• Tidak ada hasil yang ditemukan

ORGANOLOGI MUSIK BAMBU DI DESA LONDOUN KECAMATAN POPAYATO TIMUR KABUPATEN POHUWATO. Oleh Syahrul Latapeng, Trubus Semiaji ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ORGANOLOGI MUSIK BAMBU DI DESA LONDOUN KECAMATAN POPAYATO TIMUR KABUPATEN POHUWATO. Oleh Syahrul Latapeng, Trubus Semiaji ABSTRAK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

0 ORGANOLOGI MUSIK BAMBU DI DESA LONDOUN

KECAMATAN POPAYATO TIMUR KABUPATEN POHUWATO

Oleh

Syahrul Latapeng, Trubus Semiaji

ABSTRAK

Musik bambu desa Londoun dilatar belakangi oleh fenomena masyarakat yang menghadirkan musik bambu pada kegiatan-kegiatan tradisi bagi masyarakat yang beragama Kristen Protestan di desa Londoun kecamatan Popayato Timur kabupaten Pohuwato. Permasalahan yang dikaji yaitu organologi musik bambu yang ada di Gereja Protestan desa Londoun, dengan tujuan untuk mengetahui organologi, serta persamaan dan perbedaan musik bambu yang ada di gereja Protestan desa Londoun.

Terdapat dua bentuk instrumen yang berbeda yaitu instrumen musik bambu lama yang bentuknya menyerupai senjata meriam atau rudal seperti instrumen bass, bambu tengah, saxophone dan instrumen re-mi-fa. Sedangkan untuk instrumen bambu baru bentuknya menyerupai terompet seperti instrumen bass, instrumen re-mi-fa tinggi, instrumen re-mi-fa rendah, instrumen bambu tengah, instrumen saxophone, instrumen si-do, instrumen klarinet, instrumen sol-la tinggi, instrumen sol-sol-la rendah, instrumen suling kecil dan instrumen suling besar.

Bentuk musik bambu merupakan instrumen yang terdiri dari ansambel musik tiup yang dipertunjukan pada saat ibadah di Gereja Protestan setiap minggu. Selain dipertunjukan di Gereja, musik bambu juga dilakukan pada saat acara pernikahan dan ulang tahun desa yang diadakan setahun sekali bagi masyarakat desa Londoun kecamatan Popayato Timur kabupaten Pohuwato.

(2)

1 I

Desa Londoun adalah satu-satunya desa yang memiliki instrumen musik bambu di kecamatan Popayato Timur, kabupaten Pohuwato. Instrumen musik bambu ini didirikan sejak tahun 1990 oleh masyarakat desa Londoun yang dijadikan sebagai ansambel tiup untuk mengiringi lagu-lagu sebagai puji-pujian yang dinyanyikan dalam bentuk paduan suara dengan menggunakan syair lagu rohani, sebagai permohonan do’a pada saat melaksanakan ibadah di gereja Bethel, bagi masyarakat yang menganut agama Kristen Protestan.

Sekitar tahun 2008, bentuk instrumen musik bambu di desa Londoun telah berubah, hal ini dikarenakan adanya instrumen musik bambu baru yang berasal dari Sangihe masuk di desa Londoun. Kedua instrumen ini masing-masing memiliki persamaan dan juga perbedaan, persamaannya terdapat pada bahan yang digunakan terbuat dari bambu, bambu yang digunakan pada instrumen musik bambu Londoun menggunakan bambu air dan instrumen musik bambu Sangihe menggunakan bambu Cina yang memiliki corak berwarna coklat. Sedangkan perbedaanya terdapat pada bentuk instrumen itu sendiri.

Bentuk instrumen musik bambu yang ada di desa Londoun menyerupai senjata meriam/rudal, sedangkan instrumen berasal dari Sangihe menyerupai terompet yang pada bagian ujung instrumen terbuka seperti sebuah corong dan nada yang dihasilkan instrumen ini mendekati nada instrumen Barat pada umumnya. Hal inilah yang menarik untuk mengkaji kedua instrumen musik bambu dengan judul: Organologi Musik Bambu Di Desa Londoun Kecamatan Popayato Timur Kabupaten Pohuwato.

