ARTIKEL ARTIKEL
PENGARUH PEMBERIAN METRONIDAZOLE TABLET TERHADAP PENGARUH PEMBERIAN METRONIDAZOLE TABLET TERHADAP
PERKEMBANGAN PENYEMBUHAN ULKUS
PERKEMBANGAN PENYEMBUHAN ULKUS DIABETIKUMDIABETIKUM DI RSUD Dr. H. SOEWONDO KENDAL
DI RSUD Dr. H. SOEWONDO KENDAL
Oleh: Oleh:
SITI INDAH BUDIANI SITI INDAH BUDIANI
NIM : 010214B049 NIM : 010214B049
PROGRAM STUDI ILMU
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANKEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL
Artikel Srikpsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Metronidazole Tablet Terhadap Perkembangan Penyembuhan Ulkus Diabetikum di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal”. Yang disusun oleh :
Nama : Siti Indah Budiani
NIM : 010214B049
Program Studi : Keperawatan
telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing utama Skripsi Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran
Ungaran, September 2016 Pembimbing Utama
(Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB) NIDN.0619047703
PENGARUH PEMBERIAN METRONIDAZOLE TABLET TERHADAP PERKEMBANGAN PENYEMBUHAN ULKUS DIABETIKUM
DI RSUD Dr. H. SOEWONDO KENDAL
Siti Indah Budiani (*),Gipta Galih Widodo., S.Kp., M.Kep., Sp.KMB(**), Eko Susilo, S.Kep., Ns., M.Kep(**)
*) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Perawatan ulkus diabetikum ditujukan untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Penggunaan teknik pembalutan dan terapi topikal serta larutan pembersih luka yang kurang tepat dapat menghambat proses penyembuhan luka. Perawatan ulkus diabetikum dapat menggunakan agen topikal yang bersifat antibiotik dan antibakteri. Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivat nitroimidazoi yang mempunyai aktifitas bakterisid, amebisid dan trikomonosid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian metronidazole tablet terhadap perkembangan penyembuhan ulkus diabetikum.
Penelitian Pre Experimen Design dengan rancangan One Group Pretest – posttest Design. Sampel sejumlah 13 pasien ulkus diabetikum yang diambil secara Consecutive sampling . Proses penyembuhan luka dinilai dengan menggunakan skala Bates-Jansen Wound Assesment Tool (BWAT) dengan membandingkan skor sebelum dan sesudah perawatan luka
selama 6 hari. Analisa data menggunakan uji Paired sample t-test .
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor Bates-Jansen ulkus diabetikum sebelum intervensi perawatan luka menggunakan metronidazole tablet adalah 42, dan rata-rata sesudah intervensi adalah 38,92. Hasil analisis menunjukkan ada pengaruh yang signifikan pemberian metronidazole tablet terhadap penyembuhan ulkus diabetikum di RSUD Dr. H.
Soewondo Kendal, dengan nilai ρ 0,001 (α < 0,05).
Kesimpulan dari penelitian ini ada pengaruh yang signifikan pemberian metronidazole tablet terhadap perkembangan penyembuhan ulkus diabetikum. Penelitian selanjutnya membandingkan agen topikal metronidazole tablet dengan agen topikal lain untuk menemukan agen topikal yang paling efektif dalam penyembuhan ulkus diabetikum.
Pengaruh Pemberian Metronidazole Tablet Terhadap Perkembangan Penyembuhan Ulkus Diabetikum di RSUD DR. H. Soewondo Kendal
2
THE EFFECT OF METRONIDAZOLE TABLETS TOWARD DEVELOPMENT DIABETIC ULCERS HEALING IN Dr. H. SOEWONDO KENDAL HOSPITAL
Siti Indah Budiani(*),Gipta Galih Widodo., S.Kp., M.Kep., Sp.KMB(**), Eko Susilo, S.Kep., Ns., M.Kep(**)
*) Student PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Lecturer PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRACT
Treatment of diabetic ulcers is intended to accelerate the wound healing process. The inappropiate dressing techniques topical antibiotics and wound cleaning solution can inhibit wound healing process. Treatment of diabetic ulcers can use topical agents that are antibiotic and antibacterial. Metronidazole is a synthetic antibacterial and antiprotozoal nitroimidazoi derivatives which have bactericidal, amebisid and trikomonosid activities. This study aim to determine the effect of metronidazole tablets toward development diabetic ulcers healing.
