• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan PKL FiXED

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan PKL FiXED"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

IDENTIFIKASI KUALITAS BAHAN BAKAR

IDENTIFIKASI KUALITAS BAHAN BAKAR

HI

HI GH SP

GH SPEE

EE D

D

DI

DI EE SEL (

SEL (HSD)

HSD)

 KRI BPP-901 DI LABORATORIUM INDUK

 KRI BPP-901 DI LABORATORIUM INDUK

KIMIA DAN MATERIAL TNI AL SURABAYA

KIMIA DAN MATERIAL TNI AL SURABAYA

Oleh: Oleh: Bareta

Bareta Bunga Bunga Arom Arom 14030234005/Kimia 14030234005/Kimia A A 20142014 Ari

Ari Wieliyani Wieliyani 1403023402314030234023/Kimia /Kimia A A 20142014

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA JURUSAN KIMIA

2017 2017

(2)

HALAMAN PENGESAHAN I HALAMAN PENGESAHAN I

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Judul

Judul : : Identifikasi Identifikasi KualitasKualitas High Speed Diesel  High Speed Diesel  (HSD) dan Avtur (HSD) dan Avtur di Laboratorium Induk Kimia dan Material TNI AL di Laboratorium Induk Kimia dan Material TNI AL Surabaya

Surabaya  Nama Instansi

 Nama Instansi : LABINKIMAT TNI AL : LABINKIMAT TNI AL SURABAYASURABAYA Alamat

Alamat Instansi Instansi : : Jl. Jl. Stasiun Stasiun Benteng Benteng No. No. 11 11 Ujung Ujung Perak Perak SurabayaSurabaya Waktu

Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan : : 3 3 Juli Juli 20172017

 – 

 – 

 31 Juli 2017 31 Juli 2017 Penyusun

Penyusun : : 1. 1. Bareta Bareta Bunga Bunga Arom Arom / / 1403023400514030234005 2. Ari Wieliyani / 2. Ari Wieliyani / 1403023402314030234023 Surabaya, Juli 2017 Surabaya, Juli 2017 Mengetahui, Mengetahui,

Ketua Jurusan Kimia FMIPA UNESA Ketua Jurusan Kimia FMIPA UNESA

Prof. Dr. Suyatno, M.Si. Prof. Dr. Suyatno, M.Si. NIP 196507201991011001 NIP 196507201991011001 Menyetujui, Menyetujui, Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing Praktik Kerja Lapangan Praktik Kerja Lapangan

Ir. Siti Tjahjani, M.Kes. Ir. Siti Tjahjani, M.Kes. NIP

(3)

HALAMAN PENGESAHAN I HALAMAN PENGESAHAN I

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Judul

Judul : : Identifikasi Identifikasi KualitasKualitas High Speed Diesel  High Speed Diesel  (HSD) dan Avtur (HSD) dan Avtur di Laboratorium Induk Kimia dan Material TNI AL di Laboratorium Induk Kimia dan Material TNI AL Surabaya

Surabaya  Nama Instansi

 Nama Instansi : LABINKIMAT TNI AL : LABINKIMAT TNI AL SURABAYASURABAYA Alamat

Alamat Instansi Instansi : : Jl. Jl. Stasiun Stasiun Benteng Benteng No. No. 11 11 Ujung Ujung Perak Perak SurabayaSurabaya Waktu

Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan : : 3 3 Juli Juli 20172017

 – 

 – 

 31 Juli 2017 31 Juli 2017 Penyusun

Penyusun : : 1. 1. Bareta Bareta Bunga Bunga Arom Arom / / 1403023400514030234005 2. Ari Wieliyani / 2. Ari Wieliyani / 1403023402314030234023 Surabaya, Juli 2017 Surabaya, Juli 2017 Mengetahui, Mengetahui,

Ketua Jurusan Kimia FMIPA UNESA Ketua Jurusan Kimia FMIPA UNESA

Prof. Dr. Suyatno, M.Si. Prof. Dr. Suyatno, M.Si. NIP 196507201991011001 NIP 196507201991011001 Menyetujui, Menyetujui, Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing Praktik Kerja Lapangan Praktik Kerja Lapangan

Ir. Siti Tjahjani, M.Kes. Ir. Siti Tjahjani, M.Kes. NIP

(4)

HALAMAN PENGESAHAN II HALAMAN PENGESAHAN II

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN Judul

Judul : : Identifikasi Identifikasi KualitasKualitas High Speed Diesel  High Speed Diesel  (HSD) dan Avtur (HSD) dan Avtur di Laboratorium Induk Kimia dan Material TNI AL di Laboratorium Induk Kimia dan Material TNI AL Surabaya

Surabaya  Nama Instansi

 Nama Instansi : LABINKIMAT TNI AL : LABINKIMAT TNI AL SURABAYASURABAYA Alamat

Alamat Instansi Instansi : : Jl. Jl. Stasiun Stasiun Benteng Benteng No. No. 11 11 Ujung Ujung Perak Perak SurabayaSurabaya Waktu

Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan : : 3 3 Juli Juli 20172017

 – 

 – 

 31 Juli 2017 31 Juli 2017 Penyusun

Penyusun : : 1. 1. Bareta Bareta Bunga Bunga Arom Arom / / 1403023400140302340055 2. Ari Wieliyani / 2. Ari Wieliyani / 1403023402314030234023 Surabaya, Juli 2017 Surabaya, Juli 2017 Menyetujui, Menyetujui, Kepala Seksi Laboratorium BBMP

Kepala Seksi Laboratorium BBMP (Labinkimat) (Labinkimat) Drs. Harveni Tumilaar Drs. Harveni Tumilaar Letkol Laut (KH) NRP 11719/P Letkol Laut (KH) NRP 11719/P Pembimbing Lapangan Pembimbing Lapangan Langgeng Sutrisno Langgeng Sutrisno NIP 1967050819910310004 NIP 1967050819910310004 Mengetahui, Mengetahui, Kepala Labinkimat Kepala Labinkimat Sumardi,

Sumardi, S.E,M.M,MS.E,M.M,M.Si(Han).Si(Han) Kolonel Laut (T) NRP Kolonel Laut (T) NRP

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan dapat menyelesaikan laporan PKL

dengan judul “Identifika

si Kualitas Bahan Bakar Minyak dan Pelumas di Laboratorium Induk Kimia dan Material TNI AL

Surabaya” dengan baik dan tepat waktu sesuai yang dijadwalkan. Kegiatan

Praktik Kerja Lapangan ini merupakan mata kuliah wajib yang dilakukan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik pada program S1 Jurusan Kimia UNESA. Selain itu, Praktik Kerja Lapangan yang kami lakukan juga untuk memperoleh gambaran mengenai analisis suatu sampel yang masuk di Laboratorium Induk Kimia dan Material TNI AL khususnya di Laboratorium Bahan Bakar Minyak dan Pelumas (BBMP).

Penyusunan laporan PKL ini berdasarkan hasil pengamatan, studi pustaka, dan pengumpulan data di laboratorium bahan bakar minyak dan pelumas di LABINKIMAT TNI AL Surabaya. Dengan selesainya kegiatan dan penyusunan laporan PKL ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu, khususnya kepada:

1. Dr. Suyatno, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA UNESA.

2. Kolonel Laut (T) Sumardi, S.E,M.M,M.Si(Han), selaku Kepala Laboratorium Induk Kimia dan Material TNI AL Surabaya.

3. Dr. Sari Edi Cahyaningrum, M.Si., selaku koordinator PKL Jurusan Kimia FMIPA UNESA.

4. Ir. Siti Tjahjani, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing PKL Jurusan Kimia FMIPA UNESA.

5. Letkol Laut (KH) Drs. Harveni Tumilaar, selaku Kepala Seksi Laboratorium BBMP Labinkimat TNI AL.

6. Bapak Langgeng Sutrisno, selaku Pembimbing PKL di Laboratorium BBMP Labinkimat TNI AL Surabaya.

7. Seluruh anggota LABINKIMAT TNI AL Surabaya, khususnya anggota Laboratorium Kimia dan Laboratorium BBMP.

(6)

9. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan baik secara material maupun spiritual kepada kami.

Penyusun menyadari bahwa laporan PKL masih memiliki banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempuraan laporan ini. Penyusun juga berharap laporan PKL ini bermanfaat  bagi pembaca.

Surabaya, Juli 2017

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN I ... ii

LEMBAR PENGESAHAN II ... iii

KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... vi BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan ... 2 1.4 Batasan Masalah ... 2 1.5 Manfaat ... 2

BAB II: TINJAUAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat LABINKIMAT TNI AL ... 3

2.2 Visi dan Misi LABINKIMAT TNI AL ... 5

2.3 Tugas dan Fungsi LABINKIMAT TNI AL ... 6

2.4 Struktur Organisasi LABINKIMAT TNI AL ... 6

2.5 Fasilitas dan Sarana LABINKIMAT TNI AL ... 6

2.6 Silab Bahan Bakar Minyak dan Pelumas (BBMP) ... 8

2.7 Prosedur Administrasi Pengujian Sampel di Lab. BBMP ... 14

BAB III: TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Minyak Bumi ... 16

3.1.1 Minyak Bumi dan Hidrokarbon ... 16

3.1.2 Fraksi Minyak Bumi ... 17

3.1.3 Fraksi Gas ... 19

(8)

