• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TINGKAT STRES PADA LANJUT USIA DI DESA LEREP KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TINGKAT STRES PADA LANJUT USIA DI DESA LEREP KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG ABSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

USIA DI DESA LEREP KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG

Haerun Nadwah*), Eko Susilo**), Umi Aniroh***) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Kehidupan lanjut usia senantiasa membutuhkan komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial berpengaruh terhadap kehidupan kejiwaan lanjut usia. Kejiwaan yang sehat apabila hubungan dengan sesama tercipta dan berjalan dengan baik. Keadaan kejiwaan yang sehat dapat terpenuhi melalui hubungan yang memuaskan dengan sesama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan interaksi sosial dengan tingkat stres pada lanjut usia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.

Studi penelitian deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectoinal. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh lansia yang berusia 60-74 tahun di RW 1 sampai dengan RW 4 Desa Lerep. Didapatkan sampel 100 lansia dengan metode total sampling. Cara pengambilan data dengan menngunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji chi square (=0,05).

Interaksi sosial sebagian besar responden adalah kategori baik yaitu 51 responden (51%). Tingkat stres responden sebagian besar adalah kategori ringan dan sedang yaitu masing-masing 28 responden (28%). Ada hubungan yang bermakna antara interaksi sosial dengan tingkat stres pada lanjut usia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang (p=0,044).

Ada hubungan yang bermakna antara interaksi sosial dengan tingkat stres pada lanjut usia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, sehingga para lansia lebih meningkatkan interaksi dengan sesama lansia maupun yang tinggal di lingkungan sekitar masyarakat dalam mengurangi terjadinya stress.

Kata kunci : interaksi sosial, tingkat stres, lanjut usia

(2)

ABSTRACT

Life of the older people is always needs of communication and interaction with others. Social interaction affects on their mental life. A healthy psychological life can be reach when the relationship with others is created and going well. A healthy mental condition can be met through satisfying relationship with others. This study aims to find the correlation between social interaction and stress levels in the older people at Lerep village West Ungaran Sub-district Semarang Regency.

This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The population in this study was the entire older people aged 60-74 years at RW 1 to RW 4 of Lerep Village. The samples in this study were 100 older people that sampled by using total sampling method. The data collecting used questionnaires. The data were analyzed by using chi-square test (α= 0.05).

The social interaction of respondents is mostly in the category of good as many as 51 respondents (51%). The stress level of the respondents is mostly in the category of mild and medium each one as many as 28 respondents (28%). There is a significant correlation between social interaction and stress level in the older people at Lerep village West Ungaran Sub-district Semarang Regency (p = 0.044).

There is a significant correlation between social interaction and stress level in the older people at Lerep Village West Ungaran Sub-district Semarang Regency. The older peoples are expected to intensity interaction with their fellow human beings who live in the neighborhood community in reducing stress.

Keywords: Social interaction, stress level, older people

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kehidupan lanjut usia senantiasa membutuhkan komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial berpengaruh terhadap kehidupan kejiwaan lanjut usia. Kejiwaan yang sehat apabila hubungan dengan sesama tercipta dan berjalan dengan baik. Keadaan kejiwaan yang sehat dapat terpenuhi melalui hubungan yang memuaskan dengan sesame. Namun pada kenyataan ada lanjut usia yang kurang dapat menikmati atau kurang puas dengan hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan sosial yang tidak memuaskan dapat menimbulkan kesenjangan antara yang diinginkan dengan yang dicapai oleh lanjut usia. Dengan demikian lanjut usia akan mengalami perasaan yang kurang menyenangkan, kurang puas dengan hubungan interpersonal yang dilakukan

bahkan dapat menimbulkan stres pada lansia (Sarwono, 2008).

Interaksi sosial memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan lansia. Kondisi kesepian dan terisolasi secara sosial akan mempengaruhi hubungan sosial, baik sesama lansia maupun dengan pengasuh. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, lansia senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, saling beradaptasi, saling mempelajari, menilai dan saling melengkapi (Santrock, 2007).

Umumnya hubungan sosial yang dilakukan para lanjut usia adalah karena mereka mengacu pada teori pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran sosial sumber kebahagiaan manusia umumnya berasal dari hubungan sosial. Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul dari perilaku orang lain. Pekerjaan yang dilakukan seorang diri pun dapat menimbulkan kebahagiaan seperti halnya membaca buku, membuat karya seni, dan

(3)

sebagainya, karena pengalaman-pengalaman tadi dapat dikomunikasikan dengan orang lain. Lanjut usia (lansia) yang memiliki penyesuaian diri yang baik seperti dapat berinteraksi dengan tetangga dan masyarakat sekitar dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di daerah lanjut usia berada, maka timbal balik dari dukungan sosial itu sendiri juga akan baik dan apabila penyesuaian diri lanjut usia itu tidak baik dengan kurang berinteraksi dengan tetangga dan masyarakat sekitar maka dukungan sosial yang didapatkan lanjut usia tidak baik juga (Hurlock, 2008).

Stres pada lansia dipandang sebagai masalah yang cukup penting, karena adanya bukti bahwa stres pada lansia akan membawa kepada ketidakmampuan atau disability baik dalam fungsi fisik maupun sosial (Hoedijono, 2009). Stres menyebabkan ketidakmampuan dalam fungsi sosial yaitu akan meningkatkan isolasi sosial, morbiditas medik, masalah keluarga dan penderitaan pribadi. Selain rasa kesedihan, stres juga menimbulkan gangguan fisik dan mental seperti kemampuan kerja, nafsu seks, nafsu makan dan bahkan kesulitan untuk memahami informasi merupakan bagian dari stres (Shreeve, 2012).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti diperoleh jumlah lansia sebanyak 100 orang. Hasil pengumpulan data untuk mengukur variabel interaksi sosial dan tingkat stres terhadap 9 responden dengan menggunakan kuesioner sederhana diperoleh 5 orang (55,6%) mengalami stres sedang (menjadi marah karena hal-hal sepele, cenderung bereaksi berlebihan dan sulit untuk bersantai) dimana 3 orang (60,0%) mempunyai interaksi sosial kategori positif (dapat bekerjasama dengan teman-teman dalam berbagai kegiatan, aktif dalam kegiatan lingkungan dan tidak malu menyampaikan pendapat) dan 2 orang (40,0%) mempunyai interaksi sosial kategori negatif (tidak dapat bekerjasama dengan teman-teman dalam berbagai kegiatan,

pasif dalam kegiatan lingkungan dan malu menyampaikan pendapat).

Rumusan Masalah

Adakah hubungan interaksi sosial dengan tingkat stres pada lanjut usia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan interaksi sosial dengan tingkat stres pada lanjut usia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini hendaknya dapat dipakai oleh tenaga keperawatan untuk mempromosikan usaha menurunkan tingkat stres pada lansia dengan memanfaatkan interaksi sosial.

Bagi keluarga, penelitian ini dapat menambah penegetahuan dan wawasan terutama mengenai interaksi sosial yang berpengaruh terhadap kejadian stres

METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pengukuran variabel interaksi sosial dan tingkat stres pada lansia dalam penelitian ini hanya dengan satu kali pada satu waktu.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang pada 29 Januari-31 Januari 2016

Populasi dan Sampel Populasi

Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah lansia di 4 RW di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang yang terdiri dari RW 1, 2, 3, dan 4 sebanyak 100 orang (Data bulan November 2015).

(4)

Sampel

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan total sampling. Besarnya sampel dalam penelitian ini berdasarkan tehnik total populasi adalah sebesar 100 orang.

Alat Pengumpulan Data

Kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan digunakan untuk menggali stres pada pasien. Kuesioner ini diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) dari Lovibond dan Lovibond.

Lembar kuesioner untuk variabel interaksi sosial yang digunakan dibuat oleh peneliti.

Analisis Data Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan interaksi sosial dan tingkat stres pada lanjut usia. Analisis Bivariat

Chi Square (χ2) satu sampel adalah teknik statistik yang digunakan dalam penalian ini. Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk hubungan interaksi sosial dengan tingkat stres pada lanjut usia di Desa Lerep, Ungaran Barat Kabupaten Semarang yang diolah dengan menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20.0.

HASIL PENELITIAN Univariat

Gambaran interaksi sosial pada lanjut usia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang

Tabel 1

Gambaran interaksi sosial pada lanjut usia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang

Interaksi sosial f %

Baik 51 51

Kurang 49 49

Total 100 100

Gambaran tingkat stres pada lanjut usia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang

Tabel 2

Gambaran tingkat stres pada lanjut usia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tingkat stres f % Normal 11 11 Ringan 28 28 Sedang 28 28 Berat 16 16 Sangat berat 17 17 Total 100 100 Bivariat

Hubungan interaksi sosial dengan tingkat stres pada lanjut usia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kab Semarang

Tabel 3

Hubungan interaksi sosial dengan tingkat stres pada lanjut usia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kab Semarang

Tingkat stres Interaksi sosial Total P value Positif Negatif f % f % f % Normal 8 72,7 3 27,3 11 100 0,044 Ringan 10 35,7 18 64,3 28 100 Sedang 13 46,4 15 53,6 28 100 Berat 11 68,7 5 31,3 16 100 Sangat berat 5 29,4 12 70,6 17 100 Total 49 49 51 51 100 100 PEMBAHASAN Analisis univariat

Interaksi sosial lanjut usia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kab Semarang

Berdasarkan hasil penelitian interaksi sosial responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah kategori interaksi soasial baik yaitu 51 responden (51%) sedangkan interaksi sosiaal kategori kurang pada responden dalam penelitian ini sejumlah 49 responden (49%).

Hasil penelitian menunjukkan lansia yang mempunyai kemampuan interaksi sosial adalah lansia yang masih mampu melakukan interaksi sosial yang masih sehat fisik maupun psikisnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekanto (2005), yang menyatakan bahwa syarat-syarat

(5)

adanya interaksi sosial antara lain adalah adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Tanpa kedua syarat tersebut maka seseorang tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial karena yang dimaksud dengan interaksi adalah apabila ada dua orang atau lebih.

Berdasarkan hasil observasi pada lansia di Desa Lerep interaksi sosial yang kurang disebabkan karena adanya beberapa faktor yang mengganggu, seperti jarangnya berkomunikasi, sedikit berbaur dengan masyarakat, mengalami suatu penyakit, lebh betah dirumah, merasa tidak nyambung berkomunikasi dengan orang yang lebih muda sehingga lebih memilih untuk berdiam dirumah dan suka menarik diri. Hal ini sesuai dengan teori psikososial menurut Tamher & Noorkasiani (2009), yang menyatakan bahwa individu atau masyarakat mengalami keadaan menarik diri. Memasuki usia tua, individu mulai menarik diri dari masyarakat, sehingga memungkinkan individu untuk menyimpan lebih banyak aktivitas-aktivitas yang berfokus pada dirinya dalam memenuhi kestabilan pada stadium ini. Perubahan psikis lansia yang dapat menyebabkan kemunduran dalam berinteraksi sosial adalah lansia yang mengalami perasaan rendah diri, bersalah atau merasa tidak berguna lagi, apalagi apabila lansia sudah ditinggal pasangan hidupnya. Kondisi seperti ini membuat lansia menutup diri dengan orang muda atau sebayanya, sehingga sudah tidak berminat untuk kontak sosial dan menghabiskan waktu. Gambaran tingkat stres pada lanjut usia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden mengalami stres berat dan sangat berat mencapai 33 responden (33%). Hal ini diakibatkan karena permasalahan yang dialami lansia ini bukanlah sebuah hal yang mudah untuk dilaluinya, permasalahan tersebut menjadi sebuah dilema tersendiri bagi lansia. Hal itu dapat terbukti dengan adanya perilaku

yang semestinya tidak dilakukan tetapi tetap saja dilakukan pada fase ini, misalnya saja di usia yang tidak muda ini lansia tetap mencoba untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Perasaan tertekan serta kecemasan yang berlebih yang timbul pada diri lansia tersebut sering dialami oleh lansia. Perasaan-perasaan tersebut berakhir dengan keadaan stres yang sangat mengganggu dalam kehidupan lansia. Kondisi-kondisi yang tertekan serta keadaan yang serba salah dalam bertindak memang dirasakan oleh para lansia saat ini (Wirawan, 2012).

Pada fase lanjut usia ini memang ditandai dengan adanya kemunduran fisik dan merasa bahwa hidup sudah dekat dengan akhir hayat, oleh sebab itu penting kiranya mendapatkan kasih sayang dari lingkup keluarga terdekat, kerabat dan bahkan lingkungan terdekat merupakan sumber kenimatan tersendiri. Pada fase ini seorang yang merasa bahwa dirinya diterima dan dihargai oleh sekelilingnya merupakan anugerah yang tidak mungkin dapat dinilai dengan materi (Hardywinoto dan Tony, 2005). Keadan-keadaan yang tidak sesuai dengan harapan itulah yang tentunya mengerucut kepada keadaan-keadaan yang memicu timbulnya stres.

Pada fase ini, lansia sangat membutuhkan pertolongan orang lain akan tetapi disisi lain lansia juga ingin menunjukkan keadaan dirinya yang masih mampu untuk melakukan aktivitas dan lansia masih mempunyai kekuatan dan wewenang di dalam keluarganya atau dengan kata lain mereka berada di puncak kekuasaan (Desmita, 2006). Perasaan tertekan serta kecemasan yang berlebih yang timbul pada diri lansia tersebut sering dialami oleh lansia. Perasaan-perasaan tersebut berakhir dengan keadaan stres yang sangat mengganggu dalam kehidupan lansia. Berbagai perubahan membuat para lansia tidak akan menikmati usia-usia nya tersebut dengan penuh canda serta kegembiraan dengan keluarga besarnya.

(6)

Analisis bivariat

Hubungan interaksi sosial dengan tingkat stres pada lanjut usia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kab Semarang

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna antara interaksi sosial dengan tingkat stres pada lansia di Desa Lerep Kabupaten semarang dengan hasil tabulasi silang menggunakan uji statistik Chi Square didapatkan p value 0,044<0,05.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden dengan interaksi sosial yang posistif mengaalamai tingkat stres yang normal 8 responden (72,7). Hal tersebut dikarenakan lansia masih bisa menerima keadaan yang ada pada dirinya, bisa melakukan aktivitasnya sesuai dengan kemampuannya, tetap merasa bahagia, dan juga bisa menikmati masa tua dengan penuh makna, berguna dan berkualitas. Contohnya sebagian lansia menyadari dan menerima dengan kondisi fisik yang sudah mulai menurun namun mereka masih tetap semangat dan bisa melakukan kegiatan. Sehingga interaksi lansia dengan masyarakat dan teman sebayanya mampu dilakukan dengan baik, hal itulah yang menyebabkan lansia tidak banyak terdiam yang mengakibatkan stres serta sampel pada penelitian ini lansia di Desa Lerep yang berusia 60-65 tahun masih aktif melakukan aktifitas tertuma ikut serta dalam posyandu lansia yang di adakan oleh pihak kesehatan di setiap bulannya.

Berdasarkan penelitian 5 responden (29,4%) mengalami stres sangat berat dengan interaksi sosial positif. Hal ini diakibatkan karena lansia tidak ada waktu untuk bergaul dengan masyarakat pada umumnya karena memiliki kesibukan. Pengaruh lain brdasarkan hasil wawancara, sebagian lansia mengalami stres diakibatkan karena kurangnya sosial ekonomi, sehingga waktu luang untuk berpartisipasi dengan masyarakat menjadi berkurang karena harus mencari nafkah untuk makan sehari-hari.

Munculnya beberepa gejala stres juga diakibatkan oleh gejala kognitif yang

ditandai dengan kemampuan berpikir menurun secara drastis, tidak mampu untuk mengambil sebuah keputusan, menghindari adanya sebuah permasalahan serta kemampuan untuk mengingat sudah menurun secara drastis, pada gejala psikologis yang ditandai dengan adanya gelisah, sedih yang teramat, cemas yang berlebihan, serta perasaan serba salah dalam setiap melakukan tindakan, sedangkan pada gejala perilaku muncul beberapa tanda-tanda yaitu tidak adanya kemampuan serta kemauan untuk berbagi guna bertukar pikiran dengan anggota keluarga atau dengan kata lain para lansia memilih jalan untuk memendam segala permasalahan yang dialami oleh lansia tersebut.

Keterbatasan penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu peneliti dan asisten merasa kesulitan untuk menggali masalah-masalah yang dialami responden yang disebabkan oleh responden yang pendengarannya sudah berkurang, responden yang tidak mampu membaca dan menulis, sehingga dilakukan penelitian dengan menambahkan mimik wajah peneliti untuk memperjelas pernyataan.

KESIMPULAN

Interaksi sosial responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah kategori interaksi soasial baik yaitu 51 responden (51%) sedangkan interaksi sosiaal kategori kurang pada responden dalam penelitian ini sejumlah 49 responden (49%).

tingkat stres sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah tingkat stres kategori ringan dan sedang yaitu masing-masing 28 responden (28%), sedangkan responden dengan tingkat stres frekuensi paling sedikit yaitu kategori normal yaitu 11 responden (11%). Kemudian sebagian dari responden mengalami tingkat stres kategori sangat berat yaitu 17 responden

(7)

(17%) dan kategori tingkat stres berat yaitu 16 responden (16%)

Ada hubungan interaksi sosial dengan tingkat stres pada lanjut usia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan p=0,044.

SARAN

Tenaga kesehatan terutama perawat data ini dapat dijadikan penyuluhan untuk mengurangi stress pada lansia dengan meningkatkan interaksi dengan cara diadakan pemantauan kehadiran setiap bulan pada acara posyandu lansia.

Hendaknya para lansia lebih meningkatkan intraksi sosial dengan sesame lansia yang tinggal di lingkungan skitar masyarakat, keluarga maupun pihak terkait dalam mengurangi terjadinya stres, dengan cara berperan aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh keluarga maupun lingkungan seperti pengajian, senam lansia, posyandu, acara PKK dan lain-lain.

Dalam penelitian selanjutnya yang harapkan meneliti tentang factor lain yang dapat mempengaruhi hubungan intraksi sosial dengan tingkat stres seperti, dukungan keluarga dengan tingkat stress pada lansia dan untuk peneliti lain melakukan intevensi lebih lanjut kepada lansia yang mengalami stress berat.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ahmadi, 2009. Psikologi Sosial, Jakarta : Rineka Cipta

[2] Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

[3] Azizah, 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu [4] Bandiyah. 2009. Lanjut Usia dan

Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika

[5] Baron and Greenberg. 2009. Behavior in Organizations Fourth Edition. Alih Bahasa Djoerban Wahid. Boston: Allyn and Bacon.

[6] Fitria, 2011. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta : Salemba Medika

[7] Friedman, 2008. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan. Praktek. Jakarta : EGC

[8] Ghozali, 2007. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS, Semarang : Badan. Penerbit Universitas Diponegoro

[9] Handoyo. 2009. Stres pada Masyarakat Surabaya. Jurnal Insan Media Psikologi Surabaya : Fakultas Psikologi Airlangga

[10] Hawari. 2009. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

[11] Hurlock, 2008. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

[12] Indriana, 2010. Tingkat stres lansia di Panti Wredha “Pucang Gading” Semarang. Subjek penelitian sejumlah 32 lansia Panti Wredha Pucang Gading Semarang. Skripsi PSIK Unimus

[13] Kelliat. 2008. Model praktik keperawatan profesional jiwa. Edisi I. Jakarta : EGC

[14] Losyk, B, “Kendalikan stress anda: cara mengatasi stress dan sukses ditempat kerja”, Marselita Harapan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005

[15] Lovibond and Lovibond. 2005. Manual for the depression anxiety stres scales. the psychology foundation of Australia Inc.

[16] Maryati, 2006. Sosiologi : jilid 1. Semarang : Erlangga

[17] Mubarak & Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC [18] Munandar, 2009. Psikologi industri

dan organisasi. Jakarta : UI-Press. [19] Notoatmodjo. 2010. Metode

Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

(8)

[20] Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba medika

[21] Potter & Perry, 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4, Volume 1. Jakarta: EGC

[22] Proverawati, 2010. BBLR Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.

[23] Sarwono, 2008. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka

[24] Soejono, Setiati & Wiwie, 2010. Pedoman Pengolahan Kesehatan Pasien Geriatri: Untuk Kedokteran dan Perawat. Jakarta : penerbit FKUI. [25] Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

[26] Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

[27] Walgito. 2008. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi

[28] Wirawan. 2012. Menghadapi Stres dan Depresi. Platinum, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

lahir. Kemudian lakukan cara yang sama untuk melahirkan bahu.. dan lengan depan bayi. Menolong dengan metode muller apabila sulit untuk melahirkan bahu. belakang

Penelitian selama 10 tahun terakhir dikhususkan untuk pengembangan kurikulum baru. Praktik pembelajaran atau teknologi yang mendukung argumentasi ilmiah di dalam

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MODUL DIGITAL INTERAKTIF METODE PROBLEM BASED LEARNING GUNA MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DAN

Iklan Baris Iklan Baris JAKARTA UTARA Serba Serbi JAKARTA BARAT RUPA-RUPA Rumah Dijual Rumah Dikontrakan JAKARTA PUSAT JAKARTA SELATAN JAKARTA SELATAN JAKARTA TIMUR JAKARTA

Di Indonesia, data prevalensi infeksi Hp pada pasien ulkus peptikum (tanpa riwayat pemakaian obat-obatan anti-inflamasi non-steroid/OAINS) bervariasi dari 90-100% dan

melalui pemberitaan antara lain adalah ancaman lingkungan yang tidak ter-cover secara sempurna, kemudian kedua media daring juga memetakan adanya ancaman korupsi yang

Ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang baik dengan penerapan pola makan yang kurang baik, namun memiliki anak dengan status gizi baik dapat disebabkan karena

Pemilihan penari dalam karya ini disesuaikan dengan jumlah anggota tubuh yang sering mengeluarkan keringat berlebih pada penderita hyperhidrosis. Anggota tubuh