satu lantai dalam sebuah bangunan / gedung.

(10)

 b. beberapa ruangan yang berdekatan pada satu lantai di sebuah bangunan / gedung. c. beberapa ruangan yang mempunyai karakteristik tai di sebuah bangunan / gedung.

Pada display MCFA akan terbaca alamat zona yang terjadi gejala kebakaran, sehingga dengan demikian tindakan yang harus diambil dapat dilokalisir hanya pada zona tersebut.

Gambar 2.4.2 : Common Addressable Fire Alarm System

3. Full addressable system.

Merupakan pengembangan dari sistem semi addressable. Pada sistem ini semua detector dan alat pemberi masukan mempunyai alamat yang spesifik, sehingga proses  pemadaman dan evakuasi dapat dilakukan langsung pada titik yang diperkirakan

mengalami kebakaran.

Komponen Utama Sistem Fire Alarm

Komponen utama sistem fire alarm terdiri dari MCFA ( Main Control Fire Alarm ). MCFA merupakan peralatan utama dari sistem protection. MCFA berfungsi menerima sinyal masuk (input signal ) dari detector dan komponen proteksi lainnya ( fixed heat detector, smoke detector, ROR heat detector , dll).

(11)

Jenis - Jenis Alat Pendeteksi.

Alat pendeteksi atau detector adalah alat yang berfungsi sebagai alat penerima masukan yang bekerja secara otomatis. Jenis detector kebakaran ini terbagi menjadi 4 macam yaitu:

1. Detektor Asap (Smoke Detector ). 2. Detektor Panas ( Heat Detector ). 3. Detektor Api ( Flame Detector ). 4. Detektor Gas ( Fore Gas Detector ).

1. Detektor Asap ( Smoke Detector )

Detektor asap ( smoke detector ) adalah alat yang berfungsi mendeteksi asap. Ketika detektor mendeteksi asap maka detektor akan segera mengirimkan sinyal sehingga  fire alarm  berbunyi. Prinsip umumnya sensor asap berfungsi untuk mendeteksi keberadaan asap di udara. Namun, dalam perkembangannya aplikasi yang tidak menggunakan komponen sensor asap pun juga bisa dikatakan sebagai sensor asap. Walaupun dengan kemampuan yang berbeda. Sensor ini dapat mengenali perubahan udara yang disebabkan khususnya oleh asap. Dimana untuk jenis sensor asap tertentu juga dapat mendeteksi kandungan apa saja yang terdapat dalam asap tersebut.

(12)

Jenis

 – 

 Jenis Smoke Detector a. Photoelectric / optical

 Photoelectric / optical  mendeteksi asap menggunakan sensor cahaya. Cahaya (infra red ) diarahkan ke sensor photoelectric, apabila ada asap maka cahaya tidak sepenuhnya diterima sensor photoelectric. kejadian ini ditangkap sebagai sinyal yang kemudian diteruskan ke fire alarm. Dari pengalaman lapangan diketahui kelemahan dari detektor ini adalah sering kali menimbulkan false alarm  yang diakibatkan oleh debu. Prinsip kerjanya yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.4.4 : Prinsip Kerja Optical Smoke Detector Sumber: http://blog.arc-system.net

Photoelectric sensor akan terus menerus memancarkan cahaya ke sebuah dioda  penerima. Apabila kekuatan cahaya berkurang sampai nilai tertentu maka photo detector akan mendeteksi adanya asap. Sistem yang dipakai di sketsa ini adalah sistem  pemantulan. Apabila ada asap dalam jumlah yang tertentu maka sinar akan dipantulkan menuju photo detector. Photo detector sangat peka pada asap yang berwarna putih. Kondisi optimal photoelectric bekerja pada partikel smoke 0,3 –  10 micron.

b. Ionization

Ionization detektor model ini menggunakan metode ionization chamber. kelemahan dari detektor ini adalah setelah habis umur pakainya, detektor dikategorikan limbah radioaktif, karena di dalam detektor ini terdapat ameresium.

(13)

Gambar 2.4.5 : Prinsip Kerja Ionization Smoke Detector Sumber: http://blog.arc-system.net

Smoke detector ini terdiri atas 2 plat yang bermuatan listrik dan terdapat bahan radioaktif di antara plat positif dan negatif. Tumbukan antar partikel tersebut akan menyebabkan adanya ion positif dan negatif yang akan tertarik ke dua plat dan membentuk arus dengan nilai tertentu. Apabila ada asap yang masuk maka ion akan  bereaksi dengan asap dan sensor pun bekerja. Sensor ini dapat bereaksi dengan cepat pada  bahan –  bahan yang mudah terbakar. Dengan partikel 0,01 sampai 0,3 micron.

(14)

2. Heat Detector

Gambar 2.4.6 : Heat Detector Sumber : http://www.griyatekno.com

 Heat Detector   / Alat Pendeteksi Panas adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi temperatur tinggi. Heat Detector ada banyak macam, Salah satu produk Heat  Detector 4 Wire, yaitu detektor panas yang dapat diintegrasikan dengan panel controller ( security alarm). alat ini memiliki telah dilengkapi fitur auto-reset apabila mengalami trigger alarm. Dengan desain stylish, alat ini dapat ditempatkan pada ceiling ruangan dengan berbagai pola interior.

3. Flame Detector

Gambar 2.4.7 : Flame Detector Sumber : http://www.sierramonitor.com

(15)

Detektor api ( Flame Detector ) adalah sebuah sensor yang dimaksudkan untuk dapat melihat dan merespon keberadaan nyala api, misalnya dengan menyalakan sistem supresi kebakaran atau dengan mematikan saluran bahan bakar, bereaksi lebih cepat daripada pendeteksi asap atau pendeteksi panas.

Gambar 2.4.8 : Vlamedetectie Spectrum (Flame detector spectrum) Sumber :

http://en.wikipedia.org/wiki/Flame_detector#mediaviewer/File:Vlamdetectie_spectrum.jpg

Jenis

 – 

 Jenis Flame Detector

a. Ultraviolet (UV)

 Detector Ultraviolet   bekerja dengan panjang gelombang kurang dari 300 nm (nanometer). Detektor ini mampu mendeteksi kebakaran dan ledakan dalam waktu 3-4 milidetik karena radiasi UV yang dipancarkan langsung di saat menyalanya api. Akan tetapi, alarm palsu dapat terpicu oleh sumber ultraviolet lainnya seperti kilat, alat las, radiasi, dan sinar matahari langsung. Untuk mengurangi pemicu alarm palsu, penundaan waktu selama 2-3 detik sering dimasukkan dalam desain pendeteksi api ultraviolet.

b. Near IR array

 Near infrared (IR) Array flame detector , biasa juga dikenal sebagai pendeteksi api visual (visual flame detector ), menggunakan teknologi pengenalan api yang dapat mengkonfirmasi api dengan menganalisis radiasi infrared (IR) terdekat melalui susunan  pixel dari perangkat teknologi CCD (charge-coupled device).

