39 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
Persepsi Konsumen Terhadap Pasar Tradisional
(Studi Kasus pada Pasar Keramat Tinggi Muara Bulian)
Ahmad Fithoni
1, Nur Fadillah
2Jurusan Manajemen, STIE-GK Muara Bulian, Jambi Jl. Gajah Mada Telp. (0743) 23022
Email : [email protected] Abstract
The purpose of this study was to determine consumer perceptions of product prices, service levels, product quality, physical environment, market location, the diversity of goods in the Muara Bulian high sacred market. This type of research is descriptive research using a quantitative approach. This study will explain consumer perceptions of the variables to be studied, namely variables of product prices, service levels, product quality, physical environment, location and diversity of products sold. In this study, the population is consumers who shop and are around the Keramat Tinggi market area, namely the people of Pasar Baru Village and the Sridadi Society totaling 100 respondents, The results showed that consumer perceptions of product price variables were classified as competitive. The service level is classified as satisfactory. The product quality is good. The physical environment is quite good. The location is classified as strategic, while the diversity of goods in the Muara Bulian sacred high market is good.
Keywords: Consumer, perception, traditional, markets
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap harga produk, tingkat pelayanan, kualitas produk, lingkungan fisik, lokasi pasar, keragaman barang pada pasar Keramat Tinggi Muara Bulian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriftif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini akan menjelaskan persepsi konsumen terhadap variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu variabel harga produk, tingkat pelayanan, kualitas produk, lingkungan fisik, lokasi dan keberagaman produk yang dijual. Dalam penelitian ini sebagai populasinya adalah konsumen yang berbelanja dan berada disekitar wilayah pasar Keramat Tinggi yaitu masyarakat Kelurahan Pasar Baru dan Masyarakat Sridadi berjumlah sebanyak 100 responden, Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi konsumen atas variabel harga produk tergolong kompetitif. Tingkat pelayanan tergolong memuaskan. Kualitas produk tergolong baik. Lingkungan fisik tergolong cukup baik. Lokasi tergolong strategis sedangkan Keragaman barang pada pasar Keramat Tinggi Muara Bulian tergolong baik.
40 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
1. Pendahuluan
Globalisasi ekonomi telah menciptakan lingkungan bisnis yang sangat berbeda dengan lingkungan bisnis yang kita kenal sebelumnya. Akibat globa-lisasi ekonomi, tercipta situasi dimana costumer menuntut perusahaan untuk menentukan produk dan jasa yang mereka butuhkan dan harus dipenuhi serta dilayani dengan baik oleh produsen (costumer take charge). Menghadapi situasi yang demikian, maka perusahaan tidak hanya bersaing pada tingkat lokal, regional atau nasional. Saat ini perusahaan dituntut untuk bersaing dengan perusahaan atau organisasi yang mampu menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas. Agar perusahaan dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggan serta memberikan costumer satisfaction
dan akhirnya akan dapat bersaing di pasar global.
Arus globalisasi dan regionalisasi perekonomian yang muncul selama ini akan berdampak positif maupun negatif pada perekonomian suatu daerah. Fenomena perekonomian yang demikian cenderung menuntut adanya peran aktif dan eksklusif baik di tingkat pusat maupun daerah. Untuk menjadikan kondisi tersebut bukan hanya sebagai tantangan namun juga kesempatan bagi daerah untuk mengambil prakarsa dan konsolidasi secara dini, bertahap, dan berkelanjutan guna mmengembangkan pemerintah yang mampu, mandiri dan terpercaya. Dengan kata lain pemerintah daerah dituntut lebih banyak dalam menggali potensi ekonomi daerahnya, dan memainkan peranan yang besar dalam merangsang efektifitas ekonomi daerah untuk meningkatkan dan membina kemandirian dan kemampuan daerah dalam pembiayaan penye-lenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Salah satu potensi ekonomi daerah sebagai penggerak ekonomi masyarakat adalah pasar tradisional.
Pasar tradisional merupakan salah satu dari pilar ekonomi kerakyatan. Namun di era ekonomi modern, keberadaan pasar tradisional seringkali dipandang sebelah mata. Para pelaku ekonomi dan pemegang kebijakan lebih banyak memberi ruang bagi pengembangan unit ekonomi modern seperti mall dan hypermarket yang berbasis investasi swasta daripada secara serius melakukan pemberdayaan pasar tradisional. Secara langsung atau tidak langsung hal ini telah meminggirkan eksistensi pasar tradisional. Pasar tradisional yang memiliki keterbatasan dalam sarana dan prasarana menyebabkan menurunnya minat untuk membeli kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional. Menurut survey yang pernah dilakukan oleh AC Nielsen menunjukkan bahwa pasar modern memiliki pertumbuhan positif 31,4% per tahun, sedangkan pasar tradisional pertumbuhannya minus 8,1% per tahun (Pramono, et al.,2011). Disamping itu kesadaran para pedagang yang rendah terhadap kedisiplinan kebersihan dan ketertiban pasar, membawa dampak citra pasar tradisional semakin negatif. Ini diakibatkan pasar tradisional masih dipenuhi oleh para pedagang informal yang sulit diatur dan mengatur diri. Sehingga pengelola pasar masih mengalami kesulitan untuk melakukan penataan yang lebih tertib terhadap para pedagang. Untuk menciptakan pasar tradisional yang bersih dan tertib diperlukan keberanian dan konsistensi pengelola pasar untuk mengatur pedagang, misalnya pedagang trotoar dan di lorong-lorong pasar yang dapat menyulitkan konsumen masuk ke pasar.
Agar pasar tradisional bisa tetap bertahan dan berkembang dalam dunia bisnis yang penuh persaingan dalam memperebutkan konsumen, maka harus mampu memahami konsumenya secara menyeluruh, karena konsumen meru-pakan pasar sasaran suatu produk. Diterima atau tidaknya produk tergantung persepsi konsumen atas produk tersebut. Jika konsumen merasa produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya pasti produk tersebut akan dibeli konsumen.
Mengingat keberadaan konsumen merupakan faktor penting untuk mencapai tujuan, maka perusahaan/organisasi menyadari betapa sentralnya peranan konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghadapi resiko kehilangan pelanggan dengan mengabaikan keluhan dan pertengkaran mengenai masalah-masalah kecil tidak dapat dianggap remeh. Apabila perusahaan/ organisasi mengabaikan ketidakpuasan pelanggan, biasanya mereka akan menceritakannya pada setiap orang, misalnya, orang yang mendengar cerita sedih tadi menceritakannya kepada sebelas orang yang lain dan seterusnya. Jelas kata-kata yang buruk dari mulut ke mulut lebih cepat daripada kata-kata yang baik dan dengan mudah bisa meracuni sikap publik mengenai produk (Kotler, 2009:23).
Namun demikian terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi orang membeli pada pasar tradisoinal, bahkan mereka memiliki loyalitas yang sangat tinggi. Loyalitas adalah sikap menyenangi terhadap suatu merek yang dipresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek itu
41 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
sepanjang waktu (Sutisna, 2010:41). Jadi di sini konsumen mempunyai loyalitas terhadap keberadaan pasar tradisional.
Menurut Jeni Raharjani (Oetomo, 2012:6), konsumen cenderung memilih tempat yang menawarkan produk yang bervariasi dan lengkap menyangkut kedalaman, luas, dan kualitas keragaman barang yang ditawarkan oleh penjual. Semua hal tersebut dapat ditemui pada pasar tradisional, karena terdapat berbagai macam produk sejenis yang ditawarkan oleh berbagai macam penjual. Namun perlu kita ketahui bahwa ketika konsumen melakukan pembelian suatu produk selalu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam memutuskan pembelian. Salah satunya yaitu faktor harga, karena tinggi rendahnya harga selalu menjadi perhatian utama para konsumen saat mereka mencari suatu produk. Sehingga harga yang ditawarkan menjadi bahan pertimbangan khusus, sebelum mereka memutuskan untuk membeli barang maupun menggunakan suatu jasa. Sehingga penetapan harga sangat berpengaruh terhadap penjualan maupun pemasaran produk yang ditawarkan.
