• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUMULASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN CADMIUM (Cd) PADA POHON MANGROVE (Avicennia marina) DI PERAIRAN KARANGSONG, INDRAMAYU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AKUMULASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN CADMIUM (Cd) PADA POHON MANGROVE (Avicennia marina) DI PERAIRAN KARANGSONG, INDRAMAYU."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

AKUMULASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN CADMIUM (Cd)

PADA POHON MANGROVE (Avicennia marina)

DI PERAIRAN KARANGSONG, INDRAMAYU.

CUTRA SAMIL

MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) Pada Pohon Mangrove (Avicennia marina) di Perairan Karangsong, Indramayu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Cutra Samil

(3)

ABSTRAK

CUTRA SAMIL. Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) Pada Pohon Mangrove (Avicennia marina) di Perairan Karangsong, Indramayu. Dibimbing oleh AGUSTINUS M SAMOSIR dan SULISTIONO.

Mangrove diketahui memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan logam berat, serta pencemar lain dalam jaringan tubuhnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2013 dengan tujuan untuk mengetahui kadar logam berat Timbal (Pb)dan Cadmium (Cd) pada akar dan daun jenis

Avicennia marina, serta sedimen di perairan Karangsong, Indramayu.

Pengambilan contoh dilakukan sebanyak 3 kali ulangan, dengan masing-masing contoh dari akar dan daun Avicennia marina serta sedimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar logam berat Timbal (Pb) pada pohon Avicennia

marina sudah melewati batas toleransi untuk tumbuh bagi tumbuhan. Sedangkan

kadar logam Cadmium (Cd) masih memiliki nilai dibawah batas deteksi. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui akar Avicennia marina memiliki nilai faktor biokonsentrasi (BCF) yang rendah, hal ini menjelaskan mengapa Avicennia

marina memiliki daya akumulasi yang rendah. Sedangkan pada nilai faktor

translokasi (TF) didapatkan nilai yang tinggi dimana Avicennia marina memiliki tingkat mobilisasi logam berat dari akar ke daun yang tinggi. Berdasarkan temuan diatas, dianjurkan untuk mengurangi bahan pencemar ke dalam lingkungan perairan Karangsong serta melakukan program rehabilitasi mangrove agar fungsi ekologi dan manfaat ekonomi nya lebih optimal.

Kata kunci: Faktor biokonsentrasi, Faktor translokasi, Logam berat, Mangrove

Avicennia marina , Pencemaran, Perairan Karangsong.

ABSTRACT

CUTRA SAMIL. Accumulation of Heavy Metal Pb and Cd in the Mangrove (Avicennia marina) in Karangsong Estuary, Indramayu. Supervised by AGUSTINUS M SAMOSIR and SULISTIONO.

Mangroves are known to have the ability to absorb and store heavy metals and other contaminants in the body tissues such as leaf and root. This research was carried out in January-March 2013 with the aim to find out the levels of heavy metals Lead (Pb) and Cadmium (Cd) in root and leaf of Avicennia marina, as well as sediments in Karangsong waters, Indramayu. Sampling a root, leave, and sediments was repeated 3 times each. The results showed that levels of Pb in

Avicennia marina already passed over the limit of tolerance concentration for

plants, whereas the levels of Cd was below detection limit Based on the results, it can be seen Avicennia marina has a low level of bioconcentration factor (BCF), it means that Avicennia marina has a low capability to accumulate heavy metals. Meanwhile the value of translocation factor (TF) is high, mean Avicennia marina has high mobilization from roots to leaves. Based on the findings, it is strongly recommended to control pollutants falling into the aquatic environment, and to

(4)

enhance mangrove rehabilitation program for ecological and economical function

Keywords: Bioconcentration factor, Translocation factor, Heavy metals,

(5)
(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

AKUMULASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN CADMIUM (Cd)

PADA POHON MANGROVE (Avicennia marina)

DI PERAIRAN KARANGSONG, INDRAMAYU.

CUTRA SAMIL

MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada Pohon Mangrove (Avicennia marina) di Perairan Karangsong, Indramayu.

Nama : Cutra Samil

NIM : C24090060

Program studi : Manajemen Sumber Daya Perairan

Disetujui oleh

Ir Agustinus M Samosir, MPhil Dr ISulistiono, MSc

Pembimbing I Pembimbing II

Sc

(10)

Judul Skripsi : Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada Pohon Mangrove (Avicennia marina) di Perairan Karangsong, Indramayu.

Nama : Cutra Samil

NIM : C24090060

Program studi : Manajemen Sumber Daya Perairan

Disetujui oleh

Ir Agustinus M Samosir, MPhil Pembimbing I Dr Ir Sulistiono, MSc Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

(11)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) Pada Pohon Mangrove (Avicennia

marina) di Perairan Karangsong, Indramayu.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Agustinus M Samosir, M. Phil selaku pembimbing I sekaligus pembing akademik dari penulis dan Bapak Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc. selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, seluruh keluarga, seluruh staff Tata Usaha dan civitas MSP, teman-teman MSP 46, BEM FPIK 2010-2012, teman-teman kosan Wisma Seroja atas segala doa, semangat, dukungan dan bantuannya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap bahwa semoga skripsi ini dapat memberikan informasi yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan kekurangan dalam skripsi ini dapat diperbaiki pada tulisan selanjutnya.

Bogor, Juni 2013

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... v DAFTAR TABEL ... vi DAFTAR GAMBAR ... vi DAFTAR LAMPIRAN ... vi PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 1 Tujuan Penelitian ... 2 Manfaat Penelitian ... 2 METODE ... 3 Lokasi Penelitian ... 3 Pengumpulan Data ... 4 Analisis Data ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Hasil ... 6

Pembahasan ... 12

SIMPULAN DAN SARAN ... 16

Simpulan ... 16

Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 17

LAMPIRAN ... 20

(13)

DAFTAR TABEL

1

Parameter fisika kimia air di Perairan Karangsong, Indramayu ... 6

2

Kandungan rerata logam berat Pb, Cd pada akar dan daun ... 8

3

Kandungan rerata logam berat Pb dan Cd pada sedimen. ... 8

4

Akumulasi logam Pb dan Cd pada beberapa lokasi penelitian. ... 9

5

Matriks korelasi kandungan logam Pb pada sedimen, akar, dan daun ... 10

6

Hasil Uji ANOVA ... 10

7

Faktor Biokonsentrasi logam Pb dan Cd pada akar dan daun ... 11

8

Faktor Translokasi Logam Pb dan Cd di Perairan Karangsong, Indramayu ... 11

DAFTAR GAMBAR

1.

Rumusan masalah... 2

2.

Peta lokasi penelitian... 3

3.

Komposisi tekstur substrat di Perairan Karangsong, Indramayu ... 7

4.

Luas tutupan basal pada masing-masing stasiun ... 7

5.

Kandungan logam Pb pada akar, daun, sedimen, serta toleransi logam Pb pada tumbuhan ... 9

DAFTAR LAMPIRAN

1

Alat dan bahan ... 20

2

Hasil logam berat Pb dan Cd pada akar, daun mangrove, dan sedimen ... 20

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mangrove merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang terdapat dalam kawasan pantai yang dapat berfungsi untuk menyerap bahan-bahan pencemaran termasuk logam berat sehingga dapat dijadikan bioindikator. Melalui akarnya, vegetasi ini menyerap logam-logam berat yang terdapat pada sedimen (Amin 2001). Mangrove bagi manusia juga bermanfaat baik secara langsung dan tidak langsung. Manfaat nya dapat digunakan sebagai bahan papan dan pangan. Secara ekologi, ekosistem mangrove juga berfungsi sebagai perangkap sedimen dan mencegah erosi serta penstabil bentuk darat di daerah estuari (Harty dalam Hamzah dan Setiawan, 2010).

Pesisir Karangsong, Indramayu merupakan daerah yang dipenuhi berbagai aktivitas, antara lain industri, pelabuhan, pertanian, serta pemukiman, perairan nya digunakan untuk kegiatan pelayaran dan penangkapan ikan. Kompleksnya aktivitas di pantai tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem. Antara lain masuknya limbah kedalam ekosistem estuari. Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) merupakan salah satu logam yang dapat merusak lingkungan. Hal ini dikarenakan logam tersebut termasuk logam non-essensial sehingga keberadaannya tidak memberikan pengaruh baik. Adanya cemaran tersebut dikhawatirkan merusak ekosistem dengan mengganggu pertumbuhan mangrove, sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara ekologi maupun ekonomi.

Salah satu jenis mangrove yang mendominasi di perairan Karangsong adalah Avicennia marina. Tercemarnya tubuh A. marina dengan logam berat, dapat berpengaruh terhadap nilai manfaat yang dapat digunakan. Antara lain bahan yang dijadikan pangan menjadi tidak layak konsumsi karena sudah tercemar. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kandungan logam berat yang terdapat pada akar , daun mangrove A. marina dan pada sedimen. Serta untuk mengetahui apakah vegetasi tersebut dapat dijadikan indikator pencemaran logam berat di kawasan perairan Karangsong.

Perumusan Masalah

Logam berat bersifat toksik bagi biota akuatik jika telah melebihi ambang batas yang telah ditentukan. Keberadaan logam berat yang terlarut pada suatu perairan dapat melebihi ambang batas yang diakibatkan oleh aktivitas yang terjadi dari darat maupun kawasan perairan tersebut. Pohon mangrove, merupakan jenis tumbuhan air yang banyak dijumpai di sekitar kawasan perairan yang memiliki kemampuan dalam mengakumulasi logam berat yang ada di kawasan perairan. Informasi tersebut berguna bagi rencana pengelolaan sumber daya ekosistem mangrove yang lebih tepat dan berkelanjutan. Berikut skema rumusan masalah pada penelitian ini.

(15)

2

Gambar 1 Rumusan masalah

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan logam berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) dalam sedimen, akar, serta daun pohon mangrove

Avicennia marina dan umtuk mengetahui kemampuan vegetasi tersebut dalam

mengakumulasi logam berat Pb dan Cd pada tiga stasiun pengamatan, sehingga dapat dijadikan akumulator pencemaran logam berat di kawasan hutan mangrove.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran akumulasi logam berat Pb dan Cd secara kuantitatif pada sedimen, akar, serta daun pohon A. marina di kawasan perairan Karangsong, Indramayu, sebagai sumber informasi bagi masyarakat dan pengelola yang membutuhkan mengenai peranan A. marina dalam mengurai pencemaran logam berat. Serta untuk kepentingan pengelolaan sumber daya pesisir.

Sumber logam berat :

Aktivitas Pelabuhan

Limbah

Industri perkapalam

Logam Berat (Air, Sedimen)

Daun, Batang, dan Akar pada Pohon Mangrove

Akumulasi Logam Berat Pb dan Cd pada Pohon Mangrove Avicenia marina.

Pengelolaan dan rehabilitasi

Faktor Lingkungan :

Fisiografi

Hidrologi

Fisika kimia air

Fraksi sedimen

(16)

3

METODE

Lokasi Penelitian

Pengambilan contoh dilakukan di perairan Karangsong, Indramayu.

Perairan Karangsong, Indramayu merupakan perairan yang terletak di pantai utara Pulau Jawa. Pengambilan contoh dilaksanakan pada bulan Januari 2013. Pengambilan contoh dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Pengambilan contoh dibagi menjadi tiga stasiun yang berbeda. Stasiun pertama yang paling terdekat dengan pelabuhan, industri perkapalan serta pemukiman warga. Stasiun kedua terletak setelah stasiun pertama dan tempat bermuaranya sungai Cimanuk dan Prajagumiwang. Sedangkan stasiun ketiga merupakan kawasan mangrove yang sudah mendekati laut lepas. Analisis hasil dilakukan di Laboratorium Bio Makro, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK IPB dalam tahapan pengindentifikasi jenis mangrove serta Laboratorium Pengujian Fateta, IPB dalam pengujian logam berat. Alat dan bahan yang digunakan terlampir pada Lampiran 1.

(17)

4

Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer terdiri dari pengambilan parameter fisika kimia perairan antara lain pH, suhu, dan salinitas. Serta pengambilan sedimen untuk fraksinasi sedimen dan pengambilan contoh sedimen, akar, serta daun pohon A.

marina. Pohon contoh diambil secara acak pada setiap masing-masing stasiun

menggunakan metode penarikan contoh acak sederhana (PCAS). Pengambilan contoh dilakukan pada tiga stasiun yang berbeda dengan masing-masing stasiun dilakukan tiga kali ulangan. Pengambilan contoh dilakukan dengan menggambungakn beberapa contoh pohon yang dicampur menjadi satu. Total jumlah sampel yang diambil sebanyak 27 sampel yang menwakili tiga stasiun pengambilan dengan setiap stasiun diambil 9 sampel, yang terdiri dari 3 sampel sedimen, 3 sampel akar, dan 3 sampel daun. Informasi lain yang dikumpulkan adalah wawancara kepada nelayan dan warga setempat.

Analisis Data

Analisis Deskriptif

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif sesuai dengan baku mutu. Baku mutu logam berat dalam sedimen dan tumbuhan di Indonesia belum ditetapkan, sehingga sebagai acuan digunakan baku mutu yang dikeluarkan RNO (Reseau National d’observation) dalam Thayib dan Rozak (1981) serta Allaway (1968) dalam Greenland dan Hayes (1981) mengenai kandungan logam yang dapat ditoleransi oleh tumbuhan.

Konsentrasi Pada Jaringan

Untuk mendapatkan konsentrasi logam berat yang sebenarnya, berdasarkan APHA (1995) dalam Panjaitan (2009), maka digunakan rumus:

( ) ( ) Faktor Biokonsentrasi

Faktor Biokonsentrasi dapat dilihat sebagai suatu proses kesetimbangan yang melibatkan pengambilan suatu senyawa antara biota dengan lingkungan disekitarnya. Faktor biokonsentrasi adalah angka banding antara konsentrasi mahluk hidup atau biota (Cb) dengan konsentrasi lingkungan (Cw) (Connell 1995). Untuk melihat perbandingan tingkat faktor biokonsentrasi logam berat pada daun dan akar pohon A. marina dengan sedimen, digunakan rumus :

(18)

5

keterangan :

BCF : Faktor Biokonsentrasi Cb : Konsentrasi di dalam biota

Cs : Konsentrasi di dalam media (sedimen)

Dimana Indeks Faktor Biokonsentrasi (Van Esch 1977 in Suprapti 2008) : BCF < 100 = Sifat akumulatif rendah

100 - 1000 = Sifat akumulatif sedang BCF > 1000 = Sifat akumulatif tinggi

Faktor Translokasi

Faktor translokasi ialah perbandingan antara konsentrasi logam pada daun dan akar, berikut rumus faktor translokasi menurut Gunale dan Lotfinasabasl (2012):

Basal Area

Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal area diduga dengan mengukur diameter batang. Rumus basal area menurut Desmawati (2010) yaitu:

BA = ¼ π. D2 Keterangan : BA : Basal area D : Diameter pohon Π : 3,14 Matriks Korelasi

Matriks korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara bagian mangrove dengan kandungan logam berat Pb dan Cd. Koefisien korelasi disajikan melalui tabel matriks. Nilai korelasi dapat terlihat berdasarkan nilai positif atau negatif (Nurgiantoro 2012)

(19)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Lingkungan

Secara umum, perairan Karangsong merupakan salah satu perairan yang termasuk kedalam pantai utara Jawa menghadap ke arah Laut Jawa yang pada dasar lautnya merupakan paparan Sunda, dengan kedalaman laut kurang dari 200 m. Pada paparan tersebut merupakan tempat bertemunya lempeng litosfer yang berpengaruh terhadap bentuk topografi pantai. Pada desa pesisir memiliki bentuk topografi relatif datar, karena terbentuk dari endapan sedimen yang dihasilkan dari sungai Cimanuk dan Prajagumiwang (Wetlands 1999). Kondisi perairan Karangsong dapat dipengaruhi oleh parameter fisika kimia air. Parameter fisika dan kimia air yang diukur secara in-situ yaitu pH, suhu, dan salinitas. Berikut data yang didapatkan dari hasil penelitian yang diukur secara insitu.

Tabel 1 Parameter fisika kimia air di Perairan Karangsong, Indramayu

Parameter Satuan Stasiun

1 2 3

pH (in-situ) 7 7 7-8

Suhu (in-situ) 0C 25-29 25-33 33-36 Salinitas(in-situ) 0/00 20-30 23-35 25-30

Berdasarkan hasil yang didapatkan terdapat perbedaan hasil dari masing-masing stasiun. Secara umum, pH hasil pengukuran pada tiap-tiap stasiun hampir sama, yaitu berkisar 7-8. pH tertinggi ditemukan pada stasiun 3. Berdasarkan kisaran nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa, kondisi Perairan Karangsong, Indramayu masih tergolong baik menurut baku mutu Kepmen LH No 51 Tahun 2004 yang berkisar pada pH 7.0-8.5. Pada data suhu didapatkan nilai terendah terdapat pada Stasiun 1 yaitu dengan rata-rata sebesar 280C. Suhu tertinggi terdapat pada Stasiun 3. Menurut Nontji (2007) dalam Sarjono (2009), kisaran suhu secara umum di Perairan Indonesia berkisar 28-310C, kisaran suhu yang mampu ditoleransi suatu biota laut yaitu berkisar 20-350C. Pada nilai salinitas, Stasiun 1 memiliki nilai salinitas yang terkecil, yaitu dengan rata-rata 250/00, dan

pada Stasiun 3 dengan rata-rata sebesar 280/00. Hal ini diduga pada stasiun 1 dekat

dengan aliran Sungai Prajagumiwang, sehingga terdapat masukan air tawar dari sungai tersebut. Nilai salinitas berturut-turut dari Stasiun 1-3 semakin besar, hal ini sesuai dengan Nybakken (1992) bahwa kondisi perairan daerah estuari dipengaruhi oleh pengaruh daratan dan lautan. Dimana nilai salinitas tinggi terjadi

(20)

7 saat pengaruh dari lautan dominan dibandingkan pengaruh daratan, yakni ketika terjadi pasang.

Substrat di daerah Perairan Karangsong, Indramayu memiliki beberapa tipe substrat dengan ukuran yang berbeda. Berikut data tipe substrat yang didapatkan dari hasil penelitian

Gambar 3 Komposisi tekstur substrat di Perairan Karangsong, Indramayu Berdasarkan Gambar 3, dapat terlihat perbedaan pada masing-masing stasiun. Dari Stasiun 1 sampai 3 terlihat komposisi liat yang semakin kecil. Hal ini sesuai dengan keadaan Stasiun 3 yang mengarah ke laut lepas, sehingga sedimen yang mendominasi yaitu pasir. Luas tutupan basal merupakan luasan tutupan tumbuhan yang mendiami suatu area tertentu yang ditentukan oleh jumlah diameter batang pada tumbuhan tersebut. Berikut hasil tutupan basal yang didapatkan:

Gambar 4 Luas tutupan basal pada masing-masing stasiun

Grafik diatas menunjukan luas tutupan basal mangrove di lokasi penelitian, total basal area pada Stasiun 1, 2 dan 3 beturut - turut adalah 191270,8182 cm2, 84933.9414 cm2 dan 14401,2392 cm2. Basal area tertinggi dicapai pada Stasiun 1 dan luas tutupan basal semakin menurun nilainya ke arah Stasiun 3.

0% 20% 40% 60% 80% 100% St 1 St 2 St 3 Str u kt u r Se d im e n (% ) Liat Debu Pasir 0 50000 100000 150000 200000 250000 St 1 St 2 St 3 B asal ar e a (c m 2/100m 2

(21)

8

Kandungan Logam Berat pada Avicennia marina dan Sedimen.

Berdasarkan analisis laboratorium didapatkan nilai konsentrasi logam berat Pb dan Cd pada akar dan daun pohon mangrove A. marina. Hasil pengukuran disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2 Kandungan logam berat Pb, Cd pada akar dan daun

Parameter Bagian Satuan Stasiun Alloway (1968)

1 2 3 Pb Akar ppm 22.343 19.340 10.830 Daun ppm 19.340 12.413 6.0100 Total ppm 41.683 31.753 16.840 0.1-10 Cd Akar ppm < 0.005 < 0.005 <0.005 Daun ppm < 0.005 < 0.005 <0.005 total ppm < 0.005 < 0.005 < 0.005 0.2-0.8

Tabel diatas memperlihatkan kandungan logam Pb dan Cd pada akar dan daun. Terdapat perbedaan kandungan logam pada masing-masing stasiun. Pada kandungan logam Pb di akar dan daun, nilai tertinggi terdapat pada Stasiun 1 dengan nilai pada akar sebesar 22,343 ppm dan pada daun sebesar 19,340 ppm. Kemudian berturut-turut Stasiun 2 dan 3. Dapat diduga bahwa yang menyebabkan tinggi nya kandungan logam Pb pada Stasiun1 yaitu aktifitas sekitar daerah Stasiun 1, seperti kegiatan industri perkapalan, pelabuhan Karangsong, serta buangan limbah dari aliran sungai yang terdapat disekitar Stasiun 1. Sedangkan kandungan logam Pb pada Stasiun 2 dan 3 lebih kecil diduga daerah Stasiun 2 dan 3 yang menjauh dari daerah industri serta mendekati laut. Serupa dengan kandungan logam Cd pada sedimen, nilai Cd pada akar serta daun berturut-turut Stasiun 1,2,3 bernilai <0,005 ppm. Hal ini dapat diduga tidak terdapatnya sumber cemaran Cd pada kawasan perairan Karangsong, Indramayu.

Berdasarkan hasil analisis laboratorium didapatkan pula nilai konsentrasi logam berat Pb dan Cd pada sedimen pohon mangrove A. marina. Hasil pengukuran disajikan pada tabel dan grafik dibawah ini:

Tabel 3 Kandungan rerata logam berat Pb dan Cd pada sedimen

Parameter Satuan Stasiun d’observation (RNO)Reseau National

1 2 3

Sedimen

Pb ppm 4.6167 29.99 12.32 10-70

Cd ppm < 0.005 < 0.005 < 0.005 0.1-2

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui perbedaan kandungan logam di masing-masing stasiun. Terlihat bahwa logam Pb memiliki kandungan logam berat yang tinggi dibandingkan logam Cd. Kandungan logam Pb tertinggi terdapat pada Stasiun 2 kemudian diikuti dengan Stasiun 3 dan 1. Jika dibandingkan dengan baku mutu sedimen menurut RNO (Reseau National d’observation) dalam

(22)

9 Thayib dan Rozak (1981), kandungan Pb pada sedimen masih dalam kisaran baku mutu yang ditetapkan. Hal berbeda ditemukan pada logam Cd. Nilai yang didapatkan pada masing-masing stasiun <0,005 ppm. Hal ini dikarenakan tidak terdapatnya sumber cemaran Cd pada kawasan perairan Karangsong, Indramayu.

Berikut disajikan grafik perbedaan kandungan logam Pb yang ditemukan pada sedimen, akar, daun, serta batas toleransi tumbuhan A. marina dalam menyerap logam berat :

Gambar 5 Kandungan logam Pb pada akar, daun, sedimen, serta toleransi logam Pb pada tumbuhan

Berdasarkan Gambar 6, digambarkan batas toleransi tumbuhan A. marina dalam menyerap kandungan logam berat Pb. Terlihat bahwa pada tumbuhan tersebut sudah melebihi ambang batas toleransi logam berat Pb pada Stasiun 1, 2, dan 3. Hal ini diduga karena aktifitas sekitar ekosistem yang mempengaruhinyaa, antara lain seperti aktifitas industri pembuatan kapal, pelabuhan, serta limbah domestik masyarakat sekitar. Selain itu, dapat ditemukan nilai yang berbeda dapat ditemukan pada beberapa lokasi penelitian. Berikut disajikan nilai akumulasi logam Pb dan Cd pada jenis pohon A. marina di beberapa lokasi penelitian:

Tabel 4 Akumulasi logam Pb dan Cd pada beberapa lokasi penelitian

Spesies Akumulasi (ppm) Lokasi Sumber

Akar Daun

A. marina Pb = 2,416 Pb = 3,333 Kota Dumai,

Riau

Amin (2001)

A. marina Pb = 2,377 Pb = 2,357 Mumbai, India Gunale et al (2007)

A. marina Pb = 2,050 Pb = 1,430 Trengganu,

Malaysia

Kamaruzzaman et al (2010)

A. marina Pb = 20,980 Pb = 54,310 Muara Angke,

Jakarta

Hamzah dan Setiawan (2010)

A. marina Pb = 18,210 Pb = 5,390 HutanMangrove

Pahang, Malaysia

Kamaruzzaman et al (2010)

A. marina Cd = 22,690 Cd = 21,040 Pesisir laut Arab Gunale and Lotfinassbsl

(2012)

A. marina Cd = 15,303 Cd = 14,765 Muara Angke,

Jakarta Handayani (2006) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 St 1 St 2 St 3 ppm Akar daun sedimen Toleransi logam Pb pada tumbuhan

(23)

10

Pada Tabel 4 dapat terlihat kandungan logam Pb dan Cd pada pohon A.

marina di lokasi yang berbeda-beda. Jika membandingkan dengan hasil

penelitian ini, maka spesies A. marina dapat mengakumulasi logam berat Pb dengan baik seperti pohon A. marina di lokasi yang lainnya. Namun kandungan logam Cd pada penelitian ini tidak dapat ditemukan. Hal tersebut berkaitan dengan lokasi penelitian yang berbeda.

Matriks Correlation digunakan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi logam berat pada sedimen dengan akar dan sedimen dengan daun di kedua logam berat yang diamati. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5 Matriks korelasi kandungan logam Pb pada sedimen, akar, dan daun Sedimen Akar Daun

Sedimen 1 * *

Akar -0.203 1 *

Daun -0,761 0.641 1

Berdasarkan hasil analisis korelasi diatas didapatkan korelasi negatif antara kandungan logam Pb pada sedimen dengan akar sebesar -0,203 dan sedimen dengan daun sebesar -0.761. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan secara tidak langsung antara sedimen dan akar dan sedimen dengan daun. Sedangkan korelasi positif ditemukan pada kandungan logam Pb di akar dengan daun yakni berturut - turut 0,641. Hal ini menjelaskan adanya hubungan langsung antara akar dengan daun. Korelasi antara kandungan logam Pb antara akar dengan daun mempunyai hubungan positif 64%. Hal ini mengindikasikan bahwa sebanyak 64% logam di akar diserap oleh organ daun. Hal ini didukung dengan uji ANOVA (Two-Factor With Replication), berikut hasil uji ANOVA:

Tabel 6 Hasil Uji ANOVA

F hit F tab

Bagian Mangrove 1.1715 3.5546

Stasiun 5.6121 3.5546

Interaksi 5.0951 2.9277

Pada varibel stasiun dan interkasi didapatkan F hit > F tab, maka tolak Ho. Hal ini menjelaskan bahwa adanya perbedaan kandungan logam pada masing-masing stasiun serta adanya interaksi didalamnya antara sedimen, akar, maupun daun.

Faktor Biokonsentrasi (BCF) dan Faktor Translokasi (TF)

Faktor Biokonsentrasi dihitung untuk mengetahui akumulasi konsentrasi logam Pb dan Cd yang terdapat di sedimen. Berikut hasil perhitungan BCF yang didapatkan sebagai berikut:

(24)

11

Tabel 7 Faktor Biokonsentrasi logam Pb dan Cd pada akar dan daun

*) Below detection limit

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa nilai BCF Pb rata-rata tertinggi pada akar sebesar 3,7931, kemudian BCF Pb pada daun sebesar 3,0622. BCF Cd tidak dapat dinilai karena nilai kandungan logam Cd yang <0,005. Sehingga tidak dapat diketahui nilai BCF nya. Jika dibandingkan antar stasiun, stasiun 1 memiliki nilai BCF tertinggi. Hal ini diduga bahwa pada stasiun 1 memiliki kandungan logam yang tertinggi dibandingkan dengan stasiun 2 dan 3. Selain itu, keadaan lingkungan pun dapat mempengaruhi nilai BCF yang ada. Hal ini sesuai dengan Gunale dan Lotfinasabasl (2012) yang mengatakan bahwa faktor nilai BCF antara lain; jenis logam, jenis tumbuhan, dan keadaan lingkungan. Dari hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa pohon A. marina termasuk kedalam biota yang memiliki kemampuan akumulasi yang rendah dengan nilai BCF < 100.

Faktor Translokasi atau TF dihitung untuk mengetahui perpindahan akumulasi logam dari akar ke tunas. Hasil perhitungan TF disajikan pada tabel berikut:

Tabel 8 Faktor Translokasi Logam Pb dan Cd di Perairan Karangsong, Indramayu

Parameter Stasiun Rata-Rata

1 2 3

T

F Pb 0.782 0.561 1.075 0.805

Cd < 0.005 < 0.005 < 0.005 BDL*

*) Below detection limit

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa nilai TF Pb rata-rata sebesar 0,805. TF Cd tidak dapat diketahui karena nilai kandungan logam Cd sebesar <0,005. Sehingga tidak dapat diketahui nilai TF. Jika dibandingkan antar stasiun, stasiun 3 memiliki nilai TF tertinggi kemudian stasiun 1 dan 2.

BCF Stasiun Rata-Rata 1 2 3 Akar Pb 7.8454 1.4411 2.0928 3.7931 Cd < 0.005 < 0.005 < 0.005 BDL* Daun Pb 6.1348 0.8100 2.2419 3.0622 Cd < 0.005 < 0.005 < 0.005 BDL*

(25)

12

Pembahasan

Akumulasi dan Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Konsentrasi Logam Berat dalam Mangrove Avicennia marina

Ekosistem mangrove di perairan Karangsong Indramayu merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Mangrove yang terdapat pada perairan Karangsong sudah ada sejak pertengahan tahun 1960 (Wetlands 1999). Kondisi mangrove pada perairan Karangsong menunjukkan bahwa mangrove yang terdapat pada daerah tersebut termasuk mangrove yang berusia sudah tua. Hasil analisa terhadap unsur Pb dan Cd menunjukkan bahwa Pb merupakan logam yang dapat diakumulasi oleh pohon A. marina. Logam Pb ditemukan pada semua stasiun penelitian. Sedangkan Cd tidak dapat ditemukan (bernilai <0,005 ppm) pada semua stasiun. Hal ini diduga karena tidak adanya sumber pencemar logamberat Cd pada perairan Karangsong, Indramayu. Hal serupa terjadi di India berdasarkan Parvaresh et al (2010), kandungan logam Cd memperlihatkan kandungan yang sangat kecil pada daerah tersebut. Logam Cd cenderung memiliki jumlah yang kecil di alam, tetapi dapat meningkat jumlahnya dalam keadaan tertentu (Darmono 1999)

Stasiun 1 merupakan stasiun yang memiliki nilai akumulasi tertinggi di bagian akar dan daun pohon A. marina. Hal ini disebabkan lokasi stasiun 1 yang lebih dekat dengan sumber cemaran. Pada stasiun 2 dan 3 diketahui nilai kandungan logam Pb pada akar dan daun yang semakin menurun. Hasil ini disebabkan lokasi penelitian yang semakin mengarah ke arah laut. Selain itu, faktor suhu, salinitas, pH, maupun jenis sedimen dapat mempengaruhi kandungan logam Pb yang terakumulasi pada logam Pb di stasiun 2 dan 3. Kandungan logam yang terdapat pada sedimen tertinggi ditemukan di stasiun 2. Lokasi stasiun 2 yang dialiri oleh aliran Sungai Cimanuk dan Prajagumiwang menyebabkan tinggi nya cemaran yang mengendap pada sedimen. Hal ini terjadi karena limbah yang terbawa dari aliran sungai. Sedangkan pada stasiun 1 kandungan logam Pb di sedimen memiliki nilai terendah. Hal ini diduga pada stasiun 1 merupakan daerah yang sedimen nya selalu terbaharui oleh arus yang terdapat pada daerah tersebut karena tidak adanya barier yang memisahkan masukan air laut dan aliran sungai. Akumulasi Pb di sedimen pada stasiun 1, 2, dan 3 menunjukkan nilai yang berbeda. Menurut Afriansyah (2009), tipe sedimen akan mempengaruhi kandungan logam berat dan spesiasinya dalam sedimen, sedimen yang banyak mengandung fraksi yang lebih halus memiliki kemampuan mengikat logam berat lebih tinggi bila dibandingkan fraksi yang sifatnya kasar seperti pasir maupun kerikil. Hal serupa dikatakan Zanganeh et al (2008) yang mengatakan bahwa partikel halus akan memiliki daya adsorpsi logam yang lebih tinggi. Namun berdasarkan nilai yang didapat, nilai ini masih dibawah baku mutu RNO. Hal ini sama dengan penelitian Panjaitan (2009) yang memiliki nilai kandungan logam berat pada sedimen dibawah baku mutu di daerah Pesisir Belawan, Sumatera Utara.

(26)

13 Nilai kandungan logam Pb pada pohon A. marina termasuk kedalam tumbuhan yang sudah tercemar. Hal ini sesuai dengan nilai sebesar 22,343 ppm pada stasiun 1. Kemudian 19,340 ppm dan 10,830 ppm pada stasiun 2 dan 3. Berdasarkan baku mutu Allaway (1968) dalam Greenland dan Hayes (1981), nilai tersebut sudah diatas batas toleransi tumbuhan untuk tumbuh. Menurut Kusmana (2009) nilai kandungan yang melebihi baku mutu dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mangrove sendiri sampai unsur lain seperti pada tubuh fauna makro-invertebrataba, seperti keong dan kerang yang hidup di habitat mangrove. Logam-logam yang telah diakumulasi oleh A. marina kelak dapat mempengaruhi jumlah logam berat di air dan tanah. Sesuai dengan siklus hidup, dimana logam tidak dapat terurai pada saat tanaman mengalami dekomposisi. Logam berat yang tidak terdekomposisi akan dilepaskan ke perairan yang terbawa pasang surut air laut atau diserap tanah dan akan kembali ke tanaman, dan sebagian lagi bersamaan dengan hancuran-hancuran bagian pohon termakan oleh ikan atau organisme akuatik lainnya. Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang dikonsumsi oleh penduduk sekitar Karangsong, maka ikan merupakan salah satu jalur masuknya logam berat ke dalam tubuh manusia. Jika hal ini terjadi, akan memberikan pengaruh tidak baik bagi tubuh manusia yang mengonsumsinya.

Kandungan logam Pb yang lebih tinggi dibandingkan dengan logam Cd memperlihatkan bahwa pada lingkungan perairan Karangsong memiliki sumber cemaran Pb lebih banyak dibandingkan dengan logam Cd. Tingginya nilai Pb berasal dari industri kapal di sekitar daerah penelitian dan limbah yang terbawa dari aliran sungai. Selain itu aktifitas pelabuhan dapat menghasilkan emisi Pb yang masuk ke dalam lapisan atmosfer bumi berbentuk gas dan partikel. Emisi tersebut merupakan hasil samping pembakaran yang terjadi dalam mesin-mesin kapal. Menurut Defew et al (2004), logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami pengendapan, pengenceran, dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan. Dampaknya akan menyebabkan terganggunya mangrove baik secara morfologi dan fisiologi. Selain itu, Suharto (2005) mengatakan bahwa senyawa Pb dalam keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara sehingga kemudian terhirup pada saat bernapas dan sebagian akan menumpuk di kulit dan atau terserap oleh daun tumbuhan. Pb dan persenyawaannya dapat berada di dalam badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Sedangkan pada logam Cd nilainya relatif sangat kecil sehingga tidak dapat terdeteksi. Hal ini disebabkan sumber pencemar yang sedikit pada lokasi penelitian.

Dari hasil perhitungan nilai faktor biokonsentrasi (BCF), dapat terlihat bahwa nilai BCF di stasiun 1 yang memiliki nilai tertinggi. Hal ini didukung dengan tinggi nya nilai kandungan logam berat pada akar dan daun di stasiun 1. Data faktor biokonsentrasi tersebut membuktikan bahwa pohon A. marina mempunyai kecenderungan untuk meyerap dan mengakumulasi logam berat yang terdapat dalam ekosistem. Dari nilai BCF, akan didapatkan nilai faktor translokasi. Translokasi logam dihitung antara rasio konsentrasi logam di daun dan di akar. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai rata-rata TF Pb sebesar 0,805. Pada penelitian ini, logam Pb merupakan salah satu logam non-essensial. Menurut Yoon et al (2006) dalam Hamzah dan Setiawan (2010), logam non- esensial memiliki proses mobilitas logam dari akar ke daun sangat tinggi. Hal ini sesuai dengan nilai TF yang didapatkan jika dibandingkan dengan logam

(27)

14

essensial yang dilakukan oleh Hamzah dan Setiawan (2010) di daerah Muara Angke yang bernilai <0,5. A. marina merupakan salah satu jenis mangrove yang mensekresi garam melalui daun. Selain itu juga pada bagian akar terdapat pneumatopora sehingga dapat mentranslokasikan berbagai kandungan garam dan logam menuju daun. Pada daun, Pb bersifat racun terutama pada saat tumbuhan melakukan fotosintesis, sintesa khlorofil, dan sintesa enzim antioksidan.

Jika dilihat perbandingan konsentrasi logam pada akar dan daun, maka kandungan logam berat pada akar lebih tinggi dibandingkan di daun. Tingginya kandungan logam berat di bagain akar menunjukkan adanya usaha untuk melokasisasi materi toksik yang masuk ke dalam tubuh bagian yang lebih kebal terhadap pengaruh materi toksik, sehingga tidak mempengaruhi bagian tubuh yang rawan terhadap racun. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan MacFarlane et

al (2003) dalam Hamzah (2010) yaitu kandungan logam berat Pb pada A. marina

lebih tinggi di akar dibandingkan di daun. A. marina merupakan spesies mangrove yang sangat ketat dalam menyerap logam Pb bahkan sampai tidak menyerap sama sekali. Menurut Saepulloh (1995), proses masuknya logam Pb ke dalam jaringan tanaman bisa dengan melalui xylem ke semua bagian tanaman sampai ke daun dan masuk kedalam jaringan daun melalui celah stomata.

Berdasarkan mekanisme fisiologis, mangrove secara aktif mengurangi penyerapan logam berat ketika konsentrasi logam berat di sedimen tinggi. Penyerapan tetap dilakukan, namun dalam jumlah yang terbatas dan terakumulasi di akar. Selain itu, terdapat sel endodermis pada akar yang menjadi penyaring dalam proses penyerapan logam berat. Dari akar, logam akan ditranslokasikan ke jaringan lainnya seperti batang dan daun serta mengalami proses kompleksasi dengan zat yang lain seperti fitokelanin (MacFarlane et al., 2003 dalam Hamzah dan Setiawan, 2010).

Kondisi Ekosistem Mangrove

Secara keseluruhan berdasarkan hasil yang didapat, nilai suhu, salinitas, dan pH yang didapatkan sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan KEPMEN LH No.50 th 2004 untuk pertumbuhan optimal mangrove. Pengaruh dari logam berat belum mengganggu pertumbuhan A. marina di sepanjang perairan Karangsong. Namun, ada beberapa pohon yang pada bagian daun nya berubah menjadi warna kuning, dan beberapa pohon sudah mengering bahkan mati. Tetapi penyebabnya belum diketahui secara pasti. Berdasarkan data kondisi lingkungan yang ada, terlihat bahwa A. marina dapat mengatasi toksisitas ion-ion logam berat dengan mekanisme penanggulangannya. Namun hal ini tidak akan berlangsung lama jika keadaan disekitar tempat tumbuh bertambah parah. Hal ini karena A. marina sendiri memiliki batasan toleransi dalam mengatasi kelebihan unsur hara. Selain itu,diketahui bahwa A. marina mampu mengakumulasi logam berat dalam jumlah yang cukup besar terutama Pb, sehingga keberadaan mangrove di sepanjang pesisir Karangsong perlu dipertahankan dan ditambah areal nya. Hal ini agar ekosistem nya dapat terjaga beserta biota yang ada didalamnya. Selain fungsi mangrove secara ekologi dapat terjaga, mangrove pun dapat dimanfaatkan secara lestari.

Berdasarkan hasil tutupan basal, telah diketahui bahwa kandungan logam berat tertinggi terdapat pada Stasiun 1, dengan basal area yang tertinggi pula.

(28)

15 Kemudian secara berturut-turut Stasiun 2 dan 3. Jika dikaitkan, maka besarnya kandungan logam berat tidak menyebabkan rendah nya luas tutuan basal. Menurut Saepulloh (2005), dengan bertambahnya diameter suatu pohon, maka penyerapan logam berat baik melalui akar maupun melalui daun akan bertambah. Hal ini menyebabkan akumulasinya dalam tanaman akan terus meningkat sampai tanaman tersebut sudah tidak mampu lagi menyerap logam-logam tersebut. Hasil basal yang tinggi menunjukkan kandungan logam berat pada pohon A. marina belum dapat menghambat pertumbuhan pohon tersebut. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon A.

marina.

Mangrove yang tumbuh di muara sungai merupakan tempat penampungan terakhir bagi limbah-limbah yang terbawa aliran sungai, terutama jika jumlah yang masuk ke lingkungan estuari melebihi kemampuan pemurnian alami oleh badan air. Kondisi ini dapat mempengaruhi kondisi ekosistem mangrove perairan Karangsong. Salah satunya yaitu parameter fisika dan kimia. Pada masing-masing stasiun terdapat perbedaan nilai pH, suhu, dan salinitas. Perubahan suhu yang terjadi pada masing-masing stasiun dapat dipengaruhi intensitas cahaya yang menyinari pada masing-masing stasiun atau jumlah tutupan vegetasi mangrove. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lokasi stasiun 1 yang mendekati daratan dan pada stasiun 3 yang lebih dekat dengan laut lepas. Menurut Hutagalung (1989), kenaikan suhu tidak hanya akan meningkatkan metabolisme biota perairan, namun juga dapat meningkatkan toksisitas logam berat di perairan. Hal serupa dikatakan oleh Du laing et al (2008) dalam Kamaruzzaman (2010) saat suhu air laut naik, senyawa logam berat akan melarut di air laut karena penurunan laju, adsorpsi ke dalam partikulat. Berdasarkan nilai salinitas, perbedaan nilai salinitas terendah ditemukan pada stasiun 1. Hal ini disebabkan stasiun 1 merupakan daerah muara yang lebih mendekati daratan, dimana pada daerah tersebut terjadi pertemuan antara air tawar dan laut. Menurut Du laing et al (2008) dalam Kamaruzzaman (2010) salinitas juga ikut mempengaruhi akumulasi logam berat di permukaan sedimen, disebutkan bahwa peningkatan salinitas dapat mengganggu proses oksidasi dan beberapa logam berat seperti Cr, Cu, Pb dan Zn dapat melewati lapisan toxic dan kembali ke kolom air, sehingga menurunkan konsentrasi di daerah yang lebih dekat dengan laut. Nilai pH pada masing-masing lokasi penelitian cenderung stabil, namun meningkat pada Stasiun 3. Menurut Novotny dan Olem (1994) dalam Sarjono (2009), nilai Ph perairan memiliki hubungan yang erat dengan sifat kelarutan logam berat. Logam berat akan meningkatkan toksisitas pada pH rendah, sedangkan pada pH tinggi logam berat akan mengalami pengendapan. Presentase fraksi sedimen di masing-masing lokasi penelitain didominasi oleh liat pada stasiun 1, debu pada stasiun 2, dan pasir pada stasiun 3.

Pengelolaan

Berdasarakan hasil yang didapat, pohon A. marina dapat mengakumulasi logam berat baik pada bagian akar dan daun, sehingga dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran. Ekosistem hutan mangrove dapat menyerap bahan pencemar (environmental service), khususnya bahan-bahan organik. Adapun dampak dari tercemarnya pohon A. marina dapat menyebabkan terganggungan

(29)

16

kesehatan pohon ini baik secara morfologi maupun fisiologi. Menurut Luncang (2005) dalam Panjaitan (2009) dikatakan bahwa masuknya bahan pencemar ke dalam jaringan tumbuhan dapat menimbulkan gejala-gejala tertentu yang sangat bervariasi dan tidak spesifik. Apabila konsentrasi toksiknya tinggi maka tumbuhan akan menderita kerusakan akut dengan memperlihatkan gejala seperti klorosis, perubahan warna, nekrosis dan kematian seluruh bagian tumbuhan. Selain perubahan morfologi juga akan mempengaruhi proses kimia, biokimia, fisiologi, dan struktur tumbuhan. Selain itu, dampak besar yang akan terjadi akan merusak ekosistem mangrove. Rusaknya ekosistem dapat menurunkan fungsi terhadap mangrove itu sendiri baik secara ekologi maupun ekonomi. Rusaknya mangrove secara ekologi dapat mengganggu biota lain yang hidup pada ekosietem ini. Sedangkan secara ekonomi, mangrove dapat dimanfaatkan sebagai sumber mata pencarian, yaitu produksi berbagai hasil hutan (kayu, arang, obat dan makanan), sumber bahan bangunan dan kerajinan, tempat wisata alam, objek pendidikan dan penelitian, areal pertambakan. Untuk A. marina, terdapat fungsi pangan di dalamnya. Pada bagian buah dan daun dari pohon ini dapat dimanfaatkan sebagai pangan. Jika pohon A. marina rusak dan tercemar, maka akan berpengaruh pada pangan yang akan dikonsumsi oleh masyarakat.

Salah satu langkah pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahan pencemar ke dalam lingkungan perairan Karangsong yaitu melakukan pengendalian sumber cemaran Pb pada kawasan perairan Karangsong, Indramayu. Cara pengendalian sumber cemaran Pb dapat dilakukan dengan membuat penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan perairan dengan tidak membuang limbah hasil industri maupun rumah tangga ke perairan, program pemeliharaan mangrove agar ekosistem ini dapat terjaga secara ekologi dan dapat dimanfaatkan secara ekonomi, pembuatan peraturan akan jenis limbah yang dapat dibuang di perairan. Pengelolaan ini dapat dilakukan dengan saling bekerjasama antar pihak yang berkaitan dan masyarakat.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Kadar logam berat Timbal (Pb) pada pohon vicennia marina sudah melewati batas toleransi tumbuhan. Sedangkan logam berat Cadmium (Cd) tidak dapat ditemukan pada perairan Karangsong.

2. Mangrove Avicennia marina memiliki kemampuan akumulasi logam berat Pb yang inggi dibandingkan dengan Rhizopora mucronata sehingga dapat dijadikan indikator pencemaran.

(30)

17

Saran

Perlu diadakan penelitian analisis kandungan logam berat dengan parameter dan spesies yang lebih beragam agar dapat melihat pencemaran apa saja yang terjadi di daerah perairan Karangsong, Indramayu. Sehingga dapat dilakukan pengelolaan yang tepat agar ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan secara optimal dan terjaga dengan baik, yaitu dengan melakukan pengendalian sumber cemaran dan program rehabilitasi mangrove.

DAFTAR PUSTAKA

Amin B. 2001. Akumulasi Dristribusi Logam Berat Pb dan Cu Pada Mangrove (Avicennia marina) di Perairan Pantai Dumai, Riau [Jurnal]. Laboratorium Kimia Laut, Faperika, Universitas Riau

Afriansyah A. 2009. Konsentrasi Kadmium (Cd) dan Tembaga (Cu) dalam Air, Seston, Kerang dan Fraksinasinya dalam Sedimen di Perairan Delta Berau, Kalimantan Timur [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Astuty RD. 2011. Kandungan Logam Berat Cd dan Cu Berdasarkan Ukuran Partikel Sedimen di Perairan Teluk Jakarta [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Connell D. W. & G. J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Penerjemah; Yanti Koestoer; Pendamping, Sahati. UI-press. Jakarta. 520 hlm. Darmono. 1999. Kadmium (Cd) dalam Lingkungan dan Pengaruhnya Terhadap

Kesehatan dan Produktivitas Ternak [Jurnal]. Balai Penelitian Veteriner. WARTAZOA Vol. 8 No 1. Th. 1999.

Defew, L. H., M.M. James, and M.G. Hector. 2004. An Assessment Of Metal Contamination In Mangrove Sediments And Leaves From Punta Mala Bay, Pacific Panama. Marine pollution bulletin. 50: 547-552

Desmawati I. 2010. Studi Distribusi Jenis-Jenis Burung Dilindungi Perundang-Undangan Indonesia di Kawasan Wonorejo, Surabaya [Jurnal] Biologi FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember-Surabaya.

Greenland, D.J. and N. H. B. Hayes. 1981. The Chemistry of Soil Processes. John Wiley & Sons Ltd, New York

Gunale VR, Shete A, GG Pandit. 2007. Bioaccumulation of Zn and Pb in Avicennia marina (Forsk.) Vierh. And Sonneratia apetala Buch. Ham. From urban Areas of Mumbai (Bombay), India [Journal]. J. Appl.Sci. environ. Manage. Vol 11(3) 109-112.

Gunale VR, Lotfinasabasl S. 2012. Sudies on Heavy Metals Bioaccumulation Potential of Mangroce Species, Avvicennia marina [Journal]. Vol 4 No 10 October 2012.

(31)

18

Hamzah F, Setiawan A. 2010. Akumulasi Logam Berat Pb, Cu, dan Zn di Hutan Mangrove Muara Angke, Jakarta Utara [Jurnal]. Vol. 2, No. 2, Hal 41-52, Desember 2010.

Handayani T. 2006. Bioakumulasi Logam Berat dalam Mangrove Rhizophora

mucronata dan Avicennia marina di Muara Angke Jakarta [Jurnal]. Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Hutagalung P. 1989. Mercury and Cadmium Content in Mangrove from Jakarta Bay, Bull. Environ, Contam, Toxicol, 42 (6): 323-324.

Kamaruzzaman BY, Sharinda RMZ, John AB, Waznah SA. 2010. Accumulation and Distribution of Lead and Copper in Avicennia marina and Rhizoporaapiculata from Balok Mangrove Forest, Pahang, Malaysia Sains malaysiana 40(6)(2010)555-560

KepMen LH Nomor 51 Tahun 2004. Baku Mutu Air Laut.

Kusmana C. 2009. Pengelolaan Sistem Mangrove Secara terpadu. Workshop pengelolaan ekosistem mangrove di Jawa Barat, 18 Agustus 2009.

MacFarlane GR, Pulkownik, and M.D., Burchett. 2003. Accumulation and distribution of heavy metals in grey mangrove Avicennia marina (Forsk). Veirh: Biological indication potential. Environmental Pollution. 123: 139-151. Nurgiantoro B. 2012. Statistika Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Nybakken JW. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta. Penerjemah: Eidmen dkk.

Panjaitan GY. 2009. Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina di Hutan Mangrove [Skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Parvaresh H, Abedi Z, Farshchi P, Karami M, Khorasni N, Karbassi A. 2010. Bioavaibility and Concentrationof Heavy Metals in the Sedimentsand Leaves of Grey Mangrove, (Avicennia marina (Forsk.) Vierh, in Sirik Azini Creek, Iran. Biol Trace Elem Res DOI 10.1007/s12011-010-8891-y

Qiu WD, Yu, KF, Zhang G,Wang, WX. 2011. Accumulation and Partitioning of sSeven Trace Metals in Mangroves and Sediment Cores From Three Astuarine Wetlands of Hainan Island, China [Journal]. Journal of Hazardous Materials (190) (2011)631-638.

Saepulloh C. 1995. Akumulasi Logam Berat (Pb, Cd, Ni) pada Jenis Avicennia

marina di Hutan Lindung Mangrove Angke-Kapuk DKI Jakarta [Skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sarjono A. 2009. Analisis Kandungan Logam Berat Cd, Pb, dan Hg pada Air dan Sedimen di Perairan Kamal Muara, Jakarta Utara [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Setyawan AD. 2008. Biodiversitas Ekosistem Mangrove di Jawa; Tinjauan Pesisir Utara dan Selatan Jawa Tengah. Cetakan Pertama. Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Bioteknologi dan Biodiversitas, LPPM Universitas Sebelas Maret. Surakarta: 71-79.

Suharto. 2005. Dampak Pencemaran Logam Timbal (Pb) terhadap Kesehatan Masyarakat. Majalah Kesehatan Indonesia No 165/Nty. UNAir Surabaya. Tersedia pada : http://www.pdpersi.co.id (23 Maret 2013)

Suprapti NH. 2008. Kandungan Chromium pada Perairan, Sedimen dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Wilayah Pantai Sekitar Muara Sungai Sayung,

(32)

19 Desa Morosari Kabupaten Demak, Jawa Tengah. [Jurnal]. Labiratorium Ekologi dan Biosistematik, Biologi. FMIPA. Universitas Dipenogoro, Semarang. Vol. 10, No.2. Hal 53-56. [26 Oktober 2012].

Thayib SS dan H. Razak. 1981. Pengamatan Kandungan Bakteri Indikator, Logam Berat dan Pestisidadi Perairan Pantai Teluk Ambon, Teluk Banten dan Teluk Jakarta. Prosiding: Seminar dan Kongres Nasional Biologi VI, Surabaya: 196-217

[Wetlands International]. 1999. Profil Empat Desa Pesisir: Singajaya, Pabean Udik dan Brondong, di Kab. Indramayu.. Bogor (ID) PHKA/WI-IP. Bogor Zanganeh AHP, Lakhan, V.C, and Vazyari, M. 2008. Geochemical Associations

and Grain Size Partitioning of Heavy Metals in Nearshore Sediments Along the Iranian Coast of the Caspian Sea. Di dalam: Sengupta M and Dalwani R, editor.

Proceedings of The 12th World Lake Conference [internet]. Hlm 198-202.

(33)

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat dan bahan

Daun Mangrove Akar Mangrove Sedimen

DO Meter PH stik Refraktometer

AAS

Lampiran 2 Hasil logam berat Pb dan Cd pada akar, daun mangrove, dan sedimen

No Sampel Parameter Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

1.1 2.1 3.1 1.2 2.2 3.2 1.3 2.3 3.3

1 Akar Pb 22.48 22.42 7.54 20.68 27.46 15.16 23.87 8.14 9.79

2 Akar Cd < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005

No Sampel Parameter Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

1.1 2.1 3.1 1.2 2.2 3.2 1.3 2.3 3.3

1 Daun Pb 16.03 25.06 6.34 14.82 10.2 3.3 27.17 1.98 8.39

2 Daun Cd < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005

No Sampel Parameter Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

1.1 2.1 3.1 1.2 2.2 3.2 1.3 2.3 3.3

1 Sedimen Pb 1.79 28.43 0.74 7.62 31.3 20.71 4.44 30.24 15.51

(34)

21

Lampiran 3 Tabel Uji ANOVA

Anova: Two-Factor With Replication

SUMMARY St 1 St 2 St3 Total AKAR Count 3 3 3 9 Sum 67.03 58.02 32.49 157.54 Average 22.34333 19.34 10.83 17.5044444 Variance 2.558033 100.4304 15.3273 56.3285528 DAUN Count 3 3 3 9 Sum 58.02 37.24 18.03 113.29 Average 19.34 12.41333 6.01 12.5877778 Variance 46.3477 136.8457 6.5587 80.7718194 SED Count 3 3 3 9 Sum 13.85 89.97 36.96 140.78 Average 4.616667 29.99 12.32 15.6422222 Variance 8.520633 2.1061 107.3323 156.411794 Total Count 9 9 9 Sum 138.9 185.23 87.48 Average 15.43333 20.58111 9.72 Variance 81.8605 118.6381 40.46315

ANOVA JK dB KT F hitung F tabel

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Bagian Mangrove 110.9133 2 55.45667 1.17154582 0.3324298 3.554557146

Stasiun 531.3166 2 265.6583 5.61214476 0.01275724 3.554557146

Interaction 964.7269 4 241.1817 5.09506708 0.00634365 2.927744173

Galat 852.0538 18 47.33632

(35)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 November 1990 sebagai anak ke tiga dari empat bersaudara dari pasangan Amritsar dan Rifdanetti. Pendidikan formal pernah dijalani penulis berawal dari TK Islam Pondok Duta (1995-1997), SD Islam Pondok Duta (1997-2003), SMPIT Nurul Fikri (2003-2006), SMAIT Nurul Fikri (2006-2009). Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN, kemudian diterima di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis berkesempatan menjadi Asisten Mata Kuliah Iktiologi (2011/2012) dan (2012/2013), Asisten Mata Kuliah Sumber Daya Perikanan (2012/2013) dan Asisten Mata Kuliah Ekotoksikologi Perairan (2013/2014). Penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM FPIK) sebagai bendahara divisi PBOS (2011/2012), Bendahara Umum BEM FPIK Biru Bersatu (2012/2013), anggota UKM Uni Konservasi Fauna (2009/2010) (2010/2011) (2011/2012) (2012/2013) (2013/2014), serta Bendahara komunitas Bike to

Campus Regional Bogor (2012/2013) serta turut aktif mengikuti seminar maupun

berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan di lingkungan kampus IPB.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi dengan judul “Akumulasi

Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) Pada Pohon Mangrove (Avicennia marina) di Perairan Karangsong, Indramayu.”.

Gambar

Gambar 1 Rumusan masalah
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Gambar 3 Komposisi tekstur substrat di Perairan Karangsong, Indramayu  Berdasarkan  Gambar  3,  dapat  terlihat  perbedaan  pada  masing-masing  stasiun
Tabel 4 Akumulasi logam Pb dan Cd pada beberapa lokasi penelitian  Spesies Akumulasi (ppm)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tingkahlaku yang menunjukkan peraturan itu menghegemoni terhadap Bang Koan tetapi tidak terhadap Sun Pin tampak pada kisah dari bab dua dalam kutipan berikut ini.. “

PHP memberikan kemudahan bagi perancang situs web untuk dapat mengembangkannya dan database MYSQL sangat baik digunakan pada suatu perusahaan yang mempunyai data cukup besar

Berdasarkan hasil Evaluasi Penawaran yang telah dilakukan oleh Pokja Pengadaan Barang / Jasa Satker.. BLKI Kendari, terhadap Dokumen Penawaran saudara untuk pekerjaan “

Hasil statistik diperoleh nilai p-value 0,00 &lt; (0,05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pencegahan anemia dengan status ekonomi ibu yang rendah

Pihak-pihak yang terlibat dalam model supply chain Ikan Cakalang PPP Tumumpa adalah; Nelayan, yang terdiri dari pemilik dan penggarap, pemilik yang memiliki kapal

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap minat belajar siswa di kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun

Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh konformitas yang terjadi pada remaja putri di lakukan hanya karena perilaku individu didasarkan pada harapan kelompok atau

Penggunaan FRP sebagai perkuatan pada tulangan pengekang yang tidak standar (sengkang lingkaran) memberikan peningkatan kapasitas aksial sebesar 58% dari kolom