(16)

c. Infrared

 Infrared (IR)  adalah detektor api yang bekerja dalam serangkaian spektrum inframerah. Gas panas memancarkan pola spektral yang khusus di wilayah inframerah, yang dapat dirasakan menggunakan kamera khusus pemadam kebakaran thermal imaging (TIC), sejenis kamerathermographic yang dapat membaca dan membedakan suhu. Alarm  palsu dapat disebabkan oleh permukaan panas lainnya dan radiasi dari panas pada suatu area, dan alat ini juga dapat dibutakan oleh keberadaan air dan energi surya. Biasanya, frekuensi tunggal detektor api inframerah (IR) akan sensitif pada panjang gelombang sekitar 4,4 mikrometer. Waktu respon umumnya adalah 3-5 detik.

d. UV/IR

Gabungan antara pendeteksi api ultraviolet (UV) dan Infrared (IR), membandingkan ambang batas sinyal dalam dua rentang konfigurasi “AND” dan membandingkan rasio keduanya dari satu sama lain untuk mengkonfirmasi sinyal api dan meminimalkan alarm palsu.

e. IR/IR flame detection

Detector api dengan Infrared ganda (IR / IR) membandingkan ambang batas sinyal dari kedua rentang inframerah. Dalam hal ini satu sensor terlihat di kisaran 4,4 mikrometer, sedangkan sensor lain terlihat pada frekuensi referensi tertentu.

f. IR3 flame detection

Tiga detektor api inframerah membandingkan tiga susunan panjang gelombang tertentu dalam daerah spectral inframerah dan rasio mereka satu sama lain. Dalam hal ini satu sensor terlihat pada kisaran 4.4 mikrometer dan sensor lainnya berada pada susunan referensi baik di atas dan di bawahnya. Hal ini memungkinkan detektor untuk membedakan antara sumber pancaran inframerah non-api dan api, yang memancarkan karbon dioksida (CO2) panas dalam proses pembakaran (ini memiliki karakteristik spectral dengan puncaknya pada 4,4 mikrometer). Hasilnya, baik jangkauan deteksi dan kekebalan terhadap alarm palsu dapat ditingkatkan secara signifikan. Detector Triple IR (IR3) dapat mendeteksi 0.1 m2 (1 ft2) api bensin sampai seja uh 65 m dalam waktu kurang dari 5 detik.

(17)

Kebanyakan detektor IR dirancang untuk mengabaikan radiasi konstan yang  berlatar belakang inframerah, yang hadir secara terus menerus di semua lingkungan.

Sebaliknya, mereka mengukur bagian termodulasi dari radiasi. Ketika terkena modulasi radiasi inframerah non-api, detector Inframerah (IR) dan detector UV / IR menjadi lebih rentan terhadap alarm palsu. Sementara itu Triple Infrareds Detector (IR3) menjadi agak kurang sensitif, tetapi lebih kebal terhadap alarm palsu. Triple IR (IR3), seperti jenis detector inframerah lainnya, rentan terhadap resiko sensor yang dibutakan oleh silaunya lapisan air yang terpapar cahaya pada jendela detektor.

g. Visible sensors

Dalam beberapa detektor, sensor untuk menangkap radiasi yang terlihat ditambahkan ke dalam desain dengan tujuan untuk lebih membedakan alarm palsu atau untuk meningkatkan jangkauan deteksi. Contoh: detector api UV / IR / vis, IR / IR / vis, IR / IR / IR / vis.

h. Video

CCTV atau kamera web dapat digunakan video pendeteksi (panjang gelombang antara 0,4 dan 0,7 nm). Namun seperti halnya manusia, kamera dapat dibutakan oleh asap atau kabut.

4. Gas Detector

Gambar 2.4.9 : Gas Detector Sumber : http://i01.i.aliimg.com

Gas Detector / Pendeteksi Gas / Gas Alarm Standalone Gas Detector adalah alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas berbahaya seperti LPG

(18)

dan Methane. Detector ini dapat berfungsi tanpa harus menggunakan panel controller. Ketika mendeteksi gas berbahaya,alat ini akan membunyikan built-in sirine.Alat ini dapat ditempatkan pada dinding ruang yang rentan terhadap kebocoran gas. Disamping sebagai Gas detector, alat ini dapat diintegrasikan dengan alarm system.

2.4.2 Sistem Pemadaman

Sistem pemadaman merupakan tindakan yang dilakukan saat terjadi kebakaran. Tahap ini harus di perhatikan dengan serius karena tahap ini merupakan tahap penting agar kebakaran/api tidak meluas. Alat-alat pemadam kebakaran yang digunakan untuk memadamkan api yaitu seperti berikut.

2.4.2.1 Hydrant

Hydrant merupakan sebuah terminal air untuk bantuan darurat ketika terjadi kebakaran. Hydrant ini juga berfungsi untuk mempermudah proses penanggulangan ketika bencana kebakaran melanda. Hydrant merupakan sebuah fasilitas wajib bagi  bangunan-bangunan publik seperti pasar tradisional maupun modern, pertokoan, bahkan semestinya lingkungan perumahan pun harusnya ada fasilitas hydrant. Pada saat terjadi  peristiwa kebakaran Fire Hydrant harus mudah terlihat dan segera dapat dipergunakan.  National Fire Protection Association  (NFPA) secara specifik menyatakan bahwa Fire Hydrant harus diwarnai dengan chrome yellow atau warna lain yang mudah terlihat termasuk diantaranya white, bright red, chrome silver dan lime-yellow, tetapi sebenarn ya aspek terpenting adalah warna tersebut harus konsisten terutama dalam satu wilayah tertentu.