Pada umumnya konsumen akan memilih pasar tradisional yang letaknya strategis, seperti di tengah kota, dekat dengan penduduk tersebut. Adapun pemilihan tempat yang strategis tersebut diharapkan agar mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun dengan kendaraan umum. Konsumen yang tergolong dalam kelas menengah kebawah dan tidak mempunyai kendaraan pribadi lebih sering berbelanja pada pasar tradisional, karena lebih hemat pada biaya transportasinya.
Pasar Keramat Tinggi terletak di Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari adalah salah satu pasar yang dikelola Pemerintah Batang Hari, berada pada kawasan pemukiman padat penduduk yang ramai dikunjungi oleh pembeli dari pagi hingga sore hari. Selain dapat diakses dengan kendaraan pribadi, lokasi pasar Keramat Tinggi mudah dijangkau dengan kendaraan umum, karena terletak di Jalan utama kato Muara Bulian.
Fenomena yang tampak saat ini, sebagai pasar tradisional kawasan pasar Keramat Tinggi menampung penjual dengan berbagai macam jenis produk yang ditawarkan dari kebutuhan pokok sehari-hari hingga kebutuhan rumah tangga. Ramainya pengunjung dan penataan pasar yang tidak rapi serta kondisi yang kurang bersih, menyebabkan suasana pasar menjadi sembrawut, ditambah kendaraan roda dua yang diperkenankan melintas membuat pembeli harus berhati-hati saat bertransaksi di pasar ini. Namun demikian, ramainya suasana pasar oleh pembeli seakan-akan menyisihkan kondisi pasar yang kotor, panas, bahkan diiringi bau tak sedap karena sampah berserakan, tidak menurutkan semangat para pembeli untuk mendapatkan kebutuhan yang diperlukan.
Beberapa dimensi citra pasar tradisional yang dianggap berpengaruh terhadap persepsi konsumen adalah harga, pelayanan, kualitas, lingkungan fisik, lokasi dan keragaman barang. Oleh karena itu dalam penelitian ini bermaksud membahas persepsi konsumen terhadap keberadaan pasar Keramat Tinggi Kabupaaten Batang Hari.
Pasar tradisional dengan segala kekurangannya dianggap akan tergeser dan tergantikan oleh kehadiran pasar modern atau ritel modern. Namun pada kenyataannya dan dengan adanya dukungan dari pemerintah, baik pusat dan daerah untuk meremajakan dan mengembangkan pasar tradisional agar mampu bersaing dengan pasar dan ritel modern, keberadaan pasar tradisional akan tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, baik di kota maupun di desa, dalam memenuhi berbagai kebutuhannya sehingga keberadaan pasar tradisional akan sulit tergantikan.
Citra merupakan gambaran-gambaran, kesan-kesan, dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu obyek (Sutisna, 2010:83). Sementara citra pasar tradisional dapat diartikan sebagai gambaran atau keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap keberadaan pasar tradisional. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa hingga saat ini persepsi masyrakat terhadap pasar tradisonal cenderung negatif. Kesan yang muncul saat seseorang menggambarkan pasar tradisional adalah lokasi berbelanja yang semrawut alias tidak tertata, becek karena sebagain kawasan masih berbentuk tanah atau belum diaspal, serta kotor karena sampah berserakan. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri meski dengan citra cenderung negatif, pasar tradisional selalu ramai dikunjungi konsumen atau masyarakat yang hendak berbelanja. Hal ini menunjukkan betatapun kesan yang muncul terhadap pasar tradisional namun memiliki konsumen setia (loyal) yang ditandai dengan selalu kembali lagi untuk berbelanja. Beberapa
42 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
citra dimensi pasar tradisional yang dianggap berpengaruh terhadap loyalitas konsumen adalah harga, pelayanan, kualitas lingkungan fisik, lokasi, dan keragaman barang.
Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau jasa. Pasar tradisional memungkinkan konsumen mendapatkan harga kompetitif karena konsumen bisa menawar harga produk yang ditawarkan penjual. Hal ini berbeda dengan pasar modern, harga sudah ditentukan sehingga konsumen tidak diperkenankan untuk melakukan penawaran harga. Pelayanan adalah adalah suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain secara fisik sesuai aturan dan tata cara yang telah ditetapkan hingga mendatangkan kepuasan konsumen (Sampara, 2009:37). Pelayanan pada pasar tardisional terbilang cepat, dan konsumen bertemu langsung dengan penjual sehingga konsumen dapat bertanya lebih jauh seputar produk kepada penjual.
Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2008:110). Meski memiliki julukan pasar tradisonal, namun kualitas produk atau barang juga merupakan hal yang mendapat perhatian oleh penjual dan tidak kalah dengan pasar atau ritel modern. Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berbentuk fisik disekeliling konsumen, termasuk didalamnya adalah beragam produk, toko, maupun lokasi toko dan produk didalam toko (Suwarman, 2009:273). Lingkungan fisik pasar tradisional cenderung kotor dan kumuh, hal ini membentuk persepsi konsumen kurang baik terhadap pasar tradisional. Namun perlu diakui, bahwasanya keberadaan lingkungan fisik tersebut tidak serta merta merubah persepsi konsumen untuk kembali berbelanja ke pasar tradisional.
Lokasi merupakan letak atau tempat yang digunakan sebagai kantor oleh suatu perusahaan dalam menjual dan menawarkan produknya. Suatu lokasi disebut strategis bila berada dipusat kota, kepadatan populasi, kemudahan mencapainya menyangkut kemudahan transportasi umum, kelancaran lalu lintas dan arahnya tidak membingungkan konsumen, kelancaran arus pejalan kaki dan sebagainya, (Lupioadi, 2011:81). Pasar tradisional dikenal memiliki letak strategis, karena konsep awal pembangunan pasar tradisional adalah mendekatkan masyarkat dengan wahana berbelanja dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keragaman barang merupakan kelengkapan barang yang dijual dan ketersediaan barang-barang tersebut. Konsumen cenderung memilih lokasi berbelanja yang menawarkan produk yang bervariasi dan lengkap menyang-kut kedalaman, luas dan kualitas keragaman barang yang ditawarkan oleh pengecer. Pasar tradisional terkenal memiliki keragaman produk, dari peralatan rumah tangga hingga kebutuhan pokok sehari-hari, yang dapat dibeli dalam jumlah besar dan sedikit.
Pengelolaan pasar tradsional dalam hal ini pasar Keramat Tinggi Kabupaaten Batang Hari Jambi, merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah (dinas instansi terkait) sebagai pelayanan sektor publik terhadap masyarakat karena dengan meningkatkan pengelolaan kawasan Pasar Keramat Tinggi akan meningkatkan pula kegiatan ekonomi pada pasar tersebut. Keberadaan pasar ini, sangat dirasakan oleh masyarakat sekitar dalam memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Oleh karena itu pengelolaan pasar perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah setempat, agar semakin banyak masyarakat yang berbelanja dan giat ekonomi semakin tinggi. Demikian sebaliknya, tanpa perhatian serius terhadap keberadaan pasar maka lambat laun akan ditinggalkan oleh konsumen yang beralih ke pasar modern atau pasar dengan pengelolaan yang lebih baik.
Dalam persaingan yang semakin tajam diantara perusahaan saat ini, maka harapan konsumen menjadi prioritas dimana tingkat kepentingan dan harapan konsumen serta pelaksanaan atau kinerja yang dilakukan perusahaan haruslah sesuai. Pemerintah daerah melalui dinas terkait harus memperhatikan hal-hal yang dianggap penting oleh para pedagang, agar konsumen yang berbelanja merasa puas. Terkelolanya pasar Keramat Tinggi dan meningkatnya kebersihan kawasan akan meningkatkan jumlah konsumen yang berkunjung dan bertransaksi, sehingga pada akhirnya pedagang merasa diuntungkan dengan kondisi tersebut. Selain itu pula pihak pemerintah daerah juga harus mampu meningkatkan pengelolaan kawasan pasar dengan menciptakan rasa aman, nyaman terhadap para konsumen yang berbelanja demi terwujudnya loyalitas konsumen, hal ini juga merupakan wujud dukungan pengelola kawasan kepada para pedagang.
43 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui Persepsi Konsumen atas pasar Keramat Tinggi Kabupaten Batang Hari ditinjau dari aspek harga produk, Pelayanan, Kualitas Produk, Lingkungan Fisik, Lokasi dan Keragaman Barang yang dijual”
2. Tinjauan Pustaka
1. Citra Pasar Tradisional
Citra merupakan keseluruhan persepsi terhadap produk atau merek yang dibentuk dari informasi dan penggalan masa lalu terhadap produk atau merek itu (Sutisna, 2010:83). Definisi lain citra adalah jumlah dari gambarangambaran, kesan-kesan, dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu obyek (Sutisna, 2010: 83).
Citra terhadap produk berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu produk.Konsumen dengan citra positif terhadap suatu produk lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian, oleh karena itu kegunaan utama dari iklan diantaranya adalah untuk membangun citra positif terhadap suatu produk. Manfaat lain dari citra produk yang positif, yaitu dengan mengembangkan suatu produk dan memanfaatkan citra positif yang telah terbentuk terhadap produk lama.
Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan citra produk yang sudah positif. Jika suatu saat ingin mengubah merek suatu produk yang telah lama ada dan mempunyai citra yang positif,maka perubahan itu harus terlebih dahulu menilai inferensi konsumen atas perubahan yang akan dilakukan
Sedangkan Pasar merupakan suatu lapangan atau pelataran yang sebagian beratap atau sebagian terbuka, seluruhnya terbuka atau tertutup yang sesuai berdasarkan peraturan dan ketentuan pemerintah setempat. Menurut Umar (2010), pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permin-taan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Secara fisik pasar merupakan pemusatan beberapa pedagang tetap yang selanjutnya para pedagang tersebut menempati bangunan-bangunan. Sedangkan secara fungsional, pasar adalah suatu tempat dimana terjadi proses tukar menukar dan proses itu berlangsung bila sejumlah penjual dan pembeli bertemu satu sama lainnya yang kemudian sepakat untuk memindah tangankan barang-barang yang diperjualbelikan kepada pembeli yang dinyatakan dengan bentuk transaksi. Secara ekonomi, pasar merupakan sebagai pusat sosial ekonomi suatu lingkungan, dimana penduduk dapat memenuhi kebutuhannya terutama kebutuhan barang-barang pokok sehari-hari atau kebutuhan jasa-jasa dalam bentuk eceran, sedangkan pengertian dari sudut pelayanannya pasar merupakan sarana umum yang ditempatkan oleh pemerintah sebagai tempat transaksi jual beli umum dimana pedagang secara teratur dan langsung memperdagangkan barang dan jasa dengan mengutamakan adanya barang-barang kebu-tuhan sehari-hari.
Pasar merupakan sebuah perwujudan kegiatan ekonomi yang telah melembaga serta tempat bertemunya antara produsen (pedagang) dan konsumen (pembeli) untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk yang menurut kelas mutu pelayanan menjadi pasar tradisional dan pasar modern, dan menurut pendistribusiannya dapat digolongkan menjadi pasar eceran dan pasar perkulakan/grosir. Jika dilihat dari jenis usahanya, maka pasar di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis usaha, yaitu minimarket, supermarket, hypermarket, toko dengan sistem pembayaran cash and carry, toko kecil dengan layanan penuh dan pasar tradisional.
2. Pasar Tradisional dan Modern
Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, swasta, koperasi, atau swadaya masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios atau los dan tenda, yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil dan menengah dan koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal kecil dengan proses jual beli melalui tawar menawar. Sedangkan pasar modern adalah pasar yang umumnya dimiliki oleh pemodal kuat, mempunyai kemampuan untuk menggaet konsumen dengan cara memberikan hadiah langsung, hadiah khusus, dan juga discount-discountmenarik (Zumrotin, 2011). Pasar modern pada umumnya diisi oleh retailer (pengecer besar), baik perusahaan pengecer dengan skala lokal maupun nasional. Mereka ini merupakan pesaing yang mengancam keberadaan pasar-pasar tradisional. Oleh karena itulah modernisasi pasar dengan manajemen pengelolaan secara modern baik dari sistem pengelolaan maupun kelembagaannya perlu diting-katkan untuk mengembangkan perekonomian
44 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
pedagang kecil serta pemacu pertumbuhan ekonomi daerah. Menurut Yamato (2011), kele-bihan dan kelemahan pasar tradisional dan pasar modern adalah sebagai berikut:
1. Pasar tradisional merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Biasanya lokasi dari pasar tradisional ini strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, memiliki harga yang rendah, serta sistem tawar menawar yang menunjukkan sikap keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan tersendiri yang dimiliki pasar tradisional. Sisi kekeluargaan inilah yang menjadi salah satu pemandangan yang indah kala berada di pasar.
2. Pasar tradisional memiliki kelemahan yang sangat urgen ialah pada kumuh dan kotornya lokasi pasar. Bukan hanya itu saja, banyaknya produk yang mayoritas diperjualbelikan oleh oknum pedagang yang tidak bertanggung jawab dengan menggunakan bahan kimia yang tak seharusnya dipakai, dan praktek seperti itu marak sekali terjadi di pasar tradisional. Bukan hanya itu saja, kurang menariknya kemasan produk di pasar tradisional juga yang membuat kurang dilirik konsumen, bahkan makin hari bukannya semakin bagus akan tetapi malah semakin memburuk kondisinya. Dan jelas hal seperti itu cukup membahayakan keberadaan pasar tradisional.
3. Kelebihan pasar modern dibanding pasar tradisional cukup jelas, mereka memiliki banyak keunggulan yakni; nyaman, bersih serta terjamin. Dan tiga hal tersebut yang membuat para konsumen mau membeli ke pasar modern. Sejuk, bersih, nyaman mempunyai peranan penting bagi pasar modern, dan ketiga komponen tadi menjadi andalan dari pasar modern dan hal tersebut tidak dimiliki oleh pasar tradisional. Secara sekilas, tidak terdapat kelemahan dari pasar modern ini. Mungkin kelemahannya terdapat pada praktik jual belinya dimana konsumen tidak bisa menawar harga barang yang hendak dibelinya.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, dapat dijelasakan bahwa citra pasar tradisional adalah gambaran-gambaran, kesan-kesan, dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap keberadaan pasar tradisional.
3. Dimensi Citra Pasar Tradisional
Citra terbentuk melalui pengalaman, karena konsumen telah mencoba dan merasakan produk atau pelayanan sebuah lembaga jasa. Citra pasar tradisional memiliki enam dimensi (Iswari dan Retno, 2009:23), yaitu:
Harga
Harga adalah nilai pertukaran atas manfaat produk yang umumnya dinyatakan dalam satuan moneter.Harga terbentuk dari kompetensi produk untuk memenuhi tujuan dua pihak, yaitu produsen dan konsumen.Produsen memandang harga adalah sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat keuntungan diatas biaya produksinya.Konsumen memandang harga adalah sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat atas pemenuhan kebutuhannya dan keinginannya.Menurut Moehar dalam Afriany (2012), harga adalah salah satu faktor yang sulit dikendalikan dalam perekonomian pasar, harga merupakan tanda atau sinyal yang mengarahkan keputusan ekonomi sehingga alokasi terhadap sumber-daya yang langka.
Masalah harga sebenarnya merupakan variabel yang harus dikendalikan secara serasi,selaras dengan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan.Segala keputusan yang berhubungan dengan harga akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan perusahaan baik menyangkut kegiatan penjualan maupun aspek keuntungan yang ingin dicapai okeh perusahaan. Dengan demikian, semua keputusan yang berkaitan dengan harga hendaknya dipertimbangkan secara sungguh-sungguh dan mendalam serta memperhatikan aspek intern dan ekstern perusahaan.
Harga dapat memberikan pengaruh yang tidak sedikit di dalam perekonomian maupun di dalam perusahaan. Pengaruh tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Angipora,2012:27):
1) Dalam Perekonomian
Harga dari sebuah barang dapat mempengaruhi tingkat upah, sewa, bunga, dan laba atas pembayaran faktor-faktor produksi seperti,tenaga kerja,tanah, modal dan skill.Dalam metode tersebut sebenarnya harga menjadi suatu pengatur dasar pada suatu sistem perekonomian secara keseluruhan karena
45 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
mempengaruhi alokasi sumber-sumber yang ada.Suatu tingkat upah yang tinggi dapat menarik tenaga kerja yang lebih banyak dan skill yang lebih baik. Penetapan tingkat bunga yang tinggi akan menarik modal yang lebih besar.
2) Dalam Perusahaan
Dalam penetapan harga sesuatu barang atau jasa oleh perusahaan memberikan pengaruh yang tidak sedikit bagi perusahaan karena :
2.1) Harga merupakan penentu bagi permintaan pasarnya.
2.2) Harga dapat mempengaruhi posisi persaingan perusahaan dan mempengaruhi market sharenya. 2.3) Harga akan memberikan hasil maksimal dengan menciptakan sejumlah pendapatan dan
keuntungan bersih.
2.4) Harga barang juga dapat mempengaruhi program pemasaran perusahaan. Dimensi harga menurut Angipora (2012:31) adalah
1) Terjangkau
Harga memiliki kesesuaian dengan manfaat produk. 2) Representasi produk
Harga memiliki kesesuaian dengan kualitas produk 3) Potongan harga
Terdapat kebijakan potongan harga 4) Unsur keadilan
Harga berlaku sama terhadap semua konsumen
Pelayanan
Pelayanan atau jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu (Tjiptono,2008:6). Produksi jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun non fisik.
Pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Fasilitas pelayanan pasar yang baik, kemudahan pengambilan barang, penyerahan, kredit dan pelayanan barang secara menyeluruh merupakan pertimbangan-pertimbangan yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen terhadap pasar swalayan.Sikap pramuniaga yang sopan dan ramah merupakan bentuk pelayanan yang diharapkan oleh konsumen.
Pada umumnya produk dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang digunakan adalah klasifikasi berdasarkan daya tahan atau berwujud tidaknya suatu produk. Berdasarkan kriteria ini, ada tiga kelompok produk yaitu (Tjiptono, 2008:5):
1) Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau dalam beberapa hal pemakaianya atau dengan kata lain umur ekonomisnya kurang dari satu tahun, contohnya sabun, minuman dan makanan ringan, garam, gula, dan lain-lain.
2) Barang Tahan Lama (Durrable Goods)
Barang tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya tahan lama dan memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun, contoh-nya mobil, komputer, mesin cuci, dan lain-lain.
3) Jasa (Service)
Jasa merupakan aktifitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual, contohnya salon kecantikan, rumah sakit, bengkel, hotel, dan lain-lain.
Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka pelayanan dipersepsikan baik dan memuas-kan.Jika pelayanan yang diterima atau dirasakan melampaui harapan pelanggan, maka pelayanan dipersepsikan sebagai pelayanan yang ideal.Sebaliknya jika pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan maka pelayanan dipersepsikan sebagai pelayanan yang buruk.
46 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
Indikator pelayanan menurut Iswari dan Retno (2009:29) adalah sebagai berikut: 1) Pelayanan penjual yang cepat
2) Sikap penjual yang ramah
3) Menitik beratkan pada kepuasan konsumen 4) Terdapat tempat kritik dan saran
Kualitas
Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono,2008:110).Sedangkan menurut Purnama (2009:9), kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu produk atau layanan menyangkut kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau yang bersifat paten.
Kualitas merupakan ukuran relatif kesempurnaan atau kebaikan sebuah produk/jasa, yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian.Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah ukuran seberapa besar tingkat kesesuaian antara sebuah produk/jasa dengan persyaratan atau spesifikasi kualitas yang ditetapkan sebelumnya.
Dalam situasi persaingan global yang kompetitif, persoalan kualitas produk menjadi isu sentral bagi setiap perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk menyediakan produk yang berkualitas akan menjadi senjata untuk memenangkan persaingan, karena dengan memberika produk yang berkualitas, kepuasan konsumen akan tercapai. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan definisi yang tepat dan pemahaman yang akurat tentang kualita yang tepat.
Menurut Purnama (2009:14), terdapat definisi kualitas yang berorientasi konsumen yaitu : 1) Kecocokan dengan harapan konsumen.
2) Menyenangkan konsumen.
3) Komunikasi dengan konsumen yang tepat.
4) Menyediakan layanan yang kompetitif kepada konsumen dengan tepat waktu. 5) Komitmen untuk memahami persyaratan yang ditentukan konsu-men secara akurat. 6) Mengerti dan memahami konsumen
7) Layanan konsumen secara total dan kepuasan. Indikator kualitas adalah:
1) Kualitas produknya tidak kalah dengan produk swalayan. 2) Kualitas produk yang dijual sesuai dengan harga yang ditawarkan 3) Kualitas produk yang dijual beraneka ragam.
4) Kualitas produk memenuhi kriteria jual.
Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berbentuk fisik disekeliling konsumen, termasuk didalamnya adalah beragam produk, toko, maupun lokasi toko dan produk didalam toko (Suwarman,2009:73).Misalnya, rumah adalah lingkungan mikro fisik bagi konsumen. Rumah akan mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen secara langsung.
Lingkungan fisik bisa menempati ruang (spatial element) atau tidak menempati ruang (nonspatial). Lingkungan fisik yang menempati ruang meliputi semua objek yang berbentuk fisik produk, merek, toko, pusat perbelanjaan, negara, dan letak geografis.Lingkungan fisik yang tidak menempati ruang adalah semua objek yang tidak bersifat fisik, seperti waktu, cuaca, kelembaban dan tingkat kebisingan.
Lingkungan fisik dari sebuah toko eceran bisa berbentuk lingkungan fisik informasi maupun lingkungan toko (Suwarman,2009:81).Lingkungan informasi dari sebuah toko menggambarkan semua data atau informasi produk yang tersedia bagi konsumen.Informasi produk adalah sangat penting karena dibutuhkan oleh konsumen untuk mengambil keputusan pembelian. Oleh karena itu para pengelola toko harus melakukan hal-hal berikut ini:
47 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
1) Ketersediaan informasi
Informasi mengenai produk harus tersedia di toko.Informasi harga sering kali dibutuhkan konsumen agar bisa membandingkan berbagai merek sehingga mengambil keputusan yang cepat.Misalnya : cara pembayaran.
2) Formasi informasi
Pengelola harus merancang bagaimana informasi disampaikan kepada konsumen.Misalnya : label harga harus ditempel di masing-masing produk.
3) Bentuk informasi
Pengelola harus merancang bagaimana informasi disampaikan kepada konsumen,misalnya informasi kualitas produk A, B dan C
Jika diamati, banyak konsumen yang membeli produk yang tidak direncanakan sebelumnya.Keinginan membeli suatu merek produk bisa datang tiba-tiba karena berbagai alasan situasional.Walaupun perilaku pembelian karena tekanan situasional tidak berlangsung terus menerus pada setiap individu, namun bisa dipastikan bahwa setiap orang pernah melakukan pembelian suatu produk karena tekanan situasional (Sutisna,2010:56).
Indikator lingkungan fisik menurut Sutisna (2010:61) adalah meliputi: 1) Tempat yang nyaman
2) Tata letak ruangan 3) Bentuk fisik tempat 4) Tempat parkir
Lokasi
Lokasi berhubungan dengan perusahaan dimana harus bermarkas dan melakukan operasi (Lupioadi,2011:60). Definisi lain lokasi adalah keputusan yang dibuat perusahaan berkaitan dengaan operasi dan stafnya di mana akan ditempatkan (Lupioadi,2011:62). Lokasi merupakan letak atau tempat yang digunakan sebagai kantor oleh suatu perusahaan dalam menjual dan menawarkan produknya. Suatu lokasi disebut strategis bila berada dipusat kota, kepadatan populasi, kemudahan mencapainya menyangkut kemudahan transportasi umum, kelancaran lalu lintas dan arahnya tidak membingungkan konsumen, kelancaran arus pejalan kaki dan sebagainya. Pentingnya lokasi bagi perusahaan jasa tergantung dari tipe dan derajat interaksi yang terlibat.Untuk penentuan lokasi ini, perusahaan perlu melihat tipe interaksi konsumen dan jasa disediakan (Lupioadi,2011:81).