This research used pre experiment design with one group pretest - posttest design. Sample of 13 diabetic ulcers patients were taken Consecutive sampling. The process of wound healing was assessed using a scale of Bates-Jansen Wound Assessment Tool (BWAT) by comparing scores before and after wounds treatment for 6 days. Data analysis using
Paired sample t-test.
This results the average score of Bates-Jansen diabetic ulcer wound care interventions before using metronidazole tablets is 42, and the average after intervention is 38,92. The analysis showed there is effect of metronidazole tablets toward diabetic ulcers healing at Dr. H. Soewondo Kendal hospital, with ρ = 0,001 (ρ < α; α = 0.05).
This conclusion research is significant effect of metronidazole tablets toward development diabetic ulcer healing. Further research compared topical agents metronidazole tablets with other topical agents to find the most effective topical agent to wound diabetic ulcer healing.
Keywords : Diabetic Ulcer Healing, Metronidazole Tablets PENDAHULUAN
Kasus ulkus diabetikum merupakan kasus yang sering dijumpai di rumah sakit. Angka kejadian ulkus kaki sekitar 15% dari penderita diabetes melitus, meskipun angka kejadian pada ulkus diabetikum terbilang kecil, namun memilki dampak besar bagi pasien (Heitzman, 2010).
Angka kematian akibat ulkus diabetikum berkisar 17-23%, angka amputasi berkisar 15-30%, angka kematian 1 tahun pasca amputasi sebesar 14,8%. Jumlah itu meningkat pada tahun ketiga menjadi 37%. Rata-rata umur pasien hanya 23,8 bulan pasca amputasi (Pdpersi, 2011).
Manajemen perawatan yang baik diperlukan, karena ulkus diabetikum
mudah berkembang menjadi infeksi akibat masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat yang strategis untuk pertumbuhan kuman (Smeltzer & Bare, 2013). Perawatan ulkus diabetikum ditujukan untuk mempercepat proses penyembuhan luka (Harisson, 2008). Proses penyembuhan ulkus diabetikum secara optimal berdasarkan kondisi dan karakteristik ulkus diabetikum dapat dilihat dari adanya perubahan faktor pertumbuhan jaringan yang terjadi
(Arisanty, 2013)
Tindakan perawatan luka merupakan salah satu tindakan mandiri yang dilakukan oleh perawat. Penggunaan teknik pembalutan yang tidak tepat,
penggunaan antibiotik topikal dan larutan pembersih luka yang kurang tepat atau penggunaan antiseptik solution yang semestinya tidak diperlukan dapat menghambat proses penyembuhan luka (Handayani, 2010).
Penggunaan normal salin efektif untuk pembersihan dan penyembuhan ulkus diabetikum, namun penyebab infeksi pada ulkus diabetikum biasanya multi bakterial yaitu gram positif, gram negatif dan bakteri anaerob (Morison, 2015). Hal ini menjadikan larutan normal salin saja tidak cukup untuk mempercepat proses penyembuhan ulkus diabetikum. Normal salin tidak dapat membunuh bakteri yang mungkin terdapat pada luka, tetapi hanya berperan dalam regulasi tekanan osmosis
dan pembentukan potensial listrik yang diperlukan bagi kontraksi otot dan penerusan impuls saraf (Bergin &
Wraight, 2011).
Perawatan ulkus diabetikum dapat menggunakan agen topikal yang bersifat antibiotik dan antibakteri. Pemberian antibakteri diindikasikan pada luka yang memiliki tanda-tanda infeksi (Gitarja, 2008). Sediaan antibiotik dan antibakteri metronidazole dapat dalam bentuk cairan maupun serbuk tablet dengan dosis 500 mg. Pemberian metronidazole untuk perawatan luka dalam bentuk cairan dapat digunakan untuk kompres luka, sedangkan dalam sediaan serbuk metronidazole di taburkan pada luka (Bergin & Wraight, 2011). Ulkus diabetikum menunjukkan proses penyembuhan dengan adanya regenerasi pada jaringan luka yang ditandai dengan maturasinya kulit (Morison, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2012) didapatkan hasil bahwa perawatan luka dengan menggunakan
cairan NaCl dan cairan Metronidazole yang baik dan benar akan mempercepat proses penyembuhan dan pencegahan infeksi yang menimbulkan bau pada ulkus diabetikum. Penelitian yang dilakukan Kuge di salah satu Rumah Sakit Jepang
pada tahun 1996, menyatakan bahwa metronidazole dapat menghilangkan bau tidak sedap, mengontrol eksudat dan mempercepat proses penyembuhan luka TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian metronidazole tablet terhadap perkembangan penyembuhan ulkus diabetikum di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal.
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan rancangan Pre Experimen Design dengan desain One group Pretest Postest Design. Penelitian dilakukan di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Pengambilan sampel dilakukan secara Consecutive sampling dengan 13 responden untuk kelompok perawatan luka dengan menggunakan metronidazole tablet. Kriteria inklusi sampel yaitu pasien bersedia, sadar dan kooperatif, berusia 20-60 tahun, dan dengan derajat ulkus 2-3. Kriteria eksklusi sampel yaitu pasien dengan gangguan koagulasi darah, alergi metronidazole, gangguan sistem imun, infeksius, malnutrisi, obesitas, perokok berat, kadar hemoglobin < 10 g/dl, atau menggunakan obat-obatan kemoterapi. Alat penelitian menggunakan skala Bates- Jansen Wound Assesment Tool (BWAT). Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Paired T-test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Ulkus Diabetikum Sebelum Menggunakan Metronidazole Tablet.
Tabel 1 Ulkus Diebetikum Sebelum Perlakuan Perawatan Luka Menggunakan Metronidazole Tablet di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, Agustus 2016 (n=13)
Ulkus Diabetikum (Pre-Test) Frekuensi Persentase
Degenerasi 12 92,3
Pengaruh Pemberian Metronidazole Tablet Terhadap Perkembangan Penyembuhan Ulkus Diabetikum di RSUD DR. H. Soewondo Kendal
4 Ulkus Diabetikum (Pre-Test) Frekuensi Persentase
Degenerasi 12 92,3
Regenerasi 1 7,7
Total 13 100
Ulkus diabetikum hari pertama sebelum perawatan luka menggunakan metronidazole tablet proporsi terbanyak adalah pada kategori degenerasi sebanyak 12 (92,3%) responden. Diabetisi dalam penelitian ini secara klinis diabetisi
memiliki luka yang sulit sembuh. Hal ini ditunjukkan dengan luas luka yang mencapai 16,1 sampai 80 cm2, kedalaman mencapai subkutan dengan terdapat jaringan nekrosis yang kekuningan dan melekat mencapai 25% permukaan luka, disertai eksudat yang cukup banyak dan edema sekitar luka, sedangkan jaringan granulasi tidak ada dan luka terbuka.
Sama halnya penelitian Purnomo (2014) yang menghasilkan 86% diabetisi memiliki karakteristik luka yang sulit sembuh dengan luas luka yang mencapai 16-36 cm2, kedalaman yang mencapai subkutan disertai dengan nekrosis, bau, dan eksudat yang cukup banyak serta tingkat granulasi yang buruk. Penelitian oleh Alvarsson (2012) juga menyebutkan tingginya amputasi pada diabetisi akibat ulkus yang merupakan komplikasi dari diabetes melitus dikarenakan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol
Glukosa darah yang tidak terkontrol menjadikan buruknya sirkulasi suplai oksigen jaringan yang menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan. Kondisi ini berangsur menjadi reaksi peradangan yang akan merangsang terjadinya aterosklerosis dan terjadi penurunan fungsi sel darah putih dalam melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh (Tarwoto, 2012). Kadar glukosa tinggi merupakan media pertumbuhan bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetikum. Akibatnya, terjadi infeksi pada luka yang sukar sembuh, luka terus mengalami degenerasi dan selanjutnya berakibat terjadinya pembusukan (Hasdianah, 2012)
Rata-rata diabetisi berada pada umur 52 tahun. Sejalan dengan penelitian Manda (2012) yang menemukan prevalensi ulkus paling sering terjadi pada usia 50-59 tahun (42,5%). Kelompok usia yang berisiko untuk menderita diabetes adalah setelah usia ≥ 45 tahun, karena telah mengalami penurunan proses metabolisme jaringan
(PERKENI, 2011).
Meningkatnya usia diabetisi, maka deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh eritrosit semakin terganggu. Gangguan sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen lebih cepat dan mengakibatkan mudahnya kematian jaringan yang selanjutnya timbul ulkus diabetikum (Heitzman, 2010). Hasil skor bates jensen juga menunjukkan diabetisi dengan usia <55 tahun mempunyai karakteristik ulkus diabetikum disertai dengan jaringan nekrotik sebesar 0-25% dari permukaan luka, sedangkan pada diabetisi dengan usia >55 tahun disertai dengan jaringan nekrotik sebesar 25-50% dari permukaan luka.
Mayoritas 61,5% diabetisi dengan ulkus diabetikum adalah perempuan. Kejadian ulkus pada perempuan dapat dipengaruhi oleh fluktuasi hormon estrogen dan masuknya tahap menopouse pada perempuan yang menimbulkan permasalahan endokrin dalam mengontrol kadar gula darah, sehingga risiko kejadian ulkus pada diabetisi perempuan lebih tinggi (Levine, 2008).
Namun hasil skor bates jensen menunjukkan diabetisi laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, laki-laki dengan skor 47-49 sedangkan perempuan dengan skor 36-46. Buruknya ulkus diabetikum pada diabetisi laki-laki dapat dipengaruhi oleh faktor merokok, pola aktivitas yang cenderung berisiko seperti penggunaan sepatu keterpaparan benda tajam, dan pengelolaan gula darah
yang buruk.
Diabetisi juga mayoritas mempunyai background pendidikan yang rendah, yaitu SD (53,8%), dan SMP (23,1%).
Pendidikan yang rendah pada diabetisi secara tidak langsung akan mempengaruhi pemahaman yang kurang dalam merawat dan mengontrol diabetes sehingga lebih berisiko cepat mengalami ulkus diabetik. Penelitian yang dilakukan oleh Yusra (2011) menyebutkan bahwa pendidikan diabetisi akan mempengaruhi perilaku diabetisi dalam mencari perawatan dan pengobatan penyakit yang diderita, serta memilih dan memutuskan tindakan atau terapi yang akan dijalani untuk mengatasi masalahnya.
PERKENI (2011) menjelaskan bahwa ulkus diabetikum adalah rusak atau terbukanya kulit yang mengganggu fungsi proteksi kulit dalam melawan bakteri.
Teknik perawatan luka yang tepat sangat dibutuhkan dalam merawat ulkus diabetikum. Perawatan luka yang diberikan pada pasien harus dapat meningkatkan proses perkembangan luka (Morison, 2015).
2. Penyembuhan Ulkus Diabetikum Setelah Menggunakan Metronidazole Tablet.
Tabel 2 Ulkus Diabetikum Setelah Perlakuan Perawatan Luka Menggunakan Metronidazole Tablet di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, Agustus 2016 (n=13)
Ulkus Diabetikum
(Post-Test) Frekuensi Persentase
Degenerasi 12 92,3
Regenerasi 1 7,7
Total 13 100
Penyembuhan ulkus diabetikum selama 6 hari perawatan luka menggunakan metronidazole tablet, mayoritas masih pada tahapan degenerasi. Namun secara terperinci menunjukkan penurunan skor bates jensen dari rata-rata 42 menjadi rata-rata 38,92. Maka dapat dikatakan sebenarnya luka mengalami perbaikan setelah pemberian perawatan
luka menggunakan metronidazole tablet.
Sejalan dengan penelitian Mulyono (2012) bahwa perawatan luka dengan menggunakan metronidazole dan NaCl 0,9% yang baik dan benar akan mempercepat penyembuhan ulkus diabetikum (selama 3 minggu luka membaik) dari pada hanya menggunakan NaCl saja (selama 6 minggu luka baru terjadi pemulihan). Hasil penelitian ini juga menunjukkan rata-rata setiap hari diabetisi mengalami penurunan skor bates jensen yaitu pada hari ke -1 rata-rata 42, hari ke-2 rata 41,92, hari ke-3 rata-rata 40,92, hari ke-4 rata-rata-rata-rata 40,15, hari ke-5 rata-rata 39,15, hari ke-6 rata-rata 38,92. Hal ini menunjukkan setiap harinya diabetisi mengalami penyembuhan luka.
Ada beberapa item bates jensen yang mengalami keterlambatan penyembuhan atau memiliki skor sama antara sebelum dan sesudah perlakuan. Yaitu pada luas luka, kedalaman luka, indurasi, granulasi, dan epitelisasi. Luas luka ulkus diabetikum sebelum dan sesudah perawatan luka menggunakan metronidazole tablet masih menunjukkan luas 36,1 - 80 cm2, kedalaman luka masih menunjukkan sebagian dan seluruh kulit hilang, indurasi masih menunjukkan seluas 2-4 cm atau seluas <50% sekitar luka, granulasi masih menunjukkan sebesar 25%, dan epitelisasi yang masih menunjukkan sebesar 25% -50%.
Keterlambatan penyembuhan luka ini dapat terjadi karena untuk menciptakan luas luka dan kedalaman luka dapat berkurang secara signifikan peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama, sedangkan penelitian ini dilakukan penilaian setelah 6 hari perawatan luka. Luka diabetik yang banyak mengandung sel nekrotik membutuhkan waktu untuk meluruhkannya agar digantikan oleh sel-sel baru (Maryunani, 2013).
Penyembuhan ulkus diabetes bersifat multifaktorial. Responden dengan penyembuhan yang lambat berdasarkan hasil laborat memiliki nilai HbA1c yang tinggi sehingga pasien termasuk memiliki
Pengaruh Pemberian Metronidazole Tablet Terhadap Perkembangan Penyembuhan Ulkus Diabetikum di RSUD DR. H. Soewondo Kendal
6
kadar glukosa darah yang tidak terkontrol. Menurut Alvarsson (2013) luka diabetik merupakan luka karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati yang tidak serta merta terjadi, tetapi butuh waktu yang relatif lama untuk terjadinya komplikasi tersebut sehingga untuk proses penyembuhannya menjadi lebih sulit.
Perbaikan pada semua jenis luka pada dasarnya sama, namun ada perbedaan jaringan kulit dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan regenerasi. Waktu penyembuhan luka dapat beragam dan beberapa luka bisa memakan waktu hingga satu tahun atau lebih untuk membuat penyembuhan luka menjadi komplet (Morison, 2015).
Faktor penghambat penyembuhan luka pada pasien ulkus diabetikum juga dapat dikarenakan pasien memasuki pada tahapan lansia, dimana rata-rata pasien berusia 52 tahun, sehingga mengalami penurunan respon inflamatori yang memperlambat proses penyembuhan. Seperti pendapat menurut Morison (2015) menyatakan bahwa usia tua menyebabkan penurunan sirkulasi migrasi sel darah putih pada luka dan fagositosis terlambat dapat
menganggu proses penyembuhan.
Ada beberapa item yang mengalami perbaikan atau penyembuhan setelah perawatan luka dengan metronidazole tablet adalah pada kategori eksudat yang turut memicu timbulnya bau. Pemberian perawatan yang baik akan memperlancar keluarnya bau dan sekresi, sehingga proses dekomposisi tidak terakumulasi secara maksimal, dengan demikian bau dan sekresi dapat dikurangi, pemberian metronidazol yang bersifat baktericide berdampak pada berkurangnya aktifitas bakteri, dengan demikian maka akan terjadi pengurangan proses dekomposisi medium yang pada akhirnya bau dan sekresi akan berkurang (Smeltzer & Bare, 2013).
Prioritas dalam perawatan luka yaitu mengatasi perdarahan (hemostasis),
mengeluarkan benda asing yang dapat bertindak sebagai fokus infeksi, melepaskan jaringan yang mengalami devitalisasi, krusta yang tebal, dan pus. Perawatan luka juga harus memperhatikan temperature, kelembaban, dan pH yang optimal untuk sel-sel yang berperan dalam proses penyembuhan, meningkatkan pembentukan jaringan granulasi dan epitilialisasi dan melindungi luka dari trauma lebih lanjut serta masuknya mikroorganisme patogen (Morison, 2015). 3. Pengaruh Pemberian Metronidazole Tablet
Terhadap Penyembuhan Ulkus Diabetikum di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal
Tabel 3 Pengaruh Pemberian Metronidazole Tablet Terhadap Penyembuhan Ulkus Diabetikum di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, Agustus 2016 (n=13) Ulkus Diabetikum Hasil f Mean Rank Ρ Setelah – Sebelum Negatif 0 0 0,001 Positif 11 6,0 Ties 2 Total 13
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 11 responden dengan hasil skor bates jensen setelah perawatan luka menggunakan metronidazole tablet lebih rendah dari pada sebelum perawatan luka menggunakan metronidazole tablet. Sebanyak 2 responden dengan skor bates jensen yang sama antara sebelum maupun setelah perawatan luka menggunakan metronidazole tablet. Uji analisis statistik dengan menggunakan uji paired t-test juga diperoleh nilai ρ = 0,001 (ρ<α; α=0,05) yang berarti ada pengaruh pemberian metronidazole tablet terhadap perkembangan penyembuhan ulkus diabetikum di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal.
Ulkus diabetikum merupakan infeksi yang bersifat multi bakterial yaitu gram
positif, gram negatif dan bakteri anaerob (Morison, 2015). Hal ini menjadikan larutan normal salin saja tidak cukup untuk mempercepat proses penyembuhan luka ulkus diabetikum. Normal salin tidak dapat membunuh bakteri yang mungkin terdapat pada luka, tetapi hanya berperan dalam regulasi tekanan osmosis dan pembentukan potensial listrik yang diperlukan bagi kontraksi otot dan penerusan impuls saraf (Bergin &
Wraight, 2011).
Metronidazole tablet dapat digunakan sebagai alternatif perawatan ulkus diabetikum dengan menaburkan pada luka sebagai agen topikal, karena metrodinazole merupakan antibiotik, antiprotozoa dan antibakteri. Obat ini melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan amoeba dalam tubuh. Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivat nitroimidazoi yang mempunyai spektrum anti protozoa dan anti bakterial yang luas bakterisid, amebisid dan trikomonosid (Bergin & Wraight, 2011). Agen topikal ini dapat
menghambat dan membunuh
mikroorganisme baik yang bersifat sementara maupun yang tinggal menetap pada luka (Morison, 2015). Pemberian metronidazole tablet untuk perawatan luka dalam sediaan serbuk yang ditaburkan pada luka (Bergin & Wraight, 2011).
Jaringan nekrotik pada ulkus diabetikum akan menjadi medium bagi perkembangan bakteri, efeknya terjadi dekomposisi medium sebagai akibat aktifasi bakteri. Proses dekomposisi ini sangat tergantung kandungan medium yang dijadikan bahan makanan bakteri. Namun, jaringan hidup sangat banyak mengandung protein dan asam nukleat yang komposisi molekulnya terdapat ikatan sulfur didalamnya, lepasnya sulfur menjadi ion bebas ini akan berikatan dengan unsur lain misal hidrogen sehingga bakteri akan mudah tumbuh dan menghambat proses regenerasi luka, serta
memicu adanya bau dan eksudat yang progresif (Morison, 2015).
Perawatan yang baik dan pemberian agen topikal metronidazole tablet yang bersifat baktericide dapat mengurangi aktivitas bakteri. Metronidazole mengalami reduksi menjadi produk polar dalam sel atau mikroorganisme. Hasil reduksi ini mempunyai aksi antibakteri dengan jalan menghambat sintesa asam nukleat dan mencegah terjadinya infeksi (Bergin & Wraight, 2011). Proses tersebut menjadikan pengurangan dekomposisi medium, sehingga proses dekomposisi tidak terakumulasi secara maksimal yang pada akhirnya sekresi akan berkurang dan proses regenerasi luka menjadi lebih
mudah (Smeltzer & Bare, 2013).
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hafsah (2015) yang menghasilkan bahwa agen topikal golongan antibiotik dan antibakteri (neomysin) telah membantu regenerasi luka ulkus diabetikum dengan skor bates- jansen sebelumnya rata-rata 34,78 menjadi rata-rata 27 setelah perawatan luka modern selama 6 hari dengan bantuan agen topikal golongan antibiotik dan antibakteri. Metronidazole tablet juga efektif mengatasi luka dengan eksudat dan juga tidak menimbulkan rasa nyeri ataupun tidak enak (Morison, 2015).
Hasil penelitian ini mendukung pula penelitian yang dilakukan oleh Mulyono dan Galih (2012) didapatkan hasil bahwa perawatan luka dengan menggunakan mitronidazole dan NaCl 0,9% yang baik dan benar mempercepat penyembuhan ulkus diabetikum (selama 3 minggu luka membaik) daripada hanya NaCl saja (selama 6 minggu luka baru terjadi pemulihan). Metronidazole merupakan antibiotik, antiantiprotozoa dan antibakteri yang bisa melawan infeksi oleh bakteri dan amoeba dalam tubuh.
4. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam hal intake nutrisi, dosis pemberian metronidazole tablet, penggunaan terapi
Pengaruh Pemberian Metronidazole Tablet Terhadap Perkembangan Penyembuhan Ulkus Diabetikum di RSUD DR. H. Soewondo Kendal
8
antibiotik harian, dan kadar glukosa darah responden.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebelum perawatan ulkus diabetikum , gambaran ulkus diabetikum responden mayoritas pada kategori degenerasi dengan rata-rata skor bates jensen 42. Sesudah perawatan ulkus diabetikum dengan menggunakan metronidazole tablet, gambaran ulkus diabetikum mayoritas masih pada kategori degenerasi, namun terjadi penurunan skor dengan rata-rata bates jensen 38,92. Ada pengaruh yang signifikan pemberian metronidazole tablet terhadap penyembuhan ulkus diabetikum di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, dengan nilai ρ = 0,001 (ρ<α; α=0,05). SARAN
Perawat dapat menggunakan metronidazole tablet sebagai agen topikal dalam pelaksanaan perawatan ulkus diabetikum, dengan menaburkan serbuk metronidazole tablet sesuai luas luka selama masih adanya bau dan eksudat pada luka. Pelaksanaan tersebut tentunya didukung oleh pihak Rumah Sakit dengan membuat kebijakan prosedur pemberian metronidazole tablet sebagai agen topikal untuk perawatan ulkus diabetikum dengan menaburkan sesuai luas ulkus diabetikum, sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dalam penanganan luka ulkus diabetikum.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membandingkan agen topikal metronidazole tablet dengan topikal lain untuk menemukan agen topikal yang paling efektif dalam penyembuhan ulkus
diabetikum, dan mengontrol faktor-faktor seperti intake nutrisi, dosis agen topikal, jenis antibiotik dan kadar glukosa darah.
DAFTAR PUSTAKA
Alvarsson, A., Sandgren, B., Wendel, C., Alvarsson, M., & Brismar, K. (2012). A retrospective analysis of
amputation rates in diabetic patients: can lower extremity amputations be further prevented. Journal Cardiovascular diabetology. 11, 18. Arisanty, I.P. (2013). Konsep Dasar
Manajemen Perawatan Luka. Jakarta: EGC
Bergin, S., Wraight, P. (2011). Silver Based Wound Dressings and Topical Agents for Treating Diabetic Foot Ulcers (Review), The Cochrane Collaboration. Published by John Wiley & Sons, Ltd.
Bowering, K,, & Ekoe, J.M. (2008). Foot care. Canadia Diabetes Association Clinical Praktek Gindelenes Expres Committee.
Bryant, R.A & Nix, DP. (2007). Acute and Chronic Wounds: Current Management Concept (3th ed.).
America: Mosby.
Gitarja, W.S. (2008). Seri Perawatan Luka Terpadu: Perawatan Luka Diabetes. Bogor: Wocare.
Hafsah (2015). Efektifitas Perawatan Luka Kaki Diabetik Menggunakan Balutan Modern Di Rsup Sanglah Denpasar Dan Klinik Dhalia Care. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3, No.XI, Maret 2015
Handayani, T.N. (2010) Pengaruh Pengelolaan Depresi Dengan Tehnik Pernafasan Yoga (Pranayama) Terhadap Perkembangan Proses Penyembuhan Ulkus Diabetikum di Rumah Sakit Pemerintah Aceh, Tesis, Jakarta: FIK Universitas Indonesia.
Harisson’s. (2008). Principles of Internal Medicine (17 th ed). New York: Mc
Graw Hill.
Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus pada Orang Dewasa dan Anak-Anak dengan Solusi Herbal .
Yogyakarta: Nuha Medika.
Heitzman, J. (2010). Foot Care for Patient with Diabetes. Topics in Geriatric
Rehabiitatioan, 25, 3. Wolter Kluwer Health. Lippincontt & Wilkins.
Levine, J.P. (2008). Type 2 Diabetes Among Women: Clinical Considerations for Pharmacological Management to Achieve Glycemic Control and Reduce Cardiovascular Risk. Journal of Women’s Health, 17 (2), 249-260.
Manda. (2012). Foot Ulcer and rsik Factor among diabetic Patiets Visiting Surgerty department in a University Teaching hospital in Ajman. International journal of medicine
and public health.
Maryunani, A. (2013). Perawatan Luka (Modern Woundcare) Terlengkap dan Terkini. Jakarta : In Media
Morison, M.J. (2015). Seri Pedooman Praktis Manajemen Luka. Alih bahasa Tyasmono, A.F. Jakarta:
EGC
Mulyono & Galih. (2012). Pengaruh Kompres Metronidazol Terhadap Luka Kaki Diabetikum. Jurnal STIKes Kusuma Husada Surakarta NHS. (2012). Complications of
Amputation. NHS Choice Your Health. http://www.nhs.uk diperoleh pada tanggal 25 Maret 2016.
Notoadmodjo, S. (2012). Ilmu Perilaku. Jakarta : P.T.Rineka Cipta.
Perkeni. (2011). Konsensus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia;1-22. http://www.library.upnvj.ac.id
Potter & Perry. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi-4
Volume-1. Jakarta : EGC.
Purnomo, E.C., Dwiningsih, S.U., Lestari, K.P. (2014). Efektifitas Penyembuhan Luka Menggunakan Nacl 0,9% dan Hydrogel Pada Ulkus Diabetes Mellitus di RSU Kota Semarang. Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah
2014.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Chever, K.H. (2013). Brunner & Suddarth’s: Texbook of Medical -Surgical Nursing (12th ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Willkins.
Tarwoto, et.al. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: Trans Info
Medika.
WHO. (2012). Diabetes.
http://www.who.int diperoleh 7 Maret 2016.
Wound International. (2013). International Best Practice Guidelines: Wound Management in Diabetic Foot
Ulcers. London: Wound International.
Yusra. (2011). Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta. Tesis Keperawatan Medikal Bedah UI. Depok.