BAB IV: PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 28

4.2 Bidang atau Jenis Kegiatan ... 28

4.2.1 Kegiatan Rutin ... 28

4.2.2 Kegiatan Praktik ... 29

4.2.3 Kegiatan Tambahan ... 29

4.3 Alat dan Bahan ... 29

4.4 Metode Kegiatan ... 33

4.4.1 Pengujian Warna ... 33

4.4.2 Pengujian Berat Jenis ... 33

4.4.3 Pengujian Flash Point ... 33

4.4.4 Pengujian Viskositas Kinematik ... 34

4.4.5 Pengujian Kadar Karbon ... 34

4.4.6 Pengujian Kadar Air dan Kadar Sedimen ... 34

4.4.7 Pengujian Kadar Abu ... 35

4.4.8 Pengujian Total Acid Number (TAN) ... 35

4.4.9 Pengujian Cetane Index ... 35

4.4.10 Pengujian Kadar Sulfur ... 35

4.4.12 Distilasi ... 36

4.5 Prosedur Kerja ... 37

4.5.1 Pengujian Berat Jenis ... 37

4.5.2 Pengujian Warna ... 38

4.5.3 Pengujian Flash Point ... 39

4.5.4 Pengujian Viskositas Kinematik ... 40

4.5.5 Pengujian Kadar Air dan Kadar Sedimen ... 41

4.5.6 Pengujian Kadar Karbon ... 42

4.5.7 Pengujian Kadar Abu ... 43

4.5.8 Pengujian Total Acid Number (TAN) ... 44

4.5.10 Pengujian Cetane Index ... 45

4.5.11 Pengujian Kadar Sulfur ... 45

(9)

BAB V: HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengujian ... 47

5.1.1 Data Hasil Pengujian Bahan Bakar HSD ... 47

5.2 Pembahasan ... 48

BAB VI: PENUTUP 6.1 Simpulan ... 57 6.2 Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran Perhitungan ... 59 Lampiran Foto ... 60

Lampiran Bagan Struktur jabatan Labinkimat ... 63

Lampiran Bagan Stuktur Organisasi Labinkimat ... 64

Lampiran Parameter Standar ... 65

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman sekarang ini kebutuhan minyak bumi semakin besar. Minyak bumi merupakan sumber energi yang tak terbarukan, butuh waktu jutaan bahkan ratusan t ahun untuk mengkonversi bahan baku minyak bumi menjadi minyak bumi. Berhubungan dengan hal tersebut lembaga pendidikan berupaya meningkatkan sumber daya manusia untuk dapat bersaing di dunia kerja.

Pada kesempatan kali ini penulis melakukan kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) ditempat yang sesuai dengan bidangnya ya itu Laboratorium BBMP (Bahan Bakar Minyak dan Pelumas) di Laboratorium Induk Kimia dan Material (LABINKIMAT), Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AL (Dislitbangal) Ujung, Surabaya. Labinkimat

merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dislitbangal yang

menyelenggarakan penelitian, pengujian, dan evaluasi material secara fisika maupun kimia dalam rangka pembinaan kemampuan TNI AL.

Bahan bakar solar di bidang industri banyak digunakan untuk mesin kapal, genset, otomotif atau diesel kendaraan bermotor. Meningkatnya perindustrian di Indonesia akan menyebabkan kebutuhan bahan bakar solar yang semakin meningkat sehingga  perlu di lakuk an pen gu jian solar sec ara spes ifik un tuk meng etahu i

kualitas solar yang lebih bagus.

Bahan bakar minyak yang beredar dipasaran berbagai macam  jenis merk dan ku ali tasnya . Ba han bakar minya k ya ng berkualitas rendah dapat menyebabkan mesin mudah rusak dan terjadinya pencemaran udara karena proses pembakaran yang tidak optimal.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan pengujian terhadap kualitas bahan bakar minyak yang telah digunakan maupun belum digunakan

(11)

sehingga penggunaan bahan bakar minyak yang tidak memenuhi standart dapat dihindari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas bahan bakar minyak?

1.3 Batasan Masalah

Analisis khusus HSD meliputi pengujian terhadap kualitas bahan bakar minyak berdasarkan (pengujian yang sering dilakukan di AL) dengan menggunakan parameter-parameter tertentu.

1.4 Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka tujuan dari laporan ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kualitas bahan bakar minyak.

1.5 Manfaat

1. Mahasiswa dapat memahami proses analisis bahan bakar minyak serta kaitannya dengan aplikasi di lapangan.

2. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman kerja di laboratorium.

3. Mahasiswa dapat memahami aplikasi ilmu kimia dalam ruang lingkup TNI AL.

(12)

BAB II

TINJAUAN UMUM INSTANSI

1.1 Sejarah Singkat LABINKIMAT TNI AL

Labinkimat merupakan laboratorium penguji yang telah terakreditasi oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional). Labinkimat merupakan unsur  pelaksana teknis Dislitbangal dalam penelitian, pengembangan, pengujian dan evaluasi material secara kimia maupun fisika; dalam rangka menunjang kebutuhan unsur-unsur operasional dan pembinaan kemampuan TNI Angkatan Laut. Labinkimat dipimpin oleh Kepala Labinkimat disingkat. Kalabinkimat, dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kadislitbangal. Melaksanakan pengujian dibidang kimia, dan material yaitu. minyak pelumas, bahan bakar, getaran mesin, kandungan logam, uji material(ex: tekan, kekerasan, tekuk, dll)

Guna mendukung kesiapan operasional alat utama sistem senjata (Alutsista) dalam mengemban tugas pokoknya, TNI AL terus berupaya untuk meningkatkan kemampuan hasil pemeriksaan Bahan Bakar Minyak dan Pelumas (BBMP) dan Material Alut terus dilakukan di Laboratorium Induk Kimia dan Material (Labinkimat) di Surabaya.

Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut (Kadislitbangal) Laksamana Pertama Tri Santosa beberapa waktu lalu saat meninjau berbagai peralatan laboratorium dan peralatan baru di Labinkimat Surabaya. Menurutnya, peningkatan kemampuan tersebut dilakukan dengan penambahan peralatan laboratorium yang modern dan canggih di laboratorium Labinkimat di Surabaya. Penambahan peralatan laboratorium terbaru tersebut meliputi Universal Testing Machine Jis Z221 yaitu alat untuk uji tarik, tekuk dan tekan material hingga mencapai tekanan 100 ton, Inverted Metallographic Microscope yaitu alat untuk mengamati mikro struktur logam. Selain itu dilengkapi pula alat Automatic Isoperibol Calorimeter ASTM D4809 untuk mengukur nilai panas BBM, Microcarbon

(13)

Residu Tester ASTM D4530 untuk mengukur kadar kima karbon dalam  bahan bakar minyak dan pelumas kapal, Portable and Rugged Viscometer ASTM D445 untuk mengukur kekentalan BBMP, Sulfur Meter untuk mengukur kandungan Sulfur dalam BBMP yg dilengkapi X-ray Fluorescence analyzer, serta Automatic Viscometer ASTM D445 untuk mengukur kekentalan BBMP.

Menurut Kadislitbangal penambahan peralatan ini dilakukan berkaitan dengan tingginya frekuensi pengujian material akhir-akhir ini yang dilakukan untuk tujuan pemeliharaan alutsista. Pada tahun 2010 lalu, kata Kadislitbangal, pemeriksaan bahan bakar dan pelumas berbagai alat utama sistem senjata di Labinkimat mencapai 140 sampel, sedangkan pengujian material seperti rantai kapal, karet dampra, logam dan vibrasi sebanyak 41 sampel, demikian pula pengujian zinc anoda untuk proteksi korosi badan

kapal telah dilaksanakan 103 sampel. “Berbagai pemeriksaan dan pengujian

BBMP, material logam dan kimia dari alat utama sistem senjata ini setiap tahun semakin meningkat, selain mengacu pada pola perawatan dan  pemeliharaan kapal juga disesuaikan dengan bertambahnya kapal perang di

 jajaran armada Angkatan Laut,” tandasnya.

Laboratorium Induk Kimia dan Material (LABINKIMAT) berasal dari Dinas Penguji Material (DPMAT) di bawah Komando Penataran TNI AL (KONATAL). Berdasarkan surat Direktorat Perkapalan Angkatan Laut  Nomor: TL/3/PSBY/DIRKAP/63 tanggal 8 Maret 1963, DPMAT berubah nama menjadiLaboratorium KONATAL. Pada tanggal 19 Juli 1965,  berdasarkan surat LP2 AL No. 178/KLP2/65 Laboratorium KONATAL  berubah menjadi Lembaga Penyelidikan, Penelitian, dan Penyempurnaan

(LP3) Perkapalan di bawah Direktorat Perkapalan.

Berdasarkan keputusan Direktur Penataran No. 5401.21 kode 100 tanggal 4 September 1965 LP3 Perkapalan berubah nama menjadi Dinas LP3 Perkapalan di bawah PAL Surabaya. Selanjutnya pada tanggl 3 Juni 1967 Menteri Panglima Angkatan Laut mengeluarkan surat keputusan No. 5401.21 yang berisi LP3 Perkapalan dimasukkan kembali ke dalam Organisasi

(14)

Direktorat Perkapalan Angkatan Laut. Pada tahun 1970, ketiga LP3 (LP3 Kapal, LP3 Senjata, dan LP3 Elektronika) dikoordinir di bawah Diresumat PAL.

Berdasarkan surat keputusan DIRPAL No. 745/XI/1975 tanggal 30 Agustus 1975, kedudukan LP3 Perkapalan secara organisasi yang berada di  bawah Dislitbangal diubah menjadi Laboratorium Induk Perkapalan

(LABINKAP). Kemudian berdasarkan surat keputusan KASAL No. Kep/27/XI/1984 pada tanggal 10 November 1983 LABINKAP berubah nama menjadi Laboratorium Induk Kimia dan Material (LABINKIMAT).

Laboratorium Induk Kimia dan Material (LABINKIMAT) didirikan  berdasarkan keputusan Kasal Nomor: Kep/27/VII/1997 tanggal 31 Juli 1997 tentang Organisasi dan Prosedur Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AL. Pada 28 Maret 2003, Labinkimat mendapatkan pengakuan akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN). Labinkimat bertugas menyelenggarakan  pembinaan fungsi dan pelaksana kegiatan teknis Dislitbangal dalam menyelenggarakan penelitian, pengujian, dan evaluasi material secara kimia maupun fisika dalam rangka pembinaan kemampuan TNI AL.

1.2 Visi dan Misi LABINKIMAT TNI AL

a. Visi

Mutu material TNI AL Diharapkan sesuai standar dan mengikuti  perkembangan IPTEK.

 b. Misi

1) Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengujian material di lingkungan TNI AL dan instansi di luar TNI AL.

