• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK KEAKTIFAN GUNUNG API IJEN, JAWA TIMUR TERHADAP DAS BANYUPUTIH DAN PENANGANANNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK KEAKTIFAN GUNUNG API IJEN, JAWA TIMUR TERHADAP DAS BANYUPUTIH DAN PENANGANANNYA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

DAMPAK KEAKTIFAN GUNUNG API IJEN, JAWA TIMUR

TERHADAP DAS BANYUPUTIH DAN PENANGANANNYA

M. S. Raharjo1, A. D. Wirakusumah2, dan H. Humaida3

1,2 STEM Akamigas, Jl. Gajah Mada 38 Cepu

3 BPPTK (PVMBG, Badan Geologi), Jl Cendana 15 Yogyakarta.

E-mail: minarto.stem@gmail.com

ABSTRAK

Manifestasi geologi kesehatan di Gunung Ijen ditandai dengan adanya air asam di DAS Banyuputih dengan pH 0,5–3,5. Sumber keasaman berasal dari air danau kawah ijen sebagai gunung api aktif dan airnya merembes ke DAS Banyupait/Banyuputih kemudian bermuara di Selat Madura. Kondisi ini berakibat rendahnya kualitas kehidupan manusia, flora maupun fauna di sepanjang DAS Banyuputih. Studi kimia air danau kawah ijen dan air di sepanjang DAS Banyuputih memperlihatkan kualitas air yang sangat buruk bagi kehidupan. Pengelolaan air asam di DAS Banyuputih disarankan dilakukan segregasi air netral dari air asam sehingga air netralnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan kehidupan di DAS Banyuputih dan air asam diolah sehingga terbentuk air netral sebelum dialirkan ke laut.Pengolahan air asam telah dilakukan di laboratorium dengan menambahkan kapur tohor (CaOH) ke dalamnya menghasilkan air netral (pH = 5) dan perolehan mineral ekonomis antara lain gipsum.

Kata kunci: Aktivitas vulkanik, segregasi, pengelolaan, pengolahan.

ABSTRACT

Medical geology manifestations at Ijen volcano are shown by an extremely acid water in Banyuputih River (pH= 0.5–3.5). The acidity was originally come from Ijen Crater Lake water which closely related with the Ijen Volcano activity. The acid water leaks into Banyupait/Banyuputih River Flow Area flowing down until Madura Strait. Chemical study of the acid water shows bad in quality especially for life. Managing of the acid water by segregating the acid water from the neutral water on Banyuputih River Flow Area was strongly recommended to fully fullfil the neutral water for upgrading the level of life along the River Area. Water treatment was carried out in the laboratory scale by adding CaOH into the water to produce neutral water with the pH of 5, in addition producing economic mineral such as gypsum.

Keywords: Medical Geology, Segregation, Managing, Treatment.

1. PENDAHULUAN

DAS Sungai Banyuputih yang terletak di bagian timur dari Pulau Jawa berada di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Situ-bondo, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabu-paten Bondowoso (Gambar 1). Hulu Sungai Banyuputih berasal dari Danau Kawah Gunung Ijen terletak di Kabupaten Banyu-wangi. Muara dari Sungai Banyuputih ter-letak di Kecamatan Asembagus, pantai utara

Jawa, 250 km dari Surabaya ke arah Banyu-wangi yang berada di Kabupaten Situbondo. Air danau kawah ijen yang merupakan hulu dari DAS Banyuputih mempunyai pH sangat asam (0-1). Akibatnya, pH air Sungai Banyuputih di bagian hilir (muara sungai) juga asam dengan pH = 3 meskipun sudah mendapatkan pengencaran dari anak-anak sungai yang pH-nya netral (6-8). Kondisi tersebut menimbulkan dampak turunan terhadap biota air, produk pertanian,

(2)

kese-2 Kabupaten Bondowoso Kabupaten Situbondo Kabupaten Banyuwangi

U

Danau Kawah Ijen

hatan masyarakat, dan sumber daya air yang kurang pemanfaatnya di kawasan sepanjang DAS Banyuputih.

Untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas, perlu dicari penanganan yang sesuai agar DAS Banyuputih dapat dimanfaatkan secara maksimal bagi masyarakat sekitarnya.

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penelitian 2. METODE

Kasus ini termasuk medical geology yang bertujuan untuk memahami sumber penyebab keasaman di sepanjang DAS Banyuputih. Air asam di DAS Banyuputih merupakan dampak dari proses geologi, yaitu kegiatan gunung api yang dalam hal ini kegiatan Gunung Ijen. Oleh karena itu, diperlukan kajian tentang geologi dan kimia dari Gunung Ijen terutama di Kawah Ijen. Setelah itu, dicari metode agar DAS Banyuputih dapat dikelola sehingga dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Kajian geologi Gunung Ijen dilakukan melalui studi pustaka dan survei lapangan berdasarkan stratigrafi, struktur geologi, geomorfologi, dan sejarah geologinya terutama di daerah yang mencakup DAS Banyupait/Banyuputih, Gunung Ijen, Jawa Timur.

Kajian tentang dampak aktivitas Gunung Ijen terhadap DAS Banyuputih dilakukan melalui studi pustaka, survei lapangan, dan percobaan laboratorium kimia. Studi pustaka dari para peneliti sebelumnya untuk men-dapatkan gambaran tentang DAS Banyu-putih secara menyeluruh. Survei lapangan

digunakan untuk memastikan kondisi yang sebenarnya, baik kualitas air permukaan maupun pemanfaatan DAS Banyuputih. Percobaan laboratorium dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang pengelolaan air asam. Dari kajian ini akan didapat alternatif-alternatif pengelolaan yang diha-rapkan dapat dilakukan.

3. PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Berdasarkan data stratigrafi1) dan

geo-logi struktur1,2) di komplek Gunung Ijen,

sejarah pembentukan Gunung Ijen tersebut secara geologi terbagi menjadi tiga periode besar, yaitu periode prapembentukan kal-dera, periode saat pembentukan kalkal-dera, dan periode pascapembentukan kaldera, seperti diilustrasikan pada Gambar 2.

Pada periode prapembentukan kaldera, pembentukan Gunung Api Ijen terjadi di atas batuan alas berupa batuan sedimen terdiri atas batu gamping, konglomerat, batu pasir dalam kondisi lingkungan laut dangkal yang berumur tersier (miosen) sampai dengan pleistosen. Lingkungan pengendapan dari batuan alas tersebut merupakan laut dangkal yang berubah menjadi pantai kemudian daratan dengan ketinggian relatif rendah. Kondisi ini dilanjut dengan terjadinya pembentukan Gunung Api Ijen Purba dari mulai umur pleistosen (sebelum 294.000 tahun yang lalu) dengan batuan yang dihasilkan terdiri atas lava dan piroklastik dari Gunung Ijen Purba. Pembentukan Gunung Ijen Purba menempati lokasi di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo.

Periode pembentukan Kaldera Ijen ter-jadi antara 294.000 dan 50.000 tahun yang lalu, yaitu saat terjadi letusan besar ditandai dengan terendapkannya batuan ignimbrit Ijen Purba atau piroklastik aliran yang endapan-nya terhampar luas ke semua arah di seluruh tubuh Gunung Ijen Purba. Berdasarkan penyebaran endapan produk letusannya, diinterpretasikan proses pembentukan kal-dera tersebut diawali dengan letusan sangat eksplosif yang melontarkan sebagian tubuh

(3)

3

puncak, kemudian disusul dengan amblasan dari tubuh puncak tersebut sehingga terben-tuk lubang besar, yaitu kaldera dengan ukuran 17 × 15,5 km.

1. G. Ijen Purba

2. Pembentukan Kaldera Ijen

3. Pembentukan anak-anak gunung, 5 di bibir kaldera, 17 di tengah kaldera. G. SUKET G. JAMPIT G. RANTEHG. RINGGIH G. MERAPI G. Ijen G. Blau G. Genteng G. Anyar G.Papak

Gambar 2. Sejarah Pembentukan Kompleks Ijen, Jawa Timur Secara

Geologi

Pascapembentukan Kaldera Ijen sekitar 50.000 tahun yang lalu sampai dengan saat ini ditandai dengan terbentuknya 5 buah gunung di sekitar dinding kaldera dan 17 buah gunung di dalam Kaldera Ijen. Kelima buah gunung tersebut dari tua ke muda terdiri atas:

• Gunung Jampit di dinding Kaldera Ijen sebelah selatan;

• Gunung Suket pada dinding kaldera sebelah barat daya;

• Komplek Gunung Ginggih pada dinding kaldera sebelah timur laut;

• Gunung Rante pada dinding kaldera sebelah tenggara;

• Komplek Gunung Merapi pada dinding kaldera sebelah timur.

Ketujuh belas gunung yang terdapat di dalam Kaldera Ijen dari tua ke muda terdiri atas G. Blau; G. Wido Daren; G. Papak; G. Pawenen; G. Pendil; G. Cilik; G. Gempol; G. Kukusan; G. Gelaman; G. Wurung; G. Genteng; G. Anyar; G. Lingker; G. Mlaten; G. Cemara; G. Gending Waluh; dan G. Ijen (Kawah Ijen). Kegiatan gunung yang aktif sampai dengan saat ini adalah di Kawah Ijen yang membentuk Danau Kawah Ijen dengan

ukuran 910 × 600 m, pada elevasi 2.148

mdpl, dengan volume air sekitar 30 juta m3).

Dengan demikian, G. Ijen sangat aktif dan pusat letusan sering berpindah-pindah. Bukti aktifnya Kawah Ijen dapat diamati pada letusan-letusan freatik yang tercatat pada tahun 1796, 1817, 1917, 1936, 1952, dan 1993, 2000, 2001, sedangkan bualan air atau gas terjadi pada tahun 1962, 1976, 1991, terjadi kenaikan aktivitas ditandai dengan naiknya suhu air danau dan suhu solfatara dan turunnya pH seperti pada tahun 1999

dan 20044). Kemudian pada bulan Agustus

tahun 2005 di dasar Kawah Ijen terjadi tembusan solfatara dengan intensitas kuat disertai sublimasi belerang, warna air danau kawah hijau muda sampai hijau telor asin yang menandakan air sangat asam dengan nilai pH yang ekstrim rendah (0-1) dengan suhu air danau relatif hangat secara merata.

Berdasarkan morfologinya, DAS Banyu-putih terdiri atas anak-anak sungai: Sungai Banyupait, Kali Blawan, Kalisat, Kali Sengon, Kali Banyuputih 1, dan Kali Banyuputih 2 di sebelah utara Blawan (Gambar 3)5).

Gambar 3. Morfologi di sekitar DAS Banyupait/Banyuputih6)

> 294.000 th yl

Antara 294.000

(4)

4

Tabel 1. Kualitas Air Permukaan di DAS Banyuputih6)

Parameter Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Fisika

T. air o C 42,5 22,5 26 48 21 24 30 30 22

T. udara o C 21 26 32 26 30 32 37 37 22

Warna Putih- hijau Ke kuningan - - Keruh Jernih - - Pth Keruh

Bau Belerang belerang - - belerang - - - Belerang

Rasa Sngt Asam Sngt Asam - - asam - - - Asam

DHL μmhoscm 315900 118600 404 1876 1771 1048 400 411 1161 Debit M3/det 0,04 0,2 0,02 0,25 0,2 0,4 0,4 0,1 Jrk dr Danau km 0 3 12,5 12 14 13,5 17 28 36 Kimia pH 0,665 1,16 6,6 7,13 3,6 7,6 7,77 7,6 4,5 Na g/m3 1500,075 923,07 20,5 175,86 52,58 46,5 25 25 48,5 K g/m3 896,55 855 6,85 35,18 16 8,62 8,95 8,95 14,22 Li g/m3 118,29 82 0,65 4,05 1,6 0,92 0,78 0,78 1,46 Ca g/m3 674,26 428,85 30,15 100,51 96,32 9,8 33,5 33,5 84,6 Mg g/m3 68,35 47,74 18,59 64,83 21,61 34,68 15,58 15,58 15,08 Fe g/m3 48,6 86,28 0 2,01 2,25 0 0 0 5,91 NH3 g/m3 0,265 0,37 0 0,23 0,21 0 0 0 0,2 Kimia As g/m3 1,9 1,89 0,14 0,21 0,19 0,13 1,24 0,59 0,46 HCO3 g/m3 0 0 149,21 835,01 0 246,77 252,51 249,64 14,35 SO4 g/m3 59562,5 23830 49 145,85 0 0 5,25 3,56 245,4 Cl g/m3 22795,5 12749 46,51 121,14 243,9 124,37 16,79 23,25 186,4 B g/m3 147,4 75,04 0 0 6,7 0 0 0 4 F g/m3 231,5 228 0,45 0,77 0,38 0,65 0,23 0,1 2,18 SiO2 g/m3 57,2 55,84 29,82 54,91 35,4 31,47 38,68 36,72 34,16 Keterangan:

1 Danau Kawah Ijen,(11,12) 6 Kali Sengon (17) 2 K. Banyupait (13) 7 Kali Banyuputih-1 (1) 3 Kalisat (14) 8 Kali Banyuputih-2 (2) 4 Mata air Panas Blawan (15) 9 Cabang Sungai Banyuputih 5 Kali Blawan (16) di Asembagus (22)

Kualitas air permukaan rata-rata normal, namun setelah bercampur dengan anak sungai yang telah bercampur dengan air danau kawah ijen menjadi masam. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 16).

Sepanjang aliran sungai Banyupait-Banyuputih antara lain dimanfaatkan untuk:

• Mandi dan cuci (MCK), dan kadang juga untuk air minum.

• Minum dan berendam hewan peliharaan (sapi dan kerbau).

(5)

5

Pada masa lalu pernah dibangun sebuah PLTMH, namun peralatannya tidak bertahan lama karena korosi. Di samping itu, sering terjadi gagal panen untuk berbagai jenis tanaman di kawasan DAS Banyuputih.

Secara kesehatan masyarakat, pola penyakit masyarakat di DAS Banyuputih yang diambil dari data puskesmas setempat, yaitu di Desa Bantal, Kecamatan Asembagus pada tahun 2014 diperlihatkan pada Tabel 2.

DAS Banyuputih memperlihatkan kan-dungan fluorida sebesar 1,31-2,04 mg/lt yang berarti melebihi nilai baku mutu nilai

baku mutu (1,5 mg/lt)8). Bahkan, hasil

analisis air tanah pada sumur bor pengairan pertanian dengan kedalaman 150 meter di bagian hilir Sungai Banyuputih dekat Asembagus, memiliki kandungan fluorida sebesar 1,55-1,93 mg/lt. Saat dilakukan studi, pengelolaan DAS Banyuputih belum dilakukan.

Tabel 2. Jenis dan Jumlah Penyakit di Puskesmas Asembagus Tahun 20147)

Bulan Penyakit

Fluorosis Dermatitis Diare

1 20 97 16 2 3 63 41 3 37 85 25 4 24 51 27 5 61 34 12 6 24 43 19 7 41 22 18 8 19 27 12 9 19 27 18 10 0 49 17 11 9 134 16 12 3 39 25 Jumlah 260 672 296 B. Diskusi

Berdasarkan data sekunder dan survei geologi di kompleks Gunung Ijen dapat dijelaskan bahwa dari sejak pembentukan Gunung Ijen hingga saat ini, Gunung Ijen merupakan gunung api aktif dengan sumber letusan berpindah-pindah dan sumber ke-giatan pada saat ini berada di lokasi Kawah Ijen. Kegiatan Gunung Api Kawah Ijen dengan kandungan gas vulkanik terutama

belerang yang dalam air menjadi H2SO4

yang sangat tinggi sehingga air danau kawah

sangat asam juga (pH = 0-1). Danau kawah suatu gunung api berfungsi sebagai sistem

trapping keluarnya gas magmatik dan sistem

hidrotermal (Delmelle dan Bernard, 1999)9).

Keasaman danau kawah tergantung pada jenis komponen kimia yang terlarut. Emisi gas magmatik mengandung gas asam seperti

karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida

(SO2), hidrogen klorida (HCl), dan hidrogen

florida (HF). Keasaman air pada prinsipnya

berasal dari terlepasnya proton (H+) karena

terjadi disosiasi suatu senyawa yang

disebabkan oleh disosiasi HCl, H2SO4, dan

H2CO310). Air Kawah Ijen mengandung SO4

dan H+ yang tinggi. Oleh karena itu, Kawah Ijen airnya sangat asam. Berdasarkan data

pada bulan September 20005), konsentrasi

ion terlarut di dalam air Danau Kawah Ijen (dengan volume air Danau Kawah Ijen = 30

juta m3) dengan konsentrasi tertinggi secara

berurutan adalah CO2, SO4, Cl, Al, dan Fe

(Tabel 3).

Tabel 3. Ion Terlarut dengan Konsentrasi Tertinggi

Senyawa Massa (103 ton)

CO2 2.296,36 SO42- 1.918,30 Cl- 728,65 Al3+ 123,50 Fe3+ 72,15 Ca2+ 24,38 Mg2+ 17,70 Na+ 20,25 K+ 30,68

Kebocoran akibat sesar yang ada di dekat kawah mengakibatkan air kawah yang asam merembes ke dalam Kali Banyupait yang setelah menembus dinding kaldera di daerah Blawan, nama sungai disebut Kali Banyuputih. Akibatnya air di sepanjang DAS Banyuputih menjadi sangat asam sampai ke pantai utara Jawa melewati Asembagus yang di sekitarnya kurang baik bagi kehidupan manusia sehari-hari, fauna, maupun flora.

Berdasarkan geomorfologi, DAS Banyu-putih terdiri atas sungai utama yang dimulai dari Kali Banyupait sampai Asembagus, dengan anak-anak sungai mata air panas

(6)

6

Blawan, Kali Sat, Kali Sengon, Kali Banyuputih 1 dan Kali Banyuputih 2. Mata air dan anak-anak sungai umumnya mem-punyai pH normal (pH = 6-8) namun setelah bercampur dengan Sungai Banyuputih, pH air sungai masih asam (pH = 2,5-4).

pH air Kali Banyupait, Kali Blawan, Kali Banyuputih 3 rendah dan mengandung mineral yang tinggi. Namun Kali Sat, mata air Blawan, Kali Sengon, Sungai Banyuputih 1 dan Sungai Banyuputih 2 memiliki pH netral dan kadar mineral yang normal. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

• Kali Banyupait menampung rembesan air dari Danau Kawah Ijen yang airnya sangat asam. Kali Blawan merupakan kelanjutan dari Kali Banyupait yang telah mendapat tambahan dari mata air Blawan yang netral.

• Mata air Blawan, Kali Sat, Kali Sengon, Kali Banyuputih 1, dan Kali Banyuputih 2 merupakan anak-anak sungai dengan pH normal yang belum tercemar oleh air asam.

Banyak penduduk di Desa Bantal, Kecamatan Asembagus yang memanfaatkan air asam dari Sungai Banyuputih untuk keperluan MCK dan air minum sehingga penduduk mengalami dermatitis, diare, atau fluorosis karena kandungan sulfat, klorida, dan fluorida yang tinggi melebihi batas ambangnya masing-masing. Bahkan, air sungai tersebut telah meresap ke sebagian air

tanah di Asembagus5). Kandungan sulfat,

klor, dan fluor yang tinggi dalam Sungai Banyuputih juga mengakibatkan korosi yang kuat terhadap peralatan PLTMH yang pernah dikembangkan di daerah DAS Banyuputih bagian hilir yang akhirnya terbengkalai.

Berdasarkan data kesehatan masyarakat, jumlah pasien terbanyak yang berobat ke Puskesmas di Desa Bantal, Kecamatan Asembagus menderita penyakit dermatitis (672 orang), diikuti diare (296 orang) dan fluorosis (260 orang). Bahkan sebenarnya masih ada penderita yang sama, tetapi tidak tercatat di Puskesmas tersebut karena tidak memeriksakan diri. Kondisi kesehatan ma-syarakat ini dimungkinkan karena banyak

masyarakat yang memanfaatkan air asam yang mengandung fluorida, sulfat, dan klorida tinggi untuk MCK dan air minum.

Tabel 4. Kualitas Air Sungai Banyupait Sebelum dan Sesudah Pengolahan

Parameter Satuan Netralisasi

Sebelum Sesudah LiF meq/m3 8,371 8,371 LiCl meq/m3 11,334 11,334 KCl meq/m3 22,998 22,998 NaCl meq/m3 560,015 560,015 CaCl2 meq/m3 33,733 33,733 MgCl2 meq/m3 5,696 5,696 FeCl3 meq/m3 2,604 2,604 [NH4]Cl meq/m3 0,016 0,016 AsCl3 meq/m3 0,076 0,076 SiF4 meq/m3 3,813 3,813 HCl meq/m3 496,956 496,956 H2SO4 meq/m3 1240,885 0 H3BO3 meq/m3 13,4 13,4 pH 0,66 3

Berdasarkan DAS Banyuputih dan kualitas air permukaan, pengelolaan DAS Banyuputih secara umum dapat dilakukan dengan dua cara segregasi-pencampuran dan segregasi-netralisasi.

Cara pertama yang dapat dilakukan adalah segregasi-pencampuran dilakukan pada kali Banyupait sebelum bercampur dengan anak-anak sungai sebelum Blawan sehingga kualitas air yang telah terpisah dari air asam menjadi normal. Segregasi dapat dilakukan melalui perpipaan PVC tebal 1,0 cm. Jika debit kali Banyupait sebesar 0,075

m3/detik cukup menggunakan pipa ukuran

diameter sebesar 20”. Selanjutnya, dilakukan pencampuran kembali setelah mendekati muara sehingga kualitas air di muara tidak mengalami perubahan.

Cara kedua, yaitu segregasi-netralisasi ketika sebelum dicampur kembali dilakukan

(7)

7

netralisasi dengan kapur tohor (CaOH). Setelah air Kali Banyupait dinetralisasi, akan terjadi perubahan pH dari <1 menjadi 5. Disamping itu, akan mendapatkan manfaat berupa gypsum sebanyak 545,9 ton/hari dengan asumsi debit air Danau Kawah Ijen

sebesar 0,075 m3/det. Perubahan kualitas air

disajikan dalam Tabel 4.

Berdasarkan hal di atas, agar dapat dimanfaatkan secara penuh, pengelolaan air asam di DAS Banyuputih diusulkan tiga alternatif sebagai berikut.

Alternatif pertama, air asam dan air netral sudah dipisahkan (segregasi) dengan setiap air tersebut dialirkan melalui saluran (terbuka) yang berbeda atau air asam dialirkan melalui paralon (tertutup), sedang-kan air netral melalui saluran sungai (terbuka) seperti saat ini. Dengan demikian, air netral di sepanjang DAS Banyuputih dapat dimanfaatkan seperti membuat PLTMH, wisata, membuat pengadaan air bersih di lereng utara sampai Asembagus yang banyak penduduknya. Kedua jenis (air asam dan air netral) tidak dicampurkan kembali, langsung disalurkan ke laut (Selat Madura) setelah melalui Desa Asembagus. Dengan demikian, air asam akan terencerkan oleh air laut. Proses pengenceran ini (di muara) akan melibatkan tempat dengan radius 200 sampai 300 meter dari titik muara air asam di pantai tersebut.

Alternatif kedua, seperti alternatif pertama akan tetapi setelah melalui Desa Asembagus, air asam dan air netral di-campurkan sebelum dialirkan ke laut. Proses ini menghasilkan air yang masih asam dengan pH = 3-4 seperti saat ini. Setelah dicampurkan dan selanjutnya dialirkan ke laut sehingga di laut akan terjadi proses pengenceran oleh air laut sehingga proses pengenceran tersebut di laut akan melibatkan tempat sampai radius kurang dari 100 meter dari titik muara sungai tersebut dengan laut. Manfaat untuk air netral adalah seperti pada alternatif pertama.

Alternatif ketiga hampir serupa dengan alternatif kedua, akan tetapi sebelum kedua jenis air tersebut dicampurkan kembali menjadi satu saluran (setelah melewati Desa

Asembagus), air asam tersebut (debit = 0,075

m3/detik) diolah terlebih dahulu sehingga air

asam dengan pH = 0,66 berubah menjadi pH

= 5, kandungan H2SO4 berubah dari

1.240,885 meq/m3 menjadi 0,01 meq/m3,

juga perubahan kesetimbangan antara anion dan kation, yaitu sebelum diolah terdapat

kelebihan anion sebesar 1.750 meq/m3

sehingga pH asam sekali, sedangkan setelah diolah perbandingan anion dengan kation menjadi setimbang, yaitu pada 1.156,012

meq/m3. Dalam hal ini mendapat manfaat

lainnya, yaitu terbentuk gypsum 546 ton/hari.

Gypsum dapat dimanfaatkan sebagai industri

atau barang komoditi. Akan tetapi untuk pengolahan ini diperlukan kapur tohor sangat banyak, yaitu 298 ton/hari, sedangkan harga di pasaran kapur tohor lebih tinggi dari harga

gypsum.

4. SIMPULAN

Rendahnya pH air kawah Danau Ijen disebabkan oleh aktivitas vulkanik Gunung Ijen. Hal ini akan memengaruhi kualitas air di DAS Banyuputih. Pengelolaan DAS Banyuputih dapat dilakukan dengan pemi-sahan aliran (segregasi) antara air netral dan air asam sebagai alternatif pertama atau

dengan segregasi, kemudian dicampur

kembali sebelum masuk ke laut sebagai alternatif kedua atau dengan segregasi, kemudian air asam dinetralkan, selanjutnya dicampur kembali dengan air netral sebelum dibuang ke laut. Dari proses netralisasi akan didapat hasil samping berupa gypsum.

5. DAFTAR PUSTAKA

1. Sitorus, K. Volcanic Stratigraphy and Geochemistry of the Idjen Caldera Complex, East Java, Indonesia [thesis]. Victoria University of Wellington; 1990. 2. Indonesia. Dit. Vulkanologfi. Laporan

kemajuan tahap akhir pemetaan geologi kaldera Ijen, Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, Jawa Timur. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; 1988. 3. Takkano, B. Bathimetric and Chemical

(8)

8

Java, Indonesia. Volcanological Survey of Indonesia 2000.

4. Indonesia. Badan Geologi. Gunung Ijen, Jawa Timur dalam: Data Dasar Gunung Api Indonesia. Bandung: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; 2011.

5. Indonesia. Balai Penyelidikan dan

Pengembangan Teknologi

Ke-gunungapian. Interaksi Geokimia

Gunung Ijen. Yogyakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; 2010. 6. Indonesia. Direktorat Vulkanologi dan

Mitigasi Bencana Geologi. Inventarisasi Sumber Daya Air Gunung Ijen, Jawa Timur. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; 2004.

7. Aminuddin dan Andiani. Ancaman Air Asam Kawah Ijen. Geomagz Majalah Geologi Populer, September 2015; Vol V, No.3.

8. Aminuddin dan Andiani. Sekilas Geologi Medis di Indonesia. Geomagz Majalah Geologi Populer, September 2015; Vol V, No. 3.

9. Delmelle, P. dan Bernard, A. Volcanic lakes. In. Sigurdson, H., Houghton, B., Mcnutt, S. R., Rymer, H., Stix, J., (Eds). Encyclopedia of Volcanoes. Academic Press; 2000. P.803-815.

10. Averill, B., dan Elderge, P. Chemistry Principles, Patterns, And Applications. San Fransisco: Pearson Education Inc.; 2007. 788-790.

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penelitian  2.  METODE
Gambar 3. Morfologi di sekitar DAS  Banyupait/Banyuputih 6)
Tabel 1. Kualitas Air Permukaan di DAS Banyuputih 6)
Tabel 3. Ion Terlarut dengan Konsentrasi  Tertinggi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Peristiwa yang membuat paling bahagia bagi remaja laki-laki adalah peristiwa yang berhubungan dengan prestasi, spiritualitas, teman, dan waktu luang, sedangkan bagi remaja

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat dikatakan bahwa walaupun semakin lengkap fasilitas/ sarana kesehatan yang digunakan di puskesmas Teppo dalam memberikan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebahagiaan pada remaja penyandang tuna daksa, makna bahagia, dukungan dari orang di sekitarnya, dan

Seiring dengan kesadaran akan pelestarian fungsi lingkungan hidup, keamanan pangan, tuntutan konsumen terhadap produk-produk ramah lingkungan, perkebunan kelapa sawit di Indonesia

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka yang menjadi kesimpulannya adalah positioning mapping produk pembiayaan menurut persepsi dan

Marketing merupakan sebuah tonggak/pilar dari kemajuan sebuah perusahaan. Karena dengan adanya seorang marketing sebuah perusahaan akan berjalan dengan dinamis dan

Sangat menarik, menyadari bahwa Barus tidak hanya dikenal dari hasil kemurahan alam berupa kamper dan kemenyan yang mengharumkan bandar niaga ini hingga ke

(1) Anjing, Kucing, Kera dan hewan sebangsanya yang dimasukkan ke wila yah atau daerah bebas rabies di Indonesia harus memiliki Surat Keterangan Identitas (paspor) dan