• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muchamad Arif Sasmita 1, Ir. Agung Nugroho M. Kom. 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Muchamad Arif Sasmita 1, Ir. Agung Nugroho M. Kom. 2"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Operasi dan Pemeliharaan Pemutus Tenaga

Dengan SF6 (Sulfur hexafluoride) Sebagai Pemadam Busur

Api Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 500 kV Ungaran

Muchamad Arif Sasmita

1

, Ir. Agung Nugroho M. Kom.

2

1Mahasiswa2Dosen Pembimbing Jurusan

Teknik Elektro, Universitas Diponegoro

Jalan Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang Kode Pos 50275 Telp. (024) 7460053, 7460055 Fax. (024)

746055

muchamad_arif_sasmita@yahoo.com

Abstrak

Instalasi sistem transmisi tenaga listrik

mempunyai peralatan-peralatan yang digunakan

untuk melindungi sistem tenaga listrik tersebut terhadap gangguan. Salah satunya adalah Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) yang berfungsi sebagai saklar tenaga listrik untuk menghubungkan dan memutus arus beban atau arus gangguan. Saat terjadi pensaklaran, maka busur api akan terjadi pada peralatan tersebut. Sehingga diperlukan media pemutus busur api yakni SF6 (Sulfur hexafluoride) untuk memadamkanya.

Seiring dengan berjalannya waktu, maka Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) pun me ngalami penurunan kualitas pelayanan sehingga perlu dilakukan adanya upaya perawatan, baik dari segi mekanik peralatan maupun yang bersangkutan dengannya, yaitu pemadam busur api SF6 agar dapat mempertahankan atau me ngembalikan pada tingkat prestasi awal dan dapat beroperasi dengan keandalan yang tinggi sehingga kontinuitas pelayanan listrik akan tercapai. Disisi lain, operasi Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) harus dilakukan secara tepat berdasarkan standar operasi peralatan agar terjamin keamanan baik pada sistem maupun operator.

Pada makalah kerja praktek ini akan dibahas bagaimana cara pemeliharaan dan operasi pada Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) serta mengetahui parameter-parameter yang digunakan untuk mengetahui tingkat keandalan dari Pemutus Tenaga (Circuit Breaker).

Kata kunci Pemutus Te naga (Circuit Breaker), Operasi, Pemeliharaan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai a kibat dari perke mbangan teknologi pada masa sekarang ini, maka berda mpa k pula dengan peningkatan penggunaan tenaga listrik dari tahun ke tahun, baik untuk kebutuhan industri, ru mah tangga maupun kebutuhan lainya. Hal ini menimbu lkan masalah penyediaan tenaga listrik dala m ju mlah besar dan penyaluranya dalam ju mlah yang besar pula. Sehubungan dengan masalah tersebut, maka PLN sebagai perusahaan listrik Negara harus ma mpu me manfaatkan energi listrik yang ada dengan seoptimal mungkin serta sebaik-baiknya. Agar dapat me manfaatkan energi yang ada dengan kualitas penyaluran serta keandalan dari pera latan yang ada, ma ka diperlukan operasi yang sesuai standar dan suatu sistem pengaman dan sistem pemeliharaan yang baik.

Suatu sistem hake katnya adalah peranan penting bagi peralatan dan manusia itu sendiri. Pe me liharaan instalasi Gardu Induk pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan kepastian atau jaminan bahwa sistem suatu peralatan yang dipelihara a kan berfungsi secara optima l men ingkatkan u mur teknisnya dan keamanan bagi personil. Pe me liharaan Instalasi Gardu Induk dilihat dari sifat dan jenis peme liharaan nya dibedakan dala m pe meliharaan rutin, pe meliharaan kore ktif dan pemeliharaan darurat. Mengingat bidang pemeliharaan ini sangat diperlukan dala m sistem penyaluran, maka peme liharaan me merlukan perencanaan, pela ksanaan, pengawasan dan evaluasinya yang dila ksanakan baik dit ingkat pusat, kesatuan, unit administrasi sampai unit terkec il suatu penyalur energi listrik yakni Gardu Induk.

GITET (Ga rdu Induk Tegangan Ekstra Tinggi) Ungaran terdapat bermaca m-maa m pera latan yang sudah menerap kan kecanggihan tekologi, salah satunya Gas Circu it Brea ker (GCB). GCB merupakan pe mutus tenaga yang menggunakan gas SF6 sebagai media pereda m busur api. Makalah ini akan membahas PMT SF6 secara mendetail.

Dimana PMT me miliki peran untuk menghubungkan dan me mutus arus beban atau arus gangguan . Dengan demikian keberhasilan suatu pemeliharan instansi gardu induk ditentukan oleh keberhasilan dalam pengumpulan data-data aspek perencanaan, perkiraan serta kualitas peralatan penyaluran dala m jangka panjang, menengah dan jangka pendek.

B. Tujuan

Tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui prinsip kerja Pemutus Tenaga Listrik. 2. Mengetahui pengoperasian pada PMT

3. Mengetahui dan me maha mi cara pe me liharaan pada peralatan listrik, terutama pada Pe mutusTenaga Listrik (Circuit Breaker).

4. Mengerti gambaran mengenai peralatan tegangan tinggi

C. Batasan Masalah

Dala m maka lah Kerja Pra ktek ini, penulis me mbatasi masalah pada pemutus tenaga tipe gas SF6 yang berada pada diameter IV Bay Ngimbang GITET Ungaran , operasi dan pemeliharaannya secara umum dan tidak me mbahas mengenai sistem proteksi.

(2)

II. DASARTEORI

A. Pemutus Tenaga (PMT)

Circuit Breaker (CB) atau Pe mutus Tenaga (PMT) me rupakan peralatan sakla r/switching mekanis, yang ma mpu menutup, mengalirkan dan me mutus arus beban dala m kondisi norma l serta ma mpu menutup, mengalirkan (da la m periode waktu tertentu) dan mmutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal/gangguan seperti kondisi short sircuit/hubung singkat.

Pe mutus tenaga ada lah a lat yang terpasang di Gardu Induk yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutus arus beban atau arus gangguan.

Pada waktu menghubungkan atau me mutus beban akan terjadi tegangan recovery yaitu suatu fenomena tegangan lebih dan busur api.

Jenis med ia pe mada m busur api pada pemutus tenaga yaitu : Gas, vaccum, minyak dan udara. PMT jenis gas ,menggunakan gas SF6 (he xafluoride). Sifat-sifat gas SF6 adalah tidak berbau, tidak berwarna, tidak beracun

Sifat gas SF6 sebagai bahan pemada m busur adalah cepat kembali sebagai diele ktrik, tidak terjadi karbon selama terjadi busur, tidak mudah terbakar, thermal conductivity nya yang baik, tidak menimbulkan bunyi berisik.

Gambar 1 Bagian-bagian PMT

Keterangan gambar1:

1. Mekanisme penggerak (operating mechanism). 2. Pemutus (interrupter).

3. Isolator penyangga dari porselen rongga (hollow su pport insulator porcelen).

4. Batang penggerak.

5. Penyambung diantara no.4 dan no. 12 (linkages). 6. Terminal-termina l.

7. Saringan (filters).

8. Silinder bergerak (movable cylinder). 9. Torak tetap (fixed piston)

10. Kotak tetap (fixed contact)

Media gas yang digunakan pada tipe PMT ini adalah Gas SF6 (Sulphur He xa fluoride). Sifat-sifat gas SF6 murni ialah t idak berwa rna, tida k berbau, t idak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada te mperatur diatas 150°C gas SF6 me mpunyai sifat tidak me rusak metal, plastik dan bermaca m-maca m bahan yang u mu mnya digunakan dala m pe mutus tenaga tegangan tinggi. Sebagai isolasi listrik, gas SF6 me mpunyai kekuatan dielekt rik yang tinggi (2,35 ka li udara) dan kekuatan diele ktrik ini berta mbah dengan pertambahan tekanan. Sifat la in dari gas SF6 ia lah ma mpu menge mbalikan kekuatan die lektrik dengan cepat, tidak terjadi ka rbon selama terjadi busur, tidak mudah terbaka r (therma l conductivit) yang baik, tidak menimbulkan bunyi berisik.

Gambar 2 Prinsip kerja pemadaman PMT SF6

Pada gambar 2 me mperlihatkan prinsip kerja PMT SF6 secara umu m. Sebelu m terjad i gangguan atau dalam kondisi norma l, PMT dala m keadaan tertutup, kontak tetap dan kontak bergerak masih terhubung (a). Saat terjad i gangguan, kontak bergerak d itarik oleh mekan ik penggerak na mun gas SF6 belum dilepaskan (b). Ket ika kontak bergera k dan kontak tetap benar-benar terpisah, akan muncul busur api akibat arus yang besar, ke mudian gas SF6 d ilepaskan untuk me mada mkan busur api tersebut (c). Beberapa saat ke mudian busur api padam (d).

PMT berdasarkan mekan ik penggerak dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. PMT Single Pole

PMT tipe in i me mpunyai me kanik penggerak pada masing-masing pole, u mu mnya PMT jen is ini dipasang pada bay penghantar agar PMT bisa reclose satu fasa.

Gambar 3 PMT Single Pole

2. PMT Three Pole

PMT jenis ini me mpunyai satu me kanik penggerak untuk tiga (3) fasa, guna menghubungkan fasa satu dengan fasa lainya dilengkapi dengan kopel mekan ik, u mu mnya PMT jenis in i dipasang pada bay Trafo dan bay Kopel serta PMT 20 kV untuk distribusi.

(3)

Sistem Pe mutus (PMT) terdiri dari beberapa sub -sistem yang me miliki beberapa ko mponen. Pe mbagian ko mponen dan fungsi dilku kan berdasarkan Failure Modes Effects Analysis (FMEA), sebagai berikut :

1. Penghantar Arus Listrik (electrical current carrying) 2. Sistem Isolasi (electrical insulation)

3. Media pemadam busur api 4. Mekanik Penggerak 5. Control / Auxilary circuit 6. Struktur mekanik

7. Sistem Pentanahan (grounding)

Tabel 1. Pembagian Komponen dan Fungsi

No Sub Sistem Fungsi

1 Penghantar arus listrik

(electrical current

carrying)

Bagian konduktif untuk menghantarkan I mengalirkan arus listrik

2 Sistem isolasi (electrical

insulation)

Sebagai isolasi bagian yang bertegangan dengan yang tidak bertegangan serta antara bagian yang bertegangan

3 Media pe madam busur api

Sebagai media pe mada m busur api yang timbul pada saat PMT be kerja membuka atau menutup

4 Mekanik penggerak

Bagian untuk menggerakkan kontak gerak (moving contact) untuk operasi pemutusan atau penutupan PMT

5 Control l Au xila ry circuit

Sebagai tempat I wadah secondary equipment dan me lindungi peralatan tegangan rendah, serta sebagai terminal wiring kontrol dan me mbe rikan trigger untuk operasi PMT

6 Struktur mekanik Sebagai dudukan struktur dan penyangga peralatan

7 Sistem grounding Sebagai pengaman peralatan I orang terhadap tegangan lebih, arus bocor dan teqanqan induksi

Menurut jenis penggerak Pemutus Tenaga dibedakan menjadi :

1.

Mekanik jenis Spring

2.

Mekanik Hidrolik

3.

Pneumatik

B. SF6

Hingga saat ini sebanyak 80% gas S6 yang diproduksi di seluruh dunia dipakai sebagai med ia isolasi dala m system kelistrikan. Ha l ini d isebabkan oleh sifat-sifat gas SF6 sebagai berikut

- Penghantar panas (thermal conductivity) yang bersifat dapat mendisipasikan panas yang timbul pada peralatan - Isolasi yang sangat baik (excellent insulating)

- Mampu memadamkan busur api (arc) - Viskositas rendah

- Stabil, tidak mudah bereaksi

Sifat die lektrik yang bagus pada SF6 ka rena luasnya penampang mo leku l SF6 dan electron affinity

(Electronegativity) yang besar dari atom flour. Dengan adanya

sifat ini ma ka SF6 ma mpu menangkap ele ktrn bebas (sebagai pembawa muatan), menyerap energinya, dan menurunkan temperature busur api. Hal ini d inyatakan dengan persamaan berikut ini.