2) Menetapkan, menerapkan, dan memelihara sistem mutu meliputi  perangkat lunak, pengujian, komposisi, kimia metalurgi, BBMP, dan  permesin.

c. Kebijakan Mutu

1) Secara terus menerus meningkatkan mutu dan pelayanan laboratorium.

(15)

2) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan kesejahteraan  personil.

3) Memahami dan melaksanakan standar yang ditetapkan.

4) Mengikuti perkembangan teknologi material, alat uji, dan peralatan yang terkalibrasi serta terdokumentasi.

1.3 Tugas dan Fungsi LABINKIMAT TNI AL

Labinkimat merupakan unsur pelaksana teknis Dislitbangal yang  berkedudukan langsung di bawah Kadislitbangal. Labinkimat bertugas menyelenggarakan pembinaan fungsi dan pelaksana kegiatan teknis Dislitbangal dalam menyelenggarakan penelitian, pengujian, dan evaluasi material secara kimia maupun fisika dalam rangka pembinaan kemampuan TNI AL. Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, Labinkimat menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :

a. Menyusun prosedur keamanan laboratorium.  b. Memeriksa kesiapan laboratorium.

c. Melaksanakan penelitian dan pengujian material TNI AL.

d. Menyusun dan mengajukan kebutuhan Labinkimat untuk mendukung operasi Labinkimat.

e. Melaksanakan koordinasi fungsional dengan Kasubdis dan antar Labin guna kelancaran pelaksanaan tugas.

f. Dalam melaksanakan tugas Kalabinkimat bertanggung jawab kepada Kadislitbangal.

1.4 Struktur Organisasi Labinkimat TNI AL

Labinkimat TNI AL adalah salah satu unsur pelaksana teknis di bidang logistik yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Dislitbangal. Bagan Struktur Organisasi Dislitbangal terdapat pada Lampiran 1 dan bagan struktur organisasi Labinkimat terdapat pada Lampiran 2.

(16)

Untuk menjalankan fungsi Labinkimat, maka diperlukan fasilitas dan sarana pendukung. Berikut merupakan fasilitas dan sarana pendukung diantaranya yaitu :

a. Laboratorium

Labinkimat memiliki 5 unit laboratorium yang sebagian besar digunakan untuk melaksanakan penelitian, pengembangan, dan pengujian yang berkaitan dengan masalah platform kapal. Berikut merupakan unit-unit laboratorium dan fungsi dari masing-masing laboratorium di Labinkimat:

1) Laboratorium Kimia

Melaksanakan penelitian, pengembangan, dan pengujian terhadap kualitas material kapal secara kimiawi, diantaranya yaitu aluminium anode atau zink anode, cat, chemical compound, air minum, air ketel, BWTC, dan beberapa material logam lainnya.

2) Laboratorium BBMP

Melaksanakan penelitian, pengembangan, dan pengujian terhadap mutu BBMP sesuai standar dan spesifikasi teknis yang telah ditentukan. Dengan kata lain laboratorium BBMP merupakan laboratorium Quality Control  terhadap BBMP yang akan maupun yang sedang digunakan di KRI. Dengan melaksanakan Lub Oil  (LO) dan Fuel Oil  (FO) analisis di setiap permesinan kapal dapat diketahui secara dini kemungkinan terjadinya suatu kerusakan di masa yang akan datang.

3) Laboratorium Mekanik (Uji Material)

Melaksanakan penelitian dan pengujian material kapal secara mekanik, diantaranya adalah mengukur kekerasan logam, uji tekuk, uji tarik, dan pukul takik.

4) Laboratorium Mesin

Melaksanakan pemeriksaan, pengujian, dan pengetesan terhadap vibrasi permesinan kapal dengan menggunakan Vibration Analyzer . Pengukuran vibrasi mesin dilakukan secara periodik dan diharapkan nantinya dari data variabel tersebut akan dapat dideteksi kemungkinan terjadinya kerusakan pada mesin secara dini.

(17)

5) Laboratorium Bakap (Bangunan Kapal)

Bertugas melaksanakan penelitian dan dukungan kegiatan  pengujian rancang bangunan kapal yang terbuat dari logam maupun non

logam pada TNI AL.  b. Tenaga Ahli

Secara struktural dan operasional, penelitian, pengujian, dan  pengembangan di Labinkimat didukung oleh sumber daya manusia atau tenaga personil yang handal dan profesional yang telah mengikuti program  pendidikan di bidang permesin, kimia, dan fisika (Labinkimat, 1994). c. Perpustakaan

Labinkimat memiliki sebuah perpustakaan yang memiliki buku,  jurnal, dan laporan mengenai perkapalan, analisis-analisis yang telah

dilakukan terhadap material kapal, kumpulan naskah-naskah kegiatan Labinkimat, dan pengetahuan lainnya.

d. Mushollah

Labinkimat memiliki sebuah mushollah yang dilengkapi dengan

Al-Qur’an. Mushollah ini digunakan oleh seluruh

 anggota Labinkimat untuk  beribadah secara berjamaah.

Dari seluruh fasilitas dan sarana yang dimiliki oleh Labinkimat, semuanya telah dilengkapi dengan pendingin ruangan dan jendela sebagai sirkulasi udara dan cahaya.

1.6 Silab Bahan Bakar Minyak dan Pelumas (BBMP)

a. Kepala Seksi Laboratorium bahan bakar minyak dan pelumas secara umum bertugas untuk melaksanakan penelitian dan pengujian bahan bakar minyak dan pelumas alutsista TNI AL yang dikirim dari berbagai satuan kapal atau marinir. Berikut merupakan tugas dan fungsi Kepala Seksi Laboratorium BBMP:

1) Menyusun rencana program Labinkimat bidang penelitian dan  pengujian bahan bakar minyak dan pelumas.

2) Memberikan pengarahan dan petunjuk bagi pembinaan dan  pelaksanaan kegiatan di lingkungan Silab BBMP.

(18)

3) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan kegiatan uji coba dan dukungan litbang secara teknis dan manajerial.

4) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan kegiatan pembinaan intern Silab BBMP.

5) Membuat evaluasi dan kesimpulan hasil akhir pengujian.

6) Melaksanakan koordinasi antar Silab maupun keluar dalam lingkungan Labinkimat.

7) Melaksanakan pengujian dan pengkajian dengan menerapkan sistem mutu secara teknis sesuai kebijaksanaan yang telah ditetapkan (ISO 17025-2005).

8) Melaksanakan dan menerapkan metodologi riset.

9) Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Kalabinkimat khususnya yang menyangkut bidang pengujian bahan bakar minyak dan pelumas.  b. Kasilab bahan bakar minyak dan pelumas dijabat seorang Perwira

Menengah TNI AL berpangkat Letkol dan dalam melaksanakan tugas s erta kewajibannya bertanggung jawab kepada Kalabinkimat.

c. Kasilab bahan bakar minyak dan pelumas dalam melaksanakan tugas dan kewajiban dibantu oleh beberapa Kepala Subseksi Laboratorium sebagai  berikut:

1) Kasubsilab bahan bakar

a) Kepala Subseksi Laboratorium bahan bakar meruapakn pelaksana  pemeriksaan dan pengujian bahan bakar alutsista TNI AL yang dikirim dari berbagai satuan kapal atau marinir. Berikut merupakan tugas kewajiban dan fungsi dari Kasubsilab:

 Menyusun dan mengkoordinasikan pelaksana kegiatan

 pemeriksaan dan pengujian analisa bahan bakar alutsista TNI AL.  Menyiapkan metode pemeriksaan dan pengujian bahan bakar.  Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pemeriksaan dan

 pengujian bahan bakar alutsista TNI AL.

 Membuat dan menyusun laporan hasil sementara pemeriksaan dan pengujian bahan bakar.

(19)

 Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Kasilab BBMP khususnya menyangkut bidang tugasnya.

 b) Kasubsilab bahan bakar dijabat oleh seorang Perwira menengah TNI AL berpangkat sebagai Mayor dan dalam melaksanakan tugas dan kewajiabannya bertanggung jawab kepada Kasilab BBMP.

c) Kasubsilab bahan bakar dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dibantu oleh beberapa Kepala Urusan Laboratorium sebagai berikut:

 Kaurlab Bahan Bakar

- Kepala Urusan Laboratorium Kimia Bahan Bakar merupakan  pelaksana pemeriksaan dan pengujian bahan bakar mesin secara kimia. Berikut merupakan tugas kewajiban dan fungsi Kaurlab Kim bahan bakar:

 Melaksanakan pemeriksaan atau pengujian dan pengolahan data pengujian.

 Melaksanakan pencatatan dan membuat laporan singkat atau sementara hasil uji riksa.

- Kaurlab Kim bahan bakar dijabat oleh seorang Perwira Pertama TNI AL berpangkat Kapten dan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab kepada Kasubsilab Linmat.

- Kaurlab Kim bahan bakar dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dibantu oleh beberapa analis laboratorium sebagai berikut:

 Analis Kimia Bahan Bakar adalah pelaksana pengujian  bahan bakar secara kimia. Berikut merupakan tugas

kewajiban dan fungsi analis kimia bahan bakar:

i. Melaksanakan pengujian dan pemeriksaan bahan bakar sesuai arahan dari Kaurlab Kim bahan bakar.

ii. Menghimpun dan menyimpan data hasil pemeriksaan. iii. Melaksanakan perawatan dan pembersihan peralatan

(20)

iv. Menjaga kebersihan lingkungan laboratorium.  Kaurlab Fis Bahan Bakar

- Kepala Urusan Laboratorium Fisika bahan bakar adalah  pelaksana pemeriksaan dan pengujian bahan bakar mesin secara fisika. Berikut merupakan tugas kewajiban dan fungsi Kaurlab Fis bahan bakar:

 Melaksanakan pemeriksaan atau pengujian dan pengolahan data pengujian.

 Melaksanakan pencatatan dan membuat laporan singkat atau sementara hasil uji riksa.

- Kaurlab Fis bahan bakar dijabat oleh seorang Perwira Pertama TNI AL yang berpangkat Lettu dan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggung jawabb kepada Kasubsilab  bahan bakar.

- Kaurlab Fis bahan bakar dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dibantu oleh beberapa analis laboratorium sebagai berikut:

 Analis Fisika Bahan Bakar adalah pelaksana pengujian  bahan bakar secara kimia. Berikut merupakan tugas

kewajiban dan fungsi analis kimia bahan bakar:

i. Melaksanakan pengujian dan pemeriksaan bahan bakar sesuai arahan dari Kaurlab Fis bahan bakar.

ii. Menghimpun dan menyimpan data hasil pemeriksaan. iii. Melaksanakan perawatan dan pembersihan peralatan

laboratorium yang telah digunakan.

iv. Menjaga kebersihan lingkungan laboratorium. 2) Kasubsilab Minyak Pelumas

a) Kepala Subseksi Laboratorium minyak pelumas merupakan  pelaksana pemeriksaan dan pengujian bahan bakar alutsista TNI AL yang dikirim dari berbagai satuan kapal atau marinir. Berikut merupakan tugas kewajiban dan fungsi dari Kasubsilab minyak  pelumas:

(21)

 Menyusun dan mengkoordinasikan pelaksana kegiatan  pemeriksaan dan pengujian analisa minyak pelumas alutsista TNI

AL.

 Menyiapkan metode pemeriksaan dan pengujian minyak

 pelumas.

 Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pemeriksaan dan  pengujian minyak pelumas alutsista TNI AL.

 Membuat dan menyusun laporan hasil sementara pemeriksaan dan pengujian minyak pelumas.

 Melaksanakan pembinaan intern Subsilab minyak pelumas.  Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Kasilab BBMP

khususnya menyangkut bidang tugasnya.

d) Kasubsilab minyak pelumas dijabat oleh seorang Perwira menengah TNI AL berpangkat sebagai Mayor dan dalam melaksanakan tugas dan kewajiabannya bertanggung jawab kepada Kasilab BBMP. e) Kasubsilab minyak pelumas dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya dibantu oleh beberapa Kepala Urusan Laboratorium sebagai berikut:

 Kaurlab Minyak Pelumas

- Kepala Urusan Laboratorium Kimia minyak pelumas merupakan pelaksana pemeriksaan dan pengujian bahan bakar mesin secara kimia. Berikut merupakan tugas kewajiban dan fungsi Kaurlab Kim minyak pelumas:

 Melaksanakan pemeriksaan atau pengujian dan pengolahan data pengujian.

 Melaksanakan pencatatan dan membuat laporan singkat atau sementara hasil uji riksa.

- Kaurlab Kim minyak pelumas dijabat oleh seorang Perwira Pertama TNI AL berpangkat Kapten dan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab kepada Kasubsilab Linmat.

(22)

- Kaurlab Kim minyak pelumas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dibantu oleh beberapa analis laboratorium sebagai berikut:

 Analis Kimia minyak pelumas adalah pelaksana pengujian  bahan bakar secara kimia. Berikut merupakan tugas

kewajiban dan fungsi analis kimia minyak pelumas:

i. Melaksanakan pengujian dan pemeriksaan minyak  pelumas sesuai arahan dari Kaurlab Kim minyak  pelumas.

ii. Menghimpun dan menyimpan data hasil pemeriksaan. iii.Melaksanakan perawatan dan pembersihan peralatan

laboratorium yang telah digunakan.

iv. Menjaga kebersihan lingkungan laboratorium.  Kaurlab Fis Minyak Pelumas

- Kepala Urusan Laboratorium Fisika minyak pelumas adalah  pelaksana pemeriksaan dan pengujian minyak pelumas mesin secara fisika. Berikut merupakan tugas kewajiban dan fungsi Kaurlab Fis minyak pelumas:

 Melaksanakan pemeriksaan atau pengujian dan pengolahan data pengujian.

 Melaksanakan pencatatan dan membuat laporan singkat atau sementara hasil uji riksa.

- Kaurlab Fis minyak pelumas dijabat oleh seorang Perwira Pertama TNI AL yang berpangkat Lettu dan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggung jawabb kepada Kasubsilab minyak pelumas.

- Kaurlab Fis minyak pelumas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dibantu oleh beberapa analis laboratorium sebagai berikut:

 Analis Fisika minyak pelumas adalah pelaksana pengujian  bahan bakar secara kimia. Berikut merupakan tugas

(23)

i. Melaksanakan pengujian dan pemeriksaan minyak  pelumas sesuai arahan dari Kaurlab Fis minyak pelumas. ii. Menghimpun dan menyimpan data hasil pemeriksaan. iii. Melaksanakan perawatan dan pembersihan peralatan

laboratorium yang telah digunakan.

iv. Menjaga kebersihan lingkungan laboratorium.

(Labinkimat, 2010)

1.7 Prosedur Administrasi Pengujian Sampel di Lab. BBMP

a. Penanganan Sampel Uji

1) Sampel uji sebelum diterima oleh Staf Administrasi Teknis harus diteliti terlebih dahulu secara visual untuk kesesuaian antara informasi  pada label sampai dengan sampelnya.

2) Apabila sesuai, sampel uji direkam informasinya pada Buku Induk Penerimaan Sampel Uji yang selanjutnya diubah identitasnya sebelum diserahkan ke laboratorium untuk diuji.

3) Penyerahan sampel uji dilampiri dokumen penyerta berupa format lembar Disposisi dimana memuat tanggal penyampaian sampel uji ke laboratorium dan diparaf oleh Manajer Teknis Laboratorium BBMP. 4) Sampel uji diambil secukupnya untuk diuji, sisanya disimpan oleh

 personel laboratorium sebagai arsip sampel.

5) Arsip sampel laboratorium direkam dalam buku daftar pengujian sampel.

6) Arsip sampel uji bila berupa cairan, maka pemusnahan dilakukan setelah arsip berusia 3 (tiga) bulan.

7) Bila sampel uji berupa bahan uji yang pengujiannya bersifat tidak merusak, maka sampel tersebut langsung dikembalikan secepat mungkin kepada pelanggan dengan mengisi format Tanda Terima ata u Pengembalian Sampel.

8) Manager Teknis Laboratorium bertanggung jawab atas keberadaan arsip sampel di areanya dan bertanggung jawab atas pemusnahan arsip-arsip tersebut.

(24)

9) Pemusnahan sampel menggunakan Berita Acara Pemusanahan. b. Pelaporan Hasil Pengujian

1) Administrasi Teknis bertanggung jawab atas kegiatan pelaporan hasil  pengujian.

2) Pengetikan format Laporan Hasil Pengujian dilakukan oleh Staf Administrasi Teknis yang ditunjuk dengan mempertimbangkan kompetensinya pada bidang pengetikan.

3) Konsep Laporan Hasil Pengujian yang dibuat oleh Manager Teknis disampaikan untuk diketik ke Administrasi Teknis.

4) Hasil ketikan Laporan Hasil Pengujian konsepnya disampaikan kepada Manager Teknis untuk dilakukan untuk dilakukan koreksi.

5) Hasil ketikan Laporan Hasil Pengujian yang telah dikoreksi dan dibubuhi araf oleh Manager Teknis diserahkan kembali kepada Administrasi Teknis, yang selanjutnya disampaikan kepada Top Manager untuk ditanda tangani sebagai bukti pengesahan Laporan Hasil Pengujian.

6) Jika Top Manager memandang perlu dilakukan koreksi pada laporan Hasil Pengujian, maka dilakukan pengetikan ulang sesuai dengan hasil koreksi.

7) Laporan Hasil Pengujian yang telah disahkan oleh Top Manager kemudian diberi Cap Labinkimat yang selanjutnya didistribusikan sebagai berikut:

a) Asli untuk pelanggan

 b) Tindakan ke I untuk Arsip Administrasi Teknis c) Tindakan ke II untuk Dislitbangal sebagai laporan

d) Tindakan ke III untuk tembusan instansi terkait (jika diperlukan) 8) Penyampaian Laporan Hasil Pengujian pada pelanggan dapat dilakukan

(25)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Minyak Bumi

Minyak bumi atau dalam bahasa Inggrisnya disebut Petroleum, menurut bahasa Latin terdiri dari dua penggalan kata yaitu Petrus yang artinya karang dan Oleum yang artinya minyak. Oleh karena itu kimia minyak bumi (petroleum) merupakan ilmu yang mempelajari tentang kelanjutan dari tumbuhan setelah dipendam atau dikubur selama jutaan tahun. Senyawa yang terkandung dalam petroleum mempunyai variasi yang besar dari senyawa dengan kerapatan rendah (gas) sampai senyawa dengan kerapatan tinggi (padatan).

Minyak bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalamkondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk didalamnya aspal dan lilin (Kristanti, 2005). Minyak bumi terbentuk dari penguraian bahan-bahan organik (sel-sel dan jaringan hewan atau tumbuhan) yangtertimbun selama berjuta tahun di dalam tanah, baik di daerah daratan ataupun didaerah lepas pantai (Anonim, 2007). Bahan utama yang terkandung dalam minyak bumi adalah hidrokarbon alifatik dan aromatik. Minyak bumi mengandung senyawa nitrogen (0-0,5 %), belerang (0-6 %) dan oksigen (0-3,5 %).

Saat ini mayoritas seluruh Negara dan manusia membutuhkan migas (minyak dan gas bumi) mulai dari bensin, solar, minyak tanah, LPG dan sebagainya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Penggunaan energi yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan  penduduk dan pemanfaatan energi yang boros. Selain itu ketergantungan terhadap minyak bumi juga masih tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari  penggunaan BBM yang meningkat pesat.

3.1.1 Minyak Bumi dan Hidrokarbon

Putri (1994) mengatakan minyak mentah (Crude Oil) merupakan suatu substansi yang bersifat komplek dan dibentuk oleh lebih kurang seribu macam molekul organik serta mengandung bahan utama berupa

(26)

hidrokarbon yaitu senyawa yang terdiri dari karbon dan hidrogen, nitrogen serta oksigen dan sebagian kecil logam seperti nikel, vanadium dan besi.

Minyak bumi yang merupakan senyawa hidrokarbon dapat dibagi  berdasarkan jenis ikatannya, yaitu : 1) parafin atau alkana : formulanya

adalah CnH2n+2- Parafin mempunyai ikatan jenuh dan lurus, merupakan komponen terbesar dari berbagai macam crude oil. 2) iso- parafm atau iso-alkana : mempunyai formula sama dengan parafin,

tetapi rantai ini bercabang. 3) naphtan/sikloalkana : formula adalah CnH2n merupakan alkana siklik dan komponen kedua terbesar dalam crude oil. 4) Aromatik yaitu rantai yang memiliki ikatan benzena (Lubis, 2000, Clark dan Brown, 1997, Anshory, 1987, dan Cornell dan Miller, 1995).

3.1.2 Fraksi Minyak Bumi

Senyawa penyusun minyak bumi: alkana, sikloalkana, dan senyawa aromatik. Di samping itu terdapat pengotor berupa senyawa organik yang mengandung S, N, O, dan organo logam. Dari hasil distilasi bertingkat diperoleh fraksifraksi LNG, LPG, petroleum eter,  bensin, kerosin, solar, oli, lilin, dan aspal. Berikut adalah penjelasan  beberapa fraksi minyak bumi beserta titik didihnya :

1. Aspal

Titik didih: 525 °C

Aspal adalah residu minyak bumi dan didapatkan saat minyak  bumi pertama kali masuk ke dalam menara distilasi dan dipanaskan  pada suhu lebih dari 500 °C. Fraksi minyak bumi yang memiliki titik didih dibawah 500 °C akan menguap ke atas menara distilasi dan dipanaskan kembali. Sedangkan yang memiliki titik didih diatas 500 °C akan terkumpul menjadi residu yang selanjutnya dijadikan aspal. Aspal digunakan sebagai penghalus jalan.

(27)

Titik didih: 350-500 °C

Oli atau pelumas adalah hasil distilasi minyak bumi setelah aspal. Minyak bumi akan dipanaskan dengan suhu antara 350 °C dan 500 °oC sehingga senyawa hidrokarbon yang memiliki titik didih dibawah 350 °C akan menguap dan yang memiliki titik didih diatasnya akan membentuk oli. Oli digunakan sebagai  pelumas/pelicin komponen mesin kendaraan.

3. Solar

Titik didih: 270-350 °C

Solar adalah hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 200 °C dan 350 °C. Titik didihnya memang di antara suhu tersebut sehingga ketika dipanaskan pada suhu tersebut, rantai hidrokarbon yang memiliki 8 sampai 21 atom karbon (solar) tidak akan menguap. Solar digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel.

4. Kerosin dan Avtur Titik didih: 180-250 °C

Kerosin dan avtur adalah hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 170 °C dan 250 °C. Kerosin (minyak tanah) digunakan sebagai bahan bakar kompor minyak tanah. Sedangkan avtur digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang.

5. Nafta

Titik didih: 80-170 °C

 Nafta (bensin berat) adalah hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 70-140 °C. Nafta digunakan sebagai bahan baku industri  petrokimia seperti plastik, karet sintetis, deterjen, obat, cat, serat

sintetis, kosmetik, dan zat aditif bensin.

(28)

Titik didih: 70-140 °C

Bensin adalah hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 35-75 °C. Bensin terdiri atas isomer-isomer heptana dan oktana. Bensin digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.

8. Petroleum Eter

Titik didih: 30-90 °C

Petroleum eter adalah hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 30 sampai 90 derajat celcius. Ciri khas petroleum eter adalah mudah terbakar dan harganya yang murah. Namun petroleum eter tidak terlalu membahayakan. Petroleum eter digunakan sebagai  bahan pelarut nonpolar dan sebagai pengganti pentana.

9. Gas

Titik didih: (-160)-30 °C

Gas adalah hasil distilasi minyak bumi dengan suhu distilasi yang paling rendah antara

 – 

160 sampai

 – 

40 derajat celcius. Ini dikarenakan gas sangat mudah menguap. Gas adalah wujud gas dari LPG yang berwujud cair. Gas digunakan sebagai bahan bakar kompor gas.

3.1.3 Fraksi Gas

Gas alam dapat diperoleh secara terpisah maupun bersama-sama dengan minyak bumi. Gas alam sebagian besar terdiri dari alkana  berantai karbon rendah yaitu antara lain metana, etana, propana, butana

dan iso-butana. Gas alam dapat dipergunakan sebagai: 1. Bahan bakar rumah tangga atau pabrik

Gas alam merupakan bahan bakar yang paling bersih dan praktis, tetapi gas alam mempunyai keburukan yaitu sifatnya yang tidak  berbaun (bila dibandingkan dengan gas dari batubara) sehingga sering terjadi kecelakaan karena bocor. Oleh karena itu kadang-kadang gas ini diberi "bau" yaitu sedikit zat yang berbau sekali.

(29)

Propana yang merupakan salah satu fraksi gas pada perusahaan  biasanya digunakan sebagai :

- Mengelas paduan-paduan tembaga, alumunium dan magnesium. - Mengelas besi tuang.

- Menyolder dan mengelas solder. - Menyemprot Jogam.

- Memotong besi dengan gas karbit. - Penerangan pantai.

Butana dipakai dalam rumah tangga sebagai pemanas ruangan,  penerangan, dan pemakaian di dapur. Butana mempunyai batas

meledak yang lebih kecil bila dibandingkan dengan propana. 2. Karbon hitam (Carbon Black )

Karbon hitam (Carbon black ) adalah arang halus yang diperoleh dari pembakaran yang tidak sempurna. Pegunaannya antara lain sebagai berikut:

- Bahan dalam pembuatan cat, tinta cetak dan tinta Gina.

- Zat pengisi pada karet terutama dalam pembuatan ban-ban mobil dan sepeda.

Karbon hitam dibuat dengan membawa nyala gas bumi ke sebuah  bidang datar yang didinginkan, arang yang terbentuk kemudian dipisahkan dari bidang ini dan dibagi berdasarkan kehalusannya. Metana yang mengandung 75% karbon akan menghasilkan 4 atau 4,5% zat penghitam dan sisanya hilang sebagai asap, zat asam arang dan sebagainya.

3. Tujuan-tujuan Sintesis

Hasil sintesis dibuat dengan oksidasi zat-zat hidrokarbon dari gas alam. Proses pembuatan lainnya, yaitu :

 Pembuatan zat cair dari metana.

 Pembuatan bensin-bensin untuk kapal terbang yang bernilai tinggi dengan cara menggandeng (alkylering) iso-butana dengan  butena-butena..

(30)

3.1.4 Pemrosesan Minyak Bumi

Pada pemrosesan minyak bumi melibatkan 2 proses utama, diantaranya yaitu :

1. Proses pemisahan (separation processes) 2. Proses konversi (convertion processes)

Proses pengilangan (refines) pertama-tama adalah mengubah komponen minyak menjadi fraksi-fraksi yang laku dijual berupa  beberapa tipe dari destilasi. Beberapa perlakuan kimia dan pemanasan

dilakukan untuk memperbaiki kualitas dari produk minyak mentah yang diperoleh. Misalnya pada tahun 1912 permintaan gasolin melebihi supply dan untuk memenuhi permintaan tersebut maka digunakan  proses "pemanasan" dan "tekanan" yang tinggi untuk mengubah fraksi yang tidak diharapkan. Molekul besar menjadi yang lebih kecil dalam range titik didih gasolin, proses ini disebut cracking.

a. Proses Pemisahan (Separation Processes)

Unit operasi yang digunakan dalam penyulingan minyak biasanya sederhana tetapi yang kompleks adalah interkoneksi dan interaksinya. Proses pemisahan tersebut adalah :

1) Destilasi

Bensin, kerasin dan minyak gas biasanya disuling pada tekanan atmosfer, fraksi-fraksi minyak pelumas akan mencapai suhu yang lebih tinggi dimana zat-zat hidrokarbon mulai terurai (biasanya kira-kira antara suhu 375-400°C) karena itu lebih baik  jika minyak pelumas disuling dengan tekanan yang diturunkan. Pengurangan tekanan diperoleh dengan menggunakan sebuah  pompa vakum (vacuum pump).

2) Absorpsi

Umumnya digunakan untuk memisahkan zat yang bertitik didih tinggi dengan gas. Minyak gas digunakan untuk menyerap gasolin alami dari gas-gas basah. Gas-gas dikeluarkan dari tank  penyimpanan gas sebagai hasil dari pemanasan matahari yang kemudian diserap ulang oleh tanaman. Steam stripping pada

(31)

umumnya digunakan untuk mengabsorpsi hidrokarbon fraksi ringan dan memperbaiki kapasitas absorpsi minyak gas. Proses ini dilakukan terutama dalam hal-hal sebagai berikut:

 Untuk mendapatkan fraksi-fraksi gasolin alami yang dapat dicampurkan pada bensin.

 Untuk pemisahan gas-gas rekahan dalam suatu fraksi yang sangat ringan (misalnya fraksi yang terdiri dari zat hidrogen, metana, etana) dan fraksi yang lebih berat yaitu yang mempunyai komponen-komponen yang lebih tinggi.

 Untuk menghasilkan bensin-bensin yang dapat dipakai dari  berbagai gas ampas dari suatu instalasi penghalus.

3) Adsorpsi

Proses adsorpsi digunakan untuk memperoleh material berat dari gas. Pemakaian terpenting proses adsorpsi pada perindustrian minyak adalah :

 Untuk mendapatkan bagian-bagian berisi bensin (natural gasoline) dari gas-gas bumi, dalam hal ini digunakan arang aktif.

 Untuk menghilangkan bagian-bagian yang memberikan warna dan hal-hal lain yang tidak dikehendaki dari minyak, digunakan tanah liat untuk menghilangkan warna dan bauxiet (biji oksida-aluminium).

4) Filtrasi

Digunakan untuk memindahkan endapan lilin dari lilin yang mengandung destilat. Filtrasi dengan tanah liat digunakan untuk decolorisasi fraksi.

5) Kristalisasi

Sebelum di filtrasi lilin harus dikristalisasi untuk menyesuaikan ukuran Kristal dengan cooling dan stirring. Lilin yang tidak diinginkan dipindahkan dan menjadi lilin mikrokristalin yang diperdagangkan.

(32)

Pengerjaan ini didasarkan pada pembagian dari suatu bahan tertentu dalam dua bagian yang mempunyai sifat dapat larut yang  berbeda.

b. Proses Konversi (conversion processes)

Hampir 70% dari minyak mentah di proses secara konversi di USA, mekanisme yang terjadi berupa pembentukan "ion karbonium" dan "radikal bebas". Berikut merupakan beberapa contoh reaksi konversi dasar yang penting:

1) Cracking atau Pyrolisis

Cracking atau pyirolisis merupakan proses pemecahan molekul-molekul hidrokarbon besar menjadi molekul-molekul yang lebih kecil dengan adanya pemanasan atau katalis.

C7H15C15H30C7H15

minyak gas berat

→ C

7H16 gasolin + C6H12CH2 gasalin (anti knock) + C14H28CH2 recycle stock

Dengan adanya pemanasan yang cukup dan katalis maka hidrokarbon paraffin akan pecah menjadi dua atau le bih fragmen dan salah satunya berupa olefin. Semua reaksi cracking adalah endotermik dan melibatkan energi yang tinggi. Proses cracking meliputi:

i. Proses cracking thermis murni

Proses ini merupakan proses pemecahan molekul-molekul  besar dari zat hidrokarbon yang dilakukan pada suhu tinggi yang bekerja pada bahan awal selama waktu tertentu. Pada  pelaksanaannya tidak mungkin mengatur produk yang dihasilkan pada suatu proses crackingi, biasanya selain menghasilkan bensin (gasoline) juga mengandung molekul-molekul yang lebih kecil (gas) dan molekul-molekul-molekul-molekul yang lebih besar (memiliki titik didih yang lebih tinggi dari bensin). Proses cracking dilakukan untuk menghasilkan fraksi-fraksi  bensin yang berat yaitu yang mempunyai bilangan oktan yang  buruk karena pada umumnya bilangan oktan meningkat jika

(33)

titik didihnya turun. Maka pada cracking bensin berat akan diperoleh suatu perbaikan dalam kualitas bahan pembakarnya yang disebabkan oleh 2 hal, yaitu:

 Penurunan titik didih rata-rata  Terbentuknya alkena

Oleh karena itu bilangan oktan dapat meningkat dengan sangat tinggi, misalnya dari 45-50 hingga 75-80.

ii. Proses cracking thermis dengan katalisator

Dengan adanya katalisator maka reaksi cracking dapat terjadi pada suhu yang lebih rendah. Keuntungan dari proses thermis-katalisator adalah:

 Perbandingan antara bensin terhadap gas adalah sangat baik karena disebabkan oleh pendeknya waktu cracking pada suhu yang lebih rendah.

 Bensin yang dihasilkan menunjukkan angka oktan yang lebih baik.

Dengan adanya katalisator dapat terjadi proses isomerisasi, dimana alkena alkena dengan rantai lurus dirubah menjadi hidrokarbon bercabang, selanjtnya terjadi aromatik-aromatik dalam fraksi bensin yang lebih tinggi yang juga dapat mempengaruhi bilangan oktan.

iii.Proses cracking dengan chlorida-aluminium (AlCl3) yang

 bebas air

Bila minyak dengan kadar aromatik rendah dipanaskan dengan AlCl3  bebas air pada suhu 180-2000C maka akan

terbentuk bensin dalam keadaan dan waktu tertentu. Bahan yang tidak mengandung aromatik (misalnya parafin murni) dengan 2 atau 5% AlCl3 dapat merubah sebagian besar (90%)

dari bahan itu menjadi bensin, bagian lain akan ditinggal sebagai arang dalam ketel. Anehnya pada proses ini bensin yang dihasilkan tidak mengandung alkena-alkena tetapi masih memiliki bilangan oktan yang lumayan, hal ini mungkin

(34)

disebabkan kerena sebagian besar alkena bercabang. Kerugian dari proses ini adalah :

 Mahal karena AlCl3  yang dipakai akan menyublim dan mengurai.

 Bahan-bahan yang dapat dikerjakan terbatas.

 Pada saat reaksi berlangsung, banyak sekali gas asam garam maka harus memakai alat-alat yang tahan korosi. 2) Polimerisasi

Terbentuknya polimer antara ikatan molekul yang sama yaitu ikatan bersama dari light gasoline.

Proses polimerisasi merubah produk samping gas hirokarbon yang dihasilkan pada cracking menjadi hidrokarbok liquid yang  bisa digunakan sebagai:

- Bahan bakar motor dan penerbangan yang memiliki bilangan oktan yang tinggi.

- Bahan baku petrokimia.

Bahan dasar utama dalam proses polimerisasi adalah olefin (hidrokarbon tidak jenuh) yang diperoleh dari cracking still. Contohnya: Propilen, n-butilen, isobutilen.

3) Alkilasi

Proses alkilasi merupakan proses penggabungan olefin dari aromat atau hidrokarbon parafin.

(35)

Proses alkilasi adalah eksotermik dan pada dasarnya sama dengan Proses alkilasi adalah eksotermik dan pada dasarnya sama dengan  polimerisasi,

 polimerisasi, hanya hanya berbeda berbeda pada pada bagian-bagian bagian-bagian dari dari chargingcharging stock need be unsaturated. Sebagai hasilnya adalah produk alkilat stock need be unsaturated. Sebagai hasilnya adalah produk alkilat yang tidak mengandung olefin dan memiliki bilangan oktan yang yang tidak mengandung olefin dan memiliki bilangan oktan yang tinggi. Metode ini didasarkan pada reaktifitas dari karbon tersier tinggi. Metode ini didasarkan pada reaktifitas dari karbon tersier dari isobutan dengan olefin, seperti propilen, butilen dan amilen. dari isobutan dengan olefin, seperti propilen, butilen dan amilen. 4)

4) HidrogenasiHidrogenasi

Proses ini merupakan proses penambahan hidrogen pada Proses ini merupakan proses penambahan hidrogen pada olefin. Katalis hidrogen adalah logam yang dipilih tergantung olefin. Katalis hidrogen adalah logam yang dipilih tergantung  pada seny

 pada senyawa yang awa yang akan di akan di reduksi dan reduksi dan pada kondpada kondisi hidrogenasi,isi hidrogenasi, misalnya Pt, Pd, Ni, dan Cu.

misalnya Pt, Pd, Ni, dan Cu.

Disamping untuk menjenuhkan ikatan ganda, hidrogenasi dapat Disamping untuk menjenuhkan ikatan ganda, hidrogenasi dapat digunakan untuk mengeliminasi elemen-elemen lain dari digunakan untuk mengeliminasi elemen-elemen lain dari molekul, elemen ini termasuk oksigen, nitrogen, halogen dan molekul, elemen ini termasuk oksigen, nitrogen, halogen dan sulfur.

sulfur. 5)

5) HydrocrackingHydrocracking Proses

Proses hydrocrackinghydrocracking merupakan penambahan hidrogen padamerupakan penambahan hidrogen pada  proses cracking.

 proses cracking.

6)

6) IsomerisasiIsomerisasi

Proses isomerisasi merubah struktur dari atom dalam molekul Proses isomerisasi merubah struktur dari atom dalam molekul tanpa adanya perubahan nomor atom.

tanpa adanya perubahan nomor atom.

Proses ini menjadi penting karena dapat menghasilkan iso-butana Proses ini menjadi penting karena dapat menghasilkan iso-butana yang dibutuhkan untuk membuat alkilat sebagai dasar gasoline yang dibutuhkan untuk membuat alkilat sebagai dasar gasoline

(36)

7)

7) Reforming atau AromatisasiReforming atau Aromatisasi

Reforming merupakan proses konversi dari naptha untuk Reforming merupakan proses konversi dari naptha untuk memperoleh produk yang memiliki bilangan oktan yang tinggi, memperoleh produk yang memiliki bilangan oktan yang tinggi, dalam proses ini biasanya menggunakan katalis rhenium, dalam proses ini biasanya menggunakan katalis rhenium,  platinum dan chromium.

(37)

BAB IV BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1

4.1 Tempat Tempat dan dan Waktu Waktu PelaksanaanPelaksanaan

kegiatan praktik kerja lapangan dilaksanakan di LABINKIMAT kegiatan praktik kerja lapangan dilaksanakan di LABINKIMAT Laboratorium Bahan Bakar Minyak dan Pelumas pada tanggal 3 Juli 2017 Laboratorium Bahan Bakar Minyak dan Pelumas pada tanggal 3 Juli 2017 hingga 31 Juli 2017.

hingga 31 Juli 2017.

4.2

4.2 Bidang Bidang atau atau Jenis Jenis KegiatanKegiatan 4.2.1

4.2.1 Kegiatan Kegiatan RutinRutin a.

a. Apel Pagi dan SiangApel Pagi dan Siang

Apel pagi dan siang dilaksanaan setiap hari kerja pada jam 07.00 Apel pagi dan siang dilaksanaan setiap hari kerja pada jam 07.00 WIB untuk apel pagi dan pada jam 15.00 WIB untuk apel s

WIB untuk apel pagi dan pada jam 15.00 WIB untuk apel s iang. Khususiang. Khusus hari Jumat pelaksaan apel siang dilaksanakan pukul 15.30 WIB. hari Jumat pelaksaan apel siang dilaksanakan pukul 15.30 WIB. Kegiatan apel dilaksanakan saat terdengar peluit dan pemberitahuan Kegiatan apel dilaksanakan saat terdengar peluit dan pemberitahuan waktu

waktu apel apel melalui melalui speaker.speaker.  b.

 b. Pelatihan Baris Berbaris (PBB)Pelatihan Baris Berbaris (PBB)

Kegiatan PBB dilaksanakan Seusai apel pagi hingga mahasiswa Kegiatan PBB dilaksanakan Seusai apel pagi hingga mahasiswa dapat melaksanakan pelatihan baris berbaris

dapat melaksanakan pelatihan baris berbaris dengan benar. Kegiatan inidengan benar. Kegiatan ini  bertujuan untuk melatih ma

 bertujuan untuk melatih mahasiswa agar dapat hasiswa agar dapat melaksanakan kegiatanmelaksanakan kegiatan PBB dengan benar.

PBB dengan benar. c.

c. Kegiatan OlahragaKegiatan Olahraga

Kegiatan olahraga dilaksanakan setiap hari selasa dan kamis seusai Kegiatan olahraga dilaksanakan setiap hari selasa dan kamis seusai kegiatan apel pagi. Kegiatan olahraga diawali dengan melakukan kegiatan apel pagi. Kegiatan olahraga diawali dengan melakukan gerakan senam dan dilanjutkan dengan lari. Tujuan dari kegiatan ini gerakan senam dan dilanjutkan dengan lari. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjaga agar badan tetap sehat dan bugar.

adalah untuk menjaga agar badan tetap sehat dan bugar. d.

d. Kegiatan PembersihanKegiatan Pembersihan

Kegiatan pembersihan dilaksanan setiap hari sebelum kegiatan Kegiatan pembersihan dilaksanan setiap hari sebelum kegiatan laboratorium berlangsung baik di dalam ruangan maupun luar r

laboratorium berlangsung baik di dalam ruangan maupun luar r uangan.uangan. Pembersihan dilakukan agar lingkungan kerja tetap bersih dan nyaman. Pembersihan dilakukan agar lingkungan kerja tetap bersih dan nyaman.

(38)

4.2.2 Kegiatan Praktik

Kegiatan Praktik dilakukan saat ada sampel masuk yang akan diuji. Kegiatan praktik yang dilakukan antara lain sebagai berikut :

a. Pengenalan sampel dan pemahaman sistem kerja analis sesuai dengan instruksi kerja (IK)

 b. Melakukan kegiatan pengujian kualitas bahan bakar minyak. c. Penyusunan laporan praktik kerja lapangan.

4.2.3 Kegiatan Tambahan

Selama tidak ada sampel yang masuk di Laboratorium Bahan Bakar Minyak dan Pelumas, kegiatan yang dilakukan adalah membantu  pekerjaan yang ada pada laboratorium kimia.

4.3 Alat dan Bahan 1) Pengujian warna:

- Lovibond colorimeter 1 set

- Gelas uji 3 buah

2) Pengujian Berat Jenis:

- Gelas ukur 500mL 1 buah

- Hydrometer (skala ukur sesuai kebutuhan) 1 buah

- Termometer digital 1 buah

- Pro pipet 1 buah

3) Pengujian Flash Point:

- Cleveland Open Cup (COC) Koehler 1 set

- Cawan Uji 1 buah

- Termometer standart -6 sampai 4000C ASTM E1/IP 1 buah

- Pemantik 1 buah

- Gas support 1 set

- Pensky Martin Close Cup (PMCC) Koehler 1 set

- Termometer standart 5-1100C, 10-2200C, 90-3600C 1 buah 4) Viskositas kinematik

(39)

- Holder kapiler 1 set

- Oil Bath 1 set

- Termometer 0 sd 1000C 1 buah

- Stopwatch 1 buah

- Pengatur Temperatur (Tempeture Regulator) 15 s.d 1000C 1 buah

- Pompa vakum 1 set

5) Pengujian Kadar Karbon

- Tungku pemanas listrik 1 buah

- Neraca digital 1 set

- Cawan Porselin tahan panas 1 buah

- Desikator 1 set

- Tang / gegep 1 buah

6) Pengujian Kadar Air dan Kadar Sedimen:

- Separator IEC HN-SH Centrifuge 1 set

- Tabung centrifuge 100 mL secukupnya

7) Pengujian kadar Abu:

- Furnace 48000 Barnstead Thermolyne 1 set

- Neraca digital 1 set

- cawan porselin 1 buah

- desikator 1 set

- tang atau gegep 1 buah

8) Pengujian Total Acid Number (TAN):

- 798 MPT Titrino Metrohm 1 set

- 728 Stirer Metrohm 1 set

- 775 Dosimat Metrohm 1 set

- Neraca digital 1 set

- Gelas plastik kimia 1 buah

- Mikropipet 1 buah

- Printer 1 buah

- Kalium phtalat padat - KOH 0,1 N

(40)

- Aquabidest 9) Cetane index :

- Hasil Mid Boiling Point 1 buah

- Nomograph 1 buah

10) Pengujian Kadar Sulfur

- RX-620SA Sulfur Meter 1 set

- Propipet 1 buah

11) Distilasi

- Distilator K48090 Koehler 1 set

- Labu Distilasi (Flask) 125 mL atau 100 mL 1 buah

- Gelas ukur 100 mL 1 buah

- Termometer standar ASTM 7C (7F) skala suhu s.d 3000C

dan 8C (8F) skala suhu s.d 4000C atau IP 5C (distilasi suhu rendah) dan IP 6C (distilasi suhu tinggi).

4.4 Metode Kegiatan

Identifikasi kualitas HSD dilakukan dengan beberapa parameter uji yang sesuai.

4.4.1 Pengujian Warna a) Tujuan

Menentukan secara visual dari warna petroleum product, seperti minyak pelumas, solar, dan malam (wax).

 b) Prinsip

Penggunaan sumber cahaya standar, sampel cair ditempatkan  pada container uji dan bandingkan dengan rangkaian disk gelas  berwarna 0,5 sampai 0,8. Jika tidak ada warna yang cocok, dan sampel terletak pada dua standar warna, maka warna tertinggi yang dilaporkan.

4.4.2 Pengujian Berat Jenis a) Tujuan

Penentuan berat jenis menggunakan hydrometer dari petroleum  product dan non petroleum product dalam bentuk cair yang

(41)

mempunyai tekanan uap 101,325 kPa (14,696 psi) atau lebih rendah.

 b) Prinsip

 Nilai yang terukur dari hydrometer pada temperatur referen atau  pada temperatur yang lain dan pembacaan dikoreksi pada

temperatur referen, yaitu tabel pengukuran minyak bumi.

4.4.3 Pengujian Flash Point a) Tujuan

Untuk menentukan flash point suatu sampel HSD dengan menggunakan alat manual maupun otomatis.

 b) Prinsip

Mangkok uji kuningan diisi sampel sampai tanda batas, lalu dipanaskan dan diaduk. Kemudian sumber api didekatkan ke mangkok uji. Apabila api mati maka titik flash point telah tercapai.

4.4.4 Pengujian Viskositas Kinematik a) Tujuan

Untuk menentukan viskositas kinematik (v) dari petroleum  product cair, transparan dan gelap, dan mengukur waktu alir  pengaruh gravitasi. Viskositas dinamik dapat ditentukan dengan

mengalirkan viskositas kinematik dengan densitas sampel.  b) Prinsip

Waktu yang terikat untuk volume tertentu dari cairan yang mengalir melewati kapiler oleh pengaruh gravitasi bumi pada suhu yang diketahui dan terkontrol.

4.4.5 Pengujian Kadar Karbon

a) Tujuan

Mengetahui kadar karbon residu yang tertinggal setelah proses  penguapan dan pirolisa.

(42)

Jumlah berat sampel dipanaskan, sampel ini akan mengalami cracking atau knocking selama waktu tertentu pada pemanasan suhu tinggi. Residu yang tertinggal dihitung dalam persen (%) wt.

4.4.6 Pengujian Kadar Air dan Kadar Sedimen

a) Tujuan

Untuk menentukan kadar air dan sedimen dalam bahan bakar minyak menggunakan sentrifuge dalam range 0-30% volum.

 b) Prinsip

Bahan bakar minyak dengan volume yang aman ditempatkan dalam tabung sentrifuge, volume dari air dan lapisan sedimen ada di bawah tabung dapat dibaca.

4.4.7 Pengujian Kadar Abu

a) Tujuan

Untuk menghitung sisa pembakaran (yang terbakar).  b) Prinsip

Sisa karbon dari pengujian kadar karbon yang telah dipanaskan lebih lanjut dalam furnace pada suhu 7750C, hasilnya dihitung dalam (%).

4.4.8 Pengujian Total Acid Number (TAN) c) Tujuan

Untuk menetapkan jumlah konstituen keasaman dari suatu  produk minyak dan minyak pelumas dengan menggunakan metode

titrasi potensiometri. d) Prinsip

Sampel basa yang dinyatakan dalam mgr KOH, yang diperlukan untuk menetralisir konstituen asam yang terkandung di dalam 1 gram sampel.

(43)

a) Tujuan

Memprediksi cetane index dengan menggunakan nomograf  b) Prinsip

Penentuan cetane index menggunakan nomograf berdasarkan hasil mid boiling point distilasi dengan density

4.4.10 Pengujian Kadar Sulfur a) Tujuan

Untuk menguji kadar sulfur dalam sampel dengan range  pengukuran 0,003-6,0 wt%.

 b) Prinsip

Sampel yang telah dimasukkan ke dalam sulfur meter. Sulfur meter model RX-620SA adalah X-ray fluorescence analizer dengan menggunakan X-ray tube sebagai sumber X-ra y.

4.4.11 Distilasi a) Tujuan

Untuk memisahkan dan memurnikan suatu zat dari suatu campuran.

 b) Prinsip

Pemisahan suatu zat dari suatu campuran berdasarkan  perbedaan titik didih.

(44)

4.5 Prosedur Kerja

4.5.1 Pengujian Berat Jenis (

 Specific Gravity 

)

Rumus untuk menghitung berat jenis sampel uji: Berat jenis (SG) = Pr  + (t-tr ) tcc

Keterangan:

- SG = Specifik Gravity (berat jenis)

- Pr = pembacaan skala pada alat hydrometer

- t = suhu / temperatut termometer (

C) - tr  = 60

F (suhu optimal termometer)

- tcc = temperature correction coefisient  (pada tabel tcc ) - Dimasukkan ke dalam gelas ukur 500 mL

- Tempatkan alat hydrometer ke dalam gelas ukur yang berisi sampel

- Dibiarkan posisi hydrometer sampai tidak bergerak (posisi hydrometer stabil ditandai dengan tidak adanya gelembung udara dalam sampel) - Dimasukkan stick sensor termometer ke dalam gelas ukur

-

Dihidupkan termometer digital pada posisi “ON”

- Disetting tombol derajat Celcius

C

- Ditunggu ±10 menit

- Dicatat penunjuk skala hydrometer dan suhu pada termometer - Dihitung berat jenis sampel uji

500 mL sampel

(45)

4.5.2 Pengujian Warna

a. Lovibond Colorimeter

- Diisi dengan air suling 50 cc (1 buah gelas uji) dan 1 gelas lainnya diisi dengan sampel uji 50 cc

-

Dihidupkan alat Lovibond Colorimeter (posisi “ON”, switch ada pada

 bagian belakang alat)

- Ditempatkan di tempat pembacaan kaca standar untuk gelas uji berisi air, untuk gelas uji berisi sampel ditempatkan di tempat pembacaan sampel, kemudian tempat gelas uji ditutup

- Dibandingkan antara warna sampel dengan warna pada gelas kaca standar (dengan cara mengatur tombol pemilih warna pada alat sambil melihat warna yang sesuai atau mendekati, pilihan warna pembanding dengan rentang angka 0,0

 – 

 8,0)

- Disiapkan - Dibersihkan

2 buah gelas uji

2 buah gelas uji bersih dan kering

1. Jika warna sampel sesuai dengan warna pada gelas kaca standar, misalnya 3,5 maka ditulis 3,5 ASTM colour

2. Jika warna sampel tidak sesuai atau berada diantara dua warna yang mendekati dengan warna pada gelas kaca standar, misalnya antar 3,5 dan 4,0 maka didahului huruf L dengan menganbil warna yang lebih gelap, sehingga ditulis L 3,5 ASTM Colour

3. Jika warna sampel lebih gelap dari warna angka 8,0, maka ditulis D 8,0 ASTM Colour

(46)

4.5.3 Pengujian Flash Point

a. Flash Point Close Cup

- Dimasukkan ke dalam mangkok uji sampai tanda miniskus atas pada garis yang telah ditentukan

- Diletakkan di tengah-tengah pemanas alat PMOC (Pensky Martin Close Cup)

- Dipasang selang pada tabung gas dan menghubungkan pada alat COC dengan sumber arus PLN 220 Volt AC

- Ditempatkan termometer pada alat dan dihidupkan alat PMOC pada

switch “ON”

- Diatur regulator suhu alat secara perlahan-lahan ke arah kanan dan ditunggu sampai suhu sampel termometer sesuai kebutuhan spektek - Dinyalakan api pada alat flash point dan ditunggu hingga mencapai suhu

yang sudah diperkirakan atau diinginkan

- Digerakkan nyala api melewati permukaan mangkok uji secara perlahan - Dicatat suhu pada termometer apabila telah terjadi percikan/kilatan api

yang menandakan titik nyala api

- Dimatikan nyala api, diatur regulator suhu pemanas perlahan-lahan

hingga Nol, dan dimatikan alat PMOC pada posisi switch “OFF”

Sampel

(47)

4.5.4 Viskositas Kinematik

Tabel 2. Tabel toleransi perhitungan selisih waktu

Base Oil 400C dan 1000C 0,0020 y (0,2%)

Formulated Oil 400C dan 1000C 0,0013 y (0,13%)

Gas Oil Pada 400C 0,13 (y + 1)

Rumus untuk menghitung viskositas kinematik: v = t x C

Keterangan:

v = viskositas kinematik t = waktu alir rata-rata C = konstanta kapiler

- Dihubungkan dengan sumber listrik PLN 220 Volt AC -

Dihidupkan (Switch “ON”)

- Disetting suhu sesuai dengan kebutuhan pengujian Temperature Regulator

Temperature Regulator siap digunakan

- Dimasukkan ke dalam viskometer sampai antara garis batas minimum dan maksimum

- Viskometer dipasang pada holder kapiler dan dimasukkan ke dalam oil bath - Ditunggu 30 menit (400C) atau ± 50 menit (1000C) sampai terjadi

keseimbangan suhu oil bath (konstan)

- Ditunggu 10-15 menit agar suhu sampel merata (homogen) dan siap uji - Dihidupkan pompa vakum

- Dihisap dengan selang pompa sampai mencapai batas bulatan atas pada viskometer yang telah ditentukan

- Dimatikan pompa vakum

- Dibiarkan sampel mengalir turun

- Diukur waktu alir sampel dari garis batas atas sampai garis batas bawah viskometer dengan menggunakan stopwatch

- Dicatat waktu alirnya

- Diulangi prosedur (dari pompa vakum dihidupkan sampai tahap akhir) sampai menemukan selisih waktu yang sesuai toleransi range waktu yang sudah ditentukan berdasarkan ASTM (seperti tabel di bawah)

-

Dimatikan temperature regulator (posisi switch “OFF”)

- Dilepaskan dari aliran listrik AC

Sampel (bersih dari sedimen dan air)

(48)

4.5.5 Pengujian Kadar Air dan Kadar Sedimen

- Dikocok sampai homogen

- Dituangkan sebanyak 100 mL ke dalam tabung centrifuge masing-masing sebanyak 2 atau 4 buah tabung

- Diletakkan dalam Separator Centrifuge, diatur posisi tabung secara seimbang (2 tabung atau 4 tabung sekaligus, jika terdiri dari 2 tabung, tempatkan secara berhadapan), kemudian separator ditutup rapat.

- Separator Centrifuge

dihidupkan (power switch posisi “ON”)

- Diatur waktu (tombol

“Time/Min”) ± 45 menit dan diatur kecepatan

 putarannya (tombol “Speed”) pada posisi Speed rpm 1800.

- Setelah Separator Centrifuge  berhenti, Separator Centrifuge dimatikan

(power switch posisi “OFF”), dibuka penutup Separator lalu diambil tabung

centrifuge

- Diamati dan dicatat volume air dan sedimen pada skala tabung centrifuge (jika pemisahan air dan sedimen belum sempura atau maksimal, maka dilakukan prosedur ulang dengan menambah waktu putar 15

 – 

 30 menit)

Sampel

(49)

4.5.6 Pengujian Kadar Karbon (

Carbon Residu

)

Rumus untuk menghitung kadar karbon: Kadar karbon (% wt) = 

100%

Keterangan:

- w = berat karbon (berat cawan kosong + karbon

 – 

 berat cawan kosong) - W = berat sampel (berat cawan kosong + sampel

 – 

 berat cawan kosong)

- Dihitung kadar karbon Kadar karbon (% wt)

- Dimasukkan ke dalam tungku pemanas dengan menggunakan tang atau gegep, tutup alat sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam sampel -

Dihidupkan tungku pemanas listrik (posisi switch “ON”) dengan cara

memutar tombol pengatur suhu (posisi maksimum) searah jarum jam - Ditunggu ± 2 jam hingga asap yang keluar dari cerobong tungku

benar- benar habis (proses karbonasi)

-

Matikan alat (posisi switch “OFF”), lalu dibiarkan mendingin ±10 menit

- Buka tutup tungku pemanas

- Dikeluarkan dengan menggunakan tang/gegep

- Dimasukkan ke dalam desicator, biarkan proses pendinginan ±30 menit - Dikeluarkan dengan menggunakan tang/gegep

- Dimasukkan ke dalam neraca digital, ditimbang, dan dicatat hasil  pengukuran berat cawan dan karbon

- Dikocok hingga homogen

- Dituangkan ke dalam cawan porselin tersebut sebanyak ±5 gram Sampel

- Ditimbang dengan menggunakan neraca digital Cawan porselin kosong

Berat cawan porselin kosong

Berat cawan dan sampel uji

(50)

4.5.7 Pengujian Kadar Abu

Rumus untuk menghitung kadar abu: Kadar abu (% wt) = A

W100%

Keterangan:

- A = berat abu (berat cawan kosong + abu

 – 

 berat cawan kosong)

- W = berat sampel (berat cawan kosong + sampel

 – 

 berat cawan kosong)

- Dihitung kadar abu Kadar abu (% wt)

- Ditimbang dengan menggunakan neraca digital - Dimasukkan ke dalam Furnace

- Furnace

dihidupkan (posisi switch “ON”), diatur pada suhu ± 715 ᵒ

C - Setelah suhu Furnace mencapai ± 715

C (ditandai dengan berkedipnya

lampu indikator warna kuning “Cycle”, proses pengabuan)

- Dibiarkan selama ± 15 menit (agar suhu Furnace konstan)

- Furnace dimatikan

(posisi switch “OFF”), dibiarkan 2

-3 jam hingga mencapai suhu di bawah 200

C

- Cawan diambil dengan menggunakan tang/gegep - Dimasukkan ke dalam desicator

- Ditunggu selama ± 1 jam

- Ditimbang dengan neraca digital

Berat cawan dan abu

Sampel karbon (lanjutan dari proses pengujian kadar karbon) dalam cawan porselin

Gambar

Tabel 2. Tabel toleransi perhitungan selisih waktu
Tabel Nilai L dan H untuk Viskostas Kinematik pada Suhu 40 0 C dan 100 0 C
Tabel Nilai L dan H untuk Viskostas Kinematik pada Suhu 40 0 C dan 100 0 C

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait