• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak Juli 1997, jumlah penduduk miskin yang pada periode sebelumnya mengalami penurunan dalam hal jumlah, kembali mengalami peningkatan. Salah satu penyebab adalah meningkatnya harga kebutuhan pokok, baik makanan maupun bukan makanan. Di sisi lain, kenaikan pendapatan tidak sebanding dengan kenaikan harga tersebut. Keadaan ini diperparah dengan maraknya pemutusan hubungan kerja. Salah satu alasan pemutusan hubungan kerja adalah untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Akibatnya makin banyak pengangguran yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya1.

Peningkatan penduduk miskin dapat kita lihat dari data yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Dari pengumpulan data itu, diketahui bahwa pada bulan Desember 1998, jumlah penduduk miskin mencapai angka 49,5 juta jiwa (24,2 persen)2. Jumlah penduduk miskin dibanding tahun 1996, telah mengalami peningkatan sebanyak 15 juta jiwa3. Dalam waktu dua tahun, jumlah penduduk miskin tidak semakin berkurang tetapi justru semakin bertambah. Peningkatan jumlah penduduk miskin ini menunjukkan bahwa program pengentasan kemiskinan mengalami kegagalan.

Kemiskinan identik dengan rendahnya pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat. Masyarakat yang tergolong kepada masyarakat miskin yang berpenghasilan rendah antara lain pedagang asongan, pedagang kaki lima, buruh pabrik, pembantu rumah tangga, nelayan dan petani berlahan sempit. Penggolongan mereka kedalam golongan masyarakat miskin bukan hanya karena pekerjaan mereka, tetapi juga karena mereka tidak

1

Badan Pusat Stastistik, Laporan Perekonomian Indonesia 2000: Angkatan Kerja, Konsumsi dan Kemiskinan Penduduk, Jakarta, Seri 07, hal 100

2

Badan Pusat Stastistik, Laporan Perekonomian Indonesia 2000: Angkatan Kerja, Konsumsi dan Kemiskinan Penduduk, Jakarta, Seri 07, hal 100

3

Badan Pusat Stastistik, Laporan Perekonomian Indonesia 2000: Angkatan Kerja, Konsumsi dan Kemiskinan Penduduk, Jakarta, Seri 07, hal 100

(2)

mempunyai akses untuk mendapatkan sumber-sumber produksi seperti tanah, modal dan kesempatan kerja tambahan4. Kesulitan dari golongan masyarakat miskin untuk memperoleh akses sumber-sumber produksi khususnya modal, karena adanya anggapan bahwa golongan masyarakat miskin tidak mempunyai agunan dan kemampuan manajerial mereka diragukan5. Prof.Drs.P.I.Oey Liang Lee, dalam pidato pengukuhan gelar guru besarnya di dalam rapat senat Universitas Gajah6, menyatakan bahwa sebab-sebab pokok rendahnya ketrampilan manajerial pada perusahaan bumiputra ada empat macam, yaitu : kurangnya pengetahuan dan pengalaman dalam bidang manajemen, adanya semangat “priyayi”, kurangnya jiwa ekonomis dan struktur agraris di Indonesia. Ragnar Nurkse mengemukakan bahwa akibat dari kurangnya pengetahuan akan mengakibatkan keahlian rendah, sehingga pendapatan rendah, karena pendapatan rendah maka orang akan kekurangan makan. Karena kekurangan makan, tubuh lemah sehingga kemampuan untuk bekerja rendah. Lingkaran ini akan tetap berlangsung sampai ada tindakan yang dapat memotong mata rantai tersebut7.

Usaha untuk memotong lingkaran tersebut telah dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia, yaitu dalam usahanya mengentaskan kemiskinan dengan memberikan modal kerja lewat program SLT ( Subsidi Langsung Tunai ). Tetapi pemberian dana ini, tanpa dibarengi dengan pemantauan dan bimbingan yang tepat. Akibatnya dana yang telah diterima oleh golongan masyarakat miskin digunakan untuk membeli barang-barang konsumtif, yang tidak menunjang peningkatan pendapatan mereka. Sehingga menurut penyusun program SLT yang bertujuan mengentaskan kemiskinan mengalami kegagalan. Kegagalan juga dialami P2KP (Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan), dimana masyarakat bisa mengajukan pinjaman sebagai modal kerja lewat program tersebut. Tetapi yang terjadi adalah modal kerja yang telah diterima, tidak digunakan untuk meningkatkan produktifitas usaha, tetapi digunakan untuk memenuhi kebutuhan

