• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. Yosua k Hakim-hakim k Rut k Mazmur k 2 Korintus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. Yosua k Hakim-hakim k Rut k Mazmur k 2 Korintus"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Diterbitkan oleh:

Sub Bid. Pembinaan Warga Gereja Sinode Gereja Kristus Yesus

Redaksi ... 3

Penggenapan Janji Allah ... 4

Renungan Tanggal 1-19 September 2016 ... 5

Sebuah Bangsa Tanpa Pemimpin Rohani ... 24

Renungan Tanggal 20 September - 4 Oktober 2016 ... 25

Hubungan Mertua-Menantu yang Mempesona ...40

Renungan Tanggal 5-10 Oktober 2016 ...41

Jangan Gampang Dihasut ... 47

Renungan Tanggal 11-23 Oktober 2016 ... 48

Mengingat Kambali Ajaran Reformasi ...61

Renungan Tanggal 24-31 Oktober 2016 ... 62

Daftar Gereja Sinode GKY ... 70 Tahap 7 No. 5

September - Oktober 2016

Yosua

k

Hakim-hakim

k

Rut

k

Mazmur

k

2 Korintus

(2)

Gerakan Membaca Alkitab sejak tahun 1999 diterbitkan dwibulanan dalam bahasa Indonesia dan Mandarin.

Renungan GeMA juga dapat dibaca melalui :

• Online di website GKY (www.gky.or.id - bagian literatur), atau langsung klik Renungan GeMA (di sebelah kiri bawah) • Download di website GKY (www.gky.or.id - bagian download), atau langsung klik Mobile GeMA untuk Android & Ios

(di sebelah kiri bawah)

• Download langsung di Gadget anda melalui Google play atau App store.

Alamat Redaksi : Jl. Mangga Besar I/74, Jakarta 11180. Telepon: (+62-21) 6010405-08, Website: www.gky.or.id, e-mail: binagkysinode@gmail.com

Ketua: Pdt. Bagio Sulianto Editor Umum: GI Purnama

Penulis:

Pdt. Andreas Himawan, Pdt. Timotius Fu, Pdt. Surya Sudipan

(3)

R

edaksi

Salam sejahtera dalam kasih Kristus.

Setahun sebelum Pilkada 2017 berlangsung, masalah pencalonan kepala daerah telah memanas, khususnya di Jakarta. Kita patut mera-sa prihatin karena hujatan dan fitnah telah tertebar di mana-mana, baik yang disebarkan melalui media massa seperti televisi maupun melalui media sosial. Fokus banyak orang di negeri ini bukan ter-tuju pada bagaimana membangun negara, tetapi pada bagaimana menjatuhkan tokoh yang tidak disukai. Nampak jelas bahwa pemim-pin yang baik di negeri ini bukan hanya harus bergumul untuk bisa mengerjakan tugasnya dengan baik, tetapi juga bergumul mengha-dapi lawan, baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi.

Dalam GeMA edisi kali ini, kita akan membaca dan merenungkan kitab Yosua, kitab Hakim-hakim, kitab Rut, surat 2 Korintus, beberapa renungan dari kitab Mazmur, dan kita juga akan mengikuti renung-an khusus untuk mengingat kembali ajarrenung-an reformasi. Kitab Yosua mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu memenuhi janji-Nya. Kitab Hakim-hakim mengingatkan kita bahwa tanpa pemimpin rohani, suatu bangsa akan menghadapi berbagai kesulitan dan sulit memper-tahankan identitasnya. Kitab Rut memberi contoh bahwa menantu wanita dan mertua wanita bisa saling menopang, tidak harus saling menyerang. Surat 2 Korintus mengingatkan kita akan kemungkinan munculnya guru-guru palsu dalam gereja yang bila tidak diwaspadai bisa memecah belah gereja. Kami berharap bahwa semua yang kami sajikan pada edisi ini bisa menjadi berkat bagi para pembaca.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para penulis, penerjemah, pengetik karakter bahasa Mandarin, dan editor bahasa Mandarin, serta staf yang telah bersusah payah untuk menyelesaikan GeMA edisi ini pada waktunya. Kami tetap mengharapkan dukung-an doa dari para pembaca agar penyertadukung-an Tuhdukung-an membuat semua masalah yang kami hadapi dalam penyiapan GeMA ini selalu dapat diselesaikan dengan baik. Tuhan memberkati kita semua!

(4)

Kitab Yosua adalah kitab yang berisi penggenapan janji Allah ke-pada orang Israel (Yosua 23:14). Janji ini diberikan Allah ratusan tahun sebelumnya ketika Ia memanggil Abraham – nenek moyang bangsa Israel dari Ur-Kasdim. Penantian terhadap penggenapan janji itu merupakan sebuah penantian yang sangat panjang. Se-kalipun demikian, Allah setia dan karena itu, ia pasti menepati jan-ji-Nya. Di bawah kepemimpinan Musa, mereka keluar dari tanah perbudakan di Mesir dan dipimpin menuju Tanah Perjanjian. Meski-pun mereka pernah memberontak kepada Allah sehingga bangsa Israel dihukum berputar-putar di padang belantara selama empat puluh tahun, Allah tetap setia dan Ia tidak melupakan janji-Nya kepada Abraham, Ishak dan Yakub.

Pergantian kepemimpinan pun mewarnai perjalanan bangsa Israel dalam memasuki tanah Kanaan. Yosua ditunjuk Tuhan untuk menggantikan Musa (Ulangan 1:37-38; 31:23; Yo-sua 1:2-3). Kualitas kepemimpinan YoYo-sua tidak diragukan lagi, hal ini terlihat nyata sejak ia mengikuti Musa memimpin bangsa Israel. Ia adalah seorang yang beriman, bervisi, berani, setia dan taat kepada Tuhan.

Kitab ini menceritakan bagaimana bangsa Israel berhasil menduduki tanah Kanaan dan membaginya kepada kedua belas suku Israel. Dikisahkan pula banyak mujizat yang dialami oleh bangsa Israel, setidaknya ada dua mujizat yang luar biasa, yakni jatuhnya Yerikho ke dalam tangan Israel (Yosua 6:1-27), dan perpanjangan waktu siang hari ketika berperang di Gibea (Yosua 10:1-43). Sebagai pemimpin, Yosua memberi teladan, bahkan ia pun mengajak umat Israel untuk hidup taat dan setia kepada Tuhan (Yosua 24:14-15).

Kitab Yosua adalah kitab sejarah bangsa Israel yang me-ngisahkan kekudusan Allah dan kesetiaan Allah dalam meng-genapi janji-Nya terhadap umat-Nya. Kita juga diajak untuk melihat karya Allah yang besar dalam perjalanan hidup bang-sa Israel. Kitab ini menolong kita untuk meyakini bahwa Allah selalu menepati janji-Nya dan kesetiaan-Nya terhadap umat-Nya tidak perlu diragukan. [SL]

(5)

M

enggantikan pemimpin besar seperti Musa tentu saja ti-dak mudah bagi Yosua. Setiti-dak-titi-daknya, ada dua hal yang menjadi tanggung jawab utama Yosua: Pertama, ia harus me-mimpin bangsa Israel yang disebut TUHAN sebagai bangsa yang tegar tengkuk (Keluaran 32:9). Pengalaman membuat Musa juga mengakui bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk (Ulangan 31:27). Kondisi bangsa Israel yang tegar tengkuk inilah yang menjadi tantangan bagi kepemimpinan Yo-sua. Kedua, ia harus memimpin mereka untuk memenangkan pertempuran demi pertempuran agar dapat menduduki tanah Kanaan. Tentu saja tugas ini menuntut kerja yang ekstra keras karena bangsa-bangsa yang tinggal di tanah Kanaan adalah bangsa-bangsa yang sudah terlatih dalam berperang dan pasu-kan mereka kuat. Oleh karena itu, bangsa Israel harus meng-hadapi tantangan yang sangat besar untuk bisa memasuki dan menduduki tanah Kanaan. Itulah sebabnya, Allah sampai tiga kali memerintahkan Yosua agar menguatkan dan meneguh-kan hatinya (Yosua 1:6, 7, 9). Pengulangan sampai tiga kali ini menunjukkan bahwa Allah sangat bersungguh-sungguh dalam menguatkan dan meneguhkan hati Yosua untuk memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan.

Allah menguatkan dan meneguhkan Yosua di awal kepe-mimpinannya, sebab Allah tahu bahwa Yosua akan banyak menghadapi tantangan demi tantangan—baik dari luar mau-pun dari dalam—ketika memimpin bangsa Israel. Sebagaimana Allah meminta Yosua agar menguatkan dan meneguhkan hati-nya, demikian pula Allah meminta kita untuk menguatkan dan meneguhkan hati dalam menjalani kehidupan bersama dengan Dia. [SL]

Kamis, 1 Sept

Kuatkan dan Teguhkan Hatimu

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 1

“Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan

teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab

TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.”

(6)

S

ejarah adalah cermin untuk melakukan sesuatu di masa de-pan. Demikianlah yang dilakukan Yosua ketika ia melepas dua pengintai untuk mengamat-amati tanah Kanaan dan kota Yerikho (2:1). Ia teringat pada peristiwa empat puluh tahun yang lalu ke-tika dia dan sebelas pengintai lain diutus oleh Musa untuk melihat Tanah Perjanjian (Bilangan 13). Yosua & Kaleb menyatakan dengan iman bahwa Tuhan pasti bisa memimpin mereka memasuki negeri tersebut. Akan tetapi, sepuluh pengintai yang lain menganggap hal itu tidak mungkin. Sikap pesimis itu membangkitkan ketidakper-cayaan terhadap Allah dan selanjutnya mengakibatkan kekacauan besar di tengah bangsa Israel. Akibatnya, mereka dihukum menge-lilingi padang belantara selama empat puluh tahun (Bilangan 14). Yosua tidak mau mengulangi kesalahan yang sama di masa lalu, maka ia melepas dua orang pengintai secara diam-diam.

Kepulangan dua pengintai ini meyakinkan Yosua bahwa saat ini adalah waktunya penggenapan janji Allah bagi orang Israel. Me-reka melaporkan bahwa Tuhan telah menyerahkan seluruh negeri Kanaan kepada orang Israel (Yosua 2:24), padahal mereka belum sedikit pun menduduki wilayah Kanaan. Mereka melihat dengan mata iman kepada Tuhan. Demikian juga dengan Rahab ketika menyembunyikan kedua pengintai dari kejaran para tentara raja Yerikho. Ia melihat dengan mata iman bahwa kota Yerikho akan diduduki oleh orang Israel, dan bahwa Allah Israel adalah Tuhan yang hidup (2:9-13). Terkadang, ketika menghadapi situasi dan pergumulan yang berat, kita cenderung untuk hanya melihat de-ngan mata jasmani, padahal kita memiliki Allah yang besar yang melebihi pergumulan kita. Pandanglah pada Tuhan Yesus, maka cara pandang kita akan berubah. Pandanglah pada Tuhan Yesus, maka beban kita akan terasa ringan. [SL]

Jumat, 2 Sept

Melihat dengan mata iman

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 2

“Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah

semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu,

ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah.”

(7)

P

ergantian pemimpin tidak selalu berjalan mulus karena pergantian itu umumnya berdampak pada perubahan pola, sistem, dan gaya kepemimpinan. Perubahan ini antara lain disebabkan karena setiap pemimpin baru pasti memi-liki karakter yang berbeda dengan karakter pemimpin se-belumnya. Pergantian pemimpin ini akan semakin sulit jika pemimpin terdahulu merupakan pemimpin yang sangat ber-pengaruh, karena pola kepemimpinan pemimpin terdahulu akan terasa seperti terus-menerus membayang-bayangi ke-pemimpinan sang pemimpin pengganti.

Musa adalah seorang pemimpin besar yang sangat di-hormati oleh bangsa Israel. Musa memimpin bangsa Israel selama empat puluh tahun, sehingga bangsa Israel telah terbiasa dengan gaya kepemimpinannya. Oleh karena itu, ketika Musa meninggal dan kepemimpinan beralih kepada Yosua, maka Yosua sebagai seorang pemimpin baru tentu saja mengalami banyak kesulitan. Itulah sebabnya, ketika bangsa Israel hendak memasuki tanah Kanaan, Allah ber-firman kepada Yosua bahwa Ia akan membuat nama Yosua menjadi besar, sehingga orang Israel akan mengetahui bah-wa Yosua pun adalah seorang pemimpin yang disertai Allah, sama seperti Musa.

Jika saat ini Anda dipercaya Allah untuk menjadi seorang pemimpin, baik di gereja mau pun di dunia kerja, Allah akan membuat nama anda menjadi besar (Anda akan dipromosi-kan). Namun, promosi Allah itu menuntut ketaatan dari pi-hak Anda kepada kehendak-Nya. Maukah Anda tunduk dan taat kepada kehendak Allah? [SL]

Sabtu, 3 Sept

Promosi Dari Tuhan

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 3

Dan TUHAN berfiman kepada Yosua:

“Pada hari inilah Aku mulai membesarkan namamu di mata seluruh orang Israel, supaya mereka tahu, bahwa seperti dahulu Aku menyertai Musa,

demikianlah Aku akan menyertai engkau.” Yosua 3:7

(8)

U

ntuk mengenang suatu peristiwa penting, biasanya seseorang mendirikan tugu di tempat terjadinya peristiwa dengan tujuan agar di kemudian hari, orang yang melihat tugu itu mengetahui bahwa pernah terjadi suatu peristiwa di tempat tersebut. Demi-kian pula dengan yang dilakukan oleh Yosua ketika memimpin bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan: Ia mendirikan dua belas batu peringatan di Gilgal (4:5-7).

Seperti Tuhan telah memberikan mujizat membelah laut Teberau kepada Musa, demikian pula di zaman Yosua, Allah membuat mujizat membelah sungai Yordan agar bangsa Israel dapat menyeberang dengan berjalan di tengah sungai itu. Tentu saja peristiwa ini tetap terasa luar biasa karena generasi yang masuk ke tanah Kanaan adalah generasi yang berbeda dengan mereka yang keluar dari tanah Mesir. Mereka melihat bagaimana karya Allah begitu luar biasa dalam memimpin mereka mema-suki tanah Kanaan.

Agar mereka tidak melupakan peristiwa itu, Allah memerin-tahkan kepada Yosua agar perwakilan tiap suku mengambil batu dari tengah-tengah sungai Yordan untuk dijadikan tanda peri-ngatan bagi bangsa Israel pada waktu itu, agar mereka dapat menceritakan perbuatan Tuhan kepada generasi mendatang.

Perbuatan Tuhan yang besar bukan hanya dilakukan kepada orang Israel, melainkan kepada kita juga. Apakah Anda pernah membuat tanda peringatan akan perbuatan Tuhan dalam hidup Anda untuk menjelaskan kepada orang lain bahwa Tuhan kita hi-dup? Jika belum pernah, buatlah tanda peringatan akan kebaik-an Tuhkebaik-an dalam wujud plakat atau selipkebaik-an buku, sehingga ketika kita melihatnya, kita mengingat kembali akan karya-Nya yang dapat kita ceritakan kepada orang lain. [SL]

Minggu, 4 Sept

Tanda Peringatan

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 4

“Sebab TUHAN, Allahmu, telah mengeringkan di depan kamu air

sungai Yordan, sampai kamu dapat menyeberang seperti yang telah dilakukan TUHAN, Allahmu, dengan Laut Teberau, yang telah

dikeringkan-Nya di depan kita, sampai kita dapat menyeberang.”

(9)

S

alah satu tempat yang menyimpan sejarah mendalam bagi orang Israel adalah Gilgal, tempat mereka mendirikan dua belas batu peringatan yang diambil dari dasar sungai Yordan (4:5-7, 20). Di situ pula, mereka merayakan Paskah untuk per-tama kalinya setelah berkeliling empat puluh tahun di padang gurun (5:10). Di Gilgal, mereka tidak lagi memperoleh manna sebab mereka telah mulai memakan hasil negeri itu (5:12). Gilgal menjadi tempat Allah mengikat perjanjian dengan orang Israel melalui sunat (5:2-7).

Sunat merupakan tanda bahwa orang Israel adalah umat Allah dan bahwa Allah berkenan menjadi Tuhan dan Panglima mereka. Peristiwa sunat di dalam pasal 5 ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam konteks perjanjian Allah dengan Abraham – Bapa leluhur mereka (Kejadian 17:9-11). Itulah sebabnya, Yosua kemudian menyunat seluruh laki-laki bangsa Israel. Selanjutnya, sunat menjadi sebuah kewajiban bagi se-tiap anak laki-laki bangsa Israel yang menandai bahwa mereka adalah anggota umat Allah.

Apakah sunat masih berlaku sampai hari ini? Ya! Namun bukan dalam arti sunat lahiriah seperti yang dilakukan oleh umat Allah pada masa Perjanjian Lama, melainkan sunat ba-tiniah atau sunat Kristus, yaitu kita menanggalkan tubuh yang berdosa (Kolose 2:11). Jika sunat adalah tanda perjanjian Allah dengan umat-Nya, maka penting sekali bagi orang percaya pada saat ini untuk mengalami sunat dalam Kristus, yakni hi-dup menanggalkan dosa dan berjalan dalam terang kebenaran firman Tuhan. Dengan demikian, Kristus semakin nyata dalam kehidupan orang percaya dan banyak orang melihat Kristus yang hidup melalui ketaatan akan firman Tuhan. [SL]

Senin, 5 Sept

Sunat:

Tanda Perjanjian Umat Allah

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 5

“Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.”

(10)

S

aat raja kota Yerikho beserta pasukannya bersiap-siap untuk berperang dengan mengatur barisan dan membuat strate-gi, yang dilakukan oleh orang Israel justru malah mengelilingi kota Yerikho sekali sehari sambil meniupkan sangkakala selama enam hari. Pada hari ketujuh, mereka mengelilingi kota Yerikho tujuh kali, meniup sangkakala dan bersorak-sorai. Strategi pe-rang Israel sangat tidak lazim dilakukan, tapi hal itulah yang Allah perintahkan kepada Yosua.

Mengapa Allah memberikan strategi perang demikian? Bu-kankah pasukan perang Yosua cukup banyak? Dalam pasal 6, ada tiga hal yang bisa kita pelajari: Pertama, Allah ingin agar orang Israel melihat bahwa kuasa Allah melebihi kuasa segala ilah di tanah Kanaan, dan bahwa Ia menyerahkan kota Yerikho ke dalam tangan umat-Nya untuk ditumpas (6:2). Allah ada di pihak mereka, siapakah yang sanggup melawan mereka? Ke-dua, bangsa Israel tidak boleh berbangga diri karena telah ber-hasil menggempur dan menghanguskan kota Yerikho dengan segala kegagahan para pahlawannya (6:2), padahal jumlah mereka hanya empat puluh ribu orang yang mampu berperang (4:13). Mereka berhasil menang hanya karena Tuhan memberi kemenangan. Ketiga, Allah bekerja dengan cara yang tidak dapat dibatasi oleh pemikiran manusia. Sungguh-sungguh di luar kemampuan pemikiran orang Israel bahwa tembok Yerikho yang tebal dapat diruntuhkan hanya dengan mengelilinginya sebanyak tiga belas kali selama seminggu serta dengan meniup sangkakala dan bersorak-sorai. Dalam hidup ini bukan kah kita sering menghadapi persoalan besar seperti “tembok Yerikho”? Apakah Anda percaya bahwa Allah sanggup menolong kita me-nyelesaikan persoalan tersebut? [SL]

Selasa, 6 Sept

Tuhan Yang Berperang

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 6

“Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!”

(11)

B

angsa Israel berhasil menaklukkan kota Yerikho yang kuat, karena mereka percaya dan taat kepada firman Tuhan (pasal 6). Akan tetapi, mereka kalah saat melawan kota Ai yang jum-lah rakyatnya lebih sedikit dibandingkan penduduk Yerikho (pa-sal 7). Tindakan Yosua dan para tua-tua yang sujud di hadapan Tuhan menunjukkan bahwa mereka mengalami kekalahan yang sangat besar. Apa yang sebenarnya terjadi?

Pertama, ketidaktaatan terhadap perintah Tuhan. Keka-lahan mereka melawan Ai bukan karena jumlah (sebab sebe-lumnya mereka sudah mengintai) atau karena kalah strategi, melainkan karena Tuhan tidak di pihak mereka. Tuhan “mem-biarkan” mereka. Mengapa? Karena ada ketidaktaatan. Ketika mereka menyerang Yerikho, seluruh kota dan isinya dikhusus-kan bagi Tuhan. Jadi, sedikit pun tidak boleh ada yang diambil untuk pribadi orang Israel. Namun, Akhan mengambil barang yang dikhususkan bagi Tuhan. Ketidaktaatan itu berakibat fatal bagi bangsa Israel: Allah tidak lagi menyertai mereka!

Kedua, ketidaktaatan mendatangkan hukuman. Ketidak-taatan Akhan bukan hanya mendatangkan kekalahan dalam melawan penduduk Ai, tetapi juga mendatangkan hukuman atas diri Akhan dan kaum keluarganya. Akhan tidak berpikir panjang sebelum bertindak. Ia lebih mendahulukan keinginan hati ketimbang menaati perintah Tuhan. Alhasil, Akhan beserta seluruh keluarganya dihukum

Bagaimana dengan Anda? Memang, hukuman tidak lang-sung diterima saat anda tidak taat. Namun, hal itu bukan berar-ti bahwa Allah diam. Allah akan menuntut pertanggungjawaban dari Anda. Oleh karena itu, bertobatlah dan segeralah kembali kepada Tuhan! [SL]

Rabu, 7 Sept

Ketidaktaatan

Membuahkan Hukuman

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 7

“Yosua pun mengoyakkan jubahnya dan sujudlah ia dengan

mukanya sampai ke tanah di depan tabut TUHAN hingga petang, bersama dengan para tua-tua orang Israel,

sambil menaburkan debu di atas kepalanya.”

(12)

O

lah raga catur bukan hanya sekedar permainan yang me-nyenangkan, tetapi permainan yang memacu otak untuk memikirkan strategi yang tepat guna memenangkan pertan-dingan. Strategi yang tepat membuahkan keberhasilan, se-dangkan strategi yang salah mendatangkan kekalahan.

Pertempuran dengan penduduk kota Ai dalam pasal ini bu-kan pertempuran pertama yang dilakubu-kan oleh Yosua dan bang-sa Israel, melainkan pertempuran kedua. Pada pertempuran pertama, orang Israel mengalami kekalahan besar karena ada seseorang yang berbuat dosa, yakni Akhan. Dalam pertem-puran kali ini, Allah sendiri yang memerintahkan kepada Yo-sua agar menyerang kota Ai, sebab Tuhan telah menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Israel. Belajar dari kesalahan dalam pertempuran pertama, maka Yosua menyusun strategi perang yang tepat, yakni membagi pasukan menjadi dua. Satu pasukan berjalan ke arah belakang kota Ai dan bersembunyi serta menunggu perintah untuk menyerang, sedangkan pa-sukan yang lain berhadapan langsung dengan penduduk kota Ai. Strategi ini mendatangkan kemenangan besar bagi bangsa Israel, sebab bangsa Ai terpancing keluar dari kota mereka, sehingga akhrinya mereka berhasil dijepit oleh pasukan Israel dari depan dan belakang.

Untuk bisa menang dalam pertempuran, diperlukan strate-gi yang tepat. Stratestrate-gi diperlukan bukan hanya dalam pertem-puran secara fisik, tetapi juga dalam peperangan secara rohani. Dalam peperangan secara rohani melawan hawa nafsu dan go-daan si jahat, selain diperlukan strategi yang jitu, diperlukan pula penyerahan diri kepada Tuhan agar kita bisa memenang-kan peperangan. [SL]

Kamis, 8 Sept

Strategi Tepat + Bersandar Tuhan

= Keberhasilan

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 8

“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu,

dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Amsal 3:5

(13)

A

da pepatah dalam bahasa Indonesia yang berbunyi, “Malu bertanya, sesat di jalan”. Artinya, jika kita ingin mencapai sebuah tujuan, jangan ragu untuk bertanya. Sayangnya, pe-patah itu dilanggar oleh Yosua dan orang Israel. Mereka tidak bertanya kepada Tuhan ketika orang-orang Gibeon menawar-kan pembentumenawar-kan ikatan perjanjian di antara mereka (9:14).

Kecerobohan mereka merupakan bumerang bagi diri me-reka sendiri. Betapa tidak, beberapa hari setelah mengikat perjanjian dengan orang-orang Hewi (penduduk Gibeon), me-reka baru menyadari bahwa orang-orang Hewi tersebut ting-gal dekat dengan mereka, bahkan tingting-gal di tengah-tengah mereka (9:16). Padahal, Tuhan telah memerintahkan mere-ka agar tidak membuat perjanjian dengan bangsa-bangsa di tanah Kanaan dengan tujuan agar bangsa-bangsa itu tidak bisa membelokkan hati mereka dari Tuhan (Ulangan 7:1-2). Namun, nasi sudah menjadi bubur. Mereka sudah telanjur mengikat perjanjian dengan orang-orang Hewi. Oleh karena itu, akhirnya Yosua melepaskan mereka dan tidak menum-pas mereka seperti yang diperintahkan Tuhan. Bangsa Israel menjadikan penduduk Gibeon sebagai tukang belah kayu dan tukang timba air untuk umat itu dan untuk mezbah Tuhan (Yosua 9:27).

Kegagalan Yosua dan orang Israel hanya satu, yaitu me-reka “tidak bertanya kepada Tuhan”, sehingga meme-reka “sesat di jalan.” Dari kesalahan mereka, kita bisa belajar bahwa kita harus selalu meminta petunjuk Tuhan. Jangan mengandalkan pengalaman, kekuatan, dan hikmat sendiri dalam menjalani hidup, melainkan andalkanlah Tuhan, sehingga kita tidak ter-sesat di jalan. Ingat, “Tidak bertanya, ter-sesat di jalan”. [SL]

Jumat, 9 Sept

Tidak Bertanya, Sesat Di Jalan

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 9

“Perlihatkanlah kepadaku, ya TUHAN, petunjuk

ketetapan-ketetapan-Mu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir. Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu,

sebab aku menyukainya.”

(14)

P

ertempuran yang Yosua lakukan di dekat Gibeon sungguh-sungguh merupakan pertempuran yang luar biasa. Betapa tidak, mereka berperang melawan 5 raja dan pasukannya se-kaligus. Berdasarkan perhitungan manusia, tidak mungkin Yo-sua memenangkan pertempuran. Namun, pasal 10 memperli-hatkan bagaimana Yosua memenangkan pertempuran, bahkan menumpas lima raja serta merebut kota-kota mereka. Semua ini terjadi karena Tuhan di pihak Yosua.

Allah menyertai Yosua dan menyerahkan mereka ke dalam tangan Yosua. Allah mengabulkan permintaan Yosua agar ma-tahari tidak bergerak, sehingga pertempuran hari itu menjadi lebih panjang dari biasanya (10:12-14). Bukan hanya itu saja, Allah pun menurunkan hujan batu kepada para tentara yang lolos dari pertempuran. Bahkan, jumlah orang yang tewas oleh hujan batu lebih banyak daripada jumlah orang yang ditumpas oleh tentara Yosua (10:10-11)

Semua tanda mujizat terjadi karena Allah ada di pihak Yosua dan orang Israel. Oleh karena itu, kemenangan dalam peperangan bukanlah karena mereka kuat, gagah perkasa, berpengalaman, memiliki strategi yang baik dan berjumlah banyak, melainkan karena Tuhan yang berperang bagi mereka (10:42).

Benarlah yang Paulus katakan, “Jika Allah di pihak kita, si-apakah yang akan melawan kita?” (Roma 8:31). Bukan hanya Dia di pihak kita, tetapi Dia juga mau mati untuk kita orang ber-dosa serta memberi hidup yang kekal. Penyertaan-Nya sungguh sempurna bagi setiap orang percaya. Oleh sebab itu, jangan gentar dalam menghadapi setiap persoalan hidup, sebab Allah beserta dengan kita. [SL]

Sabtu, 10 Sept

Jika Tuhan di pihak kita,

siapa lawan kita?

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 10

“Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan

atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Roma 8:31b, 35

(15)

K

emenangan bangsa Israel dalam merebut tanah Kanaan tidak terlepas dari ketaatan mereka terhadap perintah Tuhan. Setiap kali mereka akan maju berperang, TUHAN me-nyampaikan firman-Nya kepada Yosua, dan Yosua tidak me -lalaikan sedikit pun segala perintah Tuhan.

Ketaatan Yosua dalam menjalankan perintah Tuhan me-rupakan buah perjalanannya mengikuti Musa selama puluhan tahun saat Musa memimpin bangsa Israel. Akan tetapi, ke-taatan tidak selalu membuat apa yang kita kerjakan berjalan mulus. Terkadang, kita tetap harus menghadapi tantangan demi tantangan, baik dari dalam maupun dari luar.

Pasal 11 menceritakan bagaimana Yosua memenangkan pertempuran melawan raja-raja orang Kanaan di sebelah timur dan di sebelah barat. Pertempuran ini sebenarnya me-rupakan pertempuran yang tidak seimbang karena raja-raja itu saling bersekutu dan jumlah mereka digambarkan seperti pasir di tepi laut, beserta sangat banyak kuda dan kereta (11:4), padahal orang Israel berjumlah sedikit. Namun, Allah menyerahkan mereka ke dalam tangan Yosua dan bangsa Israel, bahkan Allah memerintahkan agar bangsa Israel me-numpas mereka sampai habis (11:6). Hanya dengan keta-atan penuh kepada perintah Tuhan, maka Yosua dan bangsa Israel bisa memenangkan pertempuran yang tidak seimbang ini (11:7-14)

Ketaatan membutuhkan komitmen dan keteguhan hati. Ketaatan membuahkan keberhasilan, sedangkan Ketidak-taatan membuahkan hukuman. Pilihan ada di tangan kita: Mana yang akan kita pilih hari ini? [SL]

Minggu, 11 Sept

Ketaatan

Membuahkan Keberhasilan

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 11-12

“Seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, hamba-Nya itu,

demikianlah diperintahkan Musa kepada Yosua dan seperti itulah dilakukan Yosua: tidak ada sesuatu yang diabaikannya

dari segala yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.”

(16)

K

etika Kaleb bin Yefune meminta milik pusaka kepada Yosua, Alkitab mencatat bahwa usianya sudah mencapai delapan puluh lima tahun. Tentu saja, usia tersebut sudah tidak ter-golong muda, bahkan sebenarnya Kaleb sudah memasuki masa pensiun. Sekalipun demikian, usia lanjut tidak mematahkan semangat Kaleb.

Kaleb adalah pribadi yang amat bersemangat dan penuh visi. Ia adalah salah satu dari dua belas pengintai yang di utus Musa untuk mengintai tanah Kanaan sebelum Allah menghukum mereka. Ia melaporkan keadaan negeri Kanaan dan dengan be-rani berkata bahwa jika TUHAN berkenan, Allah akan membawa umat-Nya memasuki negeri itu (Bilangan 14:6-8). Di usia yang tidak lagi muda, semangat dan visinya tidak berubah. Kepada Kaleb, Yosua memberikan tanah Hebron—tempat tinggal orang Enak (orang-orang yang berperawakan besar)—dan Kaleb ber-hasil menduduki tanah tersebut.

Kaleb merupakan contoh bahwa usia bukanlah penghalang bagi seseorang untuk mewarisi janji Allah. Semangat dalam menjalani kehidupan bersama dengan Tuhan telah ada dalam diri Kaleb sejak ia masih muda. Ia tekun, sehingga walaupun harus berjuang dalam jangka waktu yang panjang, ia tetap se-tia dan bersemangat di dalam Tuhan.

Tidak ada manusia yang dapat menahan laju pertambahan usia. Namun, sebagai umat Tuhan, kita dapat melatih diri untuk tekun dan setia mengikuti dan mengasihi Tuhan sejak masa muda, sehingga sampai tua pun kita tetap setia kepada-Nya. Mulailah melatih diri untuk mengasihi Tuhan sejak sekarang. Jangan menunda sampai besok karena hari esok merupakan hasil dari kerja keras hari ini. [SL]

Senin, 12 Sept

Tetap Semangat Sekalipun ...

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 13-14

“Juga sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah

meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada

angkatan ini, keperkasaan-Mu kepada semua orang yang akan datang.”

(17)

H

ampir setiap kali kita membaca media masa, kita dapat me-nemukan terjadinya peristiwa kecelakaan. Mengapa sering terjadi kecelakaan? Karena banyak pengendara kendaraan ber-motor yang mengabaikan rambu lalu lintas. Alhasil, terjadilah kecelakaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata “mengabaikan” sebagai sikap memandang rendah atau tidak mengindahkan.

Yosua 15 dan 16 mengkisahkan perjalanan suku Yehuda dan Efraim dalam merebut milik pusaka mereka. Ada tan-tangan yang mereka hadapi, yakni orang Yebus yang tinggal di Yerusalem (milik pusaka suku Yehuda), dan orang Kanaan yang tinggal di Gezer (milik pusaka suku Efraim). Suku Yehuda tidak dapat menghalau orang Yebus sehingga mereka tinggal tetap bersama-sama dengan mereka (15:63), begitu pula de-ngan orang Kanaan tidak dihalau oleh bani Efraim dari Gezer (16:10). Mengapa mereka tidak menghalau dua bangsa terse-but? Bukankah Allah memerintahkan agar menumpas semua penduduk yang tinggal di Kanaan? Jelas bahwa bangsa Israel telah mengabaikan perintah Tuhan. Sikap mengabaikan perin-tah Tuhan membuat mereka seperti membiarkan diri mereka di kemudian hari jatuh ke dalam berbagai cobaan yang membe-lokkan iman mereka dari Tuhan kepada berhala. Mengabaikan firman Tuhan berdampak fatal dalam perjalanan iman orang Israel.

Kesalahan orang Israel yang merugikan diri sendiri itu me-rupakan pelajaran agar kita tidak mengabaikan perintah Tuhan dalam hidup kita. Ingatlah bahwa pengabaian terhadap perin-tah Tuhan akan berdampak fatal dalam perjalanan rohani kita bersama dengan Tuhan. [SL]

Selasa, 13 Sept

Mengabaikan Perintah Tuhan

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 15-16

“Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi.”

(18)

S

etelah orang Israel menduduki sebagian daerah Kanaan, mereka mulai membangun kehidupan di sana. Mereka membagi kota-kota itu untuk suku-suku yang ada (pasal 17). Mereka membangun kembali kota-kota yang tadinya mereka hancurkan. Infrastruktur dibuat untuk perkembang-an mereka di masa depperkembang-an. Namun, kenyamperkembang-anperkembang-an membuat mereka terlena. Mereka merasa cukup dengan segala kota dan fasilitas yang mereka miliki. Mereka tidak lagi mau berperang untuk menduduki seluruh Tanah Kanaan, pada-hal masih ada tujuh suku yang belum mendapatkan milik pusaka (18:2).

Kenyamanan yang mereka bangun “menidurkan” visi Allah yang telah mereka terima. Allah memerintahkan me-reka untuk menduduki negeri itu dan membagi negeri itu untuk semua suku Israel. Oleh sebab itu, Yosua menegur mereka dengan keras agar mereka bangun dari keterlenaan dalam kondisi yang nyaman dan kembali kepada visi Allah sebelumnya, yakni menduduki seluruh Tanah Kanaan dan membaginya kepada suku-suku Israel (18:3). Teguran yang keras membuahkan hasil, yakni mereka pergi menjelajahi Tanah Kanaan untuk melihat dan mencatat keadaannya.

Bagaimana dengan kita? Bukankah seringkali kenya-manan membuat kita terlena dan selanjutnya menidurkan visi Allah dalam hidup kita? Jika kita terlena dalam kenya-manan yang sedang kita nikmati, sekaranglah waktunya un-tuk bangun dari keterlelapan dalam zona nyaman dan kem-bali kepada visi serta panggilan Allah yang semula dalam hidup kita, sehingga Allah dipermuliakan melalui kehidupan kita. [SL]

Rabu, 14 Sept

Kenyamanan “Menidurkan” Visi

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 17-18

Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: “Berapa lama lagi kamu bermalas-malas,

sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu?

(19)

K

etika orang Israel mulai memiliki tanah pusaka mereka, maka ada hal yang menarik, yakni Allah memerintahkan agar mereka menentukan kota-kota perlindungan. Mengapa diperlukan adanya kota perlindungan ini? Apakah untuk melin-dungi orang bersalah? Tentu saja tidak!

Fungsi kota perlindungan telah diatur oleh Tuhan, yakni agar seseorang yang secara tidak sengaja membunuh sesa-manya dengan tidak ada niatan lebih dahulu dapat melarikan diri ke sana (20:3)—bukan untuk dibebaskan, melainkan untuk menanti waktu diadili dalam rapat jemaah (20:6)—sehingga pi-hak penuntut tebusan darah tidak dapat menuntut “gigi ganti gigi, nyawa ganti nyawa” terhadap orang tersebut. Selain itu, orang yang mencari kota perlindungan haruslah benar-benar melakukan perbuatannya dengan tidak sengaja. Jika orang yang melarikan diri ke kota perlindungan ternyata membunuh dengan sengaja, ia akan diserahkan kepada pihak penuntut te-busan darah untuk mendapatkan tuntutan yang setimpal.

Allah sangat menghargai kehidupan manusia, sehingga Ia memerintahkan Yosua agar orang yang tidak bersalah atau yang membunuh secara tidak sengaja mendapat perlindung-an dperlindung-an pengadilperlindung-an yperlindung-ang seadil-adilnya (20:2-6). Seperti Allah menghormati hidup, maka sebagai umat Allah, sudah sepatut-nya kita pun berlaku sama. Hidup adalah karunia Tuhan. Ti-dak ada seorang pun yang berhak menghabisi hidup orang lain atau hidup diri sendiri. Oleh karena itu, marilah kita menjalani hidup yang dikaruniakan Tuhan dengan sebijak mungkin dan mensyukuri setiap detik dalam hidup kita, baik dalam keadaan senang maupun susah. [SL]

Kamis, 15 Sept

Kota Perlindungan

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 19-20

“Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan

memegahkan Engkau. Demikianlah aku mau memuji Engkau

seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu.”

(20)

P

ada umumnya manusia mudah lupa. Itulah sebabnya, de-wasa ini cukup banyak perangkat yang dapat membantu ma-nusia agar tidak lupa. Tidak seperti mama-nusia, Allah tidak pernah lupa akan janjinya. Sekalipun suku Lewi tidak mendapat mi-lik pusaka, bukan berarti mereka tidak memimi-liki tempat untuk tinggal dan hidup di antara saudara-saudara sebangsanya.

Allah telah memerintahkan melalui perantaraan Musa bah-wa suku Lewi dikhususkan untuk melayani Tuhan. Oleh karena itu, milik pusaka mereka adalah Tuhan. Mereka tidak mendapat-kan bagian dari tanah Kanaan, namun Tuhan tetap mengingat mereka dan tidak melupakan mereka. Ia memerintahkan orang Israel di dataran Moab di tepi sungai Yordan di dekat Yerikho, agar setiap suku non-Lewi memberikan kota-kota dari milik pu-saka mereka kepada orang lewi untuk mereka diami beserta tanah-tanah penggembalaannya (Bilangan 35:1-8). Yosua 21 menjadi penggenapan janji bagi suku Lewi itu. Memang, mere-ka tidak memiliki milik pusamere-ka. Amere-kan tetapi, meremere-ka tidak dilu-pakan oleh Tuhan. Allah yang memanggil dan mengkhususkan suku Lewi untuk menjadi pelayan-Nya adalah Allah yang adil. Oleh karena itu Ia mencukupkan keperluan mereka melalui se-belas suku yang lain.

Demikian juga dengan para rohaniwan yang dipanggil Tuhan secara khusus untuk melayani Dia sepenuh waktu. Mere-ka mungkin tidak memiliki warisan tanah, namun mereMere-ka tidak dilupakan Tuhan. Allah memelihara mereka melalui umat-Nya. Marilah kita mengingat para rohaniwan yang melayani di antara kita. Dukunglah mereka dalam doa dan perhatikan kebutuhan hidup mereka, sebab dengan demikian, kita menjadi perpan-jangan tangan Tuhan bagi mereka. [SL]

Jumat, 16 Sept

Tidak Dilupakan

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 21

“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu

menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.”

(21)

S

etelah penaklukan Tanah Kanaan selesai dan mendapat izin dari Yosua, para pria dewasa dari dua setengah suku yang telah membantu suku-suku Israel yang lain menaklukkan dae-rah di Sebelah Barat Sungai Yordan itu lalu kembali menye-berang untuk berkumpul dengan keluarga mereka di daerah warisan mereka di Sebelah Timur Sungai Yordan. Agar bisa menjaga kesetiaan, mereka mendirikan mezbah yang besar sebagai tanda peringatan agar mereka tetap setia kepada Tuhan (22:10). Akan tetapi, sembilan setengah suku di Se-belah Barat Sungai Yordan mengira bahwa dua setengah suku itu telah berbalik dari pada TUHAN, sehingga hampir terjadi peperangan. Syukurlah bahwa sembilan setengah suku itu tidak langsung memerangi suku-suku di Sebelah Timur Su-ngai Yordan, namun mereka mengirim utusan untuk meminta penjelasan tentang maksud dan tujuan pendirian Mezbah itu. Setelah mendengar penjelasan bahwa mezbah itu didirikan untuk menjadi saksi antara dua setengah suku dan sembilan setengah suku Israel dan keturunan mereka bahwa mereka akan setia beribadah kepada TUHAN, Allah Israel (ayat 22-29), mereka memandang hal tersebut baik adanya dan perang bisa dihindarkan.

Cepat menghakimi sangat sering terjadi di tengah-tengah kehidupan umat Allah. Jika tidak bijaksana, perilaku cepat menghakimi itu akan memakan korban. Pengalaman orang Israel ini mengajarkan bahwa orang percaya perlu saling men-jalin komunikasi dan tidak terburu-buru menghakimi. Terlalu cepat menghakimi tidak mendatangkan keuntungan sedikit pun, bahkan bisa mendatangkan kerugian berupa rusaknya relasi yang sebelumnya telah terjalin dengan baik. [SL]

Sabtu, 17 Sept

Jangan Cepat Menghakimi

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 22

“tetapi supaya mezbah itu menjadi saksi antara kami dan kamu,

dan antara keturunan kita kemudian, bahwa kami tetap beribadah kepada TUHAN di hadapan-Nya dengan korban bakaran,

korban sembelihan dan korban keselamatan kami.”

(22)

D

unia ini dan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya— termasuk kekuasaan—bersifat fana. Tidak ada satu orang pun yang dapat bertahan selama-lamanya memerintah. Suatu saat, setiap pemimpin harus turun dari jabatannya, baik karena adanya batas masa jabatan, faktor usia, atau karena dipanggil Tuhan. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa ketika saatnya tiba, kekuasaan harus dilepaskan.

Di akhir masa kepemimpinannya, usia Yosua sudah sangat lanjut. Sebelum mengakhiri jabatannya, ia berpe-san kepada orang Israel agar mereka bertekun mengasihi Tuhan, Allah nenek moyang mereka (23:11). Sama seperti Musa, Yosua mengajak orang Israel melihat kembali per-buatan Tuhan yang besar di tengah-tengah mereka dan mengajak mereka berpegang teguh pada perjanjian yang telah diperintahkan Tuhan, yakni beribadah dengan setia kepada-Nya. Yosua juga memberi peringatan, bahwa jika mereka berbalik dari Tuhan, maka Tuhan akan menghukum mereka (23:16). Pidato pada saat-saat terakhir ini penting bagi orang Israel, sebab Yosua tidak akan melanjutkan pe-layanan bersama dengan mereka di tanah Kanaan. Ia tidak dapat lagi mengawasi dan menegur mereka ketika mereka berjalan serong.

Bila tiba waktunya, apa yang akan kita sampaikan ke-pada generasi berikutnya? Mengejar dunia dan kesenang-annya? Atau mendorong agar generasi berikutnya bertekun mengasihi Tuhan melalui seluruh hidup mereka? Bila satu generasi tekun mengasihi Tuhan, generasi berikutnya akan belajar dan mengikuti teladan mereka. [SL]

Minggu, 18 Sept

Bila Sudah Tiba Waktunya

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 23

“Tetapi kamu harus berpaut pada TUHAN, Allahmu, seperti yang

kamu lakukan sampai sekarang. Satu orang saja dari pada kamu dapat mengejar seribu orang, sebab TUHAN Allahmu, Dialah yang

berperang bagi kamu, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu.”

(23)

D

i akhir masa kepemimpinannya, Yosua mengajak bang-sa Israel untuk melakukan recommitment (komitmen ulang). Ia menantang bangsanya untuk memilih antara ber-ibadah kepada TUHAN atau berber-ibadah kepada allah orang Mesir atau orang Amori. Komitmen ulang merupakan mo-men yang sangat penting bagi bangsa Israel karena mereka telah memasuki tanah Kanaan (yang berlimpah susu dan madu) dan telah menerima bagian mereka. Keamanan, ke-tentraman, dan kemakmuran yang telah mereka dapatkan bisa membuai mereka dan membuat hati mereka berbalik dari TUHAN.

Yosua bukan hanya menghadapkan bangsanya kepada pilihan, tetapi dia memberikan teladan kepada mereka bah-wa ia dan seisi rumahnya telah mengulang komitmen untuk beribadah kepada TUHAN saja (24:15b). Andaikata orang Israel memilih untuk menyembah allah orang Mesir dan allah orang Amori pun, Yosua tidak bergeser sedikit pun dari kepercayaannya kepada TUHAN, sebab ia telah mengalami TUHAN yang hidup yang memimpin, menuntun, dan bekerja di dalam diri serta bangsanya.

Komitmen ulang diperlukan untuk kembali meneguhkan iman kepada TUHAN. Komitmen ulang seperti sebuah rest area untuk beristirahat sejenak dari penatnya jalan kehi-dupan dan kembali mendapatkan kekuatan untuk melanjut-kan perjalanan. Ambil waktu sejenak saat ini untuk melaku-kan komitmen ulang diri Anda kepada TUHAN, maka TUHAN akan mengaruniakan kekuatan kepada Anda dalam men-jalani hidup yang penuh tantangan. [SL]

Senin, 19 Sept

Rekomitmen

Bacaan Alkitab hari ini: Yosua 24

“Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah

kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai

Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN.”

(24)

S

ecara umum, Kitab Hakim-hakim menggambarkan kehidupan bangsa Israel yang terus mengalami kemerosotan moral dan rohani. Pada akhir hidup Yosua, yaitu dimulainya zaman hakim-hakim, bangsa Israel berkomitmen untuk beribadah kepada Tuhan dan menaati firman Tuhan (Yosua 24:24). Di akhir zaman hakim-hakim, dicatat bahwa bangsa Israel berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri yang sudah sangat terce-mar oleh penyembahan berhala dan kehidupan amoral (Hakim-hakim 17:6; 21:25).

Sejarah kemerosotan moral dan rohani bangsa Israel mengajarkan banyak hal yang penting bagi kehidupan kita, baik dari sisi moral dan kerohanian, maupun dari sisi kepemim-pinan Kristen. Dari antara berbagai hal yang bisa kita pelajari dari sejarah bangsa Israel, ada beberapa hal yang perlu untuk digarisbawahi:

Pertama, keberhasilan kepemimpinan Kristen bukan seka-dar terletak pada kemampuan atau kualitas sang pemimpin, tetapi juga pada keterlibatan, penyertaan, dan anugerah Tuhan. Pemimpin yang baik mengenal siapa dirinya di hadap-an Tuhhadap-an, mau berbalik dari kesalahhadap-an, menjalhadap-ani perhadap-an de-ngan menjadi berkat, serta berfokus pada masa depan.

Kedua, peringatan untuk berhati-hati terhadap ambisi, perkataan, kepentingan sendiri (egoisme), dan pengambilan keputusan. Ketidakwaspadaan terhadap hal-hal itu sering menghancurkan diri sendiri maupun lingkungan.

Ketiga, ajakan untuk menerapkan kehidupan moral yang benar dalam hidup bersama dengan menjadi penolong, dan menerapkan kasih persaudaraan.

Kitab Hakim-hakim mendorong pembaca untuk selalu melibatkan Tuhan dan menaati firman Tuhan dalam setiap keputusan, dan bukan berbuat menurut pandangan diri sen-diri. Siapa yang melibatkan Tuhan dan bertindak sesuai firman Tuhan akan disertai Tuhan dan dianugerahi keberhasilan. Se-baliknya, siapa yang meninggalkan Tuhan dan tidak menaati firman Tuhan akan gagal. [CA]

(25)

B

acaan Alkitab hari ini menghubungkan kitab Hakim-hakim dengan kitab Yosua (bandingkan 2:6 dengan Yosua 24:28), sekaligus merangkum terjadinya degradasi (kemerosotan) kero-hanian bangsa Israel sesudah Yosua meninggal.

Gilgal adalah tempat yang Tuhan pilih untuk mengawali peng-genapan perjanjian-Nya dengan bangsa Israel mengenai Tanah Kanaan. Setelah menyeberangi sungai Yordan, Gilgal menjadi lo-kasi markas pasukan Israel. Di Gilgal, ikatan perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel diperingati melalui Sunat dan Paskah. Dari Gilgal, bangsa Israel memulai penaklukan Kanaan di bawah pimpinan Yosua yang ditandai oleh kehadiran Panglima Balatenta-ra Tuhan (Yosua 5:14). Melalui penaklukan Kanaan, noda perbu-dakan Mesir dihapus dari Israel (Yosua 5:9).

Sebaliknya, Bokhim adalah tempat Tuhan memberitakan hukuman atas ketidaktaatan Israel yang mengabaikan firman Tuhan. Bangsa Kanaan yang seharusnya dimusnahkan—tetapi dibiarkan hidup—sekarang menjadi jerat bagi Israel (Hakim-ha-kim 2:1-3). Malaikat Tuhan meninggalkan Gilgal menuju Bokhim sebagai simbol bahwa Tuhan meninggalkan perjanjian-Nya dan menetapkan penghukuman-Nya atas ketidaktaatan Israel.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda berperang dalam peperangan yang harus Anda jalani bersama Panglima Balaten-tara Tuhan atau berperang sendiri? Setia kepada Tuhan dan

taat kepada firman Tuhan adalah kunci agar Tuhan selalu berperang bersama Anda. Apakah Tuhan bersama Anda se-perti bersama Israel di Gilgal atau Tuhan sudah pergi ke Bokhim meninggalkan kita untuk berperang sendirian? Sesungguh

-nya, barangsiapa berperang bersama Tuhan pasti akan menang! [CA]

Selasa, 20 Sept

Dari Gilgal ke Bokhim

Bacaan Alkitab hari ini: Hakim-hakim 1:1-2:5

“Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan

mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan

menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia.”

(26)

T

anpa pemimpin rohani seperti Yosua dan tua-tua yang me-ngenal Tuhan, bangsa Israel mengalami kemerosotan ke-rohanian, bahkan menjadi serupa dengan bangsa yang tidak mengenal Tuhan. Mereka meninggalkan Tuhan serta menyem-bah allah-allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka sehingga menimbulkan sakit hati Tuhan (2:10-13). Murka Tuhan bangkit dan Tuhan menghukum Israel dengan menyerahkan mereka ke-pada musuh dan Israel tidak sanggup melawan. Belas kasihan membuat Tuhan membangkitkan hakim untuk membebaskan bangsa Israel dari penindasan. Selama hakim itu hidup, bangsa Israel mencari Tuhan dan hidup aman (2:18; 3:11, 30-31).

Pe-ran hakim sebagai pemimpin rohani sangat menentukan kualitas kehidupan kerohanian bangsa Israel. Hakim demi hakim diutus Tuhan untuk memelihara umat-Nya sampai raja hadir (17:6; 18:1; 19:1, 21:25).

Dalam PB, Tuhan juga menunjukkan belas kasihan-Nya bagi kita yang berdosa, yang menimbulkan sakit hati Tuhan dan membangkitkan murka Tuhan. Tuhan menunjukkan belas kasihan-Nya kepada kita ketika kita masih berdosa (Roma 5:8) dengan mengutus Sang Hakim dan Pembuat hukum (Yakobus 4:12) untuk menjadi Juru selamat bagi kita.

Dalam penantian kedatangan Raja segala raja, Tu

-han mengutus para hamba-Nya ke dunia sebagai wujud belas kasihan Tuhan supaya kualitas rohani umat-Nya bertumbuh dan umat-Nya setia menyembah Tuhan. Tu-han menempatkan mereka dalam banyak bidang di banyak tempat. Kitalah hamba-hamba-Nya! Apakah Anda sudah ber-peran di tempat yang tepat? [CA]

Rabu, 21 Sept

Hakim, bukti belas kasihan Tuhan

Bacaan Alkitab hari ini: Hakim-hakim 2:6-3:31

“Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan

dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada

hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.”

(27)

D

i dunia Patriarkat (sistem sosial yang mementingkan garis keturunan ayah), wanita adalah orang yang terpinggirkan. Terkadang Tuhan melakukan intervensi dengan mengutus dan memakai wanita untuk menunjukkan kedaulatan-Nya atas ke-hidupan umat-Nya. Dalam kedaulatan-Nya, Allah memilih De-bora menjadi nabiah dan hakim atas Israel. Bagi masyarakat patriarkat, intervensi Allah itu terasa berlebihan. Apakah tidak ada orang lain selain Debora? Pasti ada! Akan tetapi, dalam kedaulatan-Nya, Tuhan dapat memanggil dan memakai siapa saja (1 Korintus 1:26-29). Dalam waktu dan kehendak-Nya, Tuhan justru memanggil Debora (seorang wanita) seba

-gai nabiah dan hakim atas Israel. Hal ini menegaskan bahwa Tuhan bisa memakai siapa saja.

Dalam kehidupan kita, seringkali orang percaya hidup seba-gai minoritas yang terpinggirkan. Kita berpikir, apa yang dapat kita lakukan sebagai kelompok minoritas dan terpinggirkan? Peran seperti apa yang dapat kita lakukan? Bila Tuhan dapat memberikan peran nabi dan hakim atas Israel kepada Debora, maka Tuhan juga dapat memanggil orang percaya untuk peran apa pun. Panggilan Allah itu berkaitan dengan kebutuhan umat dan bangsa pada saat itu.

Dalam rencana dan kedaulatan-Nya, Tuhan menginter-vensi dan memanggil orang percaya menjadi ‘alat-Nya’ untuk melaksanakan tujuan-Nya. Tuhan dapat memakai kita di mana pun dan kapan pun, baik di rumah, di gereja, dalam masyara-kat, maupun dalam bernegara. Maukah Anda dipakai dan diu-tus Tuhan di tengah keluarga Anda, gereja Anda, masyarakat Anda, serta negara Anda?Tuhan bisa memakai Debora, dan Tuhan bisa memakai siapa saja, termasuk diri Anda![CA]

Kamis, 22 Sept

Siapa saja

Bacaan Alkitab hari ini: Hakim-hakim 4-5

“Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan

orang-orang yang berhikmat, ... dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak

berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti.”

(28)

M

empertanyakan keinginan Tuhan justru sering membuat kita ragu dalam bertindak. Kalimat “Tuhan, jika Engkau mau...” mungkin terlihat rohani, tetapi pertanyaan itu justru sering timbul dari ketidakpercayaan dan keengganan kita. Kita harus yakin (tan-pa perlu bertanya lagi) bahwa Tuhan menginginkan kita mengin-jili, Tuhan menginginkan kita melayani, Tuhan menginginkan kita bertumbuh, Tuhan menginginkan kita meninggalkan dosa, dan banyak lagi. Bila kita memiliki teman yang belum percaya, kita tidak perlu bertanya, “Apakah Tuhan mau saya menginjili dia?” Jelas bahwa Tuhan mau! Lebih baik bila kita bertanya, “Bagaima-na caranya?” atau “Sekarangkah waktu yang tepat”

Ketika Gideon dipilih dan dipanggil Tuhan sebagai hakim atas Israel, Gideon didatangi langsung oleh Tuhan dan diperintahkan untuk membebaskan Israel dari tangan Midian (6:11-14). Terjadi dialog yang panjang sampai akhirnya Tuhan menyatakan diri-Nya dengan membakar korban bakaran (6:21-22). Tetapi, ketika ten-tara Midian datang, Gideon justru bertanya kepada Tuhan, “Jika Engkau mau menyelamatkan Israel melalui aku, maka ...” (6:36-40). Benarkah Gideon tidak tahu bahwa dirinya dipanggil sebagai hakim atas Israel?

Mencari tahu serta melaksanakan kehendak (kemauan) Tuhan merupakan bagian yang penting dalam hidup kita sebagai hamba Tuhan, tetapi bukan dengan cara mempertanyakan apa yang Tuhan sudah perintahkan untuk kita laksanakan. Tuhan

memerintahkan kita untuk memberitakan Injil, untuk mempertanggung-jawabkan karunia melalui pelayanan, untuk hidup kudus dengan meninggalkan dosa, dan juga untuk berbuah bagi kemuliaan Tuhan. Apakah kita masih bertanya, “Jika Tuhan mau...?”[CA]

Jumat, 23 Sept

Tuhan, jika Engkau mau ?

Bacaan Alkitab hari ini: Hakim-hakim 6

Kata Yesus kepada mereka:

“Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”

(29)

P

ada zaman hakim-hakim, selain bergantung pada strategi, pepe-rangan bergantung pada jumlah anggota pasukan yang terlibat. Semakin besar pasukan, semakin besar peluang untuk memenang-kan peperangan. Saat dikumpulmemenang-kan, pasumemenang-kan dari suku Manasye, Asyer, Zebulon dan Naftali berjumlah 32.000 orang. Jumlah ini tidak seimbang bila dibandingkan pasukan Midian dan Amalek yang jum-lahnya 135.000 orang (8:10). Di luar dugaan, Tuhan justru memu-langkan 22.000 orang yang takut dan gentar menghadapi pasukan musuh. Sisa 10.000 orang masih terlalu banyak bagi Tuhan (7:4), sehingga Tuhan menyaring lagi dan akhirnya tersisa 300 orang. Dengan 300 orang, Israel berperang melawan pasukan Midian dan Amalek yang anggotanya berjumlah 135.000 orang. Sungguh ti-dak masuk akal! Walaupun menurut logika dan perhitungan manusia, rencana penyerangan itu tidak masuk akal, tidak demikian bagi Tuhan! Ternyata, dengan memakai 300 orang, Tuhan mampu mengalahkan pasukan Midian dan Amalek.

Dalam hidup kita, sering kita menghadapi masalah yang nam-paknya tak mungkin bisa diatasi berdasarkan logika dan perhitung-an kita, tetapi ternyata masalah itu akhirnya berhasil kita atasi. Orang yang nampaknya mustahil bertobat, akhirnya menerima Kristus. Pelayanan yang nampaknya sulit dan mahal, ternyata ter-laksana. Mengapa? Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil! Bagi Tuhan, 300 orang cukup untuk mengalahkan 135.000 orang anggota pasukan musuh. Bagaimana Anda memandang hidup, pelayanan, atau pekerjaan Anda saat ini? Percayakah Anda bah-wa Tuhan mampu melakukan hal-hal yang melampaui logika dan perhitungan Anda? PERCAYALAH kepada Tuhan, karena DIA berkuasa. Libatkanlah Tuhan dalam hidup, pelayanan, dan pekerjaan Anda![CA]

Sabtu, 24 Sept

300 vs 135.000

Bacaan Alkitab hari ini: Hakim-hakim 7-8

“Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN

dan percayalah kepada-Nya,

dan Ia akan bertindak.”

(30)

A

mbisi yang didasari kepentingan diri sendiri sangat berba-haya. Seringkali orang yang ambisius menemukan alasan untuk membenarkan diri. Bukankah lebih baik satu pemimpin dibanding 70 pemimpin di suatu wilayah? (9:2). Bukankah ada pepatah yang menyatakan, “Tidak boleh ada dua harimau di satu gunung”? Pendapat di atas kontras dengan kondisi gereja mula-mula yang mempunyai kepemimpinan kolektif dalam ke-pemimpinan rohani maupun administrasi, yaitu keke-pemimpinan yang mencakup rasul, penatua, dan diaken.

Ambisi Abimelekh membuatnya tega membunuh 70 sauda-ranya. Dengan mengerahkan segala daya, yaitu dukungan saudara-saudara ibunya serta 70 uang perak dari kuil untuk membayar petualang-petualang dan orang-orang nekat, Abi-melekh melaksanakan ambisinya (9:3-5). Mengapa Abimelekh punya ambisi seperti itu? Yotam, putera bungsu Gideon me-maparkan dalam sebuah ilustrasi (9:8-15): Hanya orang yang mempunyai kualitas seperti semak belukar yang punya ambisi seperti itu.

Kurangnya harga diri sering membuat seseorang berusaha menonjolkan diri atau berusaha mengangkat derajat diri. Aki-batnya, dia tega menghancurkan siapa saja yang dia anggap sebagai ancaman bagi dirinya, bahkan dia bisa rela menjual intergritas dirinya dengan menghalalkan segala cara agar tu-juannya tercapai. Dalam pelayanan gereja, ambisi yang berpusat pada diri akan membuat para pekerja Tuhan menghancurkan banyak orang dan pelayanan itu sendi

-ri. Apakah semangat kerja dan pelayanan kita berpusat pada ambisi untuk mencapai kepentingan diri sendiri?Bila kualitas Anda seperti semak belukar, segeralah bertobat![CA]

Minggu, 25 Sept

Ambisi

Bacaan Alkitab hari ini: Hakim-hakim 9:1-10:5

“Sebab semua yang ada di dalam dunia,

yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup,

bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.”

(31)

M

enjadi orang terpinggirkan sangat tidak menyenangkan, terlebih jika terjadi di tengah-tengah keluarga, pekerjaan atau pelayanan. Demikianlah yang terjadi pada Yefta. Yefta bu-kan hanya terpinggirbu-kan, tetapi terbuang dari lingkungan kelu-arganya di daerah Gilead (daerah pegunungan di sebelah Timur Sungai Yordan). Oleh karena itu, Yefta harus tinggal di tanah Tob sebagai perampok bersama petualang-petualang lainnya (11:3). Akan tetapi, Tuhan berkehendak lain. Tuhan memang-gil Yefta untuk kembali ke Gilead dan melakukan tugas khusus, yaitu memimpin penduduk Gilead berperang melawan Amon. Jelas bahwa dalam kedaulatan-Nya, Tuhan bisa memakai siapa saja, termasuk orang yang terbuang. Demikianlah Yefta dari seorang yang terbuang dijadikan Tuhan sebagai kepala dan panglima Gilead, bahkan akhirnya menjadi hakim atas Gilead.

Walaupun Yefta pernah terpinggirkan dan terbuang, tetapi Yefta tidak melupakan Tuhan. Respons pertama ketika diminta oleh Gilead, Yefta membawa hal ini kepada Tuhan (11:11). Hal itu juga dapat diketahui ketika Yefta mengirim utusan kepada raja Amon, Yefta bersaksi tentang Tuhan dan karya-Nya atas Israel (11:15-27).

Seringkali Tuhan memakai orang-orang yang terpinggir-kan—bahkan orang yang terbuang—untuk melaksanakan tugas khusus, untuk menunjukkan bahwa Tuhan itