• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE ANALYSIS OF SCIENCE TEACHER QUESTIONING SKILLS IN JUNIOR HIGH SCHOOL IN DELI SERDANG DISTRICT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE ANALYSIS OF SCIENCE TEACHER QUESTIONING SKILLS IN JUNIOR HIGH SCHOOL IN DELI SERDANG DISTRICT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

THE ANALYSIS OF SCIENCE TEACHER QUESTIONING SKILLS IN JUNIOR HIGH SCHOOL IN DELI SERDANG DISTRICT

Nurhaty Purnama Sari

Dosen Tetap Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNRIKA Batam

ABSTACT

A descriptive research that aims to describe: (1) the level of teacher questions based on gender and teaching experience; (2) students’ response to the level of teacher question; (3) teacher’s ability to apply basic and advance questioning skills based on gender and teaching experience has been implemented in Junior High School. About 20 science teachers who teach in 8th grade of Junior High School come from 9 schools have been involved this study. Data were collected through observation and questionnary. The results showed that Junior High School science teacher mostly used low-level cognitive questions (85,8%). A few of other used high-level cognitive questions (14,2%). There was no difference even gender and teaching experience. In level questions, teacher mostly asked about structure (42,80%) and organ (34,20%). A few of other asked about mechanism (18,40%) and desease (18,40%) in circulatory system chapter. Mostly students' response to the level of teacher questions were simultaneous (93.88%), with scientific answer was very low category (39,80%). In basic skills components, teacher mostly used spread with very low category (10%). In advanced questioning skills components have changed the level of cognitive demand (35%), usage tracking questions with various techniques (15%), and improving the interaction (50%) were very low category. There were no differences basic and advanced asking skills even gender and teaching experience.

Keywords: Science teacher, questioning, skills 1. Pendahuluan

Mustikasari (2008:5) di SMA Negeri Kota Pontianak kelas X menemukan bahwa sebagian besar guru sudah menyusun persiapan pertanyaan yang ditulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tetapi jenis pertanyaan masih dalam tingkat rendah. Jenis pertanyaan yang disusun oleh guru mata pelajaran Biologi Kelas X di SMA Negeri Kota Pontianak masih digolongkan tingkat rendah didasarkan atas taksonomi Bloom dan teknik bertanya guru mata pelajaran Biologi Kelas X di SMA Negeri Kota Pontianak masih belum benar. Pertanyaan memiliki peranan penting untuk menjalin komunikasi guru dengan murid. Dengan bertanya guru mampu menganalisa seberapa jauh siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Cunningham (1971:88) menyatakan bahwa pertanyaan guru adalah variabel yang sangat berperan dapat mempengaruhi perolehan pembelajar. Berhasil tidaknya guru memfungsikan pertanyaan dalam proses belajar mengajar akan sangat tergantung pada kualitas keterampilan bertanya. Samwali (2008:20) menyatakan bahwa keterampilan bertanya diperlukan dalam rangka mengumpulkan, menggali, menginformasikan, dan menyimpulkan informasi bagi kepentingan tertentu yang biasanya sudah direncanakan. Penelitian Keterampilan Bertanya Guru IPA SMP Negeri Kabupaten Deliserdang ini bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat pertanyaan dan guru IPA dalam tingkatan Taksonomi Bloom yang disampaikan secara lisan melalui proses pembelajaran mengenai pokok bahasan Sistem Peredaran Darah Manusia yang dikaitkan dengan jenis kelamin dan pengalaman mengajar guru; (2) respon siswa terhadap tingkat pertanyaan di kelas VIII SMP Negeri Kabupaten Deliserdang Tahun Pelajaran 2010/2011; dan (3) mengetahui penggunaan komponen keterampilan bertanya

(2)

guru IPA pada pokok bahasan Sistem Peredaran Darah saat kegiatan belajar mengajar berlangsung yang dikaitkan dengan jenis kelamin dan pengalaman mengajar guru di kelas VIII SMP Negeri Kabupaten Deliserdang Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Tinjauan Teoritis

Pertanyaan sudah ada sejak jaman Socrates (abad ke-5 sebelum Masehi). Rahman (2010:10-19) menyimpulkan bahwa pemberian pertanyaan dalam pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Guru hendaknya dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan tajam yang mengarahkan siswa dapat memahami konsep. Hal ini dapat berdampak pada tingginya penguasaan konsep pada siswa. Guru harus banyak membuat pertanyaan yang progresif yang dapat dibuat melalui tingkatan-tingkatan taksonomi Bloom, agar guru juga dapat mengevaluasi seberapa efektif kegiatan belajar mengajar di kelas dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Pertanyaan, taksonomi Bloom dapat dipakai sebagai pedoman untuk mengklasifikasikan pertanyaan. Taksonomi Bloom yang terdiri dari pertanyaan kognisi tingkat rendah (mengingat dan memahami) dan tingkat tinggi (aplikasi, menganalisis, evaluasi, dan kreasi) merupakan salah satu cara yang dipakai dalam merumuskan tujuan pengajaran (Forehand, 2005:03). Taksonomi ini dapat juga diterapkan untuk mengklasifikasikan pertanyaan yang diajukan guru di kelas.

Dalam memberikan pertanyaan kepada siswa juga diperlukan keterampilan yaitu keterampilan bertanya. Allen et al (1969:72) berpendapat bahwa sebelum dapat memanfaatkan pertanyaan untuk merangsang siswa belajar, seorang guru perlu memiliki kelancaran dalam bertanya (fluency in asking questions). Baru setelah itu dia dapat meningkatkan keterampilan bertanyanya untuk menggali dan melacak, mengajukan pertanyaan tingkat tinggi, dan pertanyaan divergen. Samwali (2008:20) menyatakan bahwa keterampilan bertanya diperlukan dalam rangka mengumpulkan, menggali, menginformasikan, dan menyimpulkan informasi bagi kepentingan tertentu yang biasanya sudah direncanakan.

Turney (1981) menyatakan ada 8 unsur yang perlu diperhatikan dan 4 unsur dalam cara guru bertanya. Delapan unsur tersebut yaitu: (1) pengungkapan secara jelas dan singkat, (2) pemberian acuan; (3) pemusatan; (4) pemberian waktu berpikir; (5) pemindahan giliran; (6) penyebaran; (7) kehangatan dan keantusiasan; dan (8) pemberian tuntunan. Sedangkan 4 unsur yang perlu dihindari adalah: (1) mengulang pertanyaan; (2) mengulang jawaban siswa; (3) menjawab pertanyaan sendiri; dan (4) mengundang jawaban serentak.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan kuisioner. Observasi pertama adalah observasi pembelajaran yang dilakukan untuk mencatat pertanyaan-pertanyaan guru secara lisan, keterampilan bertanya guru dan respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan guru dalam pokok bahasan Sistem Peredaran Darah. Observasi kedua adalah untuk mengetahui pengalaman mengajar guru.

4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Tingkat Pertanyaan Guru

Dari temuan didapat bahwa guru SMP Negeri Kabupaten Deliserdang banyak menggunakan pertanyaan kognisi tingkat rendah (C1 dan C2) sebesar 85,80% dan sedikit pertanyaan kognisi tingkat tinggi (14,20%). Dalam topik pertanyaan, guru banyak bertanya mengenai struktur (42,80%) dan sedikit mengenai organ (34,20%), mekanisme (18,40%), dan penyakit (4,60%) dalam pokok bahasan Sistem Peredaran Darah. Rendahnya tingkat pertanyaan guru disebabkan oleh beberapa hal yaitu dari guru itu sendiri. Guru kurang memahami pentingnya pertanyaan dan melatih untuk membuat pertanyaan yang baik sehingga guru bersifat aktif memberikan informasi dan siswa menjadi pasif. Hasil-hasil penelitian ini

(3)

menunjukkan bahwa pertanyaan yang diajukan para guru di sekolah tidak selalu efektif (Dahar R.W. dkk., 1992:120; Siswoyo, 1997:96), tetapi kualitas pertanyaan guru (McGlathery, 1978:63) juga pertanyaan calon guru (Herlina, 1993:56), dapat ditingkatkan melalui latihan .

Tabel 4.1. Persentase Tingkat Pertanyaan Guru SMP Negeri Kabupaten Deliserdang pada Tingkatan Taksonomi Bloom

Tingkat Pertanyaan

Persentase Topik Pertanyaan dalam Pokok

Bahasan Sistem Peredaran Darah Manusia (%) Persentase Total (%) Struktur Organ Mekanisme Penyakit

C1 34,20 21,80 11,40 3,80 71,20 C2 3 7,40 4,20 0 14,60 C3 0,60 0,60 0,60 0 1,80 C4 5 3,20 2 0,60 10,80 C5 0 1,20 0,20 0,20 1,60 C6 0 0 0 0 0 Jumlah 42,80 34,20 18,40 4,60 100

4.1.4. Respon Siswa Terhadap Tingkat Pertanyaan

Berikut ini ditampilkan beberapa tabel mengenai respon siswa yang dimulai dari jenis jawaban siswa, siswa tidak mampu menjawab, menjawab serentak, siswa yang diunjuk tidak mampu menjawab, siswa yang ditunjuk mampu menjawab, siswa yang diunjuk menjawab kurang lengkap, siswa unjuk diri dalam menjawab, dan siswa bertanya kepada guru. Dari hasil ditemukan jenis jawaban siswa 39,80% banyak berupa jawaban ilmiah dan setengah ilmiah (39,60%). Banyaknya pertanyaan guru berupa jenis pertanyaan kognisi tingkat rendah (C1 dan C2) banyak menimbulkan respon jawaban serentak 93,38% oleh siswa yaitu dengan persentase 93,38% dengan didominasi pertanyaan guru berupa struktur 43,20% dalam sistem peredaran darah. Respon siswa yang bertanya kepada guru hanya 11 pertanyaan dari 9 sekolah, 8 di antaranya merupakan pertanyaan kognisi tingkat tinggi memiliki persentase yang baik 72,73% dengan pertanyaan siswa berupa penyakit dalam pokok bahasan dalam Sistem Peredaran Darah. Usman dan Setiawati (1993:123) menyatakan bahwa seorang guru dalam memberikan pertanyaan selain ditujukan pada seluruh siswa juga harus memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dan usahakan setiap siswa diberikan giliran menjawab. Menurut Morgan dan Saxton, (2006:84), penyebab siswa enggan atau takut untuk menjawab pertanyaan dan bertanya adalah adanya tekanan pribadi. Siswa merasa mendapatkan tekanan dari diri sendiri ketika pertanyaannya sering dicemooh, disepelekan dan dianggap bodoh oleh lingkungannya. Tekanan pribadi ini juga muncul ketika guru mamarahi atau mengacuhkan jawaban dan pertanyaannya. Siswa merasa tidak dihargai dan akhirnya merasa tidak percaya diri untuk menjawab pertanyaan dan bertanya. Siswa juga akan jarang unjuk diri untuk menjawab pertanyaan dan bertanya di kelas ketika guru tidak atau jarang memberikan kesempatan pada siswa. Guru merasa dirinya sebagai pemegang kontrol penuh atas kelas, sehingga guru tersebut merasa tidak ingin diganggu oleh pertanyaan-pertanyaan dan jawaban siswa

Tabel 4.5. Persentase Jenis Jawaban Siswa Terhadap Masing-Masing Tingkat Pertanyaan Guru Berdasarkan Taksonomi Bloom

(4)

Tingkat Pertanyaan

Jawaban Siswa

Total Persentase Ilmiah Setengah Ilmiah Miskonsepsi Nol Salah (-)

C1 34 24,20 2,40 0 10,60 71,20 C2 2,60 9 0,60 0 2,40 14,60 C3 0,60 0,20 0,60 0 0,40 1,80 C4 2 5,60 0,40 0 2,80 10,80 C5 0,60 0,60 0,20 0 0,20 1,60 C6 0 0 0 0 0 0 Jumlah 39,80 39,60 4,20 0 16,40 100

Tabel 4.7. Persentase Topik Pertanyaan Guru Pokok Bahasan Sistem Peredaran Darah yang Tidak Dijawab oleh Siswa

Tingkat Pertanyaan Guru Berdasarkan Taksonomi Bloom

Persentase Topik Pertanyaan Guru Pokok Bahasan Sistem Peredaran Darah yang Tidak Dijawab oleh

Siswa (%) Total Persentase (%) Struktur Organ Mekanisme Peredaran Darah dan Pembekuan Darah Penyakit C1 27,14 20 14,29 0 61,43 C2 2,86 7,14 4,29 0 14,29 C3 2,86 0 0 0 2,86 C4 11,43 4,29 2,86 1,43 20 C5 1,43 0 0 0 1,43 C6 0 0 0 0 0 JUMLAH 45,71 31,43 21,43 1,43 100

Tabel 4.9. Persentase Tingkat Pertanyaan Guru Terhadap Jawaban Serentak Siswa

Tingkat Pertanyaan Guru Berdasarkan Taksonomi Bloom

Persentase Topik Pertanyaan Guru Pokok Bahasan Sistem Peredaran Darah yang Dijawab

dengan Serentak (%) Total

Persentase (%) Struktur Organ Mekanisme Peredaran Darah dan Pembekuan Darah Penyakit C1 39,72 26,13 9,06 6,27 81,18 C2 3,48 6,62 2,09 0 12,20 C3 0 1,05 0 0 1,05 C4 0,35 1,74 0,70 0,35 3,14 C5 0 2,09 0 0,35 2,44 C6 0 0 0 0 0 JUMLAH 43,55% 37,63 11,85 6,97 100

Tabel 4.11. Persentase Topik Pertanyaan Guru Pokok Bahasan Sistem Peredaran Darah pada pada Siswa yang Diunjuk Tidak Mampu Menjawab

(5)

Tingkat Pertanyaan Guru Berdasarkan Taksonomi Bloom

Persentase Topik Pertanyaan Guru Pokok Bahasan Sistem Peredaran Darah yang Tidak Dijawab pada Siswa yang

Diunjuk (%) Total

Persentase (%) Struktur Organ

Mekanisme Peredaran Darah dan Pembekuan

Darah Penyakit C1 34,48 20,69 13,79 0 68,97 C2 0 6,90 6,90 0 13,79 C3 0 3,45 6,90 0 10,34 C4 0 0 6,90 0 6,90 C5 0 0 0 0 0 C6 0 0 0 0 0 Jumlah 34.48 31.03 34.48 0 100

Tabel 4.13. Persentase Tingkat Pertanyaan Guru Terhadap Kemampuan Menjawab Siswa yang Ditunjuk

Tingkat Pertanyaan Guru Berdasarkan Taksonomi Bloom

Persentase Topik Pertanyaan Guru Pokok Bahasan Sistem Peredaran Darah yang Mampu

Dijawab pada Siswa yang Diunjuk (%)

Total Persentase (%) Struktur Organ Mekanisme Peredaran Darah dan Pembekuan Darah Penyakit C1 40,98 11,48 4,92 0 57,38 C2 1,64 9,84 8,20 0 19,67 C3 1,64 0 1,64 0 3,28 C4 9,84 4,92 4,92 0 19,67 C5 0 0 0 0 0 C6 0 0 0 0 0 Jumlah 54,10 26,23 19,67 0 100

Tabel 4.15. Persentase Respon Siswa Menjawab Kurang Lengkap Terhadap Tingkat Pertanyaan Guru

Tingkat Pertanyaan Guru Berdasarkan Taksonomi Bloom

Persentase Topik Pertanyaan Guru Pokok Bahasan Sistem Peredaran Darah pada Siswa yang Diunjuk

Menjawab Kurang Lengkap (%) Total Persentase (%) Struktur Organ Mekanisme Peredaran Darah dan Pembekuan Darah Penyakit C1 0 20 0 0 20 C2 0 0 60 0 60 C3 0 0 0 0 0 C4 0 0 20 0 20 C5 0 0 0 0 0 C6 0 0 0 0 0 Jumlah 0 20 80 0 100

(6)

Tabel 4.17. Persentase Respon Siswa Yang Unjuk Diri Dalam Menjawab Tingkat Pertanyaan Guru Berdasarkan Taksonomi Bloom

Tingkat Pertanyaan Guru Berdasarkan Taksonomi Bloom

Persentase Topik Pertanyaan Guru Pokok Bahasan Sistem Peredaran Darah yang Tidak Dijawab pada

Siswa Unjuk Diri Untuk Menjawab (%) Total Persentase (%) Struktur Organ Mekanisme Peredaran Darah dan Pembekuan Darah Penyakit C1 23,68 13,16 10,53 0 47,37 C2 7,89 5,26 5,26 0 18,42 C3 0 0 0 0 0 C4 13,16 7,89 10,53 2,63 34.21 C5 0 0 0 0 0 C6 0 0 0 0 0 Jumlah 44,74 26,32 26,32 2,63 100

Tabel 4.19. Persentase Tingkat Pertanyaan pada Siswa yang Bertanya Kepada Guru

Tingkat Pertanyaan Guru Berdasarkan Taksonomi Bloom

Persentase Jenis Pertanyaan Siswa yang Bertanya (%) Persentase (%) Struktur Organ Mekanisme Peredaran Darah dan Pembekuan Darah Penyakit C1 0 0 0 18,18 18,18 C2 0 0 0 9,09 9,09 C3 0 0 0 0 0 C4 9,09 27,27 0 36,36 72,73 C5 0 0 0 0 0 C6 0 0 0 0 0 Jumlah 9,09 27,27 0 63,64 100

4.1.5. Keterampilan Bertanya Guru

Keterampilan bertanya dasar banyak ditemukan pada pemusatan (100%) dan sedikit berupa penyebaran (10%). Dalam observasi guru kurang memberikan pemerataan pertanyaan (penyebaran) kepada masing-masing siswa sehingga kebanyakan siswa tidak diberi giliran menjawab pertanyaan. Dalam keterampilan bertanya lanjut, penggunaan pertanyaan pelacak dengan berbagai teknik masih banyak berupa teknik menunggu untuk teknik reinforcement, serta teknik menuntun dan menggali (prompting and probling) masih belum dilakukan sehingga memiliki persentase yang sangat rendah yaitu 15%. Hal ini terjadi kondisi guru dan kondisi sekolah. Guru kurang memahami sistem dalam memberikan dan membuat pertanyaan yang baik. Kondisi sekolah yang memprihatinkan dimana terbatasnya sarana dan prasarana yang

(7)

dimiliki berupa sedikitnya alat peraga dan tidak adanya laboratorium sekolah sehingga pembelajaran hanya berpusat dari buku teks. Ribowo (2006:32) menyatakan pentingnya penggunaan keterampilan bertanya secara tepat adalah untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam suatu proses belajar mengajar di kelas, yaitu membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan, memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep, mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkritisi suatu informasi yang ia dapatkan, mendorong siswa mengemukakan pendapatnya dalam diskusi, menguji dan mengukur hasil belajar siswa.

Tabel 4.20. Persentase Penggunaan Komponen Keterampilan Bertanya Dasar Guru SMP Negeri Kabupaten Deliserdang

No Komponen Keterampilan Bertanya Dasar Persentase (+) Persentase (-) 1 Pertanyaan jelas dan singkat 90 10

2 Pemberian acuan 85 15

3 Pemusatan 100 0

4 Pemindahan giliran 85 15

5 Penyebaran 10 90

6 Pemberian waktu berpikir 80 20

7 Pemberian tuntutan 55 45

Tabel 4.23. Persentase Tingkat Komponen Keterampilan Bertanya Lanjut Guru SMP Negeri Kabupaten Deliserdang

No Keterampilan Bertanya Lanjut Persentase (+) Persentase (-) 1 Mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan 35 65

2 Pengaturan urutan pertanyaan 100 0

3 Penggunaan pertanyaan pelacak dengan

berbagai teknik 15 35

(8)

5. Simpulan dan Saran 5.1. Simpulan

Berdasarkan temuan yang diperoleh dalam keterampilan bertanya guru SMP Negeri Kabupaten Deliserdang pada Pokok Bahasan Sistem Peredaran Darah Manusia Tahun Pelajaran 2010/2011 , dapat dikemukakan beberapa hasil penelitian utama yang didapatkan yaitu:

1. Dalam tingkat pertanyaan, guru masih banyak menggunakan pertanyaan kognisi tingkat rendah (hafalan dan pemahaman) termasuk kategori sangat tinggi (85,8%) kepada siswa dari pada kognisi tingkat tinggi (termasuk kategori sangat rendah yaitu 14,2%) dan ini tidak ada perbedaan baik dari jenis kelamin, usia, pengalaman mengajar dan tingkat pendidikan.

2. Pada banyaknya pertanyaan guru terutama dalam kognisi tingkat tinggi dan sedikit kognisi tingkat rendah lebih banyak mengundang respon siswa yaitu berupa jawaban serentak (93,88% termasuk kategori sangat tinggi) dan hanya sedikit siswa yang mau menjawab pertanyaan guru begitupun siswa yang mau bertanya. Pertanyaan yang tidak bisa dijawab baik pada siswa secara keseluruhan maupun siswa yang ditunjuk oleh guru adalah pada pertanyaan kognisi tingkat rendah. Hanya sedikit pertanyaan kognisi tingkat rendah ataupun kognisi tingkat tinggi yang bisa dijawab oleh siswa yang ditunjuk oleh guru.

3. Pada penggunaan komponen keterampilan bertanya yaitu keterampilan bertanya dasar banyak guru yang menggunakan pemusatan (100%, pemberian pertanyaan luas dan sempit) dan guru kurang melakukan penyebaran pertanyaan kepada siswa (10% termasuk kategori sangat rendah). Tidak ada perbedaan dalam penggunaan keterampilan bertanya dasar baik dari jenis kelamin, usia, pengalaman mengajar dan tingkat pendidikan guru. Pada keterampilan bertanya lanjut, banyak guru yang menggunakan komponen pengaturan urutan pertanyaan (100%) sedangkan mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan dan pengaturan urutan pertanyaan, peningkatan terjadinya interaksi, dan menggunakan pertanyaan pelacak dengan berbagai teknik masih sangat rendah (< 60%). Tidak ada perbedaan penggunaan keterampilan bertanya lanjut baik berdasarkan jenis kelamin, usia, dan pengalaman mengajar dan ada pengaruh faktor tingginya tingkat pendidikan terhadap penggunaan keterampilan bertanya lanjut.

(9)

Berdasarkan simpulan yang dipaparkan diatas, berikut ini diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam pembelajaran di kelas, guru-guru perlu meningkatan penggunaan pertanyaan kognitif tingkat tinggi.

2. Pertanyaan yang baik adalah yang direncanakan dengan matang terlebih dulu, jadi guru dapat membuat sejumlah pertanyaan terlebih dahulu sebelum disampaikan di dalam kelas. 3. Guru seharusnya lebih berperan pembimbing siswa atau fasilitator keberhasilan belajar

siswa serta lebih mengarahkan pembelajaran individual daripada secara klasikal.

4. Untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar maka bagi seorang guru seharusnya dapat memahami komponen-komponen yang ada dalam keterampilan bertanya untuk membentuk respon belajar siswa yang baik.

Daftar Pustaka

Allen, D.W., Ryan, K.A., Bush, R.N. & Cooper, J.M., (1969). Questioning Skills: Teacher's

Manual. Canada: Teaching skills for secondary school teachers.

Cunningham, T.G. 1971. Developing Question-Asking Skils. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Dahar R.W., Liliasari, Padri I.M, dan Rustaman N. (1992). Peranan Pertanyaan Guru untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPA. Laporan penelitian

DIKTI. FPMIPA IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.

Forehand, M. . (2005). Bloom's taxonomy: Original and revised. In M. Orey (Ed.), Emerging perspectives on learning, teaching, and technology. Available Website: http://www.coe.uga.edu/epltt/bloom.htm.

Herlina. (1993). Peranan Pertanyaan Calon Guru Mata Pelajaran Biologi dalam

Mengaktifkan Kemampuan Berpikir Siswa. Skripsi FPMIPA IKIP Bandung. Tidak

diterbitkan.

McGlathery, G. (1978). Analyzing the questioning behaviors of science teachers. In Rowe, M.B. (ed). What Research Says to The Science Teacher. Wahington D.C.: The National Science Teachers Association.

Morgan, N., & Saxton, J. (2006). Asking Better Questions (2nd ed.). Canada: Pembroke Publishers Limited

Mutikasari A. 2008. Studi Kompetensi Guru Biologi Sma Dalam Penguasaan Ketrampilan Bertanya, (Online), (http://edu-articles.com/studi-kompetensi-guru-biologi-sma-dalam-penguasaan-ketrampilan-bertanya/, diakses 25 September 2010).

(10)

Siswoyo. (1997). Penggunaan Teknik Bertanya Guru untuk Meningkatkan Berpikir dan

Konsepsi Siswa tentang Pembiasaan Cahaya Di Sekolah Dasar. Tesis Program Pasca

sarjana IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.

Usman, U. dan Setiawati, L.1993.Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.

Rahman, T. 2010. Efek Pertanyaan Pengarah dalam Pembelajaran Sains Terhadap Penguasaan Konsep pada Siswa SLTP. Jurnal Pendidikan dan Budaya, (Online), Vol 1, No. 10, (http://educare.e fkipunla.net/index2 kipunla.net/index2.php? option=com_content&do _pdf=1&id=30, diakses 03 Oktober 2010).

Ribowo. 2006. Upaya Meningkatakan Hasil Belajar Siswa Kelas IIA SMP Negeri 2

Banjarharjo Brebes dalam Pokok Bahasan Segiempat Melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dalam Kelompok kecil. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Gambar

Tabel 4.1. Persentase Tingkat Pertanyaan Guru SMP Negeri Kabupaten  Deliserdang pada Tingkatan Taksonomi Bloom
Tabel 4.7. Persentase Topik Pertanyaan Guru Pokok Bahasan Sistem Peredaran  Darah  yang Tidak Dijawab oleh Siswa
Tabel 4.13. Persentase Tingkat Pertanyaan Guru Terhadap Kemampuan  Menjawab Siswa yang Ditunjuk
Tabel 4.17. Persentase Respon Siswa Yang Unjuk Diri Dalam Menjawab Tingkat  Pertanyaan Guru Berdasarkan Taksonomi Bloom
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui tingkat erosi dan lahan kritis suatu wilayah dapat dilakukan dengan cara membuat pemodelan pemanfaatan penginderaan jauh dan Sistem Informasi

Manajemen agribisnis mengandung pengertian dari 7 )dua* kata, yaitu manajemen dan agribisnis. Manajemen merupakan seni )art * dan ilmu ) science* untuk melaksanakan suatu rangkaian

Rakamları birbirinden farklı olan ve yüzler basamağındaki rakam ile birler basamağındaki rakam yer değiştirdiğinde sayı değeri 495 artan üç basamaklı en büyük

Oleh sebab itu skripsi ini diberi judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Perusahaan Pengangkutan Darat Dengan Perusahaan Pabrik Kelapa Sawit (Study Pengangkutan CPO

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. naratif model Miles and Huberman yang meliputi data reduction, data

X (Perusahaan Pengangkutan Darat di Bagan Batu) untuk mempertanyakan bagaimana bentuk perjanjian kerjasama antara perusahaan pengangkutan darat dengan pabrik kelapa sawit di

sawilopo@yahoo.com Universitas Gadjah Mada, Faculty of Medicine, Department of Biostatistics, Epidemiology and Population Health.. Biostatistics I:

Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ditemukan penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut, formulir Akad Pembiayaan perlu dibuat rangkap agar pihak BMT maupun