Para pengusaha selalu berusaha mencari lokasi usaha yang strategis, yang mudah terlihat dan terjangkau oleh konsumen (Suwarman, 2009:80).Lokasi sangat mempengaruhi keinginan seorang konsumen untuk melakukan pembelian. Lokasi yang jauh dari jangkauan konsumen tidak akan diminati untuk dikunjungi. Suatu perusahaan akan memilih lokasi atau tempat yang strategis, seperti ditengah kota, dekat dengan jalan raya, mudah memperoleh transportasi umum, mudah mendapatkan tenaga kerja sebagainya, karena hal ini dapat menunjang kelancaran usaha. Tetapi, antara suatu usaha dengan usaha lain memnpunyai kriteria yang tidak sama dalam memilih lokasi, tergantung dari usaha yang dijalaninya.
Bila perusahaan memilih lokasi, maka harus menetukan yang paling tepat dan sesuai dengan usahanya.Keputusan dalam menentukan lokasi usaha juga berdampak pada berhasil atau tidaknya usaha tersebut dalam jangka panjang. Kesalahan dalam penentuan lokasi perusahaan akan mengalami kerugian yang tidak terhingga, dan ketepatan dalam pemilihan lokasi, pada umumnya akan melancarkan suatu usaha di kemudian hari, bisa beroperasi secara terus menerus bahkan bisa mengembangkan usahanya di tempat-tempat yang lain.
Dalam memilih lokasi, ada beberapa perusahaan yang lebih memilih menyewa atau mengontrak tempat untuk beberapa periode saja, tapi bila sudah ada hasilnya yaitu sukses, maka dapat diperpanjang lagi. Namun, bila dirasa kurang berhasil, perusahaan bisa menghentikan sewa atau kontraknya untuk kemudian memilih lokasi yang lebih mendukung usahanya.
48 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
Menurut Lupioadi (2011:81), ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu :
1) Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan): apabila kea-daanya seperti ini, maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus strategis.
2) Pemberi jasa mendatangi konsumen: dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting, tetapi harus diperhatikan adalah penyampaian jasa harus tetap berkualitas.
3) Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung: berarti service provider dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer atau surat. Dalam hal ini lokasi sangat tidak penting selama komunikasi antara kedua pihak dapat terlaksana.
Indikator lokasi menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (dalam Iswari dan Retno, 2009:37), adalah: 1) Lokasi strategis
2) Waktu tempuh yang dibutuhkan singkat 3) Mudah transportasinya
4) Lokasi dekat dengan pusat keramaian
Keragaman Barang
Keragaman barang merupakan kelengkapan barang yang dijual dan ketersediaan barang-barang tersebut.Konsumen cenderung memilih pasar tradisional yang menawarkan produk yang bervariasi dan lengkap menyangkut kedalaman, luas dan kualitas keragaman barang yang ditawarkan oleh pengecer. Ketersediaan barang dari pasar tradisional meliputi variasi merek yang banyak, tipe dan ukuran kemasan barang yang dijual, macam-macam rasa dari suatu produk yang akan dibeli. Pada sebuah pasar tradisional, kelengkapan barang dagangan merupakan faktor yang penting untuk menarik konsumen, dengan harga jual yang lebih kompetitif dari pasar modern. Lengkapnya barang yang dijual pasar tradisional, menyebabkan pasar ini memiliki konsumen loyal dari pribadi hingga pedagang. Semakin lengkap sebuah pasar maka semakin memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Indikator keragaman menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (dalam Iswari dan Retno, 2009:39), adalah: 1) Kelengkapan produk yang dijual.
2) Produk yang bervariasi.
3) Ketersediaan produk yang dijual. 4) Macam merek yang tersedia.
3. Metode Penelitian
3.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian deskriftif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini akan menjelaskan persepsi konsumen terhadap variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu variabel gaya harga, pelayanan, kualitas, lingkungan fisik, lokasi dan keberagaman.
Sementara pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini untuk mengolah data-data yang diperoleh dari lokasi penelitian, dimana data kuantitatif menurut Sugiyono (2010:14) merupakan data yang berbentuk angka atau statistik. Pendekatan kuantitatif yaitu pencairan data/informasi dari realitas permasalahan yang ada dengan mengacu pada pembuktian konsep/teori yang digunakan.
3.2.Jenis dan Sumber Data
Somantri dan Muhidin (2010:28) mengemukakan bahwa jenis data dibagi menjadi 2 yaitu : data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif, adalah data variabel kategorik yang tidak memiliki satuan ukur baku, misalnya nama, Usia, Jenis Kelamin, dan Pendidikan. Sedangkan data kuantitatif, diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu data variabel diskrit (discrete variable) yang merupakan variabel yang besarannya tidak dapat menempati semua nilai, dalam hal ini jumlah konsumen yang berbelanja ke Pasar Keramat Tinggi Muara Bulian dalam satu tahun. Dan data variabel Kontinum (continuous variable) merupakan variabel yang besarannya dapat menempati semua nilai yang ada diantara dua titik dan umumnya didapat dari hasil pengukuran, sehingga memungkinkan data didapatkan dalam bentuk pecahan, presentase dan sebagainya. Yang tergolong data ini biasanya data interval dan rasio.
49 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
Dilihat dari sumbernya, data dibagi menjadi 2 yaitu data Primer dan data Sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya tanpa ada perantara (Mukhtar, 2009:86). Data primer yang penulis maksudkan dalam penelitian ini bersumber dari observasi dan wawancara serta kuesioner yang merupakan tanggapan responden tentang harga, pelayanan, kualitas, lingkungan fisik, lokasi dan keberagaman barang. Sedangkan data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung atau bersumber dari tangan kedua. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data yang didapat dari pasar Simpang Pulai Kota Jambi meliputi sejarah singkat, struktur organisasi, dan kegiatan usaha.
3.3.Metode Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2010:308). Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) teknik pengumpulan data yaitu : Studi kepustakaan merupakan kegiatan pengumpulan data berupa teori-teori yang berhubungan dengan pokok bahasan dan dijadikan sebagai dasar perbandingan dengan data yang didapat di lapangan, data tersebut diperoleh melalui buku, literatur dan jurnal penelitian. yang berkaitan dengan judul penelitian dan Studi lapangan merupakan kegiatan pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh langsung dari responden disertai pengamatan secara langsung. Studi ini meliputi kegiatan:
1. Observasi, merupakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan yang dilakukan
secara teliti dan sistematis atas fenomena yang sedang berlangsung. Pada teknik ini, optimalisasi peran dan kemampuan peneliti untuk melihat objek penelitian menempati posisi sentral dalam menangkap arti fenomena lapangan. Dalam penelitian ini menggunakan observasi terus terang, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa sedang melakukan penelitian. Jadi nara sumber yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Kegiatan pengamatan dilakukan dalam pengumpulan data selama peneliti melakukan kegiatan penelitian di pasar Keramat Tinggi, data yang dibutuhkan adalah data-data yang terkait dengan penelitian yaitu tentang harga, pelayanan, kualitas, lingkungan fisik, lokasi dan keberagaman barang.
2. Wawancara, digunakan sebagai teknik pengumpulan data tidak hanya jika penelitian dilakukan dengan melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari nara sumber yang lebih mendalam (Sugiyono, 2010:317). Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang nara sumber dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Wawancara penulis gunakan untuk mengetahui lebih mendalam tentang hal-hal yang terkait dengan harga, pelayanan, kualitas, lingkungan fisik, lokasi dan keberagaman barang dan loyalitas konsumen pasar Keramat Tinggi Kabupaaten Batang Hari.
3. Kuesioner, Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden. Dalam penelitian ini, seperangkat pernyataan akan diberikan peneliti kepada responden untuk mengetahui persepsi mereka terhadap harga, pelayanan, kualitas, lingkungan fisik, lokasi dan keberagaman barang pada pasar Keramat Tinggi Kabupaten Batang Hari.
3.4.Populasi dan Sampel
Populasi bukanlah hanya orang tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu dan sampel merupakan bagian dari populasi tersebut. Menurut Sugiyono (2010:73) adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Dalam penelitian ini sebagai populasinya adalah konsumen yang berbelanja dan berada disekitar wilayah pasar Keramat Tinggi yaitu masyarakat Kelurahan Pasar Baru dan Masyarakat Sridadi.
50 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
Sampel menurut Sugiyono (2010:73) adalah“bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Untuk menentukan ukuran sampel dari suatu populasi, ada bermacam-macam cara yang dapat digunakan.untuk mempresentasikan suatu penelitian tidaklah seluruh populasi di jadikan responden. Sedangkan Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan, sampel adalah bagian populasi yang hendak diteliti dan mewakili karakteristik populasi. (Arikunto 2011). Dikarenakan populasi dianggap homogen maka peneliti hanya mengambil sebagian kecil dari populasi yang ada yaitu sebanyak 100 orang yang berdomisili di Kelurahan Pasar Baru dan Sridadi.
3.5.Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan data-data yang dinyatakan dalam bentuk angka di mana data tersebut merupakan variabel-variabel yang dipersepsikan oleh konsumen atas pasar Keramat Tinggi Kabupaten Batang Hari.
3.6.Alat Analisis Data
Pengisian kuesioner diukur dengan menggunakan skala likert yang terdiri atas: sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju. Keempat penilaian tersebut diberi bobot sebagai berikut :
1. Jawaban sangat setuju diberi bobot 5 2. Jawaban setuju diberi bobot 4 3. Jawaban netral diberi bobot 3 4. Jawaban tidak setuju diberi bobot 2 5. Jawaban sangat tidak setuju diberi bobot 1
Skala likert kemudin menskala individu yang bersangkutan dengan menambahkan bobot dari jawaban yang dipilih. Nilai rata-rata dari masing-masing responden dapat dikelompokkan dalam kelas interval, dengan jumlah kelas intervalnya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2010:163):
nilai tertinggi – nilai terendah Interval =
Jumlah kelas 5 - 1
Interval = 5
Interval = 0,8 (nol koma delapan)
Interval tersebut kemudian dimasukkan kedalam rentang skala distribusi jawaban responden sebagaimana tabel berikut:
Tabel 1 : Rentang Skala Interval Variabel Penelitian
Rentang Skala Penggolongan
1,01 < x ≤ 1,80 Sangat Tidak Baik 1,81 < x ≤ 2,60 Tidak Baik 2,61 < x ≤ 3,40 Cukup Baik
3,41 < x ≤ 4,20 Baik
4,21 < x ≤ 5,00 Sangat Baik
Sumber: Arikunto, 2010
51 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
4. Hasil Penelitian
4.1.Persepsi Konsumen terhadap Harga Produk pada Pasar Keramat Tinggi Muara Bulian
Pasar Keramat Tinggi merupakan salah satu pasar tradisional di Kota Muara Bulian. Pasar tradisionan adalah pasar tempat bertemunya penjual dengan pembeli dan melakukan transaksi secara langsung yang biasanya disertai proses tawar menawar terhadap harga barang. Barang dan jasa yang teradapat pada pasar tradisional biasanya berupa kebutuhan sehari-hari yang berasal dari hasil kekayaan alam dan tenaga fisik manusia. Pemerintah berfungsi sebagai pengontrol kegiatan pasar tanpa terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi yang terjadi (hanya terlibat melalui lembaganya yang juga dikelola oleh masyarakat seperti BUMN atau BUMD). Konsumen dan produsen dalam pasar tradisional adalah masyarakat itu sendiri. Harga yang terbentuk di pasar tradisional tidak berbeda jauh antar satu produsen dengan produsen lainnya.
Harga merupakan salah satu hal yang mendasari konsumen membeli sebuah produk. Pada pasar tradisional, harga terbentuk melalui kesepakatan bersama antara penjual dan pembeli. Penjual bisa memasang harga sesuai yang diinginkan berdasarkan keuntungan yang ingin diterimanya dan pembeli boleh mengajukan keberatan akan harga yang diajukan penjual. Mereka akan melakukan tawar menawar hingga sepakat. Inilah yang menjadi pembentuk harga. Namun dalam beberapa proses tawar menawar, kesepakatan mungkin tidak terjadi sehingga harga tidak terbentuk. Meski begitu umumnya harga yang ditetapkan penjual pasar tradisional lebih murah dibandingkan pasar modern.
Dari hasil perhitungan diketahui persepsi responden terhadap harga produk pada pasar Keramat Tinggi Muara Bulian. Pada variabel ini, pernyataan nomor 4 merupakan pernyataan yang memperoleh skor terendah yaitu sebesar 329 dengan nilai indeks sebesar 3,29 yang artinya persepsi responden pada pernyataan nomor 4 adalah harga produk tergolong cukup kompetitif. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya saat konsumen melakukan transasksi konsumen hanya fokus dengan apa yang menjadi bagian transaksinya saja, sehingga tentang konsumen lain memperoleh harga lebih rendah atau lebih tinggi, rata-rata konsumen tidak mengetahuinya. Sementara, pernyataan yang memperoleh skor tertinggi terdapat pada pernyataan nomor 1 yaitu sebesar 382 dengan nilai indeks 3,82 yang artinya persepsi responden pada pernyataan nomor 2 adalah harga produk tergolong kompetitif. Hal ini disebabkan karena konsumen merasakan harga barang maupun kebutuhan pokok pada pasar Keramat Tinggi secara umum relatif terjangkau, hal ini ditambah juga dengan mekanisme tawar menawar antara pembeli dan penjual jika pembeli merasa harga yang ditawarkan penjual mahal. Rata-rata indeks pada variabel ini adalah 3,56 yang berarti bahwa harga produk pada pasar Keramat Tinggi Muara Bulian berdasarkan persepsi responden dan telah sesuai sebagimana yang diharapkan.
4.2.Persepsi Konsumen terhadap Tingkat Pelayanan pada Pasar Keramat Tinggi Muara Bulian
Tingkat pelayanan merupakan gambaran seberapa besar sebuah organisasi peduli terhadap keberadaan konsumen. Pada sebuah organisasi seperti pengelola pasar yang memiliki tanggung jawab dalam mengelola pasar Keramat Tinggi Muara Bulian, wajib memiliki kepedulian terhadap para penyewa kios dan lapak sekaligus terhadap pengunjung pasar atau pembeli, agar kedua belah pihak dapat melaksanakan transaksi jual beli secara lancar, aman dan nyaman.
Di pasar tradisional, pelayanan diberikan oleh para pedagang yang melakukan transaksi langsung dengan konsumen. Rata-rata para pedagang pasar tradisional tidak membekali diri dengan konsep pelayanan konsumen. Para pedagang lebih menunjukkan jika pelayanan terhadap konsumen adalah pelayanan yang didasari atas kepentingan pedagang menjual dan konsumen membeli. Pelayanan dari sisi pedagang pasar tradisional adalah mengaman-kan proses transaksi agar konsumen tertarik membeli produk mereka. Pelaya-nan yang mengusung konsep kepuasan konsumen sulit ditemukan pada tataran pasar tradisional, bukan hanya karena sikap pedagang tapi berbagai macam faktor menjadi pemicunya.
Pasar tradisional yang dikenal banyak memiliki kelemahan melalui para pedagangnya, dianggap sulit untuk mewujudkan pelayanan prima. Namun hal ini bukan semata-mata karena pengetahuan atau wawasan pedagang yang minim tentang kepdulian terhadap konsumen. Namun lebih dari itu, pelayanan di pasar tradisional dapat maksimal jika pengelola pasar ikut peduli terhadap kondisi pasar.
Dari hasil perhitungan diketahui persepsi responden terhadap tingkat pelayanan pada pasar Keramat Tinggi Muara Bulian. Pada variabel ini, pernyataan nomor 2 merupakan pernyataan yang memperoleh
52 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
skor terendah yaitu sebesar 335 dengan nilai indeks sebesar 3,35 yang artinya persepsi responden pada pernyataan nomor 2 adalah tingkat pelayanan tergolong cukup memuaskan. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya konsumen melihat keramahan para pedagang bukan karena sikap pedagang yang ramah, melainkan pedagang dapat menempatkan pelayanan terhadap konsumen siapa datang duluan maka duluan dilayani (first come first serve). Sementara, pernyataan yang memperoleh skor tertinggi terdapat pada pernyataan nomor 1 yaitu sebesar 368 dengan nilai indeks 3,68 yang artinya persepsi responden pada pernyataan nomor 1 adalah tingkat pelayanan tergolong memuaskan. Hal ini disebabkan karena konsumen memang mendapatkan pelayanan yang cepat dari pedagang saat melakukan transaksi. Rata-rata indeks pada variabel ini adalah 3,49 yang berarti bahwa tingkat pelayanan pada pasar Keramat Tinggi Muara Bulian berdasarkan tanggapan responden tergolong memuaskan.
4.3.Persepsi Konsumen terhadap Kualitas Produk pada Pasar Keramat Tinggi Muara Bulian
Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang tercantum dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisikan terlebih dahulu. Kualitas ditentukan oleh pelanggan, pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut.
Didalam menjalankan suatu bisnis, produk maupun jasa yang dijual harus memiliki kualitas yang baik atau sesuai dengan harga yang ditawarkan. Agar suatu usaha atau perusahaan dapat bertahan dalam menghadapi persaingan, usaha atau perusahaan perlu terus meningkatkan kualitas produk atau jasanya. Karena peningkatan kualitas produk dapat membuat konsumen merasa puas terhadap produk atau jasa yang mereka beli, dan akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang.
Banyak pihak yang beranggapan bahwa kualitas produk pada pasar tradisonal kurang baik atau kalah dari pasar modern. Namun, tidak sedikit pula pihak yang beranggapan bahwa kualitas produk pasar tradisional tidak kalah dari pasar modern, karena produk pasar tradisional selalu berganti setiap hari hingga kualitasnya terjaga.
Dari hasil perhitungan diketahui persepsi responden terhadap kualitas produk pada pasar Keramat Tinggi Muara Bulian. Pada variabel ini, pernyataan nomor 4 merupakan pernyataan yang memperoleh skor terendah yaitu sebesar 345 dengan nilai indeks sebesar 3,45 yang artinya persepsi responden pada pernyataan nomor 2 adalah kualitas produk tergolong baik. Hal ini disebabkan karena konsumen merasakan kualitas barang dan kebutuhan pokok yang dijual di pasar Keramat Tinggi Muara Bulian memiliki kualitas yang baik sehingga konsumen membelinya.
Sementara, pernyataan yang memperoleh skor tertinggi terdapat pada pernyataan nomor 1 yaitu sebesar 372 dengan nilai indeks 3,72 yang artinya persepsi responden pada pernyataan nomor 1 adalah kualitas produk tergolong baik. Hal ini disebabkan karena konsumen merasakan dan memiliki keyakinan jika memang kualitas barang dan kebutuhan pokok pada pasar Keramat Tinggi tidak kalah dengan pasar lainnya. Rata-rata indeks pada variabel ini adalah 3,58 yang berarti bahwa kualitas produk pada pasar Keramat Tinggi Muara Bulian berdasarkan tanggapan responden dan sesuai rentang skala interval adalah tergolong baik.
4.4.Persepsi Konsumen terhadap Lingkungan Fisik pada Pasar Keramat Tinggi Muara Bulian
Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat disekitar tempat hidup, yang akan mempengaruhi
pada individu tersebut baik secara langsung
maupun tidak langsung. Lingkungan fisik pada pasar tradisional selama ini memiliki citra negatif. Hal tersebut terjadi karena setiap kunjungan masyarakat pada pasar tradisional selalu diiringi dengan bau tak sedap akibat limbah pasar sayur, ikan dan daging, terlebih pada pasar sayur. Limbah tersebut hampir bisa dikatakan sangat banyak dan berlebih karena sifat dari sayur adalah murah, memakan tempat. Sayur, buah dan komoditas semacamnya adalah barang yang mudah busuk atau kadaluarsa, sehingga limbah yang dibuang pun bisa menjadi busuk ditempat jika penanganannya lambat.
Selain hal tersebut, kondisi yang tidak dapat dipisahkan dari pasar tradisional adalah posisi para pedagang banyak mengabil bahu jalan sehingga menyulitkan pejalan kaki serta membuat suasana menjadi
53 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
semrawut. Namun pada akhirnya keadaan pasar tradisional yang seperti itu tidak menghalangi konsumen untuk tetap berbelanja ke pasar tradisional, konsumen seakan telah terbiasa dengan keadaan tersebut. Dari hasil perhitungan diketahui persepsi responden terhadap lingkungan fisik pada pasar Keramat Tinggi Muara Bulian. Pada variabel ini, pernyataan nomor 4 merupakan pernyataan yang memperoleh skor terendah yaitu sebesar 242 dengan nilai indeks sebesar 2,42 yang artinya persepsi responden pada pernyataan nomor 2 adalah lingkungan fisik tergolong tidak baik. Hal ini disebabkan karena fasilitas parkir yang disediakan pengelola pasar sangat terbatas, dan fasilitas parkir tersebut hanya untuk kendaraan roda dua, sedangkan untuk parkir kendaraan roda empat harus diluar wilayah pasar.
Sementara, pernyataan yang memperoleh skor tertinggi terdapat pada pernyataan nomor 1 yaitu sebesar 280 dengan nilai indeks 2,80 yang artinya persepsi responden pada pernyataan nomor 1 adalah lingkungan fisik tergolong cukup baik. Hal ini disebabkan karena konsumen telah terbiasa dengan lingkungan fisik pasar Keramat Tinggi sehingga tidak merasa terganggu atau merasa tidak nyaman dengan kondisi lingkungan fisik tersebut. Rata-rata indeks pada variabel ini adalah 2,64 yang berarti bahwa lingkungan fisik pada pasar Keramat Tinggi Muara Bulian berdasarkan tanggapan responden adalah baru tergolong pada cukup baik.
4.5.Persepsi Konsumen terhadap Lokasi Pasar Keramat Tinggi Muara Bulian
Lokasi adalah tempat dimana suatu usaha atau aktivitas usaha dilakukan. Faktor penting dalam pengembangan suatu usaha adalah letak lokasi terhadap daerah perkotaan, cara pencapaian dan waktu tempuh lokasi ke tujuan. Suatu lokasi disebut strategis bila berada dipusat kota, kepadatan populasi, kemudahan mencapainya menyangkut kemudahan transportasi umum, kelancaran lalu lintas dan arahnya tidak membingungkan konsumen, kelancaran arus pejalan kaki dan sebagainya. Pentingnya lokasi bagi perusahaan jasa tergantung dari tipe dan derajat interaksi yang terlibat. Untuk penentuan lokasi ini, perusahaan perlu melihat tipe interaksi konsumen dan jasa disediakan.
Para pengusaha selalu berusaha mencari lokasi usaha yang strategis, yang mudah terlihat dan terjangkau oleh konsumen. Lokasi sangat mempengaruhi keinginan seorang konsumen untuk melakukan pembelian. Lokasi yang jauh dari jangkauan konsumen tidak akan diminati untuk dikunjungi.
Dari hasil perhitungan diketahui persepsi responden terhadap lokasi pasar Keramat Tinggi Muara Bulian. Pada variabel ini, pernyataan nomor 2 merupakan pernyataan yang memperoleh skor terendah yaitu sebesar 353 dengan nilai indeks sebesar 3,53 yang artinya persepsi responden pada pernyataan nomor 2 adalah lokasi pasar Keramat Tinggi tergolong strategis. Hal ini disebabkan karena lama atau tidaknya konsumen menuju lokasi pasar juga dipengaruh oleh waktu keberangkatan.
Sementara, pernyataan yang memperoleh skor tertinggi terdapat pada pernyataan nomor 1 yaitu sebesar 374 dengan nilai indeks 3,74 yang artinya persepsi responden pada pernyataan nomor 1 adalah lokasi pasar Keramat Tinggi tergolong strategis. Hal ini disebabkan karena konsumen merasa mudah menjangkau lokasi pasar baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Rata-rata indeks pada variabel ini adalah 3,65 yang berarti bahwa lokasi pasar Keramat Tinggi Muara Bulian berdasarkan persepsi responden adalah strategis.
54 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
4.6.Persepsi Konsumen terhadap Keragaman Barang pada Pasar Keramat Tinggi Muara Bulian
Keragaman barang merupakan kelengkapan barang yang dijual dan ketersediaan barang-barang tersebut. Konsumen cenderung memilih pasar tradisional yang menawarkan produk yang bervariasi dan lengkap menyangkut kedalaman, luas dan kualitas keragaman barang yang ditawarkan oleh pengecer. Ketersediaan barang dari pasar tradisional meliputi variasi merek yang banyak, tipe dan ukuran kemasan barang yang dijual, macam-macam rasa dari suatu produk yang akan dibeli. Pada sebuah pasar tradisional, kelengkapan barang dagangan merupakan faktor yang penting untuk menarik konsumen, dengan harga jual yang lebih kompetitif dari pasar modern. Lengkapnya barang yang dijual pasar tradisional, menyebabkan pasar ini memiliki konsumen loyal dari pribadi hingga pedagang. Semakin lengkap sebuah pasar maka semakin memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Dari hasil perhitungan diketahui persepsi responden terhadap keragaman barang pada pasar Keramat Tinggi Muara Bulian. Pada variabel ini, pernyataan nomor 3 merupakan pernyataan yang memperoleh skor terendah yaitu sebesar 361 dengan nilai indeks sebesar 3,61 yang artinya persepsi responden pada pernyataan nomor 3 adalah keragaman barang pada pasar Keramat Tinggi tergolong baik. Hal ini disebabkan karena konsumen memiliki keyakinan jika produk pada pasar terjaga ketersediannya, selain itu karena rata-rata pedagang sangat menjaga ketersediaan stok terutama pada produk yang banyak diminati konsumen.
Sementara, pernyataan yang memperoleh skor tertinggi terdapat pada pernyataan nomor 1 yaitu sebesar 383 dengan nilai indeks 3,83 yang artinya persepsi responden pada pernyataan nomor 1 adalah keragaman barang pada pasar Keramat Tinggi tergolong baik. Hal ini disebabkan karena jenis barang yang dijual di pasar memang sangat beragam, dari peralatan rumah tangga, kebutuhan pokok, hasil bumi, dan jenis barang lainnya. Rata-rata indeks pada variabel ini adalah 3,72 yang berarti bahwa keragaman barang pada pasar Keramat Tinggi Muara Bulian berdasarkan tanggapan responden sudah tergolong baik.
5. Penutup
Dari hasil penelitian terhadap persepsi konsumen atas pasar tradisionel Keramat Tinggi Muara Bulian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Persepsi konsumen atas variabel harga produk, rata-rata nilai indeks adalah sebesar 3,56 yang berarti bahwa harga produk pada pasar Keramat Tinggi Muara Bulian adalah tergolong sesuai / kompetitif. 2. Persepsi konsumen atas variabel tingkat pelayanan, rata-rata nilai indeks adalah sebesar 3,49 yang
berarti bahwa tingkat pelayanan pada pasar Keramat Tinggi Muara Bulian berdasarkan tanggapan respondendan tergolong dalam kategori memuaskan
3. Persepsi konsumen atas variabel kualitas produk, rata-rata nilai indeks adalah sebesar 3,58 yang berarti bahwa kualitas produk pada pasar Keramat Tinggi Muara Bulian berdasarkan tanggapan respondendan tergolong baik
4. Persepsi konsumen atas variabel lingkungan fisik, rata-rata nilai indeks adalah sebesar 2,64 yang berarti bahwa lingkungan fisik pasar Keramat Tinggi Muara Bulian berdasarkan tanggapan respondendan baru tergolong cukup baik.
5. Persepsi konsumen atas variabel lokasi pasar, rata-rata nilai indeks adalah sebesar 3,65 yang berarti bahwa untuk lokasi pasar Keramat Tinggi Muara Bulian berdasarkan tanggapan responden tergolong strategis.
6. Persepsi konsumen atas variabel keragaman barang, rata-rata nilai indeks adalah sebesar 3,72 yang berarti bahwa keragaman barang yang dijual pasar Keramat Tinggi Muara Bulian berdasarkan tanggapan responden masuk pada kategori baik.
55 |
L P 3 M S T I E - G K M u a r a B u l i a n
6. Daftar Pustaka
Angipora, Marius. 2012. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima.
Jakarta: Rineka Cipta
Buchari Alma. 2009. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Edisi Revisi, Bandung: CV. Alfabeta
Djarwanto dan Pangestu Subagyo. 2009. Statiktik Induktif. Edisi Keempat. Cetakan Kelima. Yogyakarta: BPFE
Durianto, Darmadi. Sugiarto dan Toni Sitinjak. 2011. Strategi Menaklukkan Pasar: Melalui Riset
Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Ghozali, Imam. 2011. Apkikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS. Edisi 5. Semarang : Badan Penerbitan Universitas Diponegoro
Iswari, Riana dan Retno Tanding Suryandari. 2009. Analisis Pengaruh citra Supermarket terhadap Loyalitas Konsumen. Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol. 3. No. 2. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Jill, Griffin. 2009. Customer Loyalty, Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan. Alih Bahasa Dwi Kartini Yahya. Jakarta: Erlangga
Kotler, Philip. Alih Bahasa: Benyamin Molan. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas Jilid 1. Jakarta: PT. Intan Sejati Klaten
Lupiyoadi, Rambat. 2011. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi Dua. Jakarta: Salemba Empat Mukhtar. 2009. Bimbingan Skripsi, Tesis, dan Artikel Ilmiah. Jakarta: GP Press
Oetomo, Rahadian Ali. 2012. Analisis Pengaruh Keberagaman Menu, Persepsi Harga dan Lokasi terhadap Mnat Beli Ulang Konsumen (Studi Pada Restoran Waroeng Taman Singosari
Semarang). Laporan Penelitian: Universitas Diponegoro Semarang
Pramono, AG.Suyono, Sri Sukmawati, 2011. Pertimbangan Dalam Membeli Produk Barang Maupun Jasa. Jakarta: Intidayu Press
Purnama, Nursya’bani. 2009. Manajemen Kualitas: Persiapan Global. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Ekonisia
Rangkuti, Freddy. 2012. The Power of Brand: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi
Pengembangan Merek. Jakarta: PT. gramedia Pustaka Utama.
Ridwan dan Achmad Kuncoro.. 2008. Análisis Jalur (Path Análisis). Bandung: Alfabeta Sampara, Lukman. 2009. Manajemen Kualitas Pelayanan. Jakarta: STIA-LAN
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta
Sutisna. 2010. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Suwarman, Ujang, 2009. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Bogor:
Ghalia Indonesia
Tim Penyusun. 2015. Buku Panduan Penelitian Dosen. Muara Bulian : STIE-Graha Karya Tjiptono, Fandy. 2008. Manajemen Jasa. Edisi Keempat. Yogyakarta: Andi Offset Umar, Husein. 2010. Riset Pemasaran dan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Yamato, K. 2011. Pandangan Para Ahli Terhadap Pasar Modern Dan Tradisional (internet), (http:yamatoblogspot.com/2011/03), diakses 2 Juli 2018
Zumrotin KS, 2011. Pola Keterkaitan Pasar Modern Dengan Pasar Tradisional. Diklat Manajemen Pasar Daerah, Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Dalam Negeri.