4

Nico Gara, Pembangunan Masyarakat dan Pembangunan Prakarsa Masyarakat, dalam Hetty Siregar dkk (ed), Mencari Keseimbangan, Sinar Harapan, Jakarta, 1994, hal 222

5

Nico Gara, Pembangunan Masyarakat dan Pembangunan Prakarsa Masyarakat, dalam Hetty Siregar dkk (ed), Mencari Keseimbangan, Sinar Harapan, Jakarta, 1994, hal 223

6

Heidjrachman Ranupandojo,Persoalan-Persoalan Management Yang Dihadapi Oleh Pedagang Golongan Ekonomi Lemah, Jogjakarta, Fakultas Ekonomi UGM,1977, hal 11

7

Gunnar Myrdal,Bangsa-Bangsa Kaya dan Miskin, terjemahan Paul Sihotang, Gramedia, Jakarta, 1976, hal 35-36

(3)

konsumtif mereka. Akhirnya mereka tidak mampu untuk mengembalikan modal kerja yang telah mereka pinjam.

Melihat permasalahan yang dikemukakan diatas, gereja hendaknya dapat memberikan peran sertanya dalam usaha mengentaskan kemiskinan. Karena gereja memiliki paling tidak, tiga aspek yang harus diberi keseimbangan. Ketiga aspek tersebut adalah ritual, institusional dan etis. Tetapi dalam kenyataannya gereja masih dipadang dari aspek yang ritual, sehingga gereja dalam pelayanannyapun selalu diartikan sebagai hal yang ritual saja yaitu ibadah yang terbatas dalam gedung gereja saja. Melihat permasalahan yang ada disekitarnya, gereja hendaknya mulai untuk mengembangkan aspek institusional dan aspek etis dimana kedua aspek ini berkaitan langsung dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Menurut Kathryn Tanner,”Teologi seharusnya tidak lagi dipenjara sebagai ilmu suci yang diturunkan dari atas, tetapi menjadi bagian dari kultur manusia”8. Sehingga gereja tidak terputus pertaliannya dengan pergumulan eksistensial sosial yang menghadapi masalah penderitaan, kemiskinan, penindasan dan eksploitasi terhadap manusia maupun alam. Gereja yang menghadirkan kasih Allah adalah gereja yang memajukan gambaran Kerajaan Allah dalam hidup manusia: berbuat sesuatu demi keutuhan hidup manusia, sebagaimana tindakan Yesus9.

B.Pokok Permasalahan

Salah satu pemrakarsa dalam usaha ikut andil dalam menyelesaikan permasalahan kemiskinan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dilakukan oleh Christian Johan Maria Melchers SJ, seorang Imam Jesuit. Melalui Yayasan Purba Danarta, dia berusaha melakukan pembinaan bagi “rakyat kecil”, terutama pembinaan dalam menjalankan usaha perdagangan. Cita-cita yayasan ini adalah pengembangan sosio-ekonomi masyarakat kecil Indonesia. Melalui penyusunan skripsi ini penyusun akan mencari tahu, apakah pembinaan yang dilakukan oleh Purba Danarta sebagai sebuah pendidikan yang membebaskan. Sebagai dasar penilaian, penyusun akan menghadirkan sumbangan

8

Kathryn Tanner,1997. seperti dikutip Sudiarja, Agama Teologi dan Kehidupan Bersama dalam Orientasi Baru-Hidup Illahi dalam Kelemahan Manusia: Memberdayakan Gereja Partisipatif Supaya

Transformatif,2000, hal 110

9

Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi KWI, Gereja dan Pembangunan Sosial Ekonomi, Jakarta, Seri P.S.E No.3, 1990, hal 9

(4)

pemikiran Paulo Freire sebagai tokoh pendidikan yang membebaskan. Dengan mempelajari mengenai pembinaan yang diterapkan oleh Yayasan Purba Danarta, penyusun akan mencari relevansi yang bisa dilakukan oleh gereja Protestan dalam usahanya ikut mengentaskan kemiskinan yang dialami oleh bangsa Indonesia.

C. Judul

Skripsi ini disusun dengan mengangkat judul:

Pembinaan Dalam Bank Purba Danarta

Judul ini diangkat karena konsep utama dari Bank Purba Danarta adalah pembinaan bagi masyarakat ekonomi lemah. Dengan konsep utamanya itu, diharapkan Bank Purba Danarta bisa membuat perubahan yang cukup berarti bagi kehidupan masyarakat golongan ekonomi lemah.

D. Batasan Permasalahan

Dalam menyusun skripsi ini, penyusun akan membatasi diri dalam program pembinaan yang dilakukan oleh Bank Purba Danarta terhadap masyarakat ekonomi lemah. Tokoh pendidikan yang penyusun akan gali pemikirannya adalah Paulo Freire, sebagai tokoh pendidikan yang membebaskan dan saat ini menjadi tokoh yang cukup berpengaruh dalam dunia pendidikan.

E. Tujuan Penulisan

Hal yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Mempelajari konsep pendidikan yang membebaskan yang dikemukakan Paulo Freire, dalam rangka mencari relevansi bagi pendidikan masyarakat ekonomi lemah.

2. Melihat pengalaman Bank Purba Danarta dan menganalisa program pembinaan yang mereka lakukan, untuk mencari hal-hal yang berguna untuk kehidupan Gereja Protestan dalam usahanya ikut mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

F. Metode Penelitian

(5)

Penyusunan skripsi ini akan dilakukan dengan mempelajari mengenai gambaran kemiskinan yang ada di Indonesia, terutama mengenai golongan masyarakat miskin yang menjalankan usaha kecil, juga akan mempelajari konsep-konsep pedidikan yang bisa digunakan untuk mengentaskan mereka dari kemiskinan dan akan mempelajari konsep pembinaan yang dilakukan oleh Bank Purba Danarta. Untuk memahami konsep pembinaan yang dilakukan Bank Purba Danarta, penyusun akan mempelajari literatur dan buku-buku yang membahas mengenai pemikiran dari Christian Johan Maria Melchers SJ, sebagai pendiri Bank Purba Danarta.

2. Wawancara

Penyusun juga akan melakukan wawancara dengan Petugas Purna Waktu (PPW) dan nasabah Bank Purba Danarta, sebagai dasar penilaian terhadap pembinaan yang dilakukan oleh Bank Purba Danarta.

G.Sistematika Penulisan

Supaya alur penyusunan skripsi ini mudah diikuti, maka penyusun akan membuat sistematika penyusunan dalam V Bab. Adapun pembagiannya sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bagian ini merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang permasalahan, pokok permasalahan, alasan pemilihan judul, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Bank Purba Danarta

Bab ini akan memaparkan mengenai Bank Purba Danarta dan pelayanan kepada masyarakat ekonomi lemah, khususnya dalam program pembinaan terhadap mereka.

Bab III: Pendidikan yang Membebaskan

Dalam bab ini penyusun akan menghadirkan konsep pendidikan membebaskan yang dikemukakan oleh Paulo Freire.

Bab IV: Pendidikan Bagi Masyarakat Ekonomi Lemah

Dalam bab ini penyusun akan menganalisa pembinaan yang dilakukan Bank Purba Danarta dengan menggunakan konsep-konsep pendidikan yang

(6)

membebaskan dan berusaha menemukan aspek-aspek pembinaan yang bisa digunakan untuk dikembangkan dalam kehidupan Gereja Protestan

Bab V : Relevansi dan Penutup

Dalam bab ini, penyusun akan mengemukakan mengenai tugas-tugas gereja di dunia dan apa yang harus dilakukan ketika melihat pergumulan kemiskinan yang ada disekitarnya. Penyusun juga akan mencoba mengusulkan program kegiatan kepada gereja Protestan dalam usahanya terlibat untuk mengentaskan kemiskinan. Pada bagian akhir, penyusun akan memberikan kesimpulan penyusunan skripsi ini.

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diperoleh membuktikan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPS SD Negeri Dukuh 02 yang berjumlah 31 (kelas eksperimen) dengan penggunaan

Perbedaan ukuran lebar ini diduga dapat disebabkan karena jumlah individu badak jawa yang menggunakan kubangan tidak selalu sama untuk setiap lokasi pengamatan,

Menginstruksikan KPA Satker terkait agar memberikan sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku kepada PPK dan Konsultan Pengawas atas kelalaiannya dalam melakukan pengawasan

Peneliti mengacu kepada salah satu penelitian yang dilakukan oleh Devi Gita dan Retno Setyorini (2016) bahwa terdapat pengaruh Brand Ambassador terhadap Brand

Fraksi terpenoid daun katuk memiliki pengaruh baik terhadap profil lipid yang dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL, dan meningkatkan kadar HDL dengan dosis

Jika seseorang itu percaya bahawa kitar semula dapat membantu dalam memulihkan alam sekitar yang kini mempunyai sumber yang amat terhad dan dapat menjimatkan kos dengan

Dalam teks, muncul kata-kata tertentu yang dominan dan dinaturalisasikan kepada pembaca. Kata tersebut selalu diulang-ulang dalam berbagai peristiwa tutur. Kata-kata

 Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan merupakan anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi