• Tidak ada hasil yang ditemukan

Triwulan III KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020 DAFTAR ISI KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Triwulan III KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020 DAFTAR ISI KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020

I

DAFTAR ISI

KAJIAN

FISKAL

REGIONAL

Penyusun:

Penanggung Jawab: Heru Pudyo Nugroho | Ketua Tim: Halim | Editor : Hasan Fauzi | Desain Grafis : Much. Ilham Dewa.S | Anggota: Sugeng Hermanto | Setyarta | Arie Suwandani W.W | Sudarmaji | M. Praasetyo Witjaksono | Heti Liyana Ekaningngrum | Royhul Akbar | Suyono | Sugino | Aminah | Syarifah Fauziah| Syafruddin | Rini Apriani

Triwulan III

2020

KEMENTERIAN KEUANGAN

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ii

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 1

A.Produk Domestik Regional Bruto ... 1

B.Inflasi... 3

C.Indikator Kesejahteraan ... 4

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN ... 6

A.Pendapatan ... 7

B.Belanja dan Transfer ... 9

C.Prognosis Realisasi APBN ... 11

III.PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ... 12

A.Pendapatan Daerah ... 13

B.Belanja Daerah ... 16

C.Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Triwulan IV Tahun 2020 ... 17

IV.PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ... 18

A.Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian ... 18

B.Pendapatan Konsolidasian ... 18

C.Belanja Konsolidasian ... 20

D.Analisis Kontribusi Pemerintah dalam PDRB... 22

V.BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH ... 23

A.PEN Sebagai Program Andalan Pemerintah Untuk Mendukung Daya Beli ... 23

(3)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020

III

Konsolidasian

Belanja Pegawai

RP 7,29T Belanja BarangRP 4,49T Belanja ModalRP 1,45T Belanja SubsidiRP 23,85M

Belanja Hibah

RP 531,84M

Belanja Bagi hasil (Kab/kota)

RP 13,27M

Belanja Bagi Hasil (Desa)

RP 665,09M

Belanja Bantuan Keuangan RP 1,07T Belanja Bantuan Sosial

RP 76,57M

INDIKATOR MAKROEKONOMI

Pertumbuhan Ekonomi

Target (RKPD)

Target (RKP)

c to c

y o y

q to q

Tingkat Inflasi

Target (RKPD)

Target (RKP)

m to m

y to y

Tahun kalender

Tingkat Pengangguran Terbuka

Target (RKPD)

Target (RKP)

Agustus2020

Tingkat Kemiskinan

Target (RKPD)

Target (RKP)

Maret 2020

Perkembangan Realisasi APBN

Pendapatan

Perpajakan

RP 10,85 T

Rp

10,25 T

PNBP

Rp

602 M

95 %

dari

Target

5,29 %

Belanja dan Transfer

Bel. Pemerintah Pusat

Rp

4,76 T

69,73 %

dari

Target

63,01 %

dari

Pagu

TKDD

Rp

18,51 T

81,91 %

dari

Pagu

RP 23,27 T 2,56 % Penerimaan Perpajakan

Rp 11,40 T

Penerimaan PNBP

Rp 1,81 T

Penerimaan Hibah

Rp 2,4 M

Penerimaan Transfer

Rp 0

Belanja Pegawai

Rp 9,55 T

Belanja Barang

Rp 6,48 T

Belanja Modal

Rp 1,96 T

Belanja Subsidi

Rp 23,85 M

Belanja HIbah

Rp 531,84 M

Belanja Bansos

Rp 88,78 M

Defisit

8,79T

PAD Transfer Pendapatan lain lain Rp 17,09 T 70,69 %dari Target Rp 29,12 M 3,39 %dari Target Rp 4,12 T 70,50 %dari Target

Defisit

12,41 T

Belanja dan Transfer Pendapatan

RP

Surplus

5,39 T

Perkembangan Realisasi APBD

19,42% 80,45% 0.14% 50,06% 30,65% 16,81% 66,69% 29,21% 4,17% 59,36% 35,78% 24,14%

Belanja tak terduga RP 236,24M 28,76% RP 21,25 T RP 15,86 T Belanja Pendapatan 13,22 TRP 22,01TRP -0,01

Belanja tak terduga

Rp 236,24 M

Transfer

Rp 3,14 T

2,81 5,3 -0,91 -1,67 5,78 2,37 3,1 1,14 0,95 6,02 4,8 6,32 6,75 8,5 6,82

(4)

Konsolidasian

Belanja Pegawai

RP 7,29T Belanja BarangRP 4,49T Belanja ModalRP 1,45T Belanja SubsidiRP 23,85M

Belanja Hibah

RP 531,84M

Belanja Bagi hasil (Kab/kota)

RP 13,27M

Belanja Bagi Hasil (Desa)

RP 665,09M

Belanja Bantuan Keuangan

RP 1,07T Belanja Bantuan Sosial

RP 76,57M

INDIKATOR MAKROEKONOMI

Pertumbuhan Ekonomi

Target (RKPD)

Target (RKP)

c to c

y o y

q to q

Tingkat Inflasi

Target (RKPD)

Target (RKP)

m to m

y to y

Tahun kalender

Tingkat Pengangguran Terbuka

Target (RKPD)

Target (RKP)

Agustus2020

Tingkat Kemiskinan

Target (RKPD)

Target (RKP)

Maret 2020

Perkembangan Realisasi APBN

Pendapatan

Perpajakan

RP 10,85 T

Rp

10,25 T

PNBP

Rp

602 M

95 %

dari

Target

5,29 %

Belanja dan Transfer

Bel. Pemerintah Pusat

Rp

4,76 T

69,73 %

dari

Target

TKDD

Rp

18,51 T

RP 23,27 T 2,56 % Penerimaan Perpajakan

Rp 11,40 T

Penerimaan PNBP

Rp 1,81 T

Penerimaan Hibah

Rp 2,4 M

Penerimaan Transfer

Rp 0

Belanja Pegawai

Rp 9,55 T

Belanja Barang

Rp 6,48 T

Belanja Modal

Rp 1,96 T

Belanja Subsidi

Rp 23,85 M

Belanja HIbah

Rp 531,84 M

Belanja Bansos

Rp 88,78 M

Defisit

8,79T

PAD Transfer Pendapatan lain lain Rp 17,09 T 70,69 %dari Target Rp 29,12 M 3,39 %dari Target Rp 4,12 T 70,50 %dari Target

Defisit

12,41 T

Belanja dan Transfer Pendapatan

RP

Surplus

5,39 T

Perkembangan Realisasi APBD

19,42% 80,45% 0.14% 50,06% 30,65% 16,81% 66,69% 29,21% 4,17% 59,36% 35,78% 24,14%

Belanja tak terduga RP 236,24M 28,76% RP 21,25 T RP 15,86 T Belanja Pendapatan 13,22 TRP 22,01TRP -0,01

Belanja tak terduga

Rp 236,24 M

2,81 5,3 -0,91 -1,67 5,78 2,37 3,1 1,14 0,95 6,02 4,8 6,32 6,75 8,5 6,82

(5)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN II 2020

(6)

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

Ekonomi Riau triwulan III tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 1,67% (yoy), menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang tumbuh sebesar 2,74% (yoy). Pertumbuhan ekonomi tersebut berada di bawah target Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Riau sebesar 2,81%, maupun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) sebesar 5,3%. Sementara inflasi di Riau tahun kalender sampai dengan September 2020 sebesar 0,95% dan inflasi tahunan (September 2020 terhadap September 2019) sebesar 1,14%, lebih rendah dari target RKPD sebesar 2,37% dan target RKP sebesar 3,1%. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2020 meningkat sebesar 0,56% menjadi sebesar 6,32% dibanding TPT Agustus 2019 sebesar 5,76%, lebih tinggi dari target RKPD sebesar 6,02% dan target RKP sebesar 4,08%. Tingkat kemiskinan pada Maret 2020 sebesar 6,82% menurun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,08%. Namun masih lebih tinggi dari target RKPD sebesar 6,75%, meski telah berada di bawah RKP sebesar 8,5%.

Tabel 1.1 Indikator Ekonomi s.d. Triwulan III 2020

Indikator Ekonomi s.d. TW III RKPD RKP

Pertumbuhan Ekonomi -1.67 2.81 5,3

Tingkat Inflasi 1,14 2,37 3,1

Tingkat Pengangguran Terbuka 6,32 6,02 4,8

Tingkat Kemiskinan 6,82 6,75 8,5

Sumber: BPS Provinsi Riau, Bappenas, Bappeda Provinsi Riau

A. Produk Domestik Regional Bruto

PDRB Provinsi Riau triwulan III 2020 atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp187,48 triliun. Angka ini merupakan PDRB terbesar ke-6 di Indonesia dan terbesar ke-2 di luar Pulau Jawa, yang berkontribusi sebesar 4,70% terhadap perekonomian nasional. Meski mengalami kontraksi sebesar 1,67% (yoy).

Struktur perekonomian Riau dari sisi lapangan usaha triwulan III 2020 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu Industri Pengolahan sebesar 28,74%; Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 27,65%; dan Pertambangan dan Penggalian sebesar 16,99%. Kontraksi pertumbuhan terjadi pada sebagian besar lapangan usaha, kecuali lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang mengalami pertumbuhan

Grafik 1.1 PDRB ADHB dan Pertumbuhan dari Sisi Lapangan Usaha di Provinsi Riau Triwulan III 2020

Sumber: BPS -40% -30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 0 10 20 30 40 50 Pe rta nian Per ta m bang an In du str i Pen ga da an L is tri k… Pen ga da an A ir, … Ko nstr uksi Per da ga ng an Tr ans por tas i d an … Pen yed ia an… In fo rm asi d an … Jas a K eu an ga n… Re al E st at Jas a P er us aha an Ad m P em er in ta ha n Ja sa P en didika n Ja sa K es eh at an … Ja sa L ain nya Tr ili un R upi ah

(7)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020

2

tertinggi, yakni sebesar 18,52%, Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 12,79%, dan Informasi dan Komunikasi sebesar 12,09%. Jika dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian dan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor menjadi sumber kontraksi pertumbuhan tertinggi yakni masing-masing sebesar 1,33% dan 1,25%.

Adapun secara q-to-q, ekonomi Riau triwulan III 2020 terhadap triwulan II 2020 mengalami pertumbuhan sebesar 5,78%. Pertumbuhan positif terjadi pada hampir seluruh lapangan usaha, kecuali Pertambangan dan Penggalian dan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang yang mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing sebesar 3,63% dan 2,05%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Jasa Perusahaan sebesar 39,10%; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 35,45%; dan Jasa Lainnya sebesar 26,35%.

Sektor migas masih menjadi penyumbang kontraksi pertumbuhan disebabkan penurunan produksi minyak mentah karena penurunan alami (natural declining) dari sumur-sumur tua serta minimnya investasi pengeboran, serta terjadinya penurunan penyerapan gas bumi akibat pengurangan kegiatan di kawasan industri, sejalan dengan berkurangnya kegiatan operasional selama masa pandemi Covid-19. Reparasi Mobil dan Sepeda Motor mengalami kontraksi akibat dari rendahnya aktivitas masyarakat sebagai dampak pembatasan sosial.

Struktur ekonomi Provinsi Riau triwulan III tahun 2020 menurut pengeluaran didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (38,64%), diikuti Pembentukan Modal Tetap Bruto (34,60%) dan Ekspor Barang dan Jasa (26,72%). Kontraksi terjadi pada hampir seluruh komponen, yakni Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) sebesar 15,95%; Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 1,67%; dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 1,36%. Komponen yang mengalami pertumbuhan yakni Komponen Ekspor Barang dan Jasa dan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) yang tumbuh masing-masing sebesar 9,54% dan 7,43%. Jika dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) menjadi sumber kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar 0,62%.

Secara q-to-q ekonomi Riau tumbuh sebesar 5,78%, diakibatkan oleh peningkatan yang terjadi pada hampir seluruh komponen, kecuali Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) yang terkontraksi sebesar 2,53%. Sementara itu, Komponen Ekspor

Grafik 1.2 PDRB ADHB dan Pertumbuhan dari Sisi Pengeluaran di Provinsi Riau Triwulan III 2020

Sumber: BPS -20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% -10 0 10 20 30

(8)

Barang dan Jasa tumbuh sebesar 17,01%; Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonproft yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) tumbuh sebesar 4,73%; Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) tumbuh sebesar 3,29%; dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 1,76%. Kontraksi Komponen PK-P terjadi karena adanya pengurangan pagu pada belanja pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam rangka

refocusing belanja untuk penanganan Covid-19 dan menurunnya target penerimaan APBD dari transfer khususnya DBH sebagai akibat menurunnya perkiraan penerimaan SDA Migas.

Grafik 1.3 Perkembangan Ekonomi Riau,

Sumatera, dan Nasional (q-to-q) Grafik 1.4 Perkembangan Ekonomi Riau, Sumatera, dan Nasional (y-on-y)

Sumber: BPS Sumber: BPS

Ekonomi Riau triwulan III 2020 mulai membaik terutama dipengaruhi oleh kebijakan pelonggaran aktivitas masyarakat dengan penerapan protokol kesehatan guna mendorong peningkatan konsumsi masyarakat dan didukung keunggulan ekonomi Riau yang banyak ditopang oleh produksi komoditas. Di samping itu program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) berkontribusi dalam menjaga pertumbuhan ke arah positif.

B. Inflasi

Pada bulan September 2020, Provinsi Riau mengalami deflasi sebesar -0,01% (mtm), sementara itu di tingkat nasional mengalami deflasi sebesar -0,05%. Inflasi year on year Riau sebesar 1,14%, sedangkan inflasi tahun kalender Riau telah mencapai 0,95%. Dari 3 kota IHK di provinsi Riau, satu kota mengalami inflasi dan dua kota mengalami deflasi. Kota Pekanbaru mengalami inflasi sebesar 0,01%, Kota Dumai mengalami deflasi sebesar -0,02%, dan Kota Tembilahan mengalami deflasi sebesar -0,22%. Deflasi terjadi karena adanya penurunan

harga yang ditunjukkan oleh turunnya empat indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar -0,13%, diikuti kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar -0,11%, kelompok kesehatan sebesar -0,03% dan kelompok pakaian dan alas kaki sebesar -0,01%. Di sisi lain enam kelompok mengalami inflasi yaitu, kelompok

pendidikan sebesar 0,16%, kelompok transportasi sebesar 0,15%, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,06%, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,02%, kelompok informasi, komunikasi dan

-6 -4 -2 0 2 4 6 8 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW4 TW1 TW2 TW3 2018 2019 2020

Riau Sumatera Nasional

-6 -4 -2 0 2 4 6 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW4 TW1 TW2 TW3 2018 2019 2020

(9)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020

4

jasa keuangan 0,01% dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran masing-masing sebesar 0,01%. Sedangkan kelompok rekreasi, olahraga dan budaya relatif stabil dibanding bulan sebelumnya. Beberapa komoditas yang memberikan andil penurunan harga pada September 2020, antara lain: telur ayam ras, cabai merah, jengkol, cabai rawit, bawang merah, petai, emas perhiasan, terong, udang basah, semangka dan minuman ringan. Sementara komoditas yang memberikan andil kenaikan harga, antara lain: minyak goreng, rokok kretek, rokok putih, rokok kretek filter, bawang putih, tarif angkutan udara, daging ayam ras, ayam hidup, ikan lele, ikan tongkol, jeruk dan kentang.

Grafik 1.5 Perkembangan Inflasi

di Provinsi Riau dan Nasional (mtm) di Provinsi Riau dan Nasional (yoy) Grafik 1.6 Perkembangan Inflasi

Sumber: BPS Sumber: BPS

Deflasi terjadi karena permintaan yang rendah di tengah menurunnya daya beli kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, sementara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi menahan konsumsinya, sehingga menyebabkan terbatasnya kegiatan ekonomi.

C. Indikator Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan di antaranya dipengaruhi oleh tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Riau bulan Maret 2020 sebanyak 483,38 ribu jiwa atau sebesar 6,82% dari total penduduk Provinsi Riau yang tersebar di Perkotaan sebesar 7,29% dan Pedesaan sebesar 6,12%. Jika dibandingkan periode Maret 2019 yang berjumlah 490,72 ribu jiwa atau 7,08%, terjadi penurunan sebanyak 0,26%. Hal sebaliknya terjadi pada tingkat nasional yang mengalami kenaikan sebesar 9,41% pada Maret 2019 menjadi 9,78% pada Maret 2020. Namun demikian, tingkat kemiskinan di Provinsi Riau tersebut masih berada di atas target RKPD Riau tahun 2020 sebesar 6,75% dan di bawah RKP sebesar 8,5%. -1,00 -0,50 0,00 0,50 1,00 1,50 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2019 2020

Nasional Riau Tembilahan

Pekanbaru Dumai 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2019 2020

Nasional Riau Tembilahan

(10)

Angkatan kerja di Riau bulan Agustus 2020 sebanyak 3,23 juta orang, bertambah 93,02 ribu orang dibanding Agustus 2019. Penduduk yang bekerja sebanyak 3,02 juta orang, naik 69,84 ribu orang dibanding periode yang sama tahun 2019. Sementara itu, TPT per Agustus 2020 sebanyak 6,32%, naik sebesar 0,56% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 5,76%, dan berada di bawah target RKPD sebesar 6,02%. TPT di perkotaan sebesar 8,73%, naik sebesar 0,96% dari tahun sebelumnya dan lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan yang hanya 4,69%, yang naik sebesar 0,29% dari tahun sebelumnya sebesar 4,40%.

Grafik 1.8 Tingkat Pengangguran Terbuka

di Provinsi Riau 2017-2020 Grafik 1.9 Tingkat Pengangguran Terbuka di Wilayah Sumatera Tahun 2020

Sumber: BPS Sumber: BPS

Meningkatnya pengangguran disebabkan karena situasi pandemi Covid-19 yang menimbulkan efek working hour-losses, yaitu berupa pengangguran, Angkatan Kerja menjadi Bukan Angkatan Kerja, sementara tidak bekerja, dan pengurangan jumlah jam kerja.

7,58 9,25 7,56 8,59 7,34 7,77 6,54 8,73 4,58 4,20 4,52 4,23 4,41 4,4 4,07 4,69 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Feb 2017 Agu 2017 Feb 2018 Agu 2018 Feb 2019 Agu 2019 Feb 2020 Agu 2020 Perkotaan Perdesaan Kota+Desa

10,34

6,59 6,32 6,91 6,88

5,51 5,13 4,67 5,25 4,07 Grafik 1.7 Perkembangan Kemiskinan

di Provinsi Riau Sumber: BPS 0 2 4 6 8 10 12 0 100 200 300 400 500 600 Ma re t Sept em ber Ma re t Sept em ber Ma re t Sept em ber Ma re t 2017 2018 2019 2020 Perkotaan % Riau % Indonesia

(11)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN II 2020

(12)

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

Pada tahun 2020 target pendapatan APBN di Provinsi Riau sebesar Rp15,34 triliun dan pagu belanja sebesar Rp30,15 triliun. Dibanding tahun sebelumnya target pendapatan tahun ini turun sebesar 17,71%, sedangkan pagu belanja turun 14,37%.

Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Riau s.d. Triwulan III Tahun 2019 dan Tahun 2020

(dalam miliar Rp)

Uraian Tahun 2019 Tahun 2020

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

A. PENDAPATAN NEGARA 18.642 11.463 61,49 15.340 10.857 70,77

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 18.642 11.463 61,49 15.340 10.857 70,77 1. Penerimaan Perpajakan 18.024 10.815 60,00 14.706 10.254 69,73 2. PNBP 618 648 104,90 634 602 95,00

II. HIBAH - - - -

B. BELANJA NEGARA 35.219 23.884 67,82 30.159 23.273 77,17

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 8.251 5.403 65,48 7.561 4.764 63,01 1. Belanja Pegawai 2.859 2.237 78,25 3.134 2.254 71,94 2. Belanja Barang 3.713 2.292 61,73 3.366 1.993 59,21 3. Belanja Modal 1.661 866 52,17 1.039 505 48,56 4. Belanja Bantuan Sosial 18 7 38,37 22 12 55,44 II. TKDD 26.968 18.482 68,53 22.599 18.510 81,91 1. Transfer ke Daerah 25.531 17.583 68,87 21.146 17.338 81,99 a. Dana Perimbangan 25.287 17.395 68,79 20.761 17.008 81,92 1) Dana Bagi Hasil 10.982 6.726 61,24 6.074 6.243 102,79 2) Dana Alokasi Umum 8.991 7.471 83,10 8.486 7.096 83,62 3) Dana Alokasi Khusus 5.314 3.198 60,19 6.201 3.668 59,16 b. Dana Insentif Daerah 245 188 76,99 385 331 85,92 2. Dana Desa 1.437 898 62,54 1.453 1.171 80,60

C. SURPLUS (DEFISIT) (16.577) (12.421) 74,93 (14.819) (12.417) 83,79

Sumber: OMSPAN, Kanwil DJP Riau (pendapatan pajak), Kanwil DJBC Riau (pendapatan Bea dan Cukai)

Realisasi pendapatan di Provinsi Riau sampai dengan triwulan III 2020 mencapai Rp10,85 Triliun, turun 5,29% dibandingkan tahun sebelumnya. Begitu pula dengan realisasi belanja negara mengalami penurunan 2,56% menjadi Rp23,27 triliun. Penurunan pendapatan negara hingga akhir triwulan III ini terutama disebabkan oleh kontraksi penerimaan perpajakan pada hampir seluruh jenis pajak akibat perlambatan kegiatan ekonomi sebagai dampak Covid-19 dan pemanfaatan insentif fiskal dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Begitu juga dengan realisasi belanja yang menurun antara lain karena adanya penundaan kegiatan fisik pada beberapa K/L terkait Belanja Modal serta masih perlunya kewaspadaan yang tinggi (Physical Distancing) pada Tatanan Normal Baru di masa pandemi terkait Belanja Barang.

(13)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020

7

A. Pendapatan

1. Penerimaan Perpajakan

Sampai dengan akhir triwulan III 2020, penerimaan perpajakan di Riau dapat terealisasikan sebesar Rp10,25 triliun atau 69,74 persen dari target sebesar Rp14,70 triliun, terdiri dari Penerimaan Pajak dalam negeri sebesar Rp9,93 triliun dan pajak perdagangan internasional sebesar Rp318,55 miliar. Realisasi penerimaan perpajakan secara keseluruhan turun Rp560,38 miliar jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019.

a. Pajak Penghasilan (PPh)

Penerimaan PPh sampai akhir triwulan III tahun 2020 sebesar Rp4,76 triliun, menyumbang 46,43 % dari total penerimaan perpajakan atau 67,38% dari targetnya yang berjumlah sebesar Rp7,06 triliun. Realisasi ini turun Rp702,29 miliar atau 12,85% dibanding penerimaan periode yang sama tahun lalu Rp5,46 triliun. Kota Pekanbaru merupakan wilayah dengan penerimaan terbesar Rp2,54 triliun atau 53,44% dari total penerimaan PPh di lingkup Provinsi Riau. Sedangkan Kabupaten Meranti sebagai penyumbang terkecil dengan penerimaan sebesar Rp50,74 miliar, atau 1,07% dari total penerimaan PPh di lingkup Provinsi Riau. Periode penerimaan terbesar terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar Rp488,90 miliar. b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Penerimaan PPN dan PPnBM triwulan III 2020 sebesar Rp3,45 triliun meningkat 0.63% dibanding periode yang sama tahun lalu yaitu Rp 3,43 Triliun. Capaian tertinggi di wilayah Kota Pekanbaru senilai Rp 1,13 Triliun (kontribusi 32,75%). Penerimaan terbesar terjadi di bulan September sebesar Rp503,75 miliar. Grafik 2.1 Realisasi Penerimaan Perpajakan

s.d. Triwulan III 2020 (Dalam Miliar Rupiah)

Sumber: Kanwil DJP Riau & Kanwil BC Riau (diolah)

Grafik 2.2 Penerimaan PPh Per Kabupaten/Kota s.d. Triwulan III 2020 (Dalam Miliar Rupiah)

Sumber: Kanwil DJP Riau (diolah)

Grafik 2.3 Penerimaan PPN Per Kabupaten/Kota s.d. Triwulan III 2020 (dalam Miliar Rupiah)

Sumber: Kanwil DJP Riau (diolah)

48% 38% 11% 1% 2% PPh PPN dan PPnBM PBB Pajak Lainnya Cukai Pajak Perdagangan Int. 100 200 300 400

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Kep. Meranti Kuantan Singingi Rokan Hulu Indragiri Hulu Rokan Hilir Kampar Indragiri Hilir Siak Pelalawan

Dumai Bengkalis Pekanbaru

50 100 150 200

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep

Pekanbaru Dumai Indragiri Hulu Kampar Rokan Hilir Indragiri Hilir

Siak Pelalawan Rokan Hulu

Bengkalis Kuantan Singingi Kep. Meranti

(14)

c. Penerimaan Cukai

Penerimaan cukai terealisasi sebesar Rp688,46 juta atau 61,95 persen dari target tahun 2020 yaitu sebesar Rp1,11 miliar. Terdiri dari penerimaan Cukai pada Triwulan I sebesar Rp516,5 Juta, triwulan II sebesar 69,08 Juta dan Triwulan III sebesar Rp102,81 Juta. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu penerimaan cukai mengalami penurunan di mana penerimaan pada periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp762,30 juta. Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional

Penerimaan pajak perdagangan internasional sampai dengan akhir triwulan III tahun 2020 mencapai Rp318,56 miliar atau 97,92% dari target, yang terdiri dari penerimaan bea masuk Rp90,02 miliar dan penerimaan bea keluar sebesar Rp228,52 miliar. Daerah dengan kontribusi penerimaan PPI terbesar di lingkup Provinsi Riau berada pada Kota Dumai sebesar Rp195,37 miliar sedangkan yang terkecil berada pada Kab. Bengkalis senilai Rp6,04 miliar.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

Realisasi PNBP sampai triwulan III 2020 berjumlah Rp602,17 miliar, berkontribusi 5,55 % terhadap total pendapatan. Jumlah ini menurun dibandingkan triwulan III 2019 yang berjumlah Rp648,35 miliar. Penerimaan ini berasal dari PNBP Lainnya sebesar Rp 322,87 miliar dan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) Rp279,29 miliar. Pendapatan PNBP Lainnya terdiri dari pendapatan PNBP Fungsional sebesar Rp288,01 miliar dan PNBP Umum sebesar Rp34,85 miliar.

Grafik 2.4 Penerimaan Cukai Per KPBC s.d. Triwulan III 2020 (Dalam Juta Rupiah)

Sumber: Kanwil DJP Riau (diolah)

Grafik 2.5 Penerimaan PPI Per jenis s.d. Triwulan III 2020 (Dalam Miliar Rupiah)

Sumber: Kanwil DJBC Riau (diolah)

0 100 200 300 400 PEKANBARU DUMAI TEMBILAHAN BENGKALIS

SELAT PANJANG BAGAN SIAPI-API SIAK SRI INDRAPURA

0 20 40 60 80 100

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep BEA Masuk BEA Keluar

Siak – Kabupaten Siak melakukan MoU dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Riau untuk meningkatkan penerimaan di wilayah setempat. "Penandatanganan MoU ini dilakukan guna menghasilkan kesamaan program dan kebijakan terkait optimalisasi penerimaan pajak sebagai sumber pendapatan pusat dan daerah," kata Alfedri di ruang Rapat Raja Indra Pahlawan, Kantor Bupati Siak. Pajak menyumbangkan pemasukan besar dalam rangka mewujudkan pembangunan di segala bidang. Terbukti pada kontribusi pendapatan negara maupun daerah dari pajak cenderung meningkat dari tahun ke tahun. (riau.antaranews.com, Selasa, 15 September 2020)

(15)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020

9

Grafik 2.6 Realisasi PNBP Fungsional

s.d. Triwulan III 2020 (dalam Miliar Rupiah) s.d. Triwulan III 2020 (dalam Miliar Rupiah) Grafik 2.7 Realisasi PNBP Umum

Sumber: OMSPAN (diolah) Sumber: OMSPAN (diolah)

Pendapatan PNBP Fungsional mengalami penurunan sebesar Rp16,61 miliar atau 5,45% dibanding periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar Rp 304,62 miliar. Sedangkan pendapatan PNBP Umum tumbuh 4,37% dibanding tahun lalu yang sebesar Rp33,39 miliar

Pendapatan BLU mengalami penurunan sebesar Rp31,03 miliar atau 10,00% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp310,32 miliar. Pendapatan BLU terbesar adalah jasa pelayanan pendidikan dengan realisasi Rp265,85 miliar, 95,19% dari penerimaan BLU, yang berasal dari satker UIN Suska Riau dan Universitas Riau.

3. Pendapatan Hibah

Sampai dengan triwulan III T.A 2020 tidak terdapat pagu dan realisasi pendapatan hibah di Provinsi Riau.

B. Belanja dan Transfer

Belanja negara lingkup Provinsi Riau dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah dan dana desa.

1. Belanja Pemerintah Pusat

Realisasi belanja pemerintah pusat sampai dengan triwulan III tahun 2020 tercatat Rp4,76 triliun atau 63,01% dari pagu belanja Rp7,56 triliun. Realisasi belanja pegawai sebesar Rp2,25 triliun atau 71,94% dari pagu Belanja Pegawai, belanja barang Rp1,99 triliun (59,21%), belanja modal Rp504,70 miliar (48,56%), dan 0 3 6 9 12 15

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Bengkalis Indragiri Hilir Indragiri Hulu Kampar Kep. Meranti Kuantan Singingi Pelalawan Rokan Hilir Rokan Hulu Siak Dumai Pekanbaru Riau 0 2 4 6 8 10

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Bengkalis Indragiri Hilir Indragiri Hulu Kampar Kep. Meranti Kuantan Singingi Pelalawan Rokan Hilir Rokan Hulu Siak Dumai Pekanbaru Riau

Grafik 2.8 Belanja Pemerintah Pusat s.d. Triwulan III 2020 (dalam Miliar Rupiah)

Sumber: OMSPAN (diolah)

100 200 300 400

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos

JAKARTA — Presiden Joko Widodo menginginkan pendapatan negara bukan pajak perlu dioptimalkan pada tahun depan, arus investasi dari sektor minyak dan gas bumi dinilai masih perlu diperderas. Menurut staf pengajar Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto, pernyataan Presiden Joko Widodo untuk mengoptimalkan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) tersebut sangat positif. Namun, hal itu perlu disinkronkan dengan paradigma pengelolaan sumber daya alam migas sbg penggerak perekonomian dalam arti yang lebih luas. "Sebaiknya masuknya investasi yang ditekankan. Dengan sistem pengusahaan migas kita yang menggunakan bagi hasil, selalu ada trade off antara bagaimana untuk lebih menarik investasi di satu sisi dan level penerimaan negara dari migas di sisi lain," katanya kepada Bisnis, baru-baru ini.( Ekonomi.bisnis.com, 17 Agustus 2020).

(16)

belanja bantuan sosial Rp12,20 miliar (55,44%). Realisasi belanja terbesar terjadi di Bulan September senilai Rp713,35 miliar. Total realisasi belanja pemerintah pusat sebesar Rp4,76 Triliun mengalami penurunan sebanyak 11,82% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu Rp5,40 triliun.

2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Pagu Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) tahun 2020 di Provinsi Riau berjumlah Rp22,59 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp26,96 triliun. Realisasi TKDD sampai dengan triwulan III 2020 sebesar Rp18,51 triliun atau 81,91% dari total pagu. Jumlah ini berada sedikit di atas realisasi tahun sebelumnya yang mencapai Rp18,48 triliun. Realisasi TKDD terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp7,09 triliun, diikuti Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp6,24 triliun, dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Rp2,23 triliun, DAK Fisik Rp1,43 triliun, Dana Insentif Daerah (DID) Rp330,51 milyar dan Dana Desa sebesar Rp1,17 triliun.

3. Pengelolaan BLU

Pagu belanja dari sumber dana BLU tahun 2020 sebesar Rp 410,89 miliar. Secara nominal pagu mengalami penurunan dari yang sebelumnya berjumlah Rp 425,64 miliar, begitu juga secara porsi terhadap total pagu belanja turun dari 53,64% menjadi 46,96%. Sampai dengan triwulan III 2020, realisasi belanja sumber BLU meningkat baik secara nominal maupun persentase, yaitu dari Rp 206,4 miliar (45,45%) menjadi Rp 228,33 miliar (48,51%).. Perkembangan pagu belanja BLU diuraikan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Perkembangan Pagu dan Realisasi Belanja Satker BLU di Provinsi Riau s.d. Triwulan III 2019 dan 2020

2020

Satker BLU Pagu RM Realisasi Pagu BLU Realisasi

Rumkit Bhayangkara Pekanbaru 4,43 3,00 18,10 14,12 UIN Sulthan Syarif Kasim Riau 126,50 84,53 125,14 79,09 Universitas Riau 232,93 154,79 267,65 135,12

Jumlah 363,86 242,32 410,89 228,33

2019

Satker BLU Pagu RM Realisasi Pagu BLU Realisasi

Rumkit Bhayangkara Pekanbaru 5,02 3,39 14,25 11,64 UIN Sulthan Syarif Kasim Riau 149,51 86,27 111,09 25,39 Universitas Riau 213,39 158,08 300,3 169,37

Jumlah 367,92 247,75 425,64 206,40

Sumber: OMSPAN, MONEV PA (diolah)

Grafik 2.9 Realisasi TKDD s.d. Triwulan III 2020 (dalam Miliar Rupiah)

Sumber: OMSPAN dan MONEV PA (diolah)

0 500 1.000 1.500 2.000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep DBH DAU DAK Fisik DAK Non Fisik DID Dana Desa

(17)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020

11

4. Manajemen Investasi Pusat

Investasi pusat di Provinsi Riau berupa piutang negara kepada Pemerintah Daerah dan BUMD. Sampai dengan triwulan II 2020 terdapat tiga debitur yang masih belum menyelesaikan administrasi pinjaman, sehingga masih diwajibkan untuk melakukan rekonsiliasi, yakni Pemprov Riau, Pemkab Kampar dan Pemkab Indragiri Hulu. Dari ketiga debitur tersebut, Pemprov Riau masih memiliki kewajiban sebesar Rp14,32 miliar yang saat ini dalam proses pengusulan penghapusan. Pemkab Kampar dan Pemkab Indragiri Hulu nilai kewajibannya sudah nihil, tinggal proses administrasi untuk penutupannya. Kabupaten Indragiri Hulu penutupan telah mendapat persetujuan Kementerian Keuangan, sementara Pemkab Kampar sampai saat ini belum mengirim SPTJM dan usulan penutupan karena kesulitan identifikasi keberadaan aset yang dibiayai dari pinjaman tersebut.

Tabel 2.3 Daftar Pinjaman Pemda dan BUMD Lingkup Provinsi Riau s.d. Triwulan III 2020 (dalam juta rupiah)

No Debitur Pinjaman Pokok Pembayaran Pokok Tunggakan Non Pokok Hak Tagih Keterangan

1 Pemprov Riau 6.042,94 6.042,94 14.328,03 14.328,03 Proses penghapusan 2 Pemkab Kampar 287,02 287,02 - - Proses penutupan 3 Pemkab Indragiri Hulu 2.510,82 2.510,82 - - Proses penutupan 4 PDAM Kab. Indragiri Hilir 1.161,35 1.161,35 - - Telah ditutup

Jumlah 10.002,14 10.002,14 14.328,03 14.328,03

Sumber: Subsidiary Loan Information System (SLIM)

C. Prognosis Realisasi APBN

Pendapatan negara hingga akhir 2020 diperkirakan terealisasi Rp15,02 triliun (97,94%), menurun dibandingkan dengan realisasi pendapatan negara tahun 2019 yang mencapai Rp16,31 triliun. Perkiraan penurunan ini dipengaruhi oleh mewabahnya COVID 19 yang berpengaruh pada daya beli masyarakat . Sementara itu, belanja dan transfer diprediksi terealisasi Rp29,52 triliun atau 97,88 persen dari pagu belanja dan berada di bawah realisasi belanja tahun sebelumnya sebesar Rp33,32 triliun.

Tabel 2.4 Perkiraan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Riau s.d. Triwulan IV Tahun 2020

Uraian (miliar) Pagu s.d. Triwulan III Realisasi Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV

Rp (miliar) % Rp (miliar) %

Pendapatan 15.340 10.978 71,56 15.024 97,94 Belanja dan Transfer 30.159 23.273 77,17 29.520 97,88 Surplus/Defisit -14.819 -12.295 82,97 -14.496 97,82 Sumber: SPAN dan hasil prognosis menggunakan forecasting

(18)

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan kerangka kebijakan publik pemerintah daerah dan instrumen penentu tercapainya target serta sasaran makro ekonomi daerah dalam mengatasi berbagai kendala dan tantangan menuju masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Selain itu juga berfungsi sebagai dasar pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan serta otorisasi pengeluaran di masa yang akan datang.

Tabel 3.1 Pagu dan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Riau s.d. Triwulan III Tahun 2019 dan Tahun 2020

(dalam miliar Rupiah)

Uraian Tahun 2019 Tahun 2020

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

PENDAPATAN DAERAH 34.426,39 23.387,06 67,93 30.893,37 21.248,97 68,78

PAD 6.700,06 4.179,75 62,38 5.852,07 4.125,52 70,50

Pajak Daerah 4.806,07 3.075,89 64,00 4.159,22 2.914,17 70,07 Retribusi Daerah 324,53 95,69 29,48 243,54 90,89 37,32 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Dipisahkan 357,82 202,55 56,61 327,54 239,26 73,05 Lain-Lain PAD yang Sah 1.211,63 805,62 66,49 1.121,77 881,21 78,55

Pendapatan Transfer 27.005,95 19.000,47 70,36 24.181,10 17.094,32 70,69

Transfer Pempus – Dana Perimbangan 23.950,15 17.188,53 71,77 20.714,69 15.675,23 75,67 Dana Bagi Hasil Pajak 4.061,14 2.931,21 72,18 3.944,15 2.909,19 73,76 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 5.646,52 3.747,75 66,37 3.489,05 3.330,40 95,45 Dana Alokasi Umum 8.978,64 7.375,30 82,14 8.749,06 6.902,05 78,89 Dana Alokasi Khusus 5.263,86 3.134,26 59,54 4.532,44 2.533,60 55,90 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 1.504,55 970,99 64,54 1.792,02 650,19 36,28 Transfer Pemerintah Provinsi 1.238,86 695,93 56,17 1.259,44 538,66 42,77 Transfer Bantuan Keuangan 312,40 145,02 46,42 414,95 230,24 55,49

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 720,38 206,85 28,71 860,20 29,12 3,39

Pendapatan Hibah 657,35 194,40 29,57 696,83 2,46 0,35 Pendapatan Lainnya 63,03 12,45 19,75 163,36 26,66 16,32

BELANJA DAN TRANSFER DAERAH 35.038,17 17.988,10 67,93 32.195,03 15.862,42 68,78 BELANJA 30.229,83 15.601,44 51,61 27.763,07 14.113,26 50,83

Belanja Pegawai 11.537,78 7.762,54 67,28 10.941,51 7.297,42 66,69 Belanja Barang 9.600,15 4.686,04 48,81 8.974,49 4.492,57 50,06 Belanja Subsidi 32,53 24,57 75,54 141,90 23,85 16,81 Belanja Hibah 1.586,66 1.029,76 64,90 1.820,98 531,84 29,21 Belanja Bantuan Sosial 204,39 78,49 38,40 317,16 76,57 24,14 Belanja Modal 7.204,32 2.019,48 28,03 4.745,62 1.454,75 30,65 Belanja Tidak Terduga 64,01 0,56 0,87 821,42 236,24 28,76

TRANSFER PEMERINTAH DAERAH 4.808,34 2.386,65 49,64 4.431,96 1.749,16 39,47

Bagi Hasil ke Kab./Kota 76,19 18,62 24,44 318,46 13,27 4,17 Bagi Hasil ke Desa 1.422,10 764,35 53,75 1.120,46 665,09 59,36 Bantuan Keuangan 3.310,05 1.603,68 48,45 2.993,03 1.070,80 35,78

SURPLUS/DEFISIT (611,78) 5.398,96 (883) (1.301,66) 5.386,55 (414)

(19)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020

13

Secara agregat total target pendapatan APBD tahun anggaran 2020 di Provinsi Riau sebesar Rp30,89 triliun, pagu belanja dan transfer sebesar Rp32,19 triliun dan defisit sebesar Rp1,30 triliun. Dibanding tahun sebelumnya target pendapatan menurun 10,26%, pagu belanja dan transfer menurun 8,11%, dan defisit naik 112,77%.

Postur pendapatan daerah di Provinsi Riau tahun 2020 sebagian besar berasal dari pendapatan transfer sebesar Rp24,18 triliun, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari Rp27,00 triliun menjadi Rp24,18 triliun, proporsi dari total pendapatan juga menurun dari 78,45% menjadi 78,27%. Sementara itu, pagu belanja dan transfer didominasi oleh belanja pegawai sebesar Rp10,94 triliun, menurun dibandingkan tahun sebelumnya Rp11,53 triliun, tetapi proporsinya naik dari 32,93% menjadi 33,99%.

A. Pendapatan Daerah

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Target PAD agregat di Provinsi Riau tahun 2020 sebesar Rp5,85 triliun yang berasal dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp4,15 triliun atau 71,07%, retribusi daerah Rp243,54 miliar (4,16%), hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan Rp327,54 miliar (5,60%), dan lain-lain PAD yang sah Rp1,12 triliun (19,17%). Total realisasi PAD sebesar Rp4,12 triliun atau 70,50% dari total target.

a. Penerimaan Pajak Daerah

Realisasi penerimaan pajak sebesar Rp2,91 triliun atau 70,07% dari target, menurun 5,26% dibandingkan realisasi penerimaan di triwulan yang sama pada tahun lalu. Realisasi penerimaan pajak didominasi oleh Pemerintah Provinsi Riau sebesar Rp1,99 triliun, 68,52% dari total penerimaan pajak daerah diikuti Kota Pekanbaru sebesar Rp397,86 miliar (13,65%). Secara bulanan, pada bulan Mei mengalami penurunan yang drastis dikarenakan berlakunya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kemudian pada bulan Juni seiring dengan pelonggaran kebijakan PSBB realisasi kembali meningkat secara perlahan.

b. Pendapatan Retribusi Daerah

Pendapatan retribusi daerah terealisasi Rp90,89 miliar atau 37,32% dari target pendapatan. Pendapatan terbesar berada di Kota Dumai sebesar Rp27,27 miliar (23,31%). Sedangkan pendapatan terkecil berada di Kabupaten Rokan Hilir sebesar Rp1,15 miliar (1,27%). Jika

Grafik 3.1 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Pemda Se-Provinsi Riau s.d. Triwulan III 2020 (Dalam Miliar Rupiah)

Sumber: BPKAD se-Provinsi Riau (diolah)

100 200 300 400

Prov. Riau Bengkalis Inhil Inhu Kampar Kuansing Pelalawan Rohil Rohul Siak Dumai Pekanbaru Kep. Meranti

(20)

dibandingkan dengan pendapatan triwulan III tahun 2019, maka di tahun ini mengalami penurunan sebesar 5,02%. Pendapatan Retribusi Kota Dumai pada bulan September mengalami peningkatan drastis dari bulan sebelumnya Rp2,12 miliar menjadi sebesar Rp10,65 miliar yang disebabkan karena melonjaknya pendapatan retribusi izin mendirikan bangunan sebesar Rp 8,56 miliar.

c. Pendapatan Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Pendapatan Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan terealisasi sebesar Rp239,26 miliar atau sebesar 73,05% dari target, jika dibandingkan dengan realisasi triwulan III tahun lalu, mengalami peningkatan sebesar Rp36,7 juta. Pendapatan Hasil kekayaan Daerah seluruhnya terjadi pada triwulan III 2020.

d. Pendapatan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Pendapatan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terealisasi Rp881,21 miliar (78,55%), meningkat 9,33% jika dibandingkan realisasi di triwulan III tahun 2019. Realisasi terbesar berada di Provinsi Riau sebesar Rp317,39 miliar atau 36,02%, diikuti oleh Kota Dumai sebesar Rp97,21 miliar. Sedangkan pendapatan terkecil berada di Kabupaten Rokan Hilir sebesar 28,73 miliar.

Grafik 3.2 Realisasi Pendapatan Retribusi Daerah Pemda Se-Provinsi Riau s.d. Triwulan III 2020 (Dalam Miliar Rupiah)

Sumber: BPKAD se-Provinsi Riau (diolah)

Grafik 3.3 Realisasi Pendapatan Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Pemda Se-Provinsi Riau

s.d. Triwulan III 2020 (Dalam Miliar Rupiah)

Sumber: BPKAD se-Provinsi Riau (diolah)

Grafik 3.4 Realisasi Pendapatan Lain-lain PAD yang Sah Pemda Se-Provinsi Riau s.d. Triwulan III Tahun 2020

(Dalam Miliar Rupiah)

Sumber: BPKAD se-Provinsi Riau (diolah)

3 6 9 12

Prov. Riau Bengkalis Inhil Inhu Kampar Kuansing Pelalawan Rohil Rohul Siak Dumai Pekanbaru Kep. Meranti 20 40 60 80

Prov. Riau Bengkalis Inhil Inhu Kampar Kuansing Pelalawan Rohil Rohul Siak Dumai Pekanbaru Kep. Meranti

200 400

Prov. Riau Bengkalis Inhil Inhu Kampar Kuansing Pelalawan Rohil Rohul Siak Dumai Pekanbaru Kep. Meranti

PEKANBARU – Pemerintah Provinsi Riau membebaskan denda Pajak Kendaraan Bermotor sebesar Rp20 miliar lebih melalui program pemutihan denda pajak kendaraan dari 1 sampai 30 September 2020. Mendapat antusias masyarakat yang tinggi, program ini diperpanjang hingga 15 Desember 2020.

Kepala Dinas Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Riau Herman mengatakan program ini dilakukan guna memberikan kesempatan dan keringanan dalam situasi pandemi Covid-19 yang saat ini masih terjadi. Kemudian, masyarakat juga terlihat antusias memanfaatkan program penghapusan denda PKB dan pemotongan 50 persen Bea Balik Nama Kendaraan (BBNKB). (Bisnis.com, Senin 5 Oktober 2020)

(21)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020

15

Pendapatan PAD memberi kontribusi sebesar 19,42% dari total pendapatan daerah. Jika dibandingkan dengan realisasi PAD triwulan III tahun 2019, realisasi tahun ini mengalami penurunan sebesar Rp54,23 miliar (1,30%). Rendahnya kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah menunjukkan bahwa rasio kemandirian daerah masih rendah dan rasio ketergantungan terhadap pendapatan transfer dari pemerintah pusat masih sangat tinggi. Rasio kemandirian tertinggi berada di Provinsi Riau (42,32%), diikuti Kota Pekanbaru, Kota Dumai, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Kampar masing-masing 26,23%, 22,65%, 12,52%, dan 11,34%. Sisanya, berada di bawah 10% dan yang terendah berada di Kabupaten Kuantan Singingi sebesar 3,54%.

2. Pendapatan Transfer

Target pendapatan transfer se-Provinsi Riau tahun 2020 sebesar Rp24,18 triliun dan telah terealisasi sebesar Rp17,09 triliun (70,69%). Realisasi pendapatan transfer terbesar berada di Pemerintah Provinsi Riau sebesar Rp3,28 triliun atau 19,19% dari total realisasi pendapatan dan Kabupaten Bengkalis sebesar Rp2,20 triliun (12,89%). Jika dibandingkan dengan pendapatan triwulan III tahun 2019, maka di tahun ini mengalami penurunan sebesar 10,09%.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-lain pendapatan daerah di Provinsi Riau ditargetkan sebesar Rp860,20 miliar, 2,78% dari total target pendapatan daerah. Target pendapatan ini berasal dari pendapatan hibah dari Pemerintah Pusat dan pendapatan lainnya. Realisasi lain lain pendapatan daerah yang sah sampai dengan triwulan III 2020 sebesar Rp29,12 miliar atau hanya 3,39% dari target.

Grafik 3.5 Perbandingan Rasio Kemandirian Pemda Se-Provinsi Riau s.d. Triwulan III Tahun 2020

Sumber: BPKAD se-Provinsi Riau (diolah)

Grafik 3.6 Pagu dan Realisasi Pendapatan Transfer Pemda Se-Provinsi Riau s.d. Triwulan III 2020

Sumber: BPKAD se-Provinsi Riau (diolah)

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 M ilia r Rp

PAD Pendapatan Daerah Rasio Kemandirian

0% 20% 40% 60% 80% 100% 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 Bill io ns

Pagu Realisasi % Realisasi

Teluk Kuantan-Pemerintah Kabupaten Kuansing mencatat sebanyak 21.200 Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Kuansing telah tercover mendapatkan bantuan langsung tunai (BLT) yang bersumber dari Dana Desa (DD) Tahun 2020."Untuk bulan ke-1,2 dan 3 (April, Mei, dan Juni,red) sudah tersalurkan 99,9 persen," ujar Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kuansing, Napisman, Jumat, 11 September 2020.Napis mengatakan, untuk tiga bulan kedua mulai Juli, Agustus dan September 2020 itu sudah ada desa di Kuansing yang menyalurkan BLT dari Dana Desa ini. "Untuk tiga bulan kedua ini sudah ada beberapa desa yang menyalurkan, ada dua bulan ada satu bulan.” (Riauonline.co.id, Minggu 13 September 2020)

(22)

B. Belanja Daerah

1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal

Pagu belanja APBD mengalami penurunan sebesar Rp2,47 triliun sebagai akibat menurunnya target pendapatan, baik PAD maupun pendapatan transfer. Penurunan terbesar terdapat pada alokasi belanja modal sebesar Rp2,46 triliun. Rendahnya alokasi belanja modal karena adanya penyesuaian dalam refocusing anggaran untuk penanganan pandemi covid-19. Hal ini sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 119/2813/SJ Nomor 177/KMK.07/2020 bahwa alokasi anggaran belanja modal agar disesuaikan minimal sebesar 50%.

Realisasi belanja APBD terbesar terjadi pada belanja pegawai sebesar Rp7,29 triliun (51,71% dari total realisasi belanja), diikuti oleh belanja barang sebesar Rp4,49 triliun (31,83% dari total realisasi belanja). Sementara itu, belanja modal hanya terealisasi Rp1,45 triliun (10,31% dari total realisasi belanja). Jika dibandingkan dengan belanja triwulan III tahun 2019, maka realisasi belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal di tahun ini mengalami penurunan masing-masing sebesar 5,99%, 4,13%, dan 27,96%.

2. Belanja Daerah berdasarkan Klasifikasi Urusan

Realisasi belanja daerah terbesar digunakan untuk urusan pendidikan, yaitu mencapaiRp3,83 triliun atau 24,14% dari total realisasi belanja. Hal ini berarti pemerintah daerah berkomitmen untuk fokus dalam pengembangan pendidikan di daerahnya. Diikuti dengan realisasi untuk urusan kesehatan, otonomi daerah, pekerjaan umum dan penataan ruang, serta urusan keuangan dengan rincian sebagai berikut : Kesehatan sebesar Rp3,42 triliun (21,57%), Otonomi Daerah Rp2,07 triliun (13,08%), Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Rp1,56 triliun (9,87%), dan Keuangan Rp1,14 triliun (7,19%)

Grafik 3.7 Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai, Barang, dan Modal APBD Se-Provinsi Riau s.d. Triwulan III 2020

Sumber: BPKAD se-Provinsi Riau (diolah)

Grafik 3.8 Pagu dan Realisasi Belanja Lima Urusan Terbesar APBD Se-Provinsi Riau s.d. Triwulan III 2020

Sumber: BPKAD (diolah)

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 Belanja

Pegawai Belanja Barangdan Jasa Belanja Modal

M

ilia

r Rp

Pagu Realisasi % Realisasi

0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 M iliar Rp Realisasi %

(23)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020

17

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Triwulan IV Tahun 2020

Pendapatan daerah hingga akhir tahun 2020 diperkirakan dapat direalisasikan sebesar Rp28,99 triliun atau 93,86% dari target pendapatan. Sementara itu, perkiraan belanja daerah yang terealisasi sampai dengan akhir tahun 2020 sebesar Rp29,38 triliun atau 91,26% dari pagu belanja. Berikut disajikan perkiraan realisasi APBD sampai dengan akhir tahun 2020 di Provinsi Riau.

Tabel 3.2 Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Riau s.d. Triwulan IV Tahun 2020 (dalam miliar Rupiah)

Uraian Pagu s.d. Triwulan III Realisasi Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV

Rp % Rp %

Pendapatan Daerah 30.893,37 21.248,97 68,78 28.996,52 93,86

Belanja Daerah 32.195,03 15.862,42 49,27 29.381,20 91,26

Surplus/Defisit (1.301,66) 5.386,55 (413,82) (384,68) 29,55

(24)

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dalam periode tertentu.

Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Riau s.d. Triwulan III 2020 (dalam miliar rupiah)

Uraian 2020 Kenaikan 2019

Pusat Daerah Konsolidasi Konsolidasi

Pendapatan Negara 9.088,0 20.453,4 13.216,0 6,44% 12.416,8 Pendapatan Perpajakan 8.485,9 2.914,2 11.400,0 1,71% 11.208,4 PNBP 602,2 1.211,3 1.813,5 -17,53% 2.199,0 Pendapatan Hibah 0,0 2,4 2,4 -98,41% 153,2 Pendapatan Transfer 0,0 16.325,4 0,0 -100,00% -1.143,7 Belanja Negara 23.273,5 15.066,8 22.014,9 1,08% 21.779,2 Belanja Pemerintah 4.763,9 14.113,3 18.877,1 -9,30% 20.811,9 Transfer 18.509,6 953,6 3.137,8 224,37% 967,3 Surplus/(Defisit) -14.185,4 5.386,5 -8.798,9 -6,02% -9.362,4 Pembiayaan 0,0 1.581,3 1.581,3 130,42% 686,2 SILPA/SIKPA -14.185,4 6.967,8 -7.217,6 -16,81% -8.676,2

Sumber: LKPK Triwulan III 2019 dan 2020 Provinsi Riau Catatan:

1. Seluruh transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan pendapatan transfer pemerintah daerah

2. Pendapatan transfer konsolidasian bernilai negatif karena pendapatan transfer yang dicatat oleh pemda lebih kecil dari transfer yang dicatat oleh Pemerintah Pusat

B. Pendapatan Konsolidasian

Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah gabungan atau konsolidasian pendapatan pemerintah pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi). 1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Realisasi pendapatan konsolidasian di Provinsi Riau sampai dengan triwulan III tahun 2020 berasal dari pendapatan perpajakan konsolidasian, PNBP konsolidasian, pendapatan hibah konsolidasian, dan pendapatan transfer konsolidasian. Realisasi pendapatan konsolidasian mengalami kenaikan sebesar 6,44% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan terutama disebabkan kenaikan pendapatan perpajakan yang mengalami kenaikan sebesar Rp191,68 miliar dan transfer konsolidasian sebesar Rp1.143,7 miliar.

(25)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020

19

Realisasi pendapatan konsolidasian triwulan III 2020 sebesar Rp13,22 triliun, sebagian besar berasal dari pendapatan perpajakan konsolidasian yang mencapai Rp11,40 triliun, atau 86,26% dari total pendapatan, diikuti pendapatan bukan pajak konsolidasian Rp1,81 triliun (13,70%). Secara proporsi pendapatan perpajakan konsolidasian mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya dari 76,23% menjadi 86,26%. Sementara itu pendapatan PNBP konsolidasian menurun dari 14,95% menjadi 13,72%.

Realisasi pendapatan Pemerintah Pusat sebesar Rp9,09 triliun, sebagian besar berasal dari pendapatan perpajakan sebesar Rp8,49 triliun. Sementara itu Pendapatan pemerintah daerah sebesar Rp4,13 triliun, didominasi oleh pendapatan perpajakan sebesar Rp2,91 triliun, diikuti pendapatan PNBP sebesar Rp1,21 triliun dan hibah sebesar Rp2,44 miliar.

2. Analisis Perubahan

Penerimaan pajak dalam negeri mengalami peningkatan 0,66% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp11,01 triliun menjadi Rp11,08 triliun. Kenaikan tersebut disumbang oleh kenaikan pendapatan pajak dalam negeri pemerintah pusat mengalami kenaikan sebesar 3,65%. Sementara pendapatan perpajakan pemda justru mengalami penurunan sebesar 6,088%. Sementara itu pajak perdagangan internasional mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 60,19% dari Rp198,13 miliar menjadi Rp317,39 miliar. Pajak perdagangan internasional seluruhnya berasal dari Pemerintah Pusat.

Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi Riau

s.d. Triwulan III 2019 dan 2020

Sumber: LKPK Triwulan III 2019 dan 2020 Provinsi Riau

Grafik 4.2 Perbandingan Pendapatan Pempus dan Pemda terhadap Pendapatan Konsolidasian Provinsi Riau

s.d. Triwulan III 2020

Sumber: LKPK Triwulan II 2020 Provinsi Riau (diolah)

Grafik 4.3 Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat dan Daerah

s.d. Triwulan III 2019 dan 2020

Sumber: LKPK Triwulan III 2019 dan 2020 Provinsi Riau

76,23% 1,04% 86,26% 0,02%0,00% Pajak PNBP Hibah Transfer 9,09 T (68,77%) 8,49 T (74,44%) 2,91 T (25,56%) 1,21 T (66,80%) 0,002 T (100%) 0,00 T (100%) 0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000

Pajak PNBP Hibah Transfer Pempus Pemda 7.880,87 198,13 8.168,48 317,39 3.129,36 0,00 2.914,17 0,00 0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 Pajak Dalam

Negeri Perdagangan Pajak Internasional

Pajak Dalam

Negeri PerdaganganPajak Internasional

2019 2020

Pempus Pemda

2020 2019

(26)

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan Konsolidasian

Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di Wilayah Provinsi Riau s.d. Triwulan III 2019 dan 2020 (dalam miliar rupiah)

Uraian 2019 2020

Realisasi Kenaikan Realisasi Kenaikan

Pendapatan Perpajakan 11.208 3,76% 11.400 1,71% PNBP 2.199 -16,58% 1.81 -17,53% Hibah 153 146,11% 2 -98,41% Transfer -1.144 0,24% 0 -100% Total Pendapatan 13.561 3,76% 13.216 6,44% PDRB/Pertumbuhan Ekonomi 191.137 2,74% 187.481 -1,67% Sumber: BPS, LKPK Triwulan III 2019 dan 2020 Provinsi Riau (diolah)

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau triwulan III tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 1,67%. Pada periode yang sama, pendapatan gabungan yang diterima oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah terealisasi sebesar Rp11,40 triliun atau naik 6,44. Perekonomian Riau yang mengalami kontraksi masih memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan konsolidasian, khususnya perpajakan pemerintah pusat.

C. Belanja Konsolidasian

Belanja Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja pemerintah pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang sama, dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal.

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Belanja dan Transfer Konsolidasian triwulan III tahun 2020 Provinsi Riau sebesar Rp22,01 triliun. Porsi terbesar adalah belanja pegawai yang mencapai Rp9,55 triliun (43,39% dari total belanja dan transfer), dengan perbandingan 76,40 persen merupakan belanja pegawai pemda dan 23,60 persen belanja pegawai Pempus. Belanja barang merupakan jenis belanja terbesar kedua dengan jumlah Rp6,49 triliun (29,46% dari total belanja dan transfer), 69,27 persennya merupakan belanja barang Pemda dan 30,73 persen belanja barang Pempus. Selanjutnya transfer sejumlah Rp3,14 triliun (14,25% dari total belanja dan transfer), 100 persen merupakan transfer pemda.

2. Analisis Perubahan

Belanja dan transfer konsolidasian sebesar Rp22,01 triliun mengalami kenaikan 1,08% dibandingkan periode yang sama tahun 2019, hal tersebut terutama disebabkan naiknya transfer sebanyak 224,37% dari Rp0,97 triliun menjadi Rp3,14 triliun. Sementara itu jenis

Grafik 4.4 Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi Riau

s.d. Triwulan III 2020

Sumber: LKPK Triwulan III 2020 (diolah)

0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 Pusat Daerah

(27)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020

21

belanja yang mengalami penurunan adalah belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja hibah, masing-masing turun 3,46 persen, 8,49 persen, 27,76 persen, dan 47,59. Komposisi belanja konsolidasian triwulan III 2020 mengalami sedikit perubahan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Pada tahun 2020 porsi belanja pegawai mengalami penurunan dari 45,43% menjadi 43,39%, belanja barang turun dari 32,54 persen menjadi 29,46 persen dan belanja modal turun dari 12,45 persen menjadi 8,90 persen.

3. Analisis Dampak Kebijakan Fiskal pada Indikator Ekonomi Regional

Kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan daerah ditujukan untuk mempengaruhi perekonomian regional ke arah yang lebih baik. Untuk mengukur keberhasilan kebijakan fiskal pemerintah digunakan perbandingan dengan beberapa indikator perekonomian regional, seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran terbuka, dan indeks pembangunan manusia.

Tabel 4.3 Indikator Ekonomi Regional Provinsi Riau s.d. Triwulan III 2019 dan 2020

Indikator Ekonomi Regional 2019 2020

Belanja Pemerintah (miliar rupiah) 20.812 18.877 Pertumbuhan ekonomi triwulan III (%) 2,74 -1,67 PDRB ADHB (miliar rupiah) 191.137 187.481 Rasio Belanja Pemerintah terhadap PDRB (%) 10,89 10,07 Tingkat Kemiskinan Maret 2020 (%) 7,08 6,82 Tingkat Pengangguran Terbuka Februari 2020 (%) 5,76 6,32

Sumber: LKPK Triwulan III 2019 dan 2020 Provinsi Riau dan BPS Provinsi Riau, diolah

Berdasarkan tabel di atas, belanja pemerintah dan rasio konsumsi pemerintah terhadap PDRB mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, hal tersebut dipengaruhi oleh pagu belanja baik pusat maupun daerah yang mengalami penyesuaian sehubungan dengan realokasi untuk penanganan Covid-19 dan juga penurunan perkiraan penerimaan migas. Penurunan konsumsi pemerintah tersebut turut menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau yang mengalami kontraksi sebesar 1,67 persen.

Grafik 4.5 Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Riau Triwulan III 2019 dan 2020

Sumber: LKPK Triwulan III 2020 dan 2019 Provinsi Riau (diolah

45,43% 32,54% 12,45% 0,11% 4,66% 0,37%0,00% 4,44%

2019

Bel. Pegawai Bel. Barang Bel. Modal Bel. Subsidi Bel. Hibah Bel. Bansos Bel. Tak Derduga Transfer 43,39% 29,46% 8,90% 0,11% 2,42% 0,40%1,07% 14,25%

2020

Bel. Pegawai Bel. Barang Bel. Modal Bel. Subsidi Bel. Hibah Bel. Bansos Bel. Tak Derduga Transfer

(28)

D. Analisis Kontribusi Pemerintah dalam PDRB

Salah satu komponen pembentuk nilai PDRB suatu daerah adalah konsumsi pemerintah dan investasi. Konsumsi pemerintah berasal dari pengeluaran pemerintah untuk kompensasi pegawai, penggunaan barang dan jasa, dan pengeluaran lainnya yang tertuang dalam beban pemerintah pada laporan operasional konsolidasian.

Tabel 4.4 Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi Riau s.d. Triwulan III Tahun 2020

Uraian 2019 2020

Transaksi Yang Mempengaruhi Kekayaan Neto

Pendapatan: 39.662.766.233.407 36.803.452.320.059 Pajak 11.210.790.646.423 11.397.181.798.620 Kontribusi Sosial - - Hibah 2.370.955.796.906 289.744.773.503 Pendapatan Lainnya 26.081.019.790.077 25.116.525.747.936 Beban: 22.428.263.969.774 20.369.403.914.527 Kompensasi Pegawai 10.005.099.536.357 9.712.360.688.369 Penggunaan Barang dan Jasa 6.750.370.556.467 5.957.566.534.143

Konsumsi Aset Tetap - -

Subsidi 23.242.296.204 23.853.021.265 Hibah 5.325.927.478.349 3.982.223.083.421 Manfaat Sosial 80.431.073.499 88.781.695.340 Beban Lainnya 243.193.028.899 604.618.891.990

Keseimbangan Operasi Bruto/neto 17.234.502.263.633 16.434.048.405.532

Transaksi Aset Non Keuangan Neto -

Akuisisi Neto Aset Non Keuangan 2.712.466.248.245 1.959.461.483.017

Aset Tetap 2.524.481.613.758 1.677.444.296.009

Perubahan Persediaan - -

Aset Non Produksi 187.984.634.487 282.017.187.008

Net Lending/Borrowing 14.522.036.015.387 14.474.586.922.514

Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban -

Akuisisi Neto Aset Keuangan 14.522.036.015.387 14.474.586.922.514

Dalam Negeri 14.522.036.015.387 14.474.586.922.514

Luar Negeri -

Keterjadian Kewajiban Neto -

Dalam Negeri -

Luar Negeri -

Sumber: LSKP Triwulan III 2020 Provinsi Riau (diolah)

Bila dilihat dari penggunaan barang dan jasa pemerintah, konsumsi pemerintah sampai dengan triwulan III 2020 sebesar Rp5,96 triliun. Hal ini berarti kontribusi pemerintah dari konsumsi barang dan jasa mencapai 3,18% dari PDRB Provinsi Riau triwulan III 2020 sebesar Rp187,48 triliun. Sementara itu, kontribusi pemerintah terhadap PDRB dari investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah sebesar 1,42%. Kontribusi pemerintah ini dihitung dari total nilai akuisisi aset tetap yang berjumlah Rp1,96 triliun.

(29)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN II 2020

(30)

V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH

A. PEN Sebagai Program Andalan Pemerintah Untuk Mendukung Daya Beli

Sudah tiga bulan berturut-turut Indonesia mengalami deflasi yang menjadi salah satu pertanda daya beli masyarakat masih rendah. Jelas ini bukan kabar bagus karena sebagai sinyal ekonomi sedang stagnan. BPS melaporkan, hingga September 2020 laju inflasi mencapai sebesar 0,89% year to date (ytd) dan 1,42% year on year (yoy) jauh lebih rendah dibandingkan dengan pola tiga tahun terakhir 3,33% (yoy). (Kontan, Jumat 23 Oktober 2020 halaman 2).

Pandemi Covid-19 yang semula merupakan krisis kesehatan akhirnya menimbulkan dampak penurunan aktivitas masyarakat yang berakibat melambatnya perekonomian global dan nasional. Sebagai respon, Pemerintah membuat berbagai kebijakan melalui instrumen APBN untuk menanggulangi krisis kesehatan tersebut. Selain itu, Pemerintah berupaya mempercepat penyaluran belanja untuk menggenjot daya beli masyarakat lewat program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2020. Program tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan untuk mengurangi dampak Covid-19 terhadap perekonomian khususnya sektor informal atau UMKM, yang bertujuan melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya selama pandemi Covid-19. Program PEN diharapkan dapat 'memperpanjang nafas' UMKM dan meningkatkan kinerja UMKM yang berkontribusi pada perekonomian Indonesia.

Untuk menjaga daya beli masyarakat, pemerintah telah menyalurkan skema program perlindungan sosial dan yang bersifat cash transfer mulai dari Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Sosial (Bansos) Tunai, Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa, Kartu Prakerja, Subsidi Gaji, hingga bansos produktif untuk modal UMKM. Secara nasional pada program ini pemerintah menganggarkan belanja dari sisi permintaan untuk mendongkrak daya beli sebesar Rp205,2 triliun, atau sekitar 29,5% dari total anggaran PEN sebesar Rp695,2 triliun.

Realisasi program PEN pada sisi demand di Provinsi Riau sebesar Rp3,00 triliun yang terdiri dari Program Keluarga Harapan (PKH) Rp646,24 miliar, Bantuan Pemerintah Non Tunai (BPNT) Rp433,26 miliar, Bansos Tunai Rp612,68 miliar, Kartu Prakerja Rp492,08 miliar, Insentif Tenaga Kesehatan Rp5,01 miliar, Padat Karya Kementerian Pertanian Rp27,58 miliar, Padat Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Rp169,28 juta, Subsidi Gaji Rp452,81 miliar, dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa Rp332,91 miliar. Dari sisi supply sebesar Rp222,86 miliar yang terdiri dari Bantuan bagi Pelaku Usaha Mikro (BPUM) sebesar Rp107,30 miliar, Subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp54,70 miliar, dan Subsidi bunga non KUR sebesar Rp60,86 miliar.

(31)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020

24

Tabel 5.1. Penyaluran PEN Lingkup Provinsi Riau s.d. Triwulan III tahun 2020

No Jenis Bantuan Penerima Nilai

Demand

1 PKH 1.257.060 646.240.410.000

2 BPNT 1.957.459 433.262.650.000

3 Bansos Tunai 241.110 612.679.200.000

4 Kartu Prakerja 12.991 492.083.250.000

5 Insentif Tenaga Kesehatan 940 5.013.022.975

6 Padat Karya Kementerian Pertanian 57.935 27.582.778.818

7 Padat Karya Kementerian PUPR 8.221 169.281.209

8 Subsidi Gaji 377.344 452.812.800.000

9 BLT Dana Desa 658.814 332.910.000.000

Jumlah 4.571.874 3.002.753.393.002

Supply

1 BPUM 44.707 107.296.800.000

2 Subsidi Bunga KUR 131.025 54.706.562.425

3 Subsidi Bunga Non KUR 199.008 60.860.553.873

Jumlah 374.740 222.863.916.298

Jumlah Total 4.946.614 3.225.617.309.300 Sumber : OMSPAN

Program PEN berkontribusi positif pada ekonomi Riau yang pada triwulan III mengalami pertumbuhan sebesar 5,78% (q-to-q). Walaupun secara year on year pertumbuhan ekonomi Riau masih mengalami kontraksi sebesar 1,67%, namun lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan II yang mengalami kontraksi sebesar 3,22%

B. Dana Insentif Daerah (DID) Tambahan Untuk Pemulihan Ekonomi di Daerah

Kementerian Keuangan merilis Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 151/PMK.07/2020 mengenai pengelolaan Dana Insentif Daerah (DID). Beleid ini berisi tambahan DID periode ketiga tahun anggaran 2020, pagu tambahan DID periode ketiga untuk tahun anggaran 2020 bagi pemerintah daerah tingkat provinsi, kabupaten, maupun kota sebesar Rp 1 triliun. (Kontan, Jumat 16 Oktober 2020 halaman 2).

Sebelumnya pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 87/PMK.07/2020 Tentang Pengelolaan Dana Insentif Daerah Tambahan Tahun Anggaran 2020 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 114/PMK.07/2020 Tentang Pengelolaan Dana Insentif Daerah Tambahan Periode Kedua Tahun Anggaran 2020. Dana Insentif Daerah Tambahan yang selanjutnya disebut DID Tambahan adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam rangka pemulihan ekonomi nasional yang diberikan kepada daerah tertentu berdasarkan indikator tertentu melalui pemberian insentif bagi Pemerintah Daerah yang berkinerja baik dalam penanganan pandemi Covid-19.

(32)

daerah, termasuk mendukung industri kecil, usaha mikro kecil dan menengah, koperasi, dan pasar tradisional serta penanganan Covid-19 bidang kesehatan dan bantuan sosial. DID tambahan tidak bisa digunakan untuk mendanai honorarium atau perjalanan dinas.

Tidak semua daerah bisa mendapatkan DID Tambahan, karena DID tambahan diberikan kepada daerah yang berkinerja baik dalam penanganan pandemi Covid-19, antara lain Pemerintah Daerah yang telah menyampaikan laporan penyesuaian APBD Tahun Anggaran 2020 yang telah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan mengenai pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2020 dalam rangka penanganan pandemi Covid-19 dan/atau menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional, dan Pemerintah Daerah yang telah menyampaikan laporan kinerja bidang kesehatan untuk pencegahan dan/atau penanganan Covid-19 dan laporan bantuan sosial untuk pemberian bantuan sosial dan/atau ekonomi kepada masyarakat yang terdampak Covid-19.

Tabel 5.2 DID tambahan Provinsi Riau tahun 2020

Tambahan DID Pemda Jumlah Keterangan

Kesatu Kota Pekanbaru 3.000.000.000 PMK 87/PMK.07/2020

Kedua Kota Dumai 12.589.569.000 PMK 114/PMK.07/2020

Ketiga Kota Pekanbaru 9.785.064.000 PMK 151/PMK.07/2020

Lingkup Provinsi Riau Pemda yang memenuhi kriteria untuk mendapatkan DID Tambahan adalah Kota Pekanbaru untuk DID Tambahan kesatu dengan nilai Rp3 miliar, Kota Dumai untuk DID Tambahan kedua dengan nilai Rp12,59 miliar, dan Kota Pekanbaru untuk DID Tambahan ketiga dengan nilai Rp9,78 miliar.

(33)

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI RIAU TRIWULAN III 2020

26

Kantor wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Riau

Jalan Jenderal Sudirman No. 249 Pekanbaru

Telp (0761)22686, Faks (0761) 22647

Gambar

Tabel 1.1 Indikator Ekonomi s.d. Triwulan III 2020
Grafik 1.3 Perkembangan Ekonomi Riau,
Grafik 1.5 Perkembangan Inflasi
Grafik 1.8 Tingkat Pengangguran Terbuka
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian Parameter Regresi Logistik Multinomial Pada pengujian parameter regresi logistik secara serentak antara tingkat keparahan korban kecelakaan lalu lintas dengan jenis

Sebagaimana Islam juga tidak memberikan garis yang jelas bahwa sebuah negara harus dikemas dalam bentuk negara Islam yang secara eksklusif tidak memberikan

Wacana iklan yang dikeluarkan oleh pemerintah pasar diatas adalah merupakan tindak tutur ilokusi. Tindak tutur di atas merupakan tindak ilokusi yaitu memberikan semangat

Tujuan jangka panjang dari penelitian yang dilakukan adalah menemukan metode yang tepat untuk mengisoalsi gelatin dari kulit kaki ayam Broiler agar dihasilkan

Hambatan utama komunitas LSL dan waria untuk mengurus BPJS Kesehatan adalah kurangnya pengetahuan mengenai prosedur pengurusan BPJS Kesehatan; persepsi mengenai

Laba atau rugi yang dihasilkan dari transaksi “hilir” dan “hulu” antara suatu investor (termasuk entitas anak yang dikonsolidasikan) dan suatu entitas asosiasi diakui dalam

Sekolah memilki beberapa kewajiban seperti menentukan tuntutan standar yang akan diberikan pada peserta didik, semua orang yang terlibat dalam lembaga pendidikan harus