II Klasifikasi Musik Bambu

Pengklasifikasian terhadap instrumen musik tentunya sangat penting, karena dengan mengklasifikasikannya sumber penghasil bunyi dari instrumen tersebut dapat diketahui. Dalam instrumen musik bambu, penulis mengacu pada pendapat yang di kemukakan oleh Curt Sachs dan Eric M. Von Horn Bostel,

(3)

2 dalam Tulus (2005:62) mengenai pembagian klasifikasi alat musik yang berdasarkan pada sumber bunyi, yang dibagi lagi berdasarkan pada bentuk dan jenisnya.

Menurut klasifikasinya alat musik terbagi atas lima kelompok, yaitu

Aerophone, Moembranophone, Idiophone, Cordophone, dan Elektrophone. Hal

tersebut dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel dalam Plowery (2008:12). Lebih lanjut di jelaskan oleh Marzam (1996:18-19) bahwa: a) Idiophone, alat musik yang badan alat musik sendiri yang merupakan sumber bunyinya. Misalnya, instrumen musik talempong, gong, saron, silofon (xylophone). b)

Membranophone, alat musik yang sumber suaranya adalah selaput tipis atau kulit.

Misalnya, rebana, gandang, bongo, timpani dan instrumen musik sejenisnya. c)

Aerophone, alat musik yang memeiliki prinsip kerja hembusan udara. Misalnya, saluang, seruling, pupuik batang padi, dan instrumen sejenisnya. d) Chordophone, senar yang di tegangkan sebagai sumber bunyi. Misalya, kecapi, harpa, cello, biola dan sejenisnya. e) Elektrophone alat musik yang ragam bunyi

atau penguat bunyinya di bantu atau disebabkan adanya daya listrik (elektrik). Misalnya, gitar listrik, organ, dan sebagainya.

Instrumen musik bambu di desa Londoun termasuk dalam kategori alat musik aerofon yang sumber suaranya berasal dari udara yang digetarkan. Instrumen ini mempunyai corong untuk mengeluarkan suara yang bagian dinding dalamnya dilapisi dengan lem. Bentuk pada bagian ujungnya terbuka dan membentuk lingkaran menyerupai corong.

(4)

3 Bagian-Bagian Instrumen Musik Bambu

Pengait pada Tiang penehan pada leher Tabung resonator bagian leher musik bambu (tabung udara)

Lubang Nada Penahan Lubang tiup Corong Gambar 1 Instrumen Bass

(5)

4 Proses Pembuatan Musik Bambu

a. Penebangan

Menurut Sang Sumombo, penebangan pohon bambu sebaiknya dilakukan pada musim panas (kemarau) yaitu pada bulan April sampai dengan bulan Juni, selain jangka waktu yang telah disebutkan batang bambu dapat pula ditebang sampai bulan September. Biasanya pada rentang waktu tersebut, zat gula yang terdapat pada sari bambu tersebut sangat sedikit dan pada saat itu juga batang bambu mengeluarkan zat yang tidak disukai hama (sejenis binatang kecil).

Untuk menebang batang bambu, bambu dipotong sekitar 15-30 cm di atas permukaan tanah, yaitu di atas bagian ruas (buku-buku) batang bambu supaya air yang terdapat pada batang bambu tidak berkumpul pada tinggi ruas yang terbuka, karena akan merusak akar pada bambu itu sendiri. Di tempat ruas tidak boleh ada yang pecah dan pada saat penebangan tentunya menggunakan parang. Bambu yang akan digunakan untuk membuat alat musik ini yaitu bambu cina, karena bambu cina termasuk bambu yang kuat dan tahan lama serta pertumbuhannya terdapat di dalam hutan yang tempatnya tidak jauh dari mata air.

b. Pengeringan/Penirisan

Pada proses pengeringan/penirisan ini tidak membutuhkan waktu yang lama, bambu yang baru saja ditebang disandarkan dengan posisi miring di tempat yang teduh atau di bawah pohon. Batang bambu disandarkan dengan posisi terbalik, Pangkal batang diletakkan di atas dan bagian ujung diletakkan di bawah (di tanah). Hal ini bertujuan agar air yang terdapat pada batang bambu lebih mudah lebih cepat mengalir ke bagian bawah karena semakin keujung batang, lubang pori-pori batang semakin lebar. Pada bagian bawah bambu diberi pengalas agar supaya batang bambu tidak langsung bersentuhan dengan tanah untuk menghindari hama (sejenis binatang kecil).

c. Perendaman

Setelah kering, batang bambu diambil dari tempat pengeringan dan langsung diikuti dengan proses perendaman. Batang-batang bambu ini direndam dalam air yang telah disiapkan, semakin lama proses perendaman maka semakin

(6)

5 kuat pula daya tahan pada batang bambu. Proses perendaman ini dilakukan selama 15-30 hari. Setelah itu, masuk dalam pengeringan kembali.

d. Pengeringan Kembali

Proses pengeringan kembali bagi masyarakat desa Londoun yaitu dengan cara mengeluarkan bambu dari air kemudian dilap dengan menggunakan kain. Setelah kering batang bambu dipotong sesuai panjang ruasnya, kemudian dikeringkan atau dijemur di tempat yang telah disediakan yaitu pada bagian belakang rumah (dapur), tempat penjemuran ini diletakkan pada bagian atas (langit-langit) rumah tepatnya di bawah seng, sementara pada bagian bawah terdapat tungku tempat untuk memasak.

Penjemuran ini bertujuan agar bambu tersebut tidak langsung terkena sinar matahari, tetapi melalui suhu panas yang berasal dari seng pada saat seng terkena sinar matahari. Selain suhu panas yang diberikan oleh seng, pengeringan ini juga menggunakan asap yang berasal dari tungku pada saat memasak. Asap ini berguna untuk menghilangkan hama (sejenis binatang kecil) serta mengangkat zat air yang terdapat pada sari batang pohon bambu setelah proses perendaman sebelumnya. Proses penjemuran ini biasanya dilakukan ± selama 1 – 2 bulan.

e. Pengawetan

Setelah selesai pengeringan bambu diambil kembali dari tempat pengeringan (langit-langit rumah), kemudian dibersihkan atau dilap dengan menggunakan kain untuk mengeluarkan arang yang ada pada badan bambu, setelah bambu sudah bersih masuk pada proses pengawetan. Pengawetan merupakan hal yang sangat diperhatikan Sang Sumombo sebagai seorang pembuat instrumen ini. Pengawetan ini sangatlah penting, sebab sangat mendukung daya tahan dan mutu instrumen musik bambu itu sendiri.

f. Peralatan

Berikut ini bahan-bahan maupun alat-alat beserta fungsinya yang digunakan untuk membuat instrumen musik bambu yaitu sebagai berikut:

a) Parang panjang d) Lem

b) Pisau e) Minyak tanah

(7)

6 Organologi Musik Bambu di Desa Londoun

Data-data yang diperoleh mengenai musik bambu baru di sanggar seni Nafiri di desa Londoun, telah memenuhi tujuan di bidang organologi musik. Analisis instrument musik bambu tersebut dilakukan dengan cara mengatur, membagi mengurutkan, mengelompokkan dan mengkategorikannya berdasarkan nada yang dihasilkan setiap instrumen dan oktaf yang dicapai. Berikut adalah nama-nama instrumen musik bambu serta teknik memainkannya:

1. Instrumen Bass

Instrumen bas berjumlah dua buah, instrumen ini berfungsi untuk mengiringi lagu yang akan dinyanyikan. Instrumen ini juga berfungsi sebagai pemegang ketukan tempo di setiap lagu yang akan dinyanyikan. Posisi telapak tangan ketika memainkan instrumen bas yaitu kedua telapak tangan menutupi kedua lubang nada. Nada mi posisi telapak tangan sebelah kiri terbuka (lubang nada sebelah kiri tidak ditutup), begitupun nada sol kedua telapak tangan terbuka (kedua lubang nada tidak ditutup atau terbuka).

2. Instrumen Re – Mi – Fa Rendah

Instrumen Re – Mi – Fa Rendah berjumlah dua buah, yang berfungsi sebagai pengiring dan pemegang ritme pada lagu. Re-mi-fa rendah tentunya memiliki tiga lubang nada, dan nada yang dihasilkan yaitu nada re–mi–fa–sol. Posisi jari pada saat memainkan instrumen ini yaitu, nada (re) pada saat ditiup, 3 jari menutupi lubang nada yaitu jari manis, tengah, dan telunjuk, untuk nada (mi) jari manis diangkat (satu lubang nada terbuka dan dua lubang nada masih tertutup), nada (fa) jari manis dan jari tengah diangkat (dua lubang nada terbuka dan satu lubang nada masih tertutup), serta untuk (sol) ketiga jari tersebut diangkat (ketiga lubang nada tidak ditutup).

3. Instrumen Re – Mi – Fa Tinggi

Instrumen Re – Mi – Fa Tinggi berjumlah tiga buah. Fungsi instrumen ini sama halnya pada instrumen yang sudah dijelaskan sebelumnya. Instrumen re-mi-fa tinggi, memiliki 4 lubang nada yaitu nada re–mi–re-mi-fa–sol–la, dan juga ukuran dari istrumen ini sedikit lebih kecil dari instrumen re-mi-fa rendah.

(8)

7 Posisi jari pada saat memainkan instrumen ini yaitu, nada (re) pada saat ditiup, 4 jari menutupi lubang nada yaitu jari kecil, manis, tengah, dan telunjuk, untuk nada (mi) jari kecil diangkat (satu lubang nada terbuka dan tiga lubang nada masih tertutup), nada (fa) jari kecil, dan jari manis diangkat (dua lubang nada terbuka dan dua lubang nada masih tertutup), untuk nada (sol) ketiga jari tersebut diangkat yaitu jari kecil, manis, dan jari tengah, sementara jari telunjuk masih menutupi lubang, (ketiga lubang nada terbuka dan satu lubang nada masih tertutup), dan untuk nada (la) semua jari diangkat (semua lubang nada terbuka atau tidak ada yang tertutup).

4. Instrumen Si – Do

Instrumen si – do berjumlah tiga buah. Fungsi instrumen si-do sama halnya dengan fungsi instrumen bas, tetapi instrumen ini memiliki ukuran yang lebih kecil dari instrumen bas. Si – Do memiliki 2 lubang nada dan nada yang dihasilkan yaitu nada la – si – do.

Posisi telapak tangan ketika memainkan instrumen si-do yaitu nada (la) pada saat ditiup, kedua telapak tangan menutupi kedua lubang nada, untuk nada (si) telapak tangan sebelah kiri terbuka (lubang nada sebelah kiri tidak ditutup), begitupun nada (do) kedua telapak tangan terbuka (kedua lubang nada tidak ditutup atau terbuka).

5. Instrumen Bambu Tengah

Instrumen bambu tengah berjumlah dua buah, instrumen ini berbeda dengan instrumen sebelumnya, karena instrumen ini hanya memiliki satu lubang nada yang terdapat pada bagian sebelah kiri. Nada yang dihasilkan instrumen bambu tengah yaitu nada Do dan nada Sol. Bambu tengah berfungsi sebagai pemegang tempo pada setiap lagu yang akan dinyanyikan, agar nada yang terdengar semakin harmonis. Posisi telapak tangan ketika memainkan instrumen bambu tengah yaitu, nada (do) pada saat ditiup, telapak tangan kiri menutupi lubang nada, untuk nada (sol) telapak tangan sebelah kiri terbuka (lubang nada tidak ditutup atau terbuka).

(9)

8 6. Instrumen Saxophone

Instrumen saxophone berjumlah dua buah, yang berfungsi sebagai pemegang tempo pada setiap lagu yang akan dinyanyikan. Instrumen saxophone memiliki bentuk yang unik, karena instrumen ini memiliki leher seperti ular kobra. Saxophone memiliki dua lubang nada yang terdapat pada bagian kiri dan kanan yang terdapat pada bagian bawah instrumen itu sendiri, serta nada yang dihasilkan instrumen musik bambu saxophone yaitu Re-Fa-La.

Posisi telapak tangan ketika memainkan instrumen saxophone yaitu nada (re) pada saat ditiup, kedua telapak tangan menutupi kedua lubang nada, untuk nada (fa) telapak tangan sebelah kiri terbuka (lubang nada sebelah kiri tidak ditutup), begitupun nada (la) kedua telapak tangan terbuka (kedua lubang nada tidak ditutup atau terbuka).

7. Instrumen Klarinet

Instrumen klarinet berjumlah 1 buah. Instrumen klarinet berfungsi sebagai melodi pada saat mengiringi lagu yang akan dinyanyikan. Dikatakan melodi karena, instrumen ini dimainkan sebelum lagu dinyanyikan, pada saat lagu mulai dinyanyikan, dan sampai dengan berakhirnya lagu itu sendiri. Untuk memainkan instrumen ini tentunya memiliki musikalitas dan pernafasan yang baik, instrumen ini memiliki 6 lubang nada dan nada yang dihasilkan yaitu Do-Re-Mi-Fa-Sol-La-Si-Do tinggi.

8. Instrumen Sol – La Tinggi

Instrumen Sol – La Tinggi berjumlah empat buah. Sol – La tinggi, berfungsi sebagai pengiring pada saat lagu dinyanyikan. Bentuk instrumen lebih kecil dan lebih mudah untuk dimainkan dari instrumen yang telah dijelaskan sebelumnya. Instrumen ini memiliki 3 lubang nada dan nada yang dihasilkan sol-la rendah yaitu Sol-La-Si-Do tinggi.

Posisi jari pada saat memainkan instrumen ini yaitu, nada (sol) pada saat ditiup, 3 jari menutupi lubang nada yaitu jari manis, tengah, dan telunjuk, untuk nada (la) jari manis diangkat (satu lubang nada terbuka dan dua lubang nada masih tertutup), nada (si) jari manis dan jari tengah diangkat (dua lubang nada

(10)

9 terbuka dan satu lubang nada masih tertutup), serta untuk (do tinggi) ketiga jari tersebut diangkat (ketiga lubang nada tidak ditutup).

9. Instrumen Sol – La Rendah

Instrumen Sol – La Rendah berjumlah dua buah. Sol-La rendah berfungsi sebagai pengiring pada saat lagu dinyanyikan. Bentuk instrumen ini tidak melengkung, akan tetapi bentuk instrumen ini lurus dan lebih mudah untuk dimainkan seperti instrumen sebelumnya. Sol-La- rendah memiliki 3 lubang nada dan nada yang dihasilkan yaitu nada sol-la-si-do.

Posisi jari pada saat memainkan instrumen ini yaitu, nada (sol) pada saat ditiup, 3 jari menutupi lubang nada yaitu jari manis, tengah, dan telunjuk, untuk nada (la) jari manis diangkat (satu lubang nada terbuka dan dua lubang nada masih tertutup), nada (si) jari manis dan jari tengah diangkat (dua lubang nada terbuka dan satu lubang nada masih tertutup), serta untuk (do) ketiga jari tersebut diangkat (ketiga lubang nada tidak ditutup).

10. Instrumen Suling Kecil

Instrumen suling kecil berjumlah satu buah. Fungsi suling kecil, sama halnya dengan instrumen klarinet yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu sebagai melodi pada saat mengiringi lagu yang akan dinyanyikan. Suling kecil memiliki 10 lubang nada dan 1 lubang tiup, dan nada yang dihasilkan instrumen ini yaitu Do-Re-Mi-Fa-Sol-La-Si-Do tinggi.

11. Instrumen Suling Besar

Instrumen suling besar berjumlah satu buah, Suling besar berfungsi, sama halnya dengan instrumen suling kecil yang telah dijelaskan di atas yaitu sebagai melodi, pada saat mengiringi lagu yang akan dinyanyikan. Suling besar memiliki 6 lubang nada dan 1 lubang tiup, dan nada yang dihasilkan instrumen ini yaitu: Do-Re-Mi-Fa-Sol-La-Si-Do tinggi.

(11)

10 III

Musik adalah suatu ekspresi hati nurani yang dirasakan oleh setiap manusia pada saat merasakan senang, sedih, marah, dan galau yang kemudian diungkapkan melalui bunyi dan suara, karena pada hakikatnya musik berawal dari bunyi. Bentuk, keunikan dan warna musik, tentunya berbeda-beda sesuai dengan ciri khas yang terdapat di daerah itu sendiri.

Musik bambu di desa Londoun terbuat dari bambu, cara meniupnya menggunakan mulut dan untuk menghasilkan nada menggunakan jari dan telapak tangan. Perbedaannya yaitu proses pembuatan, tehnik pembuatan, ukuran, dan kualitas suara yang dihasilkan oleh instrumen musik bambu tersebut.

Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa semakin kecil rongga udara yang dimiliki oleh setiap instrumen, maka semakin sedikit pula udara yang dihembuskan dan suara yang dihasilkan semakin tinggi. Begitupun sebaliknya, semakin besar rongga udara yang dimilikioleh setiap instrumen, maka semakin banyak udara yang dihembuskan serta suara yang dihasilkan semakin rendah.

Saran lebih difokuskan pada pelaku instrumen musik bambu, agar tetap mempertahankan ansambel musik tiup yang juga dapat dikatakan sebagai tradisi secara turun-temurun yang ada di desa Londoun. Selain pelaku musik bambu tentunya juga didukung oleh masyarakat sekitar, agar tetap menjaga dan melestarikan musik bambu di desa Londoun kecamatan Popayato Timur kabupaten Pohuwato dengan regenerasi yang dilakukan secara berkelanjutan.

(12)

11 DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu, Drs. 1984. Pengantar Sosiologi. Surakarta.

Anang, Sumarna. 1987. Bamboo. Bandung: Angkasa.

Badudu J.S (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Daeng, J. Hans. 2000. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan (Tinjauan

Antropologi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Damono, Djoko Sapardi dan Sedyawati, Edi. 1988. Seni Dalam Masyarakat

Indonesia. Jakarta.

Gaffar, Fakry, Mohammad. 2003. Angklung di Jawa Barat: Sebuah

Perbandingan. Bandung; P4ST-UPI.

Hood, Mantle. 1982. Javanes Gamelan in The World of Music. Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat.

Kasmahidayat, Yuliawan. 2010. Agama Dalam Transformasi Budaya Nusantara. Bandung.

Mazam dan Lumban T, Jagar. 1996. Musik Gandang Sarunai Di Kecamatan

Sungai Pagu Kabupaten Solok: Tinjauan Dari Sudut Fungsi, Struktur Organologis dan Garapan Komposisi. Padang: IKIP.

Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology of Music. Chicago. Northwestern University Press.

Moleong, J. Lexy, 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Rosda.

Nakagawa, Shin. 1999. Musik dan Kosmos (Sebuah Pengantar Etnomusikologi). Yogyakarta.

Nazir, Mohammad. (1983). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ploweri Firna. 2008. Kesenian Al-Sikdah Di Sungai Penuh Kerinci: Studi Kasus

Gendang Gembe Dalam Kajian Organologis Dan Musikologi. Padang:

FBSS UNP.

Setiawan, Erie. 2008. Short Musik Service: Refleksi Ekstramusikal Dunia Musik

(13)

12 Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Indonesia. Jakarta.

Tulus H, Kadir. 2005. Buku Ajar Organologi. Padang: Jurusan Sendratasik FBSS UNP.

NARA SUMBER

Nama : Sang Sumombo Umur : 63 Tahun

Pekerjaan : Tani dan Pembuat Musik Bambu Alamat : Desa Londoun

Nama : Vesvianus Kapal (sebagai seorang Veteran) Umur : 74 Tahun

Pekerjaan : Tani

Alamat : Desa Milangoda’a

Nama : Hans Yakobus (sebagai seorang Veteran) Umur : 72 Tahun

Pekerjaan : Tukang

Alamat : Desa Londoun

Nama : Roland Bulanta Umur : 46 Tahun

Pekerjaan : Tani dan Ketua Sanggar Musik Bambu Alamat : Desa Londoun

Nama : Naftali Tahulende Umur : 32 Tahun

Pekerjaan : Tani dan Penanggung Jawab Instrumen Musik Bambu Alamat : Desa Londoun

(14)
(15)

14 ORGANOLOGI MUSIK BAMBU DI DESA LONDOUN

KECAMATAN POPAYATO TIMUR KABUPATEN POHUWATO

Oleh

Syahrul Latapeng, Trubus Semiaji

JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2014

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model PjBL melalui metode eksperimen laboratorium dapat meningkatkan hasil belajar, kreativitas siswa serta

Pembuatan batu bata kini telah tersebar termasuk Indonesia, salah satunya adalah kota Pekanbaru yang memiliki beberapa industri batu bata, misalnya di RW 22 Kelurahan

Membantu petani dalam mengidentifikasi gejala awal penyakit tanaman dan hama penyakit tanaman padi, sehingga pengobatan penyakit tanaman dan serangga hama lebih

Pembingkaian berita debat kandidat presiden dan wakil presiden 2019 yang ditayangkan selama periode 17 Januari sampai dengan 13 April 2019 menempatkan program debat KPU sebagai

Salah satu tempat pembuangan sampah akhir di kota Pekanbaru, Riau yaitu TPA Muara Fajar menampung sampah- sampah yang berasal dari seluruh kota Pekanbaru, baik

dengan teknik eksplikasi dapat menghasilkan analisis makna suatu bahasa yang mendekati postulat ilmu semantik yang menyatakan bahwa satu bentuk untuk satu makna dan

Proses pengujian dilakukan dengan mengambil inputan melalui kamera webcam, lalu diubah menjadi nilai bipolar dan dikalikan dengan matriks bobot (W) yang telah

Berdasarkan nilai natrium didapatkan bahwa mean natrium sebelum TURP 139,3 + 3,7 dan nilai natrium sesudah TURP 134,4 + 5,3 mmol/L,dan didapatkan perbedaan