• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA PAKIJANGAN KECAMATAN WONOREJO KABUPATEN PASURUAN TENTANG PENGOBATAN AKUPUNKTUR UNTUK PENYAKIT LAMBUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA PAKIJANGAN KECAMATAN WONOREJO KABUPATEN PASURUAN TENTANG PENGOBATAN AKUPUNKTUR UNTUK PENYAKIT LAMBUNG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

25 Ikhwan Abdullah dan Putri Yuliana

Prodi Akupunktur Poltekkes RS dr Soepraoen Abstrak

Ketika sakit lambung menyerang maka aktivitas seseorang tidak optimal dan produktivitasnya pun tidak maksimal bahkan jika ekstrim bisa sampai pada kematian. Salah satu yang turut berkontribusi adalah karena masyarakat belum banyak yang mengetahui apalagi memahami bahwa pengobatan akupunktur dapat dipakai untuk menyembuhkan sakit lambung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang akupunktur yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit lambung. Penelitian yang analisisnya dilakukan dengan cara mengolah data dalam bentuk persentase ini mengambil populasi warga RT 01 RW 04 Pakijangan Wonorejo Pasuruan sebanyak 177 orang. Sebanyak 20 orang dipilih sebagai responden yang didasarkan pada ketentuan peneliti. Teknik kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan data bahwa responden yang berpengetahuan baik (83%) ada 7 orang, berpengetahuan Cukup Baik (71%) 6 orang, Kurang Baik (42%) 1 orang, dan Tidak Baik (1,2%) 6 orang. Sedangkan jika dirata-rata nilai pengetahuannya sebesar 56%. Kesimpulannya, pengetahuan masyarakat Pakijangan Wonorejo Pasuruan tentang akupunktur dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit lambung masuk kategori Cukup Baik. Dengan demikian diharapkan agar masyarakat menambah informasi mengenai pemanfaatan akupunktur untuk penyakit lambung maupun untuk penyakit lainnya. Kata kunci : Tingkat pengetahuan, akupunktur, penyakit lambung.

Pendahuluan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek. Penginderaan di sini meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa raba. Sedangkan pemahaman merupakan tingkatan pengetahuan yang lebih lanjut. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang telah paham obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2003). Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan di antaranya :Usia. Menurut Agustine S (2007), perkembangan usia dibagi menjadi usia muda (< 20 tahun), dan usia dewasa. Usia dewasa

dibagi menjadi dewasa muda (usia 20-39 tahun), dewasa madya (usia 40-50 tahun), dan dewasa akhir (lanjut usia). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam, 2001).Pendidikan. Pendidikan berarti bimbing-an yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu (Nursalam dan Pariani, 2001). Jadi dapat diartikan bahwa pendidikan yang menuntun manusia dalam berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendi-dikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan dapat mening-katkan kualitas hidup. Pendidikan seseorang memengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan lingkungannya. Pekerjaan. Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan (anggota tubuh), tenaga dan pemikiran (mentalnya) dalam

(2)

melaksanakan pekerjaannya (Notoadmojo, 2007). Kebudayaan. Kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan (Soekanto, 2006). Media Masa. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan pengetahuan baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut (Soekanto, 2006). Lambung memegang peranan amat vital dalam sistem pencernaan makanan. Organ yang terletak setelah kerongkongan ini merupakan tempat dihancurkannya makanan yang masuk ke dalam perut. Selanjutnya sari-sari makanan yang dihasilkan diteruskan ke proses selanjutnya. Proses pencernaan protein di dalam lambung sekitar 10–30% dari keseluruhan pencernaan protein di seluruh tubuh (Anonymous, 2008). Menurut Medicastore (2003), sakit lambung adalah peradangan pada lapisan lambung. Sedangkan berdasarkan Suyono (2001) sakit lambung adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. David Ovedorf (2002) mendefinisikan sakit lambung sebagai inflamasi mukosa gaster akut atau kronik. Pengertian yang lebih lengkap dari sakit lambung yaitu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (Reeves, 2002). Sakit lambung dapat disebabkan karena terinfeksi oleh virus atau bakteri yang masuk melalui makanan atau minuman. Pola makan yang tidak sehat dan tidak teratur, sering terlambat makan, kurang mengkonsumsi sayur dan buah-buahan, ritme kerja yang menekan, stress, dan diperparah dengan kondisi tubuh seseorang yang tidak sehat (Anonymous, 2008). Penyebab lain dari sakit lambung adalah riwayat obat-obatan terutama menggunakan obat rematik atau obat-obatan untuk menghilangkan rasa nyeri seperti penghilang nyeri haid (feminax, ponstan) dan terutama nyeri sendi juga harus dicurigai sebagai penyebab dari keluhan sakit lambung yang timbul. Selain itu sering juga akibat penggunaan obat sakit kepala (aspirin) yang rutin juga bisa membuat masalah di lambung dan menyebabkan kelainan organik. Obat pengencer darah yang juga sering digunakan oleh pasien dengan penyakit jantung koroner.

Obat-obatan tersebut mengandung kandungan asam asetil salisilat, asam mefenamat, paracetamol, ibuprofen, natrium diplovenat merupakan golongan obat NSAID (Non Streoid Anti Inflamotory Drug) yang bisa menyebab-kan masalah pada lambung (Syam, 2008). Menurut Hardjatno (2007), akupunk-tur merupakan ilmu dan seni untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui penusukan jarum atau sarana pengganti lainnya pada daerah permukaan tubuh, sebagai upaya promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitiatif berdasarkan hukum keseimbangan yang ilmiah dan rasional. Terapi pengobatan akupunktur merupakan pengobatan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh pasien. Tujuannya adalah untuk mengembalikan sistem keseimbang-an tubuh sehingga pasien sehat kembali (Sim Kie Jie, 2002).Menurut Chen Xinnong (2003), sakit lambung termasuk dalam Wei Wan Tong (nyeri lambung) dan Pi Zhong (sensasi penuh pada daerah Lambung). Sakit Lambung merupakan keadaan symtom yang mempunyai ciri khas dan terjadi berulang-ulang. Hal ini disebabkan karena pengaruh faktor patogen luar, kesalahan dalam makan, banyak mengkonsumsi minuman beralkohol, depresi emosi atau stress sehingga menyebabkan stagnasi qi Hati, defesiensi Limpa dan Lambung, retensi makanan di Lambung. Secara umum dikatakan bahwa sakit Lambung berkaitan dengan organ Lambung, Hati dan Limpa. Hal ini disebabkan karena pengaruh faktor patogen luar, kesalahan dalam makan, banyak mengkonsumsi minuman beralkohol, depresi emosi atau stress sehingga menyebabkan stagnasi qi Hati, defesiensi Limpa dan Lambung, retensi makanan di Lambung. Secara umum dikatakan bahwa penyakit Lambung berkaitan dengan organ Lambung, Hati dan Limpa. (Chen Xinnong, 2003) Beberapa diferensiasi sindrom berdasarkan Chen Xinnong, (2003): Retensi makanan di Lambung, Stagnasi Qi Hati, Defesiensi Yin Lambung,Dingin Lambung. Titik utama dari beberapa sindrom di atas adalah Titik CV 12 (Zhongwan) dan ST 36 (Zusanli) yang merupakan titik utama dalam mengurangi rasa nyeri pada sakit lambung, yang mana CV 12 (Zhongwan) berfungsi menghangatkan

(3)

jiao tengah untuk menghilangkan dingin dan mengurangi rasa nyeri. Sedangkan ST 36 (Zusanli) berfungsi memperkuat daerah perut untuk mencegah atau mengobati serangan dari qi Hati yang stagnan serta mengharmoniskan perut dan menghenti-kan rasa sakit. Sedangkan fungsi yang sama dari kedua titik tersebut adalah menghangatkan jiao tengah, menghilang-kan rasa dingin, mengatur aliran qi dan mengurangi rasa sakit sehingga dapat menghentikan keinginan untuk muntah.

Bahan dan Metode Penelitian

Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, memberi suatu nama, situasi atau fenomena dalam menemukan ide baru (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif survey melalui pendekatan wawancara dan kuesioner untuk menerangkan tingkat pengetahuan warga desa Pakijangan Wonokerto Pasuruan tentang pengobatan akupunktur untuk penyakit lambung. Wawancara dilakukan untuk melengkapi data primer yang terkait dengan pengetahuan akupunktur dan penyakit lambung. Kuesioner dipakai untuk mengumpulkan data yang bersifat lebih sensitif bila dijawab dengan wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah warga RT 01 RW 04 Pakijangan Wonorejo Pasuruan berjumlah 177 orang. Sampel pada penelitian ini berjumlah 20 orang. Sampling yang digunakan dalam penelitian ini Purposive Sampling yaitu peneliti dengan sengaja mengambil atau memilih responden berdasarkan kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah laki-laki atau perempuan yang bisa membaca dan menulis, berusia antara 17 sampai dengan 56 tahun, mempunyai KTP/KSK yang masih berlaku di Desa Pakijangan Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan dan minimal telah berdomisili selama 1 tahun, bersedia menjadi responden. Penelitian ini berlangsung pada 21 – 23 November 2013. Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan, selanjutnya dilakukan penilaian di mana setiap jawaban “ya” diberi skor 1 dan jika “tidak” diberi skor 0. Penilaian dilakukan

dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa persentase. Selanjutnya dimasukkan ke dalam kriteria yang sudah ditentukan. Kriteria yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan rumusan yang sudah disusun oleh Arikunto (1998).

Rumusan tingkat pengetahuan tersebut adalah sebagai berikut:

Tingkat pengetahuan baik jika nilainya 76-100%.

Tingkat pengetahuan cukup baik jika nilainya 56-75%.

Tingkat pengetahuan kurang baik jika nilainya 40-55%.

Tingkat pengetahuan tidak baik jika nilainya <40%.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

Desa Pakijangan Kecamatan Wonorejo berjarak sekitar 15 km arah barat daya dari Kota Pasuruan dengan jumlah penduduk 4.252 orang. Mayoritas mata pencaharian mereka adalah petani. Namun demikian sebagian dari penduduk setempat banyak juga yang bekerja selain petani, apalagi yang aktivitasnya di luar desa tersebut, seperti kerja di berbagai industri di sekitar Pasuruan. Data Khusus

Data yang ditampilkan dalam peneliti-an ini adalah tingkat pengetahuan warga tentang pengobatan akupunktur untuk penyakit lambung berdasarkan jenis kelamin, pendidikan terakhir dan pekerjaan responden. Dari 12 butir pertanyaan yang diisi warga dalam kuesioner dapat dirangkum sebagai berikut:

Dari rekapitulasi data diperoleh hasil persentase nilai tingkat pengetahuan warga seperti dalam tabel di bawah ini.

(4)

Tabel 2 Persentase Tingkat Pengetahuan Kategori Frekuensi % Baik 7 83 Cukup Baik 6 71 Kurang Baik 1 42 Tidak Baik 6 1,2 Jumlah 20 Rata-rata 56

Sumber : Data Primer

Dari 20 orang ternyata ada sebanyak 7 orang yang mendapat skor 83% (kategori Baik). Selebihnya masuk kategori Cukup Baik (71%) sebanyak 6 orang. Hanya 1 orang yang masuk kategori Kurang Baik (42%). Sedangkan yang menempati urutan Tidak Baik (1,2%) sebanyak 6 orang. Namun demikian bila dilihat rata-rata semua responden menunjukkan angka 56% (Cukup Baik). Hal ini terjadi karena masih banyak responden yang tingkat pengeta-huannya mencapai skor rendah (1,2%). Memang pengetahuan seseorang dengan orang lain berbeda-beda, sehingga dengan demikian pengetahuan merupakan kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsug memperkaya kehidupan mereka. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman. Penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang dalam mengadopsi cara menangani sakit lambung. Kekuatan dan keberanian untuk mengambil sikap dalam menentukan akupunktur sebagai alternatif terpilih sangat dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin bijak dalam menentukan suatu sikap terhadap inovasi-inovasi baru, tidak terkecuali terhadap akupunktur untuk penanganan kasus penyakit lambung.Agar masyarakat desa Pakijangan Pasuruan lebih muda dalam mengadopsi cara menangani penyakit lambung dengan metode akupunktur maka pengetahuan mereka perlu ditingkatkan lagi.

Selebihnya nanti bukan hanya akupunktur untuk menangani penyakit lambung saja melainkan pada kasus-kasus penyakit lain yang belum mendapatkan hasil maksimal dengan pengobatan cara lain. Bahkan akupunktur malah diterapkan juga untuk orang-orang yang sehat dalam rangka mempertahankan kebugarannya.

Tabel 3 Persentase Tingkat Pengetahuan berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin % Kategori

Laki-laki 51 Kurang

Perempuan 68 Cukup

Sumber : Data Primer

Dibandingkan laki-laki, responden perempuan ternyata tingkat pengetahuan-nya lebih tinggi, mencapai 68%, sedangkan laki-laki hanya 51%. Sebagian orang beranggapan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh jenis kelaminnya. Dan hal ini sudah tertanam sejak jaman penjajahan. Namun hal itu di jaman sekarang ini sudah terbantahan karena apapun jenis kelamin seseorang, bila dia masih produktif, berpendidikan, atau berpengalaman maka ia akan cenderung mempunyai tingkat pengeta-huan yang tinggi, tidak memandang laki-laki atau perempuan. Jadi pada penelitian ini pihak perempuan dianggap lebih unggul dalam memperoleh pengetahuan tentang akupunktur yang dapat digunakan untuk menangani penyakit lambung.

Tabel 4 Persentase Tingkat Pengetahuan berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan % Kategori

SMP 21 Tidak Baik

SMA 52 Kurang

Diploma 68 Cukup

Sarjana 82 Baik

Sumber : Data Primer

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Terlihat bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuanya terhadap akupunktur yang dapat digunakan untuk penyakit lambung.

(5)

Tabel 5 Persentase Tingkat Pengetahuan berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis

Pekerjaan % Kategori Ibu Rumah

Tangga 21 Tidak Baik

Swasta 46 Kurang

PNS 74 Cukup

Pelajar/Mhs 42 Kurang Sumber : Data Primer

Memang secara langsung atau tidak pekerjaan turut andil dalam memengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan. Interaksi sosial dan budaya berhubungan erat dengan proses pertukaran informasi. Tentunya dalam hal ini akan memengaruhi tingkat pengetahuan seseorang terhadap akupunktur sebagai alternatif dalam pengobatan penyakit lambung.

Kesimpulan Dan Saran

Tingkat Pengetahuan Warga RT 01 RW 04 Pakijangan Wonorejo Pasuruan tentang Pengobatan Akupunktur untuk Penyakit Lambung adalah masuk kategori Cukup Baik. Responden perempuan tingkat pengetahuannya lebih baik dibanding laki-laki.

Responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi tingkat pengetahuannya lebih tinggi terhadap penerimaan akupunktur untuk penyakit lambung.

Pekerjaan responden sebagai Pegawai Negeri Sipil tingkat pengetahuannya lebih tinggi daripada pekerjaan sektor lain.

Saran

Diharapkan tenaga akupunktur yang sudah kompeten hendaknya membuka klinik akupunktur dengan tarif sesuai kemampuan ekonomi warga di RW 04 desa Pakijangan Wonorejo Pasuruan, mengingat tingkat pengetahuan warga setempat termasuk kategori cukup baik.

Saran untuk peneliti yang akan datang diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat melanjutkan penelitian sejenis dengan memperbanyak variabel atau faktor-faktor

yang memengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Daftar Pustaka

Anderson, Sylvia. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Dalam Edisi 6. Jakarta : EGC.

AnneAhira. (2008). Lambung. Jakarta : AnneAhira.

AnneAhira. (2008). Pencegahan Penyakit Lambung. Jakarta : AnneAhira.

Anonymous. (2006). Keuntungan dan Kerugian Pengobatan Konvensional Barat dan Pengobatan Akupunktur. Jakarta : Majalah Farmacia hal 39.

Anonymous. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT Rineka Cipta. Anonymous. (2009). Penyakit Magh/Gastritis.

Jakarta : Medikal Bedah.

Anonymous. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

AsianBrain. (2008). Jenis-jenis Penyakit Lambung. www.AsianBrain.com Diakses tanggal 9 Februari 2009.

AsianBrain. (2008). Pencegahan Penyakit Lambung. www.AsianBrain.com Diakses tanggal 28 Mei 2009.

Cheng Xinnong. (2003). Chinese Acupuncture and Moxibution. Beijing : Foreign Languages Press.

Dharmojono, drh, (2001). Menghayati Teori dan Praktek Akupunktur dan Moksibasi, Jilid 1. Depok : Trubus Agriwidya.

Hardjatno. (2007). Pengertian Akupunktur. Jakarta : Media Pressind

Hidayat, Aziz. (2007). Metodologi

Keperawatan dan Teknik Analilis Data. Jakarta:Salemba Medika

Silalahi, Helmin. (2008). Apa Itu Sakit Maag. Jakarta : Ahlinya Lambung.

Severance, David. (2010). Gastritis (Magh). www.medicastore.com Diakses tanggal 01 Juni 2008.

Sophia, Enny. (2009). Maag dan Antasida. Jakarta : Medicastore.

Syam, Helmi. (2008). Apa itu Sakit Maag. www.AhlinyaLambung.com Di akses 3 Juni 2008.

Saputra, Koosnadi. (2005). Akupunktur Dasar. Surabaya : Airlangga University Press.

(6)

Soekanto Soerjono. (2006). Beberapa Teori Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta : CV. Rajawali.

Sim Kie Jie. (1997). Dasar Teori Akupunktur : Identifikasi dan Klasifikasi Penyakit. Jakarta : Grasindo.

Yulianto, Arie. (2008). Kenali Gejala Sakit Maag. www.tanyaDokter.com Di akses tanggal 9 Januari 2000

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Poltekes Dr.Soepraoen. (2008).

Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Malang : Poltekes Dr. Soepraoen.

Robbins, Stanley. (1999). Buku Saku Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. Jakarta : EGC. Mayor, David F. ( 2007 ). Electroacupuncture.

London : Medicine Editor.

Notoatmodjo. S. (2002). Metodologi Penelitan Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Gambar

Tabel 2 Persentase Tingkat Pengetahuan  Kategori  Frekuensi  %  Baik  7  83  Cukup Baik  6  71  Kurang Baik  1  42  Tidak Baik  6  1,2  Jumlah  20  Rata-rata  56
Tabel 5 Persentase Tingkat Pengetahuan  berdasarkan Jenis Pekerjaan

Referensi

Dokumen terkait

Faktor utama yang mempengaruhi rendemen ester yang dihasilkan pada reaksi transesterifikasi adalah rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis katalis yang

Dari data hasil analisis sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, mengenai pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kepengawasan yang dilakukan di SMKN 2

Frekuensi jenis yang paling sering di temukan adalah jenis Thalassia hemprichii yang di temukan di tiap titik sampel, total penutupan 11.95%, INP terbesar jenis Thalassia

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran berbasis smartphone (android) pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi di SMA Negeri 2 Makassar

Penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan pada kawasan wisata menggunakan kajian daya dukung lingkungan dan kajian ekowisata di TNBT telah dilaksanakan oleh

Untuk membuat relationship maka masing-masing tabel harus memiliki primary key dan foreign key untuk dapat menghubungkan antara tabel induk dengan tabel anak.. Sehingga

Kerapatan populasi akhir, faktor reproduksi nematoda, serta status inang berbagai jenis tanaman terhadap R.. reniformis (Final population density, reproductive factor

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ardianto, dkk (2012) menyatakan bahwa apabila nilai tegangan von misses melebihi tegangan luluh ( yield strength) dari