SF6 + e- SF6-

SF6 + e- SF5- + F

Energ i yang diperlu kan reaksi perta ma adalah sebesar 0,05 e V untuk energy electron sebesar 0,1 e V, sedangkan untuk reaksi kedua adalah sebesar 0,1 e V. Setelah proses pemada man busur api, sebagian kecil dari SF6 a kan tetap men jadi decomposition product sedangkan sebagian besar akan ke mbali men jadi SF6. Ka rakteristik SF6 dibandingkan udara dan campuran udara serta SF6 dala m me mada mkan busur api diperlihatkan seperti gambar.

Gambar 5 Karakteristik SF6

Untuk me mantau selalu tekanan SF6 yang ada pada PMT, pada peralatan dipasang meter tekanan yang berada dibawah PMT. Berikut ini gambarnya :

Gambar 6 Meter T ekanan SF6

III.PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA GARDU INDUK TEGANGAN EKSTRA TINGGI (GITET) 500

KVUNGARAN

A. Data Teknik Pemutus Tenaga (PMT)

(4)

Merk : SIEMENS GERMANY Type : 3AP2F1 Ur (rated Voltage) : 550 kV Up / BIL : 1550 kV Us : 1175 kV Frekuensi : 50 Hz In : 3150 A Breaking Current : 40 kA Standart : IEC 6227 Mass / Pole : 2650 kg Tahun : 2010 No Seri : 69 / 35110823 Macam : 6CB Standar : IEC

Jenis Media Gas/Oil : SF6 Tekanan Udara Gas : 7,5 Bar Berat Gas SF6 : 24,7 Kg

Pasangan : Luar

B. Pemeliharaan Pemutus Tenaga (PMT)

1. In Service / Visual Inspection

In Se rvice Inspection adalah inspeksi/pemeriksaan terhadap peralatan yang dila ksanakan dala m keadaan peralatan beroperasi/bertegangan (on-line), dengan Menggunakan 5 panca indera (five senses) dan metering secara sederhana, dengan pelaksanaan periode tertentu (Harian, Mingguan, Bulanan, Tahunan).

Inspeksi ini dila kukan bertujuan untuk mengetahui / me mon itor kondisi pera latan dengan menggunakan alat ukur sederhana/umum (seperti Thermo Gun) yang dilaksanakan oleh petugas operator/asisten supervisor di gardu induk atau petugas pemeliharaan/supervisor gardu induk (untuk UPT/Region PLN P3B JB).

Tabel 1 Data hasil pemeliharaan PMT No Peralatan yang diperiksa Kondisi Awal Kondisi Akhir Simpulan 1 Pentanahan (grounding) Kawat pentanahan

Baik Baik Normal

Terminal pentanahan

Baik Baik Normal

2 Lemari/Box Kontrol

Baut-baut wiring kontrol & proteksi

Kencang Kencang Normal

Kebersihan Bersih Bersih Normal Heater Normal Normal Normal Sumber

tegangan AC/DC

Normal Normal Normal

Lubang binatang

Tidak ada

Tidak ada Normal

3 Bodi & Isolator

Kebersihan Kotor Bersih Normal Bagian bodi

yang lecet /berkarat

Tidak ada

Tidak ada Normal

Bagian bushing yang

Tidak ada

Tidak ada Normal

retak Mekanik penggerak

Kotor Bersih Normal

4 Mekanik penggerak

Mekanik penggerak

Normal Normal Normal

Mur baut Kencang Kencang Normal Pelumas pada

roda gigi & pegas transmisi

Baik Baik Normal

Pengungkit /lengan penggerak

Normal Normal Normal

5 Minyak (khusus jenis LOC)

Level minyak - - - Kondisi minyak (warna) - - - Kebocoran / rembes - - - 6 Percobaan ON /OFF PMT

Posisi ON Normal Normal Normal Posisi OFF Normal Normal Normal Indikasi

posisi ON /OFF

Normal Normal Normal

Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa Pe mutus Tenaga tersebut dala m kondisi normal. Hasil peme liharaan menunjukkan bahwa dengan dilaku kannya peme liha raan, kondisi peralatan menjadi lebih baik.

2. In Service Measurement / On Line Monitoring

Merupakan pengukuran yang dilaku kan pada periode tertentu dalam keadaan peralatan bertegangan (On Line).

Pengukuran dan/atau pemantauan yang dilaku kan bertujuan untuk mengetahui/me monitor kondisi pe ralatan dengan menggunakan alat ukur yang advanced (seperti Thermal Image thermovision) yang dilaku kan oleh petugas pemeliharaan.

3. Shutdown Measurement / Shutdown Function Check Merupakan pengukuran yang dilaku kan pada periode tertentu dalam keadaan peralatan tidak bertegangan (Off Line).

Pengukuran dilaku kan bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur sederhana serta advanced yang dilakukan oleh petugas pemeliharaan.

3.1 Pengukuran Tahanan Isolasi

Kebocoran arus yang menembus isolasi pera latan listrik me mang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, salah satu cara meya kin kan bahwa PMT cukup a man untuk diberi tegangan adalah dengan mengukur tahanan isolasinya. Kebocoran arus yang me menuhi ketentuan yang ditetapkan akan me mberikan ja minan bagi PMT itu sendiri sehingga terhindar dari kegagalan isolasi.

Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) ialah proses pengukuran dengan s uatu alat ukur Insulation Tester (megger) untuk me mpe roleh hasil (nilai/besaran) tahanan isolasi pe mutus tenaga antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (case) yang ditanahkan

(5)

maupun antara terminal masukan (I/P terminal) dengan terminal keluaran (O/P terminal) pada fasa yang sama.

Pada dasarnya pengukuran tahan isolasi PMTadalah untuk mengetahui besar/nila i kebocoran arus (lea kage current) yang terjadi antara bagian yang bertegangan I/P terminal dan O/P terminal terhadap tanah.

Tabel 2 Data hasil pengukuran tahanan isolasi PMT

Titik Ukur

Standar Fasa R Fasa S Fasa T

Atas– Bawah (MΩ) PMT OFF Standa r = 1kV/1 >1.000.000 >1.000.000 >1.000.000 Atas– Tanah (MΩ) PMT OFF >1.000.000 >1.000.000 >1.000.000 Bawah – Tanah (MΩ) PMT OFF 260.000 260.000 222.000 Fasa-Tanah (MΩ) PMT ON 400.000 420.000 441.000

Dari tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa tahanan isolasi rata-rata t idak mencapai standard, yaitu 1 MΩ. Perlu dilakukan pembersihan isolator dan uji ulang.

3.2 Pengukuran Tahanan Kontak

Rangkaian tenaga listrik sebagian besar terdiri dari banyak titik sambungan. Sa mbungan adalah dua atau lebih permu kaan dari beberapa jenis konduktor berte mu secara fisik sehingga arus/energi listrik dapat disalurkan tanpa hambatan yang berarti. Perte muan dari beberapa konduktor menyebabkan suatu hambatan/resistan terhadap arus yang me la luinya sehingga akan terjad i panas dan menjadikan kerugian teknis. Rugi ini sangat signifikan jika nila i tahanan kontaknya tinggi.

Sa mbungan antara konduktor dengan PMT atauperalatan lain merupakan tahanan kontak yang syarattahanannya me menuhi ka idah Huku m Oh m seb agai berikut:

E = I . R (1)

Jika didapat kondisi tahanan kontak sebesar 1Oh m dan arus yang mengalir ada lah 100 A mpe re ma ka ruginya adalah

W = . R (2)

W = 10.000 watts

Prinsip dasarnya adalah sama dengan alat ukur tahanan murni (Rdc), tetapi pada tahanan kontak arus yang dialirkan lebih besar I=100 Ampere.

Kondisi in i sangat signifikan jika ju mlah sambungan konduktor pada salah satu jalur terdapat banyak sambungan

sehingga kerugian tekn is juga men jadi besar, tetapi mas alah ini dapat dikendalikan dengan cara menurunkan tahanan kontak dengan membuat dan me me lihara nila i tahanan kontak sekecil mungkin. Jadi pe me liharaan tahanan kontak sangat diperlukan sehingga nila inya me menuhi syarat nila i tahanan kontak.

Gambar 8 Alat ukur T ahanan Kontak (PMT )

Tabel 3 Data hasil pengukuran tahanan kontak PMT

Titik Ukur Atas-Bawah (PMT posisi ON) Fasa R (μΩ) Fasa S (μΩ) Fasa T (μΩ) 100 A 59 63 57 200 A 58 56 60 300 A 60 58 60

Dari tabel 3 d i atas menunjukkan bahwa Pe mutus Tenaga (Circuit Breake r ) layak digunakan karena masih dala m batas yang diijin kan sesuai ketentuan P3B O&M PMT/001.01, yakni R<100 μΩ.

3.3 Pengukuran Tahanan Pentanahan

Peralatan ataupun titik netral system tenaga listrik yang dihubungkan ke tanah dengan suatu pentanahan yang ada di gardu induk dimana system pentanahan tersebut dibuat dala m tanah dengan struktur bentuk mesh, Nila i tahan an Pentanahan di Ga rdu Induk bervariasi besarnya nilai tahanan tanah dapat ditentukan oleh kondisi tanah itu sendiri. Se ma kin kecil nilai pentanahannya maka akan semakin baik.

Tabel 4 Data hasil pengukuran tahanan pentanahan PMT

Titik Ukur Standar

≤ 1 Ohm Hasil Ukur Terminal Pentanahan Fasa R Fasa S Fasa T Kondisi 0,2 Ω 0,2 Ω 0,2 Ω Normal

Dari data tabel 4 di atas menunjukkan bahwa Pe mutus Tenaga (Circuit Breake r) layak digunakan ka rena masih dala m batas yang diijin kan menurut standar pengujian Standart IEEE std 80 : 2000 (guide for safety in ac substation – grounding),

yakni besarnya nilai tahanan pentanahan untuk switchgear adalah ≤ 1 ohm.

3.4 Pengukuran Keserempakan PMT

Tujuan dari pengujian keserempa kan PMT adalah untuk mengetahui wa ktu kerja PMT secara individu serta mengetahui kesere mpakan PMT pada saat menutup atau

(6)

me mbu ka. Berdasarkan cara kerja penggerak, ma ka PMT dapat dibedakan atas jenis three pole (penggerak PMT tiga fasa) dan single pole (penggerak PMT satu fasa). Untuk T/L Bay biasanya PMT menggunakan jenis single pole dengan ma ksud PMT tersebut dapat trip satu fasa apabila terjadi gangguan satu fasa ke tanah dan dapat reclose satu fasa yang disebut SPAR (SinglePo le Auto Reclose). Na mun apabila gangguan pada penghantar fasa-fasa maupun tiga fasa maka PMT tersebut harus trip 3 fasa secara sere mpak. Apabila PMT tidak trip secara sere mpak akan menyebabkan gangguan, untuk itu biasanya terakhir ada system proteksi na manya pole discrepancy relay yang me mberikan perintah trip kepada ketiga PMT.

Hal yang sama juga untuk proses menutup PMT maka yang tipe single pole ataupun three pole harus menutup secara serempak pada fasa R, S, T, ka lau tida k maka dapat menjadi suatu gangguan di dala m system tenaga listrik dan menyebabkan system proteksi bekerja.

Gambar 9 Alat ukur Keserempakan PMT

Pada waktu PMT t rip a kibat suatu gangguan pada system tenaga listrik diharap kan PMT beke rja dengan cepat sehingga clearing time yang diharapkan sesuai standar SPLN No 52-1 1983 untuk system 70kV= 150 mili detik dan SPLN No 52-1 1984 untuk system 150 kV= 120 mili detik dan final draft Grid Code 2001 untuk system 500 kV= 90 mili detik.

Tabel 5 Data pengukuran keserempakan PMT

Pengukuran Standard Fasa R

Fasa S

Fasa T

Close (mili detik) ≤ 90 mili detik

66,5 68,5 68 Open (mili detik) 20,5 21,5 20,5

Dari tabel 5 di atas menunjukkan bahwa Pe mutus Tenaga (Circuit Breake r) layak digunakan ka rena masih dala m batas yang diijinkan menurut standar SPLN No 52-1 1984.

3.5 Pengukuran Thermovisi

Terdapat 2 maca m pela ksanaan thermovisi dengan masing-masing standar pedoman yang dipakai :

 Pemeriksaan pada Terminal Utama

Dila kukan dengan melihat perbedaan / selisih suhu pada 2 titik lengan komponen / material yang berbeda.

 Selisih suhu antar klem dan konduktor

 Selisih suhu antara klem dan terminal utama

Berdasarkan manual dari pabrikan ka me ra thermovisi me rk FLIR, disebutkan bahwa terdapat 3 maca m kondisi, yaitu :

 Kondisi I : ∆t ≤ 5oC (9 oF)

 Kondisi II : 5oC < ∆t ≤ 30 oC (9oF < ∆t ≤ 54 oF)  Kondisi III : ∆t > 30 oC (54 oF)

 Pemeriksaan pada Interrupter Chamber

Dila kukan dengan me mbandingkan suhu Interrupter chamber antar phasa dengan phasa lainya.

Berdasarkan standar dari International Electrical Testing Association (NETA ) Maintenace Testing Spesification (NETA MTS-1997) terdapat 2 maca m ∆T yang dapat dipakai sebagai acuan, yaitu:

 ∆T1 :merupakan perbedaan / selisih suhu antar fasa dengan fasa lainya

o Kondisi I : 1 oC < ∆t ≤ 3oC

o Kondisi II : 4oC < ∆t ≤ 15 oC

o Kondisi III : ∆t > 16 oC

 ∆T2 : merupakan perbedaan / selisih suhu diatas suhu lingkungan (over ambient temperature)

o Kondisi I : 1 oC < ∆t ≤ 3oC

o Kondisi II : 11oC < ∆t ≤ 20 oC

o Kondisi III : 22oC < ∆t ≤ 40 oC

o Kondisi IV : ∆t > 16 oC

Berikut ini hasil Thermovisi PMT 7A4 :

Gambar 10 Hasil T hermovisi PMT

Berdasarkan ga mbar diatas,suhu yang ditunjukan hasil thermovisi ada lah 26 oC yang me miliki selisih baik

permu kaan lain maupun lingkungan yang tidak begitu jauh, ma ka dapat dikatakan bahwa PMT tersebut masih a man digunakan. Karena perbedaan temperaturnya tidak terla lu besar dan masih pada batasnya.

C. Pemeliharaan Gas SF6 Pada PMT

1. Pengukuran Kebocoran Gas SF6

Kebocoran gas SF6 a kan menyebabkan penurunan tekanan pada komparte men yang berdampak langsung pada penurunan kekuatan isolasi. Pada umu mnya, setiap ko mparte men telah dilengkap i dengan alat pengukur tekanan gas yang difungsikan untuk mengukur tekanan gas dan me mbe rikan sinya ala rm atau trip b lock sebagai fungsi proteksi. Besarnya tekanan gas setting alarm dan trip/blok disesuaikan dengan manual peralatan. Kebocoran gas SF6 pada umu mnya terjadi pada sambungan antar selubung (enclosure).

2. Pemeriksaan Tekanan Gas SF6

Pemeriksaan tekanan Gas SF6 dilakukan setiap hari untuk memantau kondisi SF6 sebagai pemadam busur api. Batas Ideal Gas SF6 adalah 6-8 Bar.

(7)

IV.PENUTUP

A Kesimpulan

Berikut ini adalah kesimpulan yang bisa ditambil:

1. Fungsi utama PMT adalah sebagai alat untuk me mutus dan menghubungkan suatu rangkaian listrik dala m kondisi berbeban maupun tidak berbeban , serta ma mpu me mbu ka atau menutup saat terjadi arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau peralatan lain. 2. Pe meliharaan pada Pemutus Tenaga meliputi

pengukuran tahanan isolasi, pengukuran tahanan kontak, pengukuran tahanan pentanahan, uji kesere mpakan, thermovisi, pengamatan terhadap ko mponen PMT, serta pengujian SF6 yakn i pengujian ke murnian, dew point.

3. Fungsi Gas SF6 pada PMT ini digunakan sebagai media pemadam busur api dan sebagai penggerak. 4. Sela ma pe me liharaan PMT harus berada dala m kondisi

tidak beke rja (OFF) atau open dan penggerak spring harus dalam kondisi kendor (discharge).

5. PMT 7A 4 yang berada pada diameter IV Bay Ngimbang GITET Ungaran ini merupakan jenis Single Pole pole yaitu antar fasanya tidak s aling terkopel atau mesing-masing PMT terhubung dengan konduktor, ma ka apabila terjadi gangguan akan me mbuka pada fasa yang terganggu.

B Saran

1. Pe mutus Tenaga (Circuit Break er) yang menggunakan med ia gas SF6 harus selalu dilaku kan monitoring tekanan gas SF6 untuk keandalan dalam bekerja. 2. Mekanik Pe mutus Tenaga (Circuit Brea ker) harus

selalu dibersihkan agar tidak terjadi korosi akibat kotor karena debu maupun kelembapan udara.

3. Da la m pe laksanaan manuver pe mbebasan tegangan maupun energizing, pengoperasian peralatan (PMT, PMS, ES) harus sesuai aturan baku/ SOP.

DAFT AR PUST AKA

[1] Arismunandar.AdanKuwahara.S.1991. Teknik Tenaga listrik. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

[2] Arismunandar, Artono. 1984. Teknik Tegangan Tinggi. Jakarta: Pradnya Paramita.

[3] Buku Petunjuk Batasan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Penyaluran T enaga Listrik Pemutus Tenaga (PMT), No. Dokumen : 7 -22/HARLUR-PST/2009, PT. PLN (Persero), 2010.

[4] Sulasno, Ir, “ Teknik dan Sistem Distribusi TenagaLisrik”.Jilid I. BadanPenerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.

[5] Tobing, Bonggas L. “Peralatan Tegangan T inggi”, Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.

BIOGRAFI PENULIS

Muchamad Arif Sasmita NIM 21060111130086 lah ir d i Batang, pada tanggal 24 Nove mber 1993. Te lah mene mpuh studi mula i dari TK Tunas Harapan, SD Negeri Proyonanggan 1 Batang, SM P Negeri 3 Batang, dan SMA Negeri 1 Batang. Saat in i sedang me lanjutkan studi di Jurusan Tekn ik Elekt ro konsentrasi Tekn ik Tenaga Listrik (Powe r), Faku ltas Teknik, Universitas Diponegoro.

Semarang, Maret 2014 Mengetahui, DosenPembimbing

Ir. Agung Nugroho, M.Kom NIP. 195901051987031002

Gambar

Gambar 1 Bagian-bagian PMT   Keterangan gambar1:
Gambar 5 Karakteristik SF6
Tabel 1 Data hasil pemeliharaan  PMT  No  Peralatan  yang  diperiksa  Kondisi Awal  Kondisi Akhir  Simpulan  1  Pentanahan  (grounding)  Kawat  pentanahan
Tabel 2 Data hasil pengukuran tahanan isolasi PMT  Titik
+2

Referensi

Dokumen terkait

multikultur di dalamnya guru sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator guru akan lebih mengenal karakter dan kemampuan siswanya. Sedangkan bagi siswa, akan lebih

Penelitian ini lebih baik dan mendukung penelitian sebelumnya, karena penelitian sebelumnya tidak menggunakan media LKPD, sementara pada penelitian ini menggunakan

Hal ini sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum, dijelaskan bahwa kegiatan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Besar, memandang perlu untuk menyelenggarakan kegiatan Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan

Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan melakukan pengolahan terhadap data kebutuhan bahan baku dan biaya operasional perusahaan Batik Tulis Lasem sehingga menghasilkan

Penanggulangan sisa – sisa bahan kimia dan bekas pembakaran yang melekat pada gelas, pengaduk kaca dibalut kapas dibasahi larutan asam lalu digosokkan ke bagian

Lebih lanjut, faktor non-moneter yang dianggap sebagai benefit bagi petani terhadap penerapan SRG adalah Resi Gudang dapat ditukarkan barang, meskipun jarang dilakukan,

Pengukuran terhadap kematangan e- learning JBClass dibatasi dengan menggunakan Ten Pedagogic Principles for e- Learning untuk memperoleh process area yang mendukung