 NFPA menyarankan bahwa secara umum ada perbedaan secara fungsi antara Fire Hydrant untuk kebutuhan perkotaaan (municipal system) dan kebutuhan pribadi ( private  system) termasuk di dalamnya untuk pabrik, sehingga harus ada perbedaan warna dan  penandaan lainnya. Secara internasional warna violet (light purple) telah dikembangkan

sebagai warna untuk non-portable water .

Ciri penandaan lainnya adalah flow indicators, standar NFPA untuk bonnets (topi hydrant) dan caps (sumbat hydrant) harus diwarnai sesuai dengan indikasi kuatnya tekanan aliran hydrant (20 p.s.i.)

(19)

Hydrant System

Sistem pada hydrant terdiri atas:

• Tempat penyimpanan air (Reservoir) • Sistem distribusi

• Sistem pompa hydrant

Berikut akan dijelaskan masing-masing dari system tersebut;

1. Tempat penyimpanan air (Reservoir)

Reservoir merupakan tempat penampungan air yang akan di gunakan dalam proses  pemadaman kebakaran. Biasanya reservoir ini berbentuk satu tanki ataupun beberapa tangki yang terhubung satu dengan yang lainnya. Reservoir ini bisa berada di atas tanah maupun dalam tanah. Dan harus dibuat sedemikian rupa hingga dapat menampung air untuk supply air hydrant selama minimal 30 menit penggunaan hydrant dengan kapasitas minimum pompa 500 galon per menit.

Selain itu reservoir juga harus dilengkapi dengan mekanisme pengisian kembali dari sumber-sumber air yang dapat diandalkan untuk menjaga level air yang tersedia dalam reservoir. Mekanisme pengisian reservoir ini terdiri dari sistem pompa yang dihubungan dengan sumber air yang dapat diandalkan misalnya dengan air tanah, air sungai, dll.

2. Sistem Distribusi

Untuk mendukung proses dan sistem kerja hydrant, diperlukan sistem distribusi yang menggunakan pipa untuk menghubungkan sumber air hingga ke tit ik selang hydrant. Dalam perancangan jaringan pipa hydrant, yang terbaik adalah menggunakan system  jaringan interkoneksi tertutup contohnya sistem ring atau O. Sistem ini memberikan  beberapa keunggulan, contohnya adalah sebagai berikut:

• Air tetap dapat didistribusikan ke titik hydrant walaupun salah satu area pipa mengalami kerusakan.

(20)

Sistem pipa utama ( primary feeders) dari hydarant biasanya berukuran 12-16 inch. Pipa sambungan ke dua ( secondary feeders) biasanya berukuran 8-12 inch. Sedangkan untuk cabang pipa biasanya berukuran 4.5-6 inch. Pada ujung pipa hydrant tersambung dengan pilar hydrant. Disamping pilar hydrant terpasang box yang digunakan untuk menyimpan selang hydrant (hose). Selang ini terbuat dari bahan kanvas yang  panjangnya berkisar 20-30 meter.

Untuk mendukung supply air hydrant, dibuatlah suatu sambungan pipa yang  berinterkoneksi dengan sistem pipa hydrant yang disebut sambungan Siamese.

Sambungan ini terdiri dari satu / dua sambungan pipa yang fungsinya adalah untuk memberikan supply air tambahan pada sistem hydrant. Sambungan ini sangat berguna  bagi petugas pemadam kebakaran untuk memberikan supl ai air tambahan melalui mobil  pemadam kebakaran atau sistem pilar hydrant umum.

3. Sistem Pompa Hydrant

Gambar 2.4.10 : Sistem Pompa Hydrant

Sumber : http://fire-safety-securiti-solution.blogspot.com/2012/09/hidrant.html

Sistem ini terdiri atas panel kontrol pompa, motor penggerak, dan unit pompa. Pompa dikontrol melalui sistem panel kontrol, sehingga dapat menghidupkan serta mematikan keseluruhan system dan juga untuk mengetahui status dan kondisi pompa. Motor penggerak pompa merupakan sistem mekanik elektrik yang mengaktifkan pompa untuk menyedot dan menyemburkan air.

(21)

Unit pompa untuk hydrant biasanya terdiri dari: 1. Pompa Diesel

Digunakan sebagai sumber tenaga cadangan pada saat listrik mati 2. Pompa Utama

Digunakan sebagai penggerak utama untuk menyedot air dari sumber ke titik hydrant 3. Pompa Jockey

(22)

Jenis hydrant dapat di bagi menjadi dua bagian :

1. Hydrant Box

Hydrant Box ini dapat dibagi menjadi dua yaitu berupa Indoor Hydrant  (terletak di dalam gedung) atauOutdoor Hydrant  (terletak di luar gedung). Untuk pemasangan Hydrant Box di dalam ruangan pada bagian atasnya (menempel pada dinding) harus disertai  pemasangan alarm bell. Pada Hydrant Box terdapat gulungan selang atau lebih dikenal

dengan istilah Hose Reel .

Gambar 2.4.11 (kiri) : Indoor Hydrant Gambar 2.4.12 (kanan): Outdoor Hydrant Sumber : http://jogjasafety.com/products/hydrant

2. Hydrant Pillar

Alat ini memiliki fungsi untuk menyuplai air dari PAM dan GWR gedung disalurkan ke mobil pemadam kebakaran agar pemadam kebakaran dapat menyiram air mobil ke gedung yang sedang terbakar. Alat ini diletakkan diluar gedung yang jumlahya serta peletakannya sesuai dengan jumlah gedung.

(23)

` Gambar 2.4.13: Hydrant Pillar

Sumber :http://www.combat.com.sg/photo_library/pillar_hydrants/pix_pillar_hydrant.jpg Untuk pemasangan perlatan hydrant diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Sumber persediaan air hydrant kebakaran harus diperhitungkan pemakaiannya selama 30-60 menit dengan daya pancar 200 galin/menit.

2. Pompa-pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat.

3. Selang kebakaran dengan diameter antara 1,5” -2” harus terbuat dari bahan yang tahan  panas dengan panjang selang 20-30 meter.

4. Harus disediakan kopling penyambungan yang sama dengan kopling dari unit  pemadam kebakaran.

5. Penempatan hydrant harus terlihat jelas, mudah dibuka, mudah dijangkau dan tidak terhalang oleh benda-benda lain

6. Hydrant di halaman harus menggunakan katup pembuka dengan diameter 4” untuk 2 kopling, diameter 6” untuk 3 kopling dan mampu mengalirkan air 250 galon/menit atau 950 liter/menit untuk setiap kopling.

Untuk jumlah pemakaian hydrant pada suatu bangunan itu disesuaikan dari klasifikasi  bangunan dan jumlah luas bangunan tersebut. Untuk klasifikasi bangunan A= 1 buah/80

(24)

2.4.2.2 Sprinkler

Sprinkler merupakan sistem yang digunakan untuk memadamkan kebakaran pada sebuah bangunan. Sprinkler akan secara otomatis menyala bila ada kebakaran yang terjadi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sistem fire sprinkler adalah: - Jenis sistem dan fungsi bahaya kebakaran

- Perhitungan hidrolik tiap jenis hunian (bahaya kebakran ringan Q = 225 1/min, p = 2,2 kg/cm2  ; bahaya kebakaran sedang Q = 375-1100 1/min, p = 1,0  –   1,7 kg/cm2; bahaya kebakaran berat Q = 2300 –  4550 1/min, p=1,0 –  1,7 kg/cm2). - Kepadatan pancaran dan kerja maksimum yang diestimasi

- Sistem penyediaan air

- Penempatan dan letak kepala spinkler - Jenis kepala spinkler.

Gambar 2.4.14 : Kepala Sprinkler Sumber : pkppksupadio.wordpress.com

(25)

Sistem Pada Sprinkler

1. Wet Riser System  : Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap

2. Dry Riser System  : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air bertekanan,  peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alarm

memerintahkannya.

- Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan sistim Wet Riser.

- Pada sistem dilengkapi  Fire Brigade Connection  yang diletakkan diluar  bangunan.

Peralatan Utama dan Fungsi

1. Pompa kebakaran terdiri dari Electric Pump, Diesel Pump dan Jockey Pump.

- Apabila tekanan didalam pipa menurun, maka secara otomatis Jockey pump akan bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa.

- Jika tekanan terus menurun (misal glass bulb pada kepala sprinkler pecah) maka  pompa kebakaran utama akan bekerja dan otomatis pompa jockey berhenti.

- Apabila pompa kebakaran utama gagal bekerja setelah 10 detik, kemudian  pompa cadangan Diesel secara otomatis akan bekerja.

- Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm akan segera berbunyi dengan nada yang berbeda dengan bunyi alarm sistim, untuk memberi tahukan kepada operator akan adanya gangguan.

- Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah “Start otomatis” dan “Mati secara Manual”.

- Pada saat pompa kebakaran utama bekerja, wet alarm valve akan terbuka dan segera membunyikan alarm gong. Aliran didalam pipa cabang akan memberi indikasi pada flow switch yang terpasang pada setiap cabang & dikirim ke panel fire alarm untuk membunyikan alarm pada lantai bersangkutan.

(26)

2. Pressure Switch : Alat kontrak yang bekerja akibat perubahan tekanan.

3. Manometer  : Alat untuk membaca tekanan

4. Time delay relay  : Alat relay yang bekerja berdasarkan seting waktu yang sudah ditentukan.

5. Safety valve : Alat pelepas tekanan lebih

6. Pressure Reducing Valve : Alat pembatas tekanan

7. Kepala Sprinkler ( Head Sprinkler ) : Alat pemancar air yang bekerja setelah pecahnya  bulb akibat panas yang ditimbulkan oleh kebakaran. Ukuran kepala sprinker 15 mm, kepadatan pancaran 5 mm/mnt, area kerja maks. 144 m2, laju aliran 725 lt/mnt dan setiap katup kendali jumlah maks. adalah 1.000 buah kepala sprinkler.

(27)

Sistem sprinkler otomatik adalah adalah kombinasi dari deteksi panas dan  pemadaman, ia bekerja secara otomatik penuh tanpa bantuan orang atau sistem lain.

Sehingga system ini merupakan sistem penanggulangan/ pemadaman kebakaran yang  paling efektif dibandingkan dengan sistem hidran dan lainnya.

Klasifikasi Sprinkler

Sistem sprinkler terdiri dari 3 klasifikasi sesuai dengan klasifikasi hunian bahaya kebakaran, yaitu :

1. Sistem bahaya kebakaran ringan

Kepadatan pancaran yang direncanakan 2.25 mm/menit, dengan daerah kerja maksimum yang diperkirakan : 84 m2, adapun jenis hunian kebakaran ringan antara lain seperti bangunan perkantoran, perumahan, pendidikan, perhotelan, rumah sakit dan lain-lain.

2. Sistem bahaya kebakaran sedang

Kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit, dengan daerah kerja maksimum yang diperkirakan : 72  –   360 m2, sedangkan yang termasuk jenis hunian kebakaran ini adalah : industri ringan seperti : pabrik susu, elektronika, pengalengan, tekstil, rokok, keremik, pengolahan logam, bengkel mobil dan lai n-lain.

3. Sistem bahaya kebakaran berat

Untuk proses industri kepadatan pancaran yang direncanakan 7.5  –   12.5 mm/menit, dengan daerah kerja maksimum yang diperkirakan adalah 260 m2, sedangkan  bahaya pada gudang penimbunan tinggi kepadatan yang direncanakan 7.5  –  30

mm/menit. Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 260 –  300 m2 dengan kepadatan  pancaran yang direncanakan untuk bahaya pada gedung penimbunan tinggi tergantung  pada sifat bahaya barang yang disimpan, adapun yang termasuk jenis hunian kebakaran ini adalah industri berat seperti : pabrik kimia, korek api, bahan peledak, karet busa, kilang minyak, dan lain-lain.

Semua ruang dalam bangunan tersebut harus dilindungi dengan sistem sprinkler, kecuali ruang tertentu yang telah mendapat izin dari pihak yang berwenang seperti : ruang tahan

(28)

api, kamar kakus, ruang panel listrik, ruangan tangga dan ruangan lain yang dibuat khusus tahan api.

Jenis Sprinkler

1. Antifreeze Sprinkler System (a wet system)

Sistem sprinkler pipa basah yang mempunyai sprinkler otomatis dengan sistem  pemipaan yang mempunyai penyelesaian untuk mencegah pembekuan (antifreeze) dan terhubung dengan suplai air. Penyelesaian pencegahan pembekuan adalah dengan dibuangnya bersamaan dengan air saat sistem sprinkler bekerja setelah ada panas dari suatu kebakaran.

2. Circulating Closed

 – 

 Loop Sprinkler System

Sistem sprinkler pipa basah yang mempunyai anti proteksi kebakaran yang sudah terhubung ke sistem sprinkler otomatis dalam sistem susunan yang tersirkulasi (Close loop piping arrangement) dengan tujuan untuk meningkatkan pemipaan sprinkler ke air yang ada untuk pemanasan dan pendinginan dimana air terjebak atau tidak bisa dipindahkan atau digunakan dari sistem tapi hanya disirkulasi melewati sistem pemipaan.

3. Combined Dry Pipe

 – 

 Preaction Sprinkler System

Sistem sprinkler pipa basah yang dikendali dengan sistem sprinkler otomatis yang sudah terhubung ke sistem pemipaan yang mempunyai udara di bawah tekanan dengan tambahan sistem deteksi yang terpasang pada daerah yang sama dengan sistem sprinkler. Cara kerja dari sistem deteksi memanfaatkan alat trip actuator dengan katup pipa kering terbuka secara tiba-tiba tanpa kehilangan tekanan udara dalam sistem, yang juga bisa terjadi dengan cara memasang atau membuka katup udara buang di ujung dari umpan utama yang mana biasanya pembukaan dari kepala sprinkler. Sistem deteksi juga melayani secara otomatis sistem fire alarms.

4. Deluge Sprinkler System

Sistem sprinkler yang mempunyai sprinkler sistem terbuka yang sudah terhubung  pemipaan dengan suplai air lewat katup yang dibuka oleh sistem deteksi yang terpasang  pada daerah yang sama dengan dengan sprinkler, ketika katup terbuka, air mengalir ke

(29)

5. Dry Pipe Sprinkler System

Sistem sprinkler yang mempunyai sprinkler otomatis yang sudah terhubung dengan sistem pemipaan yang terdiri dari udara atau gas nitrogen dibawah tekanan, sprinkler akan terbuka jika tekanan air ke katup terbuka yang diketahui melalui katup pipa kering lalu air mengalir ke dalam sistem pemipaan dan keluar dari sprinkler yang terbuka.

6. Gridded Sprinkler System

Suatu sistem sprinkler yang mana mempunyai persilangan di pipa utama yang terhubung ke banyak pipa cabang. Cara kerja sistem sprinkler akan menerima air dari kedua ujung pipa cabang pada saat cabang lain membantu memindahkan air antara  persilangan utama.

7. Looped Sprinkler System

Suatu sistem sprinkler yang mana percabangan utama yang banyak secara  bersama-sama untuk ditetapkan lebih dari satu jalur untuk air yang mengalir ke sistem sprinkler yang bekerja dan pipa cabang yang tidak terhubung bersama.

8. Preaction Sprinkler System

Suatu sistem sprinkler yang dikendalikan secara otomatis dengan sistem  pemipaan yang terdiri dari udara yang bertekanan dan tidak bertekanan dengan tambahan sistem deteksi yang terpasang dalam area yang sama dengan sprinkler.

9 . Wet Pipe Sprinkler System

Suatu sistem sprinkler yang dikendalikan secara otomatis dengan sistem  pemipaan yang terdiri dari air yang dihubungkan ke suplai air dan air dibuang lagi secepat mungkin dari sprinkler yang terbuka akibat panas dari suatu kebakaran.

(30)

Komponen Sprinkler

1. Pipa Pada Sprinkler

Dengan jumlah hasil perhitungan bagi pipa pembagi, maka perhitungan harus dimulai dari pipa cabang yang terdekat pada katup kendali. Jika pipa cabang atau kepala springkler tunggal disambung pada pipa pembagi dengan pipa tegak, maka pipa tegak dianggap sebagai pipa pembagi. Titik desain adalah tempat dimana dimulai perhitungan  pipa pembagi dan pipa cabang. Dalam perhitungan ukuran pipa pada sistem springkler,

ukuran pipa hanya boleh mengecil sejalan dengan arah pengaliran air.

2. Kepala Sprinkler

Sifat-sifat aliran kepala springkler harus berupa penggunaan sebagai kepala springkler pancaran atas, atau penggunaan sebagai kepala springkler pancaran bawah, atau penggunaan sebagai kepala springkler dinding, bentuk-bentuk kepala springkler dapat dilihat pada gambar di bawah ini

2.4.2.3 Fire Extinguisher (APAR)

Fire Extinguisher adalah alat yang digunakan untuk memadamka api skala kecil yang biasanya berbentuk tabung dan untuk kebutuhan pemadaman api yang sifatnya darurat. Alat pemadam api ini tidak diperuntukkan untuk pemadaman api yang sifatnya sudah out of control, seperti kebakaran dimana api yang telah membakar langit-langit  bangunan, atau situasi-situasi kebakaran yang memang hanya bias diatasi oleh petugas  pemadam kebakaran yang sudah terlatih.

Klasifikasi Fire Extinguisher

Fire extinguisher dibagi menjadi empat kategori berdasarkan perbedaan tipe-tipe api. 1. Class A Fire Extinguisher

Pemadam untuk material-material umum yang mudah terbakar seperti kertas, kayu, kardus, dan plastik. Angka rating pada pemadam t ipe ini menunjukkan banyaknya air yang terkandung serta besarnya api yang dapat dipadamkannya.

(31)

2. Class B Fire Extinguisher

Pemadam untuk zat-zat cair (liquid ) yang mudah terbakar seperti gasoline (bensin), kerosin, minyak dan oli. Angka rating pada pemadam tipe ini menunjukkan  berapa persegi wilayah api yang dapat dipadamkannya.

3. Class C Fire Extinguisher

Pemadam untuk api yang disebabkan oleh alat-alat elektrik, seperti peralatan rumah tangga, kabel, circuit breakers, dan sebagainya. Jangan pernah menggunakan air untuk memadamkan api kelas C ini, karena resiko tersetrum akan jauh lebih besar. Racun api kelas C ini tidak memiliki angka rating.

4. Class D Fire Extinguisher

Pemadam api kelas D seringkali ditemukan di ruang laboratorium kimia. Pemadam ini untuk memadamkan api yang melibatkan bahan-bahan metal yang mudah terbakar, seperti magnesium, titanium, potassium dan sodium. Fire extinguisher ini juga tidak memiliki rating angka.

(32)

Contoh dari fire extinguisher adalah tabung pemadam kebakaran. Tabung  pemadam kebakaran dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

a. Tabung Pemadam Api Portable Unit .

Tabung pemadam Api Portable Unit adalah tabung pemadam api yang mudah dioperasikan bahkan oleh satu orang pengguna. karena bentuknya kecil serta beratnya dapat ditanggung oleh satu orang saja. Portable Unit ini memiliki kelebihan dan kekurangan, dimana tabung jenis ini dapat mematikan api pada awal terjadinya kebakaran. tetapi tidak direkomendasikan untuk kebakaran yang sudah membesar.

b. Tabung Pemadam Api Trolley Unit.

Tabung Pemadam Api Trolley Unit adalah tabung pemadam api skala besar dan  bisa dioperasikan oleh dua orang atau lebih, dikarenakan bentuknya yang besar dan juga  berat. Cocok digunakan dalam kebakaran jenis kecil dan sedang, sama halnya dengan tabung pemadam api portable unit, tabung jenis trolley juga memiliki berbagai bahan media atau isi sebagai bahan pemadam api.

Gambar 2.4.15:Jenis-Jenis Fire Extinguisher

Sumber : http://fireextinguisherservicinghq.com/wp-content/uploads/2011/03/fire-extinguisher-colours.jpg 

(33)

Jenis Fire Extinguisher 1. Water and Foam

Gambar 19 : Water and Foam

Sumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html

Water and Foam fire extinguishers  memadamkan api dengan memisahkan oksigen dari elemen –  elemen pembentuk api.Water extinguishers dikategorikan sebagai  pemadam api Class A saja. Jenis ini tidak dapat dipakai untuk kebakaran class B atau C. Aliran debit bisa menyebarkan cairan yang mudah terbakar dalam kebakaran Kelas B atau  bisa menciptakan bahaya sengatan listrik pada api Kelas C.

2. Carbon Dioxide

Gambar 2.4.16 : Carbon Dioxide

Sumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html

Carbon Dioxide fire extinguishers memadamkan api dengan cara menghilangkan oksigen dan juga mendinginkan panas dengan debit yang sangat dingin. Carbon Dioxide dapat digunakan untuk kebakaran jenis B dan C. Jenis ini kurang efektif jika digunakan untuk kebakaran jenis A.

(34)

3. Dry Chemical

Gambar 2.4.17 : Dry Chemical

Sumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html

 Dry Chemical fire extinguishers  memadamkan api dengan mengganggu reaksi kimia dari segitiga api. Jenis ni paling banyak digunakan pada kebakaran karena paling efektif untuk digunakan dalam kebakaran Kelas A, B, dan C. Agen ini juga bekerja dengan menciptakan penghalang antara elemen oksigen dan elemen bakar pada kebakaran Kelas A.

4. Wet Chemical

Gambar 2.4.18 : Wet Chemical

Sumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html

Wet Chemical  adalah agen baru yang memadamkan api dengan menghapus panas dari segitiga api dan mencegah penyalaan kembali dengan menciptakan penghalang antara unsur-unsur oksigen dan bahan bakar.

(35)

5. Clean Agent

Clean Agent  memadamkan api dengan mengganggu reaksi kimia dari segitiga api. Clean Agent digunakan untuk Kelas B & C dalam kebakaran. Beberapa alat pemadam clean agent yang lebih besar dapat digunakan pada kebakaran Kelas A, B, dan C.

Gambar 2.4.19 : Clean Agent

Sumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html 6. Dry Powder

Gambar 2.4.20: Dry Powder

Sumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html

 Dry Powder  mirip dengan dry chemical , bedanya, dry powder memadamkan api dengan memisahkan bahan bakar dari unsur oksigen atau dengan menghapus elemen  panas dari segitiga api. Namun, alat pemadam dry powder hanya bisa digunakan untuk

(36)

7. Water Mist

Gambar 2.4.21 : Water Mist

Sumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html

Water Mist  adalah perkembangan baru yang memadamkan api dengan mengambil unsur panas dari segitiga api. Mereka adalah alternatif alat pemadam Clean Agent. Water Mist digunakan untuk kebakaran kelas A, walau jenis ini juga bias digunakan untuk kebakaran kelas C.

8. Cartridge Operated Dry Chemical

Gambar 2.4.22 : Cartridge Operated Dry Chemical

Sumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html

Cartridge Operated Dry Chemical  fire extinguishers memadamkan api terutama dengan mengganggu reaksi kimia dari segitiga api. Dry chemical efektif pada kebakaran Kelas A, B, dan C. Agen ini juga bekerja dengan menciptakan penghalang antara elemen oksigen dan elemen bakar pada kebakaran Kelas A.

(37)

2.4.3 Sistem Evakuasi

Sistem evakuasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mengamankan seluruh  penghuni gedung saat terjadi kebakaran. Sistem evakuasi ini meliputi berbagai komponen

yang ada didalam gedung untuk memberikan jalan keluar yang aman dan efektif sebelum gedung tersebut hancur. Beberapa komponen dari sistem evakuasi adalah sebagai berikut:

1. Tangga Darurat

Tangga adalah tangga yang berfungsi untuk sirkulasi orang berjalan kaki serta kelintasan utama pada bangunan gedung antar lantai bertingkat dalam kondisi keseharian karena menjadi sirkulasi, maka pada tangga harus memenuhi persyaratan kenyamanan  pemakaian untuk naik maupun turun yang tidak melelahkan dan membahayakan  pemakainya.

Tangga darurat adalah tangga yang digunakan untuk mengevakuasi atau menyelamatkan penghuni gedung dari pengaruh bahaya.

Syarat tangga darurat:

a. Letakknya berhubungam dengan dinding luar bangunan dan mempunyai pintu akses keluar gedung.

 b. Dilengkapi dengan pintu dari bahan tahan api sekurang-kurangnya selama 3 jam. c. Pada bagian bordes dilengkapi jendela kaca yang bias dibuka dari luar untuk

 penyelamatan penghuni.

d. Dilengkapi cerobong pengisap asap.

e. Pada tangga darurat harus dilengkapi dengan lampu penerangan dengan supply  baterai darurat.

(38)

Gambar 2.4.23 : Tangga Darurat

Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-_ZPp9SJ7FWU/UNMQ3XZ_YwI/AAAAAAAAADI/x9PSLk3-mxQ/s1600/tangga+darurat.jpg

2. Pintu Darurat

Pintu darurat adalah alat bantu yang digunakan saat evakuasi untuk menuju tempat yang aman. Dalam penempatannya pintu darurat ini memiliki beberapa syarat agar dapat digunakan secara maksimal untuk evakuasi.

Pintu darurat memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu:

a. Pintu paling atas membuka ke arah luar (atap bangunan) dan semua pintu lainnya membuka ke arah ruangan tangga, kecuali pintu paling bawah membuka ke luar dan langsung berhubungan dengan ruang luar.

 b. Pintu tangga terbuat dari bahan yang tahan kebakarannya 2 jam.

c. Daun pintu yang terbuat dari pintu tahan api dilengkapi dengan engsel, kunci dan  pegangan yang juga tahan terhadap api.

d. Pintu tidak dapat dibuka secara otomatis dari ruangan tangga, kecuali pintu paling atas atau paling bawah.

e. Letak pintu kebakaran ini paling jauh dapat dijangkau oleh pengguna dalam jarak radius 25 m. Oleh karena itu diperlukan suatu tangga kebakaran dalam suatu  bangunan dengan luas 600m2 yang ditempati 50-70 orang.

(39)

Gambar 2.4.24 : Pintu Darurat Sumber: pkppksupadio.wordpress.com

(40)

3. Sign / Tanda-Tanda Darurat

Sign/ pertanda adalah sebuah petunjuk yang membantu dalam proses evakuasi saat terjadi bahaya kebakaran. Biasanya petunjuk ini diletakkan pada posisi tertentu yang mudah dilihat dan memudahkan para penghuni untuk menuju pintu darurat maupun tangga darurat. Selain itu petunjuk juga harus tetap menyala walaupun keadaan li strik saat terjadinya kebakaran sedang padam dan bahan penunjuk tersebut juga tahan terhadap api.

Gambar 2.4.26: Petunjuk Pintu Darurat

Sumber : http://ilmupalingasik.files.wordpress.com/2012/11/pintudarurat.jpg

Gambar 2.4.25: Tanda-tanda darurat

(41)

BAB III

3.1 Studi Proyek

Gambar 3.1.1: Bird Eye View Pancoran Riverside Sumber : Google.com

Gambar 3.1.2: Site Plan Pancoran Riverside Sumber : Google.com

(42)

 Pancoran Riverside Apartement

Bangunan yang kami gunakan untuk objek observasi adalah Pancoran Riverside Apartement berlokasi di Jl. Pengadegan Timur 1 No.30, Jakarta Selatan. Pancoran Riverside Apartment memiliki luas 5 ha, proyek ini berencana m emiliki 7 tower dan saat ini baru terealisasi 3 tower. Setiap tower terdapat 24 lantai dimana pada lantai 1 sampai 3 merupakan ruko, lantai 4 sampai 23 merupakan hunian, dan lantai 24 merupakan atap (rooftop).

Gambar 3.1.3: Tower 1 (kiri) dan 2 (kanan) Pancoran Riverside Sumber : Doc. Pribadi

Gambar 3.1.4 : Tower 3 Pancoran Riverside Apartement Sumber: Doc. Pribadi

(43)

Berdasarkan studi yang telah kami lakukan pada proyek Pancoran Riverside, tower pada apartemen ini memiliki sistem dan peralatan pencegahan kebakaran, sistem dan peralatan pemadaman kebakaran, dan sistem evakuasi saat terjadi bahaya kebakaran.

1. Sistem Pencegahan

Bangunan apartemen Pancoran Riverside masuk dalam klasifikasi bangunan kelas A dimana lantai dasar sampai lantai ketiga dari bangunan difungsikan sebagai ruko. Aktivitas yang terjadi pada ruko hanya pada jam-jam kerja sedangkan aktivitas pada apartemen berlangsung selama 24 jam. Jadi Program yang meliputi perencanaan proses yang aman dari kebakaran secara aktif adalah dengan instalasi heat detector, fire alarm, dan smoke detector. Pada bangunan apartemen yang merupakan hunian tidak menggunakan fire detector karena pada setiap apartemen memiliki dapur dan berbagai  jenis penghuni. Api dari dapur atau dari puntung rokok akan menyebabkan false alarm atau alarm palsu. Meskipun heat detector dinilai masih lebih lamban dalam mendeteksi kebakaran dibandingkan fire detector namun untuk bangunan Pancoran Riverside Apartement heat detector dianggap paling tepat. Heat detector pada tower 2 dan 3 belum dipasang karena pemasangannya setelah pemasangan plafond dan finishing. Smoke detector hanya dipasang pada ruko karena pada ruko tidak terdapat dapur sehingga tidak akan terjadi false alarm atau alarm palsu.

Gambar 3.1.5: Smoke Detector pada Ruko Sumber : Doc. Pribadi

(44)

Sistem Pemadaman

Sistem pemadaman merupakan tindakan paling krusial dalam mencegah  penyebaran api dan memadamkannya. Pada Pancoran Riverside Apartement sistem  pemadam kebakaran yang tersedia seperti; hydrant dengan sumber air dari sungai ciliwung, sprinkler, dan fire extinguisher. Sumber air yang berasal dari sungai ciliwung diolah terlebih dahulu di WTP (Water Treatment Plan) yang selanjutnya disimpan dalam ground tank, lalu dipompa menuju hydrant dan sprinkler.

Gambar 3.1.6: WTP (Water Treatment Plan) Sumber : Doc. Pribadi

Gambar 3.1.7: Wadah Pengendapan Air WTP Sumber : Doc. Pribadi

(45)

Pancoran Riverside Apartement kompleks memiliki cara perlakuan tersendiri dalam hal penyediaan air layak pakai. Sumber air yang tersedia berasal dari sungai Ciliwung yang airnya tidak layak pakai maka dari itu sebelum siap digunakan air harus melalui proses pemurnian terlebih dahulu melalui WTP (water treatment plan). Pada WTP memiliki 3 komponen pompa, yaitu yang pertama adalah main pump atau pompa utama yang bertugas memompa air dari sungai ke WTP. Kemudian di WTP air dimurnikan dengan proses penyaringan dan pengendapan kotoran secara berulang-ulang, air juga dibersihkan dari bakteri-bakteri berbahaya dengan zat kimia sehingga aman untuk digunakan dan kemudian disimpan sebagai persediaan air di tanki bawah tanah (ground tank).

Kemudian diesel pump atau pompa diesel digunakan sebagai sumber tenaga sehingga pompa bekerja terus menerus tanpa terganggu walau pada saat listrik mati. Yang terakhir adalah jockey pump atau pompa joki merupakan pompa bertekanan yang mempertahankan tekanan air pada sistem hydrant dan sprinkler.

Gambar 3.1.7: Main Pump WTP Sumber : Doc. Pribadi

Gambar 3.1.8: Pipa Hydrant Pada WTP Sumber : Doc. Pribadi

(46)

a. Hydrant

Hydrant yang digunakan menggunakan hydrant tipe Wet Riser System dimana seluruh instalasi pipa berisi air bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap. Jika hydrant diaktifkan atau katup selang pada hydrant dibuka maka air akan langsung mengalir keluar.

Hydrant pillar dan hydrant box terdapat pada setiap sudut tapak masing-masing  bangunan. Terdapat 4 buah hydrant pillar dan box, ini untuk memudahkan upaya  pemadaman pada saat terjadi kebakaran sebelum datangnya petugas pemadam kebakaran

karena disetiap sudut sudah terdapat alat pemadaman.

Gambar 3.1.9: Hydrant Box dan Hydrant Pillar pada Luar Gedung Sumber : Doc. Pribadi

Di dalam setiap gedung yang ada di kompleks apartemen ini, disediakan fasilitas  pemadam kebakaran berupa hydrant box yang ada pada setiap sudut lantai bangunan. Jadi, pada tiap lantai apartemen terdapat 4 unit hydrant box. Hydrant diletakkan  bersebelahan dengan Fire Extinguisher (APAR). Upaya ini dilakukan agar saat terjadi kebakaran upaya pemadaman dapat dilakukan semaksimal mungkin untuk mencegah terjadinya penyebaran api yang lebih luas.

(47)

Gambar 3.1.10: Pipa Hydrant & Hydrant Box Sumber : Doc. Pribadi

Gambar 3.1.12: Instalasi Pipa Hydrant Dalam Gedung Sumber : Doc. Pribadi

(48)

 b. Sprinkler

Sprinkler yang digunakan merupakan sprinkler type Wet Riser System dimana seluruh instalasi pipa berisi air bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap. jika alat detector berbunyi dan terjadi kebakaran atau suhu ruangan  panas melebihi batas, sprinkler tersebut akan mengeluarkan air. Jika salah satu sprinkler

dalam satu lantai mengeluarkan air maka sprinkler di dekatnya otomatis akan mengeluarkan air untuk menanggulangi penyebaran api ke seluruh ruangan. Pada setiap lantai terdapat kurang lebih 80 buah sprinkler dengan jarak 2,5 m. Karena masih dalam tahap pengerjaan sprinkler belum terpasang.

Gambar 3.1.13: Instalasi Pipa Sprinkler Sumber : Doc. Pribadi

c. Fire Extinguisher (APAR)

Pada setiap gedung yang ada di kompleks apartemen ini fire extinguisher lebih  banyak diletakkan berdampingan dengan hydrant dan dekat pintu darurat. Ini bertujuan agar lebih memudahkan pada saat pengoperasian. Karena masih dalam tahap pengerjaan  jadi Fire Extinguisher (APAR) belum terpasang.

(49)

Gambar 3.1.14: Letak APAR Sumber : Doc. Pribadi 2. Sistem Evakuasi

Sistem evakuasi pada gedung ini menggukana tangga darurat, pintu darurat, dantanda-tanda darurat / sign.

a. Tangga Darurat

Tangga darurat pada setiap gedung yang ada di kompleks apartemen ini terletak di setiap sudut bangunan. Ruangan pada tangga darurat ini merupakan ruangan yang  paling aman untuk berkumpul saat terjadi kebakaran. Tangga darurat memiliki panjang

1m, lebar 30cm, dan tinggi 20cm per anak tangga. Tangga darurat ini menggunakan Hand railing dari besi yang tidak mudah ternakar oleh api. Karena masi dalam tahap pengerjaan hand railing belum terpasang.

(50)

Gambar 3.1.15: Tangga Darurat Sumber : Doc. Pribadi

Gambar 3.1.15:Pengukuran Tangga Darurat Sumber : Doc. Pribadi

 b. Pintu Darurat

Pintu darurat pada kompleks apartement ini terdapat di setiap lantai, pintu  berukuran lebar 80cm dan tinggu kurang lebih 200cm. Pintu darurat berwarna merah agar memudahkan untuk mengenali karena berbeda dengan pintu yang lainnya saat terjadi keadaan yang genting. Pintu darurat hanya bisa di buka dari arah dalam gedung ke luar. Karena masih dalam tahap pengerjaan jadi pintu darurat tersebut belum terpasang.

(51)

Gambar 3.1.16: Pintu Darurat Pada Atap Sumber : Doc. Pribadi

c. Tanda –  Tanda darurat

Tanda / petunjuk arah untuk sistem evakuasi pada kompleks apartement Pancoran Riverside diletakkan pada koridor masing-masing dekat dengan tangga darurat, ini dimaksudkan agar memudahkan civitas apartemen menuju tempat yang aman jika terjadi kebakaran. Karena dalam masih dalam tahap pengerjaan jadi tanda darurat tersebut belum terpasang.

Referensi

Dokumen terkait

Air limbah sintetis yang digunakan dikondisikan dalam beberapa variabel yaitu variabel tegangan listrik, jarak anter elektrode dan waktu kontak sehingga diperoleh

Sebagaimana tersebut dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 7 ayat (1) Rencana Startegis Organisasi

Sistem penyiraman otomatis menggunakan web server Node-RED yang dapat mengontrol penyiraman secara jarak jauh dan otomatis menggunakan metode fuzzy logic Sugeno yang memiliki 2

11 Maka pada sehari segala bulanmu hendaklah kamu mempersembahkan kepada Tuhan dua ekor anak lembu atau lembu muda dan seekor domba djantan dan tudjuh ekor anak domba jang

Hal ini menunjukkan hasil yang sama pada pertambahan diameter tajuk pohon yaitu pola tanam agroforestri memiliki nilai yang lebih besar daripada monokultur.. Hasil penelitian

Keunikan ini tentunya juga berlaku pada ekosistem lahan kritis kawasan Dlingo, sehingga diperlukan penelitian yang lebih mendalam untuk mengetahui jenis vegetasi

Efektivitas biaya produksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara meminimalkan penyimpangan biaya produksi yang terjadi,

15 Kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut adalah Konstruksi Kemaskulinan dari tokoh dalam film BBS ini merupakan sebuah wujud konstruksi terhadap identitas baru