1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis, rumah sakit adalah salah satu institusi kesehatan yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan yang baik dan bermutu, agar masyarakat merasa puas dan nyaman. Berdasarkan Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, dan memulihkan kesehatan. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dari pengertian di atas, rumah sakit diharuskan untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Maka dalam upaya meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan, di rumah sakit wajib dilakukan akreditasi rumah sakit. Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No. 44 Tahun 2009 pasal 40 ayat 1 menyatakan bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 012 Tahun 2012 menyatakan bahwa akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggaraan akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan. Akreditasi yang dilakukan bertujuan untuk :
a. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit; b. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit;
c. Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi; dan
d. Mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan.
Struktur standar akreditasi rumah sakit tahun 2012 yang harus dicapai oleh meliputi :
1. Kelompok Standar Berfokus Kepada Pasien 2. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit 3. Kelompok Sasaran Keselamatan Pasien
4. Kelompok Sasaran Menuju Millenium Development Goals
Salah satu aspek yang akan disurvei dalam standar akreditasi rumah sakit tahun 2012 yaitu telaah rekam medis tertutup. Menurut Buku Pedoman Tata Laksana Survei Edisi III tahun 2014 telaah rekam medis tertutup adalah analisis berkas rekam medis setelah pasien pulang yang dilakukan untuk memastikan kepatuhan rumah sakit menyediakan pencatatan balik ke belakang (track record) dari rekam medis. Pada format telaah rekam medis tertutup terdiri dari standar berfokus pada pasien ( APK, HPK, AP, PP, PAB, MPO, PPK) dan kelompok standar manajemen rumah sakit (MKI). Standar asesmen pasien (AP) meliputi AP.1.3, AP.1.4.1, AP.1.5.1, AP.1.6, AP.1.7, AP.1.9, AP.1.10, AP.1.11 dan AP.2.
Proses asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang pengobatan pasien yang harus segera dilakukan dan kebutuhan pengobatan berkelanjutan untuk emergensi, elektif atau pelayanan terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah (Standar Akreditasi Rumah Sakit, 2012).
Proses asesmen pasien semua dicatat dalam berkas rekam medis. Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan tentang segala sesuatu mengenai pasien. Segala informasi mengenai pasien yang terekam dalam rekam medis akan dijadikan dasar oleh tenaga medis untuk melakukan tindakan selanjutnya dalam episode asuhan keperawatan. Catatan medis harus segera diselesaikan tepat waktu dan mengandung data yang akurat dalam pendokumentasian berkas rekam medis. Untuk mencapai tujuan tersebut harus ada kerjasama yang baik antara dokter dengan pemberi
pelayanan kesehatan lainnya supaya catatan medis pasien dapat terisi dengan lengkap dan tepat waktu (Huffman, 1994). Pengisian dokumen rekam medis harus diisi sebaik mungkin dan selengkap mungkin untuk kesinambungan informasi dan salah satu syarat dalam akreditasi rumah sakit, ketidaklengkapan dalam proses pengisian rekam medis dapat menyebabkan turunnya mutu (Rahmawati, 2014). Menurut Febriyanti dan Sugiarti (2015), ketidaklengkapan dalam pengisian data rekam medis akan memberikan dampak yang tidak baik pada proses pelayanan kesehatan. Setiap tenaga kesehatan, baik itu dokter maupun tenaga kesehatan lainya berkewajiban untuk melaksanakan pelayanan kesehatan yang optimal.
Kelengkapan dokumen rekam medis dibutuhkan pada pelayanan di rumah sakit, terutama kasus yang berisiko seperti tindakan-tindakan invasif di ruang bedah. Ruang bedah atau kamar operasi adalah bagian dari sebuah pelayanan rumah sakit yang diperlukan untuk memberikan sarana dan prasarana tindakan bedah. Kasus bedah merupakan kasus yang beresiko tinggi maka memerlukan data yang lengkap agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan misalnya kasus malpraktik yang bisa masuk ke ranah hukum (Febriyanti dan Sugiarti, 2015).
Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara dengan kepala instalasi rekam medis di Rumah Sakit UGM pada November 2015, bahwa di Rumah Sakit UGM melaksanakan akreditasi rumah sakit sesuai KARS 2012. Salah satu aspek dalam akreditasi rumah sakit yang dilakukan survei adalah telaah rekam medis tertutup. Kemudian untuk pelaksanaan telaah rekam medis tertutup, kepala Instalasi rekam medis meminta peneliti untuk membantu dalam proses tersebut. Hasil studi dokumentasi berkas rekam medis yang digunakan untuk telaah tertutup, diketahui masih terdapat ketidaklengkapan pendokumentasian terkait standar-standar pada format telaah rekam medis tertutup termasuk pada standar asesmen pasien (AP) khususnya pasien bedah yang merupakan kasus beresiko tinggi misalnya item autentikasi nama pelaksana pada asesmen rencana keluar dan pemulangan pasien sering tidak terisi, kadang hanya tercantum tanda tangan. Padahal kelengkapan asesmen pasien sangat penting untuk
Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui hasil telaah rekam medis tertutup terkait standar asesmen pasien (AP) pasien bedah sesuai standar akreditasi rumah sakit 2012 di Rumah Sakit UGM.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana hasil telaah rekam medis tertutup mengenai standar asesmen pasien (AP) pasien bedah di Rumah Sakit UGM sesuai standar akreditasi rumah sakit 2012 ?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui hasil telaah rekam medis tertutup mengenai standar asesmen pasien (AP) pasien bedah sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit 2012 di Rumah Sakit UGM.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pelaksanaan pengisian rekam medis terkait standar asesmen pasien (AP) sesuai format telaah rekam medis tertutup sesuai standar akreditasi rumah sakit 2012.
b. Mengetahui persentase kelengkapan rekam medis pasien bedah terkait standar asesmen pasien (AP) berdasarkan telaah rekam medis tertutup.
c. Mengetahui faktor-faktor penyebab ketidaklengkapan pengisian berkas rekam medis pasien bedah terkait standar asesmen pasien (AP).
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengetahui gambaran kelengkapan rekam medis pasien bedah mengenai standar asesmen pasien (AP) berdasarkan telaah rekam medis tertutup sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit 2012.
b. Bagi Peneliti
Memperoleh pengetahuan serta ilmu dan pengalaman yang berharga secara langsung dari rumah sakit dengan menerapkan teori yang dimiliki oleh peneliti dari institusi pendidikan.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian yang berguna untuk pengembangan pendidikan dan sebagai bahan referensi dalam pengembangan ilmu rekam medis. b. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar maupun acuan dalam penelitian yang serupa.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang serupa dengan penelitian ini antara lain :
1. Apriamudita (2015) : “Pendokumentasian Rekam Medis Standar PP 2.3 Akreditasi KARS 2012 Diagnosis Diabetes Melitus di RSUD Tidar Kota Magelang”. Hasil Penelitian : Pelaksanaan standar PP 2.3 akreditasi KARS 2012 telah dilaksanakan di RSUD Tidar Kota Magelang karena tindakan dan hasil tindakan telah di dokumentasi pada lembar yang telah disediakan. Dan berdasarkan studi dokumentasi 100 berkas rekam medis diperoleh angka keterisian tindakan terisi lengkap sebanyak 77%, terisi tidak lengkap 3%, dan tidak terisi adalah 20%. Sedangkan angka keterisian hasil tindakan adalah terisi lengkap 78%, terisi tidak lengkap 17%, dan tidak terisi 5%. Ketercapaian standar PP 2.3 akreditasi KARS 2012 di RSUD Tidar Kota Magelang adalah sebesar 77,5% yang berarti tercapai sebagian (TS). Perbedaan penelitian Aprimudita (2015) adalah objek, standar yang digunakan, tempat, dan waktu. Penelitian Apriamudita (2015) objek yang diteliti yakni berkas rekam medis pasien dengan diagnosis diabetes melitus, sedangkan peneliti melakukan analisis pada berkas rekam medis khusus pasien bedah. Standar yang digunakan pada penelitian Apriamudita (2015) adalah standar PP 2.3 sedangkan yang digunakan oleh peneliti adalah standar asesmen pasien
(AP) meliputi AP.1.3, AP.1.4.1, AP.1.5.1, AP.1.6, AP.1.7, AP.1.9, AP.1.10, AP.1.11 dan AP.2.
2. Dewantari (2014) : ”Telaah Rekam Medis Tertutup Mengenai Asesmen Sesuai Akreditasi Rumah Sakit 2012 di RSUP Dr. Sardjito”. Hasil Penelitian : Persentase rata-rata kelengkapan hasil telaah rekam medis mengenai asesmen mencapai 100%. Persentase rata-rata kelengkapan rekam medis lanjutan mencapai 84,19%. Faktor penyebab ketidaklengkapan adalah kesibukan dokter sehingga menyebabkan ketidaktelitian pengisian rekam medis (man) formulir rekam medis dan item-itemnya terlalu banyak (materials) dan SOP yang belum disosialisasikan dengan baik (method). Upaya yang telah dilakukan adalah sosialisasi, analisis kelengkapan rekam medis, dan komunikasi antar tenaga kesehatan. Perbedaan penelitian Dewantari (2014) adalah pada tempat, waktu, dan objek penelitian. Penelitian Dewantari (2014) objek yang diteliti adalah berkas rekam medis rawat inap sedangkan peneliti melakukan analisis pada berkas rekam medis rawat inap khusus pasien bedah.
3. Widyaningrum (2013) : “Kelengkapan Pengisian Lembar Resume Dokter Terkait Persiapan Akreditasi KARS 2012 di Rumah Sakit Ghrasia Yogyakarta”. Hasil Penelitian : Untuk persentase kelengkapan pengisian lembar resume dokter adalah 57 % untuk komponen identitas pasien, 24 % untuk komponen bukti rekaman, dan 16% untuk tata cara pencatatan. Penyebab ketidakterisian lembar resume dokter adalah jumlah dokter dan kesibukan dokter, dan tidak adanya reward dan punishment. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi ketidakterisian lembar resume dokter adalah petugas rekam medis meng-assembling dan melakukan analisis kuantitatif dan diberi memo setelah itu dihantarkan ke ruang dokter. Dokter berusaha melengkapi secepatnya. Jika ada dokter yang libur/cuti pengisian dapat dilakukan dengan mengatasnamakan dokter yang bertanggungjawab. Komite rekam medis melakukan teguran pada dokter yang bersangkutan dan melakukan evaluasi. Perbedaan penelitian Widiyaningrum (2013) dengan penelitian ini adalah pada objek, tempat, dan waktu. Selain itu analisis rekam medis yang dilakukan pada penelitian
ini berbeda. Peneliti menggunakan telaah rekam medis tetutup sesuai standar akreditasi tahun 2012.
F. Gambaran Umum Rumah Sakit UGM 1. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadikan Rumah Sakit UGM yang melaksanakan pelayanan, pendidikan dan riset yang unggul, berkelas dunia, mandiri, bermartabat dan mengabdi kepada kepentingan masyarakat.
b. Misi
1. Menyelenggaraan pelayanan kesehatan terpadu yang bermutu dengan mengutamakan aspek pelayanan berbasis riset dan interprofessional teamwork.
2. Melaksanakan pelayanan kesehatan tingkat paripurna berdasarkan evidence, value dan riset IPTEKDOK.
3. Menyelenggarakan pendidikan riset klinik dengan model Interprofesional Education berbasis bukti dan nilai-nilai.
4. Menyelenggarakan riset klinik dan non klinik yang berwawasan global.
5. Melaksanakan pengabdian kepada kepentingan kesehatan masyarakat.
6. Meningkatkan kemandirian Rumah Sakit UGM dan kesejahteraan karyawan.
2. Tugas Rumah Sakit UGM
a. Memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. b. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian yang
terkait dengan bidang kesehatan secara terpadu (multi dan/atau interdisiplin).
c. Melaksanakan pengamatan dan analisis data pelayanan medik yang strategis, serta menghasilkan rekomendasi dari hasil analisis dan; d. Menyelenggarakan tata kelola kinerja yang sesuai dengan peraturan
3. Motto Rumah Sakit UGM
Motto Rumah UGM adalah friendly and caring hospital (ramah dan peduli), dimana institusi ini berkomitmen mewujudkan rumah sakit yang benar-benar nyaman, sejuk, penuh keramahan dalam pelayanan serta menghadirkan nuansa yang menunjang kesembuhan pasien. 4. Kebijakan Mutu Rumah Sakit UGM
Rumah Sakit UGM mencanangkan komitmen mutu “RS UGM PRIMA”. PRIMA adalah singkatan dari
Presisi (P): mencerminkan semangat rumah sakit dalam memberikan pelayanan dengan tepat sesuai kebutuhan pelanggan/ indikasi pasien berdasarkan bukti ilmiah terkini.
Rensponsif (R): mencerminkan semangat bahwa petugas Rumah
Sakit UGM haruslah memberikan respon pertolongan dengan cepat, dan tanggap terhadap setiap kebutuhan pelanggan/ pasien.
Integrasi (I): dimaksudkan bahwa pelayanan yang diberikan adalah pelayanan yang terintegrasi, merupakan kolaborasi petugas dari berbagai disiplin ilmu (interprofessional collaboration teamwork) yang berfokus pada kebutuhan pasien (patient centered care).
Mutu (M): mencerminkan komitmen Rumah UGM untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit UGM.
Aman (A): merupakan janji Rumah Sakit UGM untuk memberikan keamanan baik dalam hal keamanan pengobatan/ pelayanan (patient safety), keamanan lingkungan, maupun keamanan dari bahaya lainnya.
5. Pelayanan
Desain pelayanan klinis Rumah Sakit UGM dalam bentuk klaster dengan ciri khas pelayanan dalam tim terpadu dan multiprofesional/multidisiplin. Pelayanan klaster ini meliputi pelayanan rawat jalan maupun rawat inap. Adapun klaster yang dikembangkan adalah
a. Klaster pelayanan kesehatan primer 1) Dokter umum
3) Dokter spesialis THT
4) Dokter spesialis Kulit dan kelamin
5) Ners/perawat
6) Dokter spesialis anak 7) Dokter gigi
8) Dokter gigi spesialis orthodontologi 9) Dokter gigi spesialis konservasi 10) Dokter gigi spesialis periodontologi 11) Perawat gigi
b. Klaster penyakit dalam dan metabolism 1) Dokter spesialis penyakit dalam 2) Dokter spesialis PD (rheumatologi) 3) Dokter spesialis PD (imunologi) 4) Dokter spesialis PD (hematoonkologi) 5) Dokter spesialis PD (endokrinologi)
6) Dokter spesialis PD (gastroentero hepatologi) 7) Dokter spesialis PD (geriatric)
8) Dokter spesialis PD (penyakit tropis dan infeksi)
9) Dietisien
10) Ners/perawat
11) Farmakologi klinik c. Klaster jantung terpadu
1) Dokter spesialis penyakit dalam
2) Doker spesialis penyakit dalam (pulmonologi) 3) Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah 4) Dokter spesialis bedah thorak dan kardiovaskuler 5) Dokter spesialis jantung anak
6) Dokter spesialis rehabilitasi medik 7) Fisioterapis
8) Ners/perawat
9) Dietisien
d. Klaster bedah terpadu 1) Dokter spesialis bedah 2) Dokter spesialis bedah urologi
3) Dokter spesialis bedah digestif 4) Dokter spesialis bedah plastik 5) Dokter spesialis bedah saraf 6) Dokter spesialis bedah orthopedi 7) Dokter spesialis bedah onkologi 8) Dokter spesialis bedah anak
9) Dokter spesialis bedah thorak dan kardiovaskuler 10) Dokter spesialis mata
11) Dokter spesialis THT
12) Dokter spesialis rehabilitasi medik 13) Dokter spesialis anestesiologi 14) Fisioterapis
15) Ners/perawat bedah/anestesi
e. Klaster kesehatan ibu dan reproduksi 1) Dokter spesialis obsgin
2) Dokter spesialis obsgin onkologi 3) Dokter spesialis obsgin infertilitas 4) Dokter spesialis andrologi
5) Dokter spesialis obsgin (uroginekologi) 6) Dokter spesialis kulit dan kelamin 7) Psikologi klinis
8) Dokter spesialis anestesiologi
9) Ners/perawat bedah/anestesi
10) Fisioterapis
f. Klaster kesehatan anak terpadu 1) Dokter spesialis anak
2) Psikologi anak/perkembangan 3) Dokter spesialis kesehatan jiwa anak 4) Dokter spesialis (nutrisi dan metabolisme) 5) Dokter spesialis anak (anak)
6) Dokter spesialis anak (hemato onkologi) 7) Dokter spesialis anak (pulmonologi) 8) Dokter spesialis anak (gastrohepatologi) 9) Dokter spesialis rehabilitasi medik
10) Fisioterapis anak, terapi wicara, terapis 11) Okupasi
12) Ners/perawat
13) Fisioterapis
g. Klaster saraf dan perilaku 1) Dokter spesialis saraf 2) Dokter spesialis bedah saraf 3) Dokter spesialis kesehatan jiwa 4) Dokter spesialis rehabilitasi medis 5) Psikologi klinis
6) Ners/perawat
7) Fisioterapis h. Klaster ginjal terpadu
1) Dokter spesialis PD (Nefrologi) 2) Dokter spesialis anak (nefrologi) 3) Dokter spesialis bedah urologi
4) Dokter spesialis PD (sertifikasi dialysis) 5) Dokter umum (sertifikasi dialysis) 6) Dokter spesialis rehabilitasi medik
7) Ners/perawat (sertifikasi dialysis)
8) Fisioterapis
i. Klaster gawat darurat dan perawatan intensif 1) Dokter umum
2) Dokter spesialis bedah
3) Dokter spesialis emergensi/gawat darurat 4) Dokter spesialis anestesiologi (intensive care) 5) Dokter spesialis anak (konsultan NICU, PICU)
6) Ners/perawat gawat darurat
j. Klaster diagnostik terpadu 1) Dokter spesialis radiologi 2) Dokter spesialis patologi klinik 3) Dokter spesialis patologi anatomi 4) Dokter spesialis mikrobiologi klinis 5) Analis
6) Ners/perawat 7) Radiographer
k. Klaster rehabilitasi terpadu
1) Dokter spesialis rehabilitasi medik 2) Fisioterapis, terapi wicara, terapis 3) Okupasi
4) Psikologi klinis
5) Dokter spesialis anak (saraf anak) 6) Dietisien
l. Pelayanan 24 jam meliputi 1) Gawat darurat 2) Kamar operasi 3) Kamar bersalin 4) Laboratorium 5) Radiologi 6) Farmasi/apotek 7) Ambulan
8) Pendaftaran dan kasir m. Pelayanan rawat inap
Pelayanan rawat inap telah dimulai bulan April 2013 difungsikan sekitar 200 tempat tidur, terdiri dari rawat inap kelas I (A dan B),II,III dan VIP.
6. Performance Rumah Sakit UGM
Tabel 1
Kunjungan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit UGM
No Satuan
Tahun Total
2012 2013 2014 2015
1 2 4 5
1 Jumlah Pasien (Orang) 274 912 2.091 5.101 3.277 2 Jumlah Hari Perawatan (Hari) 638 2.852 6.883 17127 10.373 3 Jumlah Tempat Tidur (TT) 15 25 83 105 4 Jumlah Lama Dirawat (Hari) 642 2.422 6.791 17.008 9.855 5 Jumlah Pasien Keluar(H+M) (Orang) 268 878 2079 4796 3.225 Sumber : Bagian Pelaporan Rumah Sakit UGM
Tabel 2
Performance Indikator Rumah Sakit UGM
No Satuan Tahun Total
2012 2013 2014 2015 1 2 3 4 1 BOR(Bed Occupancy Rate) (%) 11,65 31,25 22,66 44,69 2 ALOS(Average Length of Stay) (Hari) 2,4 3,2 3,3 3,5 3 BTO(Bed Turn Over) (Kali) 17,9 35,1 25,0 45,7 4 TOI(Turn Over Interval) (Hari) 18,0 7,1 11,3 4,4 5 GDR(Gross Death Rate) (%) 14,9 6,8 35,6 15,6
Sumber : Bagian Pelaporan Rumah Sakit UGM
Tabel 3
10 Besar Penyakit Rawat Jalan Rumah Sakit UGM Tahun 2015
Sumber : Bagian Pelaporan Rumah Sakit UGM No. Kode
ICD
Nama diagnosis Total
1 E11.9 Non insulint dependent diabetes mellitus without complications
184
2 K01.1 Impacted teeth 122
3 R50.9 Fever, unspecified 86
4 J02.9 Acute pharyngitis, unspecified 85
5 D48.1 Connective and other soft tissue 83
6 J20.9 Acut bronchitis, unspecified 78
7 K04.1 Necrosis of pulp 76
8 J45.9 Asthma, unspecified 73
9 K40.9 Unilateral or unspecified inguinal hernia, without obstruction or gangrene
69 10 K21.9 Gastro-oesophageal reflux disease without
oesophagitis
Tabel 4
10 Besar Penyakit Rawat Inap Rumah Sakit UGM Tahun 2015 No. Kode
ICD
Nama diagnosis Total
1 A91 Dengue haemorrhagic fever 291
2 I63.9 Cerebral infraction, unspecified 140
3 A09 Diarrhoea and gastroenteritis of presumed
infectious origin
134 4 Z47.0 Follow-up care involving removal of fracture plate
and other internal fixation device
90
5 A90 Dengue fever (classical dengue) 70
6 D48.1 Connective and Other soft tissue 64
7 H25.9 Senile cataract, unspecified 60
8 K40.9 Unilateral or specified inguinal hernia, without obstruction or gangrene
59
9 S08.2 Diffuse brain injury 58
10 A01.0 Typhoid fever 58