SIARAN PERS
Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan
Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110
Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456
www.depdag.go.id
Kinerja Ekspor Nonmigas Periode Juli 2010 Tetap Menguat,
Masih Diatas US$ 10 Miliar
Jakarta, 3 September 2010 – Ekspor nonmigas di bulan Juli 2010 tetap menguat, masih di
atas angka US$ 10 miliar. Ekspor nonmigas bulan Juli 2010 yang mencapai US$ 10,6 miliar,
meningkat sebesar 29,5% bila dibandingkan bulan yang sama tahun 2009, dan lebih tinggi 1,8% dibanding bulan sebelumnya. Rata-rata bulanan ekspor nonmigas selama Januari-Juli 2010 sebesar US$ 10 miliar, masih berada di atas rata-rata tahun 2008, dimana saat itu mencapai kinerja yang tertinggi sepanjang sejarah. Demikian disampaikan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu pada konperensi pers mengenai perkembangan ekspor impor, di kantor Kementerian Perdagangan.
Pertumbuhan ekspor kumulatif nonmigas periode Januari-Juli 2010 mengalami peningkatan 36,9% dibanding periode yang sama tahun 2009. Apabila dilihat dari pergerakannya, pertumbuhan tersebut menuju ke arah yang positif. Moving average annual growth rate periode Agustus 2009 sampai Juli 2010 mengalami kenaikan 22,4% dari periode yang sama tahun sebelumnya (Grafik 1).
“Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang kembali mencapai angka di atas US$ 10 miliar
mengindikasikan pemulihan ekspor Indonesia yang semakin mantap meskipun impor mengalami kenaikan. Kenaikan impor lebih dipicu oleh tingginya permintaan barang modal dan
bahan baku/penolong untuk kebutuhan industri dan realisasi investasi di dalam negeri”, kata
Mendag.
Grafik 1. Perkembangan Ekspor Nonmigas
Growth rate (yoy)
-50 0 50 100 150 200 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5
Jan'09 Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des Jan'10 Feb Mar Apr Mei Juni Juli Persen US$ Miliar
Ekspor Non Migas Indonesia
Growth
Moving p.a growth rate
Rata - rata nilai ekspor non migas bulanan 2008 sebesar US$ 9,0 miliar
Growth rate m to m
2
Neraca Perdagangan Januari-Juli 2010 Tetap Surplus
Meskipun neraca perdagangan Indonesia periode Juli 2010 mengalami defisit sebesar US$ 128,7 juta, namun selama Januari-Juli 2010 masih surplus mencapai US$ 9,46 miliar. Defisit neraca perdagangan di bulan Juli 2010 dipicu oleh tingginya permintaan impor migas sehingga neraca perdagangan migas nengalami defisit sebesar US$ 227,1 juta. Apabila dibandingkan dengan kinerja tahun 2008 dimana kondisi perekonomian masih normal, impor periode Juli 2010 masih lebih rendah. Selama 2000-2010 (periode tahunan) total neraca dan neraca nonmigas selalu mencatat surplus meskipun berfluktuasi, hanya neraca migas yang pernah mengalami defisit yaitu US$ -1,4 miliar (2008). Pada periode 2004-2010 (periode bulanan), neraca nonmigas selalu mencatat surplus, kecuali pada April 2008. Defisit neraca nonmigas pada bulan April 2008 disebabkan mulai dicatatnya impor dari Kawasan Berikat. Defisit neraca total perdagangan terjadi pada bulan April dan Juli 2008, dan Juli 2010 yang bersumber dari defisit neraca migas sebesar US$ 227,1 juta. Defisit neraca total perdagangan Juli 2010 masih jauh lebih rendah dibandingkan defisit pada April (US$725 juta) dan Juli (US$342 juta) 2008 (Grafik 2, 3A dan 3B).
Sementara itu, berdasarkan data neraca pembayaran selama dua dekade menunjukkan bahwa selama krisis ekonomi (1997-1998) defisit neraca pembayaran disebabkan defist transaksi modal dan finansial, sedangkan transaksi berjalan mulai surplus semenjak 1998-2010 (semester I). Defisit transaksi berjalan selama periode 1990-1997 disebabkan oleh defisitnya neraca jasa. Sedangkan pada periode 1998-2010 (semester I), surplus transaksi berjalan didorong oleh surplus neraca barang.
Mendag menjelaskan, kinerja neraca perdagangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Tekanan terhadap neraca perdagangan saat ini boleh jadi disebabkan oleh menguatnya rupiah. “Karena
derasnya aliran modal masuk ke Indonesia yang tercermin dari posisi cadangan devisa yang terus meningkat, menyebabkan rupiah terus menguat hingga menembus di bawah Rp 9.000. Apresiasi rupiah akan menguntungkan produsen yang mengimpor barang modal dan bahan baku/penolong sehingga membuat proses produksi akan lebih murah dan pada gilirannya
produk kita akan kembali kompetitif,” tegas Mendag.
Grafik 2. Neraca Perdagangan Indonesia (Miliar US$): Januari-Juli 2010 Surplus US$ 9,46 Miliar
(2.0) -2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0
Jan'09 Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nop Des Jan'10 Feb Mar Apr Mei Juni Juli
Neraca Perdagangan Indonesia (Miliar US$)
Ekspor Impor Neraca
3
Grafik 3A. Total Neraca, Nonmigas dan Migas Periode Tahunan-5,000 -1,000 3,000 7,000 11,000 15,000 19,000 23,000 27,000 31,000 35,000 39,000 43,000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* Jut a U S$ Neraca Total
Neraca Non Migas
Neraca Migas
Sumber: BPS (diolah)
Grafik 3B. Total Neraca, Nonmigas dan Migas Periode Bulanan
-1,000 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 Ja n F e b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g s S e p O k t N o p De s Ja n F e b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g s S e p O k t N o p De s Ja n F e b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g s S e p O k t N o p De s Ja n F e b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g s S e p O k t N o p De s Ja n F e b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g s S e p O k t N o p De s Ja n F e b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g s S e p O k t N o p De s Ja n F e b M a r A p r M e i Ju n Ju l 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jut a U S $ Neraca Total Neraca Total
Neraca Non Migas
Neraca Migas
Sumber: BPS (diolah
Penguatan Ekspor Nonmigas Terjadi di Seluruh Sektor
Kinerja ekspor nonmigas masih terus ditopang oleh penguatan ekspor dari seluruh sektor. Selama Januari-Juli 2010 ini sektor yang mengalami penguatan tertinggi terjadi pada sektor pertambangan yang naik sebesar 53%, terutama dipicu oleh meningkatnya ekspor bulan Juli sebesar 9% sebagai respon kembali meningkatnya hampir seluruh barang tambang di pasar internasional dengan kenaikan 3,5%. Selain itu, peningkatan ekspor juga terjadi di sektor pertanian sebagai akibat peningkatan harga yang didorong rendahnya suplai. Sektor industri pada Januari-Juli juga mulai memperlihatkan kinerja ekspor yang lebih baik daripada kinerja tahun lalu, dengan peningkatan sebesar 34,10% (Grafik 4).
Grafik 4. Perkembangan Ekspor Nonmigas Berdasarkan Sektor
2.3 39.0 9.7 2.7 52.3 14.9 Pertanian Industri Pertambangan
Ekspor Non Migas Menurut Sektor (US$ Miliar)
Jan-Jul '10 Jan-Jul '09 -12.01 -26.65 20.20 17.55 34.10 52.96 Pertumbuhan (%) Sumber : BPS (diolah)
4
Strategi Diversifikasi Pasar Kunci Keberhasilan Kinerja Ekspor Nonmigas
Saat ini telah terjadi pergeseran pasar tujuan ekspor Indonesia, dari 5 (lima) negara tujuan utama (CR 5)1 ke negara emerging market. Pada Januari-Juli 2010 konsentrasi 5 pasar ekspor nonmigas utama (Jepang, RRT, AS, Malaysia dan Singapura) mencapai 47%. Perubahan komposisi konsentrasi ini menunjukkan telah terjadinya diversifikasi pasar, dan diharapkan tingkat konsentrasi 5 pasar utama tersebut terus menurun hingga mencapai 43-47% selama periode 2010-2014. Jepang dan AS masih menjadi negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia, namun peningkatan pangsa ekspor ke RRT jauh lebih cepat. Pangsa ekspor nonmigas ke negeri Panda ini mencapai 10,2% selama Januari-Juli 2010 atau nilainya naik sebesar US$ 2,3 miliar dibanding periode yang sama tahun 2009 (Grafik 5).
Grafik 5. Diversifikasi Pasar Ekspor Nonmigas
5 NEGARA TUJUAN UTAMA 46% INDIA 7% KORSEL 5% BELANDA 3% THAILAND 2% JERMAN 2% TAIWAN 3% SPANYOL 2% HONG KONG 2% INGGRIS 2% FILIPINA 3% LAINNYA 23% Jan-Jul 2009 5 NEGARA TUJUAN UTAMA 47% INDIA 7% KORSEL 6% BELANDA 2% THAILAND 3% JERMAN 2% TAIWAN 3% SPANYOL 2% HONG KONG 2% INGGRIS 1% FILIPINA 3% LAINNYA 22% Jan-Jul 2010 MALAY, 5% RRT 9% SING 9% JEPANG 11% AS 11% MALAY 6% RRT 10% SING 8% JEPANG 13% AS 11% Sumber : BPS (diolah)
Ditengah Ancaman Krisis Eropa, Ekspor ke Thailand dan Swiss Makin Menguat
Meskipun Eropa sedang dilanda ancaman krisis ekonomi, nilai ekspor nonmigas ke Swiss terus mengalami peningkatan. Selama Januari-Juli 2010 ekspor nonmigas ke Swiss mencapai US$ 141,6 juta, meningkat sebesar 12,1% dibanding periode yang sama tahun 2009. Posisi Swiss sebagai pasar ekspor Indonesia juga mengalami pergeseran dari urutan 37 menjadi urutan 39.
Tabel 1. Peningkatan Ekspor Nonmigas ke Swiss, Januari-Juli 2010
Uraian
Januari - Juli
2009
2010
Nilai (US$ Juta)
126,3
141,6
Pertumbuhan (%)
46,7
12,1
Pangsa terhadap Ekspor Non Migas Indonesia ke Dunia (%)
0,3
0,2
Posisi sebagai Mitra Dagang
37
39
Sumber: BPS, 2010
Beberapa barang impor Swiss (dalam HS 2 digit) dari Indonesia masih memiliki pangsa yang relatif kecil sehingga potensi pasar masih besar bagi Indonesia. Barang-barang tersebut diantaranya perhiasan/permata (0,01%); bahan bakar mineral (0,00%); minyak atsiri, kosmetik wangi-wangian (1,01%); barang-barang rajutan (0,70%); mesin/peralatan listrik (0,11%); pakaian jadi bukan rajutan (0,49%); alas kaki (1,72%); perabot, penerangan rumah (0,29%); kopi, teh, rempah-rempah (2,36%) dan mesin-mesin/pesawat mekanik 0,01%.
5
Tabel 2. Produk Impor Swiss, 2009
Sumber: WITS, 2010
HS Uraian Pangsa dari Dunia (%) Pangsa dari Indonesia (%)
71 Perhiasan/Permata 7.40 0.01
27 Bahan bakar mineral 6.47 0.00
33 Minyak atsiri, Kosmetik wangi-wangian 0.63 1.01
61 Barang-barang rajutan 1.21 0.70
85 Mesin/peralatan listrik 6.80 0.11
62 Pakaian jadi bukan rajutan 1.61 0.49
64 Alas kaki 0.66 1.72
94 Perabot, penerangan rumah 2.09 0.29
09 Kopi, Teh, Rempah-rempah 0.28 2.36
84 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 9.73 0.01
Ekspor nonmigas ke Thailand juga semakin menguat. Selama Januari-Juli 2010 ekspor
nonmigas ke Thailand mencapai US$ 2,3 miliar, meningkat 80,9% dibanding ekspor periode yang sama tahun 2009. Posisi Swiss sebagai pasar ekspor Indonesia mengalami pergeseran dari urutan 11 naik menjadi urutan 8.
Tabel 3. Peningkatan Ekspor Nonmigas ke Thailand, Januari-Juli 2010
Uraian Januari - Juli
2009 2010
Nilai (US$ Juta) 1.278,8 2.313,3
Pertumbuhan (%) -33,9 80,9
Pangsa terhadap Ekspor Non Migas Indonesia ke Dunia (%) 2,5 3,3
Posisi sebagai Mitra Dagang 11 8
Sumber: BPS, 2010
Tabel di bawah menampilkan 10 (sepuluh) jenis barang impor terbesar Thailand dari dunia (dalam HS 2 digit) termasuk jenis barang ekspor terbesar Indonesia ke Thailand. Barang-barang tersebut adalah tembaga 15,81%; kendaraan dan bagiannya (4,91%); mesin-mesin/pesawat mekanik (1,72%); mesin/peralatan listrik (1,23%); bahan kimia organik (5,02%); kertas/karton (8,09%); plastik dan barang dari plastik (1,40%); filamen buatan (8,50%); berbagai produk kimia (3,57%) dan benda-benda dari besi baja 1,34%.
Tabel 4. Produk Impor Thailand, 2009
Sumber: WITS, 2010
HS Uraian Pangsa dari Dunia (%) Pangsa dari Indonesia (%)
74 Tembaga 1.37 15.81
87 Kendaraan dan Bagiannya 3.08 4.91
84 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 12.50 1.72
85 Mesin/peralatan listrik 16.41 1.23
29 Bahan kimia organik 2.10 5.02
48 Kertas/Karton 0.72 8.09
39 Plastik dan Barang dari Plastik 3.18 1.40
54 Filamen buatan 0.29 8.50
38 Berbagai produk kimia 1.19 3.57
6
Strategi Diversifikasi Produk Berhasil Munculkan Produk-produk Baru yang
Mengamankan Kinerja Ekspor Nonmigas di Tengah Resesi Global
Kinerja ekspor nonmigas yang membaik ditunjang oleh semakin terdiversifikasinya produk ekspor yang ditunjukkan oleh menurunnya pangsa 10 produk utama, digantikan oleh produk-produk lainnya. Di lain pihak, kecuali kopi yang mengalami penurunan produksi pada awal tahun ini dan berdampak kepada ekspor, seluruh komoditas ekspor utama lainnya menunjukkan pertumbuhan yang kuat baik yang berbasiskan pertanian, pertambangan maupun manufaktur.
Kinerja ekspor nonmigas produk di luar 10 (sepuluh) produk utama semakin menunjukkan peningkatan. Pada periode semester I 2009 kontribusi ekspor produk utama dan produk lainnya terhadap total ekspor nonmigas masing-masing sebesar 48% dan 52%. Pada semester I 2010, kontribusi ekspor produk lainnya dan 10 produk utama masing-masing 46% dan 54% (Grafik 6). Kesepuluh komoditi potensial mengalami peningkatan pangsa pada periode Januari-Juli 2010, dimana komoditi yang paling baik pertumbuhannya adalah tanaman obat, minyak atsiri, dan peralatan medis masing-masing dengan share 46,3%, 43,7% dan 31,1%. Sedangkan komoditi yang paling rendah pertumbuhannya yaitu kulit dan produk kulit dengan pertumbuhan 1,8%.
Grafik 6. Kontribusi Ekspor 10 Produk Utama Terhadap Ekspor Nonmigas
10 Produk Utama 48% Produk Lainnya 52%
Semester I 2009
10 Produk Utama 46% Produk Lainnya 54%Semester I 2010
Sumber: BPS (diolah)TPT, elektronik dan produk sawit masih mendominasi ekspor 10 produk utama. Ada
sembilan produk yang mengalami pertumbuhan positif pada periode Januari-Juni 2010, yaitu karet dan produk karet, otomotif, produk hasil hutan, kakao, elektronik, alas kaki, TPT, sawit dan udang, masing-masing mengalami peningkatan 110,2%; 44,3%; 37,9%; 28,0%; 26,4%; 26,2%; 18,6%; 15,7% dan 5,0% (Grafik 7).
Grafik 7. Nilai Ekspor 10 Produk Utama
110.2 37.9 15.7 28.0 26.4 44.3 26.2 18.6 5.0 -23.9 Pertumbuhan (%) 2,066.0 3,166.6 4,088.7 510.0 3,881.1 781.3 927.6 4,473.8 418.8 389.9 4,341.8 4,367.2 4,730.4 652.7 4,905.7 1,127.7 1,170.4 5,304.8 439.8 296.6 KARET DAN PRODUK KARET PRODUK HASIL HUTAN SAWIT KAKAO ELEKTRONIK OTOMOTIF ALAS KAKI TPT UDANG KOPI
Nilai Ekspor (US$ Juta)
Semester I '10 Semester I '09
7
Menguatnya Impor Merespon Peningkatan Investasi dan Mendorong Kinerja
Ekspor Nonmigas
Impor nonmigas selama Juli 2010 mencapai US$ 10,5 miliar, meningkat 53,5% dari
bulan yang sama tahun 2009. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, impor bulan
Juli 2010 meningkat 12,2%. Peningkatan impor pada periode Januari-Juli 2010 ini didorong oleh meningkatnya impor seluruh golongan barang. Nilai impor bahan baku dan penolong tetap mendominasi struktur impor diikuti oleh barang modal dan barang konsumsi. Kenaikan impor barang konsumsi juga berkaitan erat dengan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Mendag, “Meningkatnya permintaan impor bahan baku/penolong dan barang modal
merupakan respon terhadap meningkatnya investasi selama semester I 2010 yang naik sebesar 7,9%. Peningkatan investasi akan berpengaruh terhadap impor barang modal dan bahan baku yang pada gilirannya akan meningkatkan ekspor sektor industri. Barang konsumsi yang banyak diimpor adalah untuk memenuhi kebutuhan menjelang bulan puasa
dan lebaran, antara lain daging, gula, bawang putih, dan buah impor.” (Grafik 8 dan 9).
Grafik 8. Pertumbuhan Impor, Ekspor dan Investasi
-6.0 -4.0 -2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 -60.0 -40.0 -20.0 0.0 20.0 40.0 60.0
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2006 2007 2008 2009 2010 G R O W TH (% ) G R O W TH (% )
Impor Barang Modal & Bahan Baku Ekspor Sektor Industri INVESTASI
24 bulan
18 bulan
Sumber: BPS, 2010
* : impor diluar kawasan berikat
Grafik 9. Perkembangan Impor Menurut Golongan Penggunaan Barang
3,624.9 35,800.3 10,635.4 5,592.5 55,085.2 14,880.8 Barang Konsumsi Bahan Baku/Penolong Barang Modal
Impor Non Migas Menurut Golongan Penggunaan Barang (US$ Juta)
Jan-Jul '10 Jan-Jul '09 -29.61 -41.75 -6.77 54.28 53.87 39.92 Pertumbuhan (%) Su mber: BPS (diolah)
Peningkatan impor barang konsumsi disebabkan oleh gula, bahan bakar diesel, daging, bawang putih yang nilai dan pertumbuhannya relatif tinggi selama semester I 2010. Sedangkan peningkatan impor bahan baku penolong utamanya disebabkan oleh bahan bakar minyak, gandum, dan kapas. Sementara peningkatan impor barang modal disebabkan oleh
8
meningkatnya impor pesawat terbang, telephone selular, laptop dan kendaraan bermotor.
Berdasarkan negara asal impor, telah terjadi pergeseran negara asal impor barang konsumsi dari RRT ke Thailand. Komoditi impor barang konsumsi utama dari Thailand adalah gula. Kenaikan impor dari beberapa negara asal utama juga terjadi pada impor bahan baku penolong, antara lain Singapura, RRT, Jepang, dan Malaysia. Demikian pula dengan impor barang modal, terjadi kenaikan impor dari beberapa negara asal utama seperti RRT, Jepang, Amerika Serikat dan Thailand.
Perkembangan impor produk tertentu (alas kaki, elektronika, mainan anak, makanan minuman dan pakaian jadi) mengalami kontraksi hingga tahun 2010. Pada tahun 2009, setelah penerapan Permendag 56/2008, proporsi penggunaan pelabuhan selain yang ditentukan mengalami perubahan dari sekitar 2,4% menjadi 0,8% pada 2009, dan menjadi 0,7% pada periode Januari-Juli 2010 (sesuai jumlah LS). Nilai impornya juga mengalami penurunan tajam (68,5%) setelah impor produk tertentu dibatasi pelabuhannya, dari US$ 92,5 juta pada 2008 menjadi US$ 29,2 juta pada 2009. Pada periode Januari-Juli 2010 nilai impornya mencapai US$3,04 miliar, meningkat sebesar 44% dari periode yang sama tahun 2008. (Grafik 10).
Grafik 10. Struktur Pelabuhan Impor Produk Tertentu
PELABUHAN LAUT TERTENTU 52.32% PELABUHAN UDARA 43.16% PELABUHAN BBK 3.81% PELABUHAN LAIN 0.71% Jan-Juli 2010 PELABUHAN LAUT TERTENTU 50.92% PELABUHAN UDARA 42.27% PELABUHAN BBK 4.44% PELABUHAN LAIN 2.37% 2008 PELABUHAN LAUT TERTENTU 49.72% PELABUHAN UDARA 45.14% PELABUHAN BBK 4.37% PELABUHAN LAIN 0.77% 2009
Setelah penerapan Permendag 56/2008, proporsi penggunaan pelabuhan di luar yang ditentukan mengalami perubahan dimana realisasi impor menurun sebesar 3,4% dibanding tahun 2008, dari US$ 3,91 miliar menjadi US$ 3,78 miliar. Impor bulan Juni 2010 mengalami peningkatan 15,3%, menjadi US$ 458,9 juta. Namun, jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya, realisasi impor ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 38,4%. Di bulan Juli diperkirakan menurun, sesuai jumlah LS pada bulan Juli yang menurun 1,5% (Grafik 11). Selama semester I 2010, impor produk tertentu meningkat tajam sekitar 61,4%, jika dibandingkan pada periode yang sama tahun 2009. Peningkatan realisasi impor yang dicatat berdasarkan PIB tersebut mengindikasikan bahwa impor ilegal melalui pelaporan PIB yang tidak benar mulai berkurang (Grafik 12).
Grafik 11. Perkembangan Impor 5 Produk Tertentu
-40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 -50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar April Mei JuniJuli*)
2008 2009 2010 % U S $ J u ta
Perkembangan Impor 5 Produk Tertentu
Nilai impor Pertumbuhan bulanan Pertumbuhan (m to m) Pertumbuhan (yoy)
9
Grafik 12. Peran 5 Produk Tertentu dalam Impor Barang Konsumsi'09/'08 '10/'09
Total Barang Konsumsi 4,333.5 2,886.9 4,652.0 -33.38 61.14 61.14
Produk Tertentu 1,679.7 1,584.0 2,556.9 -5.70 61.42 33.61
Alas Kaki 47.0 36.3 58.8 -22.89 62.18 0.77
Elektronika 1,332.7 1,306.6 2,167.9 -1.95 65.91 28.49
Mainan Anak 34.1 25.2 33.1 -26.18 31.62 0.44
Makanan & Minuman 194.4 140.3 191.9 -27.81 36.78 2.52
Pakaian Jadi 71.6 75.7 105.2 5.74 39.06 1.38 Produk Lain 2,653.8 1,302.9 2,095.1 -50.91 60.80 27.54 *) Semester I Uraian 2009* 2010* Sumber Pertumbuhan '10 (%) Nilai Impor (US$ Juta)
2008*
Pertumbuhan (%)
Impor alas kaki pada semester I 2010 terutama adalah sepatu non olah raga yang mencapai US$ 31,41 juta, diikuti sepatu olah raga (US$ 21,5 juta) dan sepatu khusus (US$ 5,45 juta). Sementara impor elektronik pada periode yang sama didominasi oleh telepon selular sebesar US$ 1,1 miliar, laptop (US$ 431,5 juta) dan AC (US$ 143,8). Sementara itu impor mainan didominasi oleh mainan selain kelereng blok, tali lompatan dan lain-lain yang mencapai US$ 21 juta (Grafik 13). RRT merupakan negara pemasok utama impor untuk produk alas kaki, elektronik, mainan anak, dan pakaian jadi. Sedangkan pemasok utama untuk produk makan dan minuman adalah Malaysia.
Grafik 13. Perkembangan Impor Produk Alas Kaki, Elektronik dan Mainan Semester I 2008-2010 3,41 30,17 13,46 1,67 20,19 14,41 5,45 31,41 21,95 Sepatu khusus Sepatu non-OR Sepatu OR
Perkembangan Impor Produk Tertentu: Alas Kaki (US$ Juta)
Sem1 2010 Sem1 2009 Sem1 2008 -51,01 -33,07 7,06 226,65 55,58 52,37 Pertumbuhan (%) 446,45 145,85 92,62 647,77 693,52 188,66 92,45 332,00 1.147,60 431,54 143,80 444,93 HP Laptop AC Produk lain
Perkembangan Impor Produk Tertentu: Elektronik (US$. Juta)
Sem1 2010 Sem1 2009 Sem1 2008 55,34 29,36 -0,17 -48,75 65,47 128,73 55,53 34,02 Pertumbuhan (%) 19,71 2,13 3,72 3,02 1,66 3,84 13,41 4,18 1,32 2,38 1,55 2,31 21,04 4,71 2,46 1,83 1,10 1,97 Mainan selain kelereng, block, tali lompatan, dll
Mainan model pesawat Sepeda roda tiga dan mainan
beroda laiinya Asesoris mainan
Boneka Mainan lain
Perkembangan Impor Produk Tertentu: Mainan (US$. Juta)
Sem1 2010 Sem1 2009 Sem1 2008 -31,94 96,15 -64,38 -21,22 -6,75 -39,88 56,86 12,65 86,00 -23,30 -28,92 -14,50 Pertumbuhan (%) Sumber: BPS (diolah) --selesai--
10
Informasi lebih lanjut hubungi:Robert James Bintaryo
Kepala Pusat Humas Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-23528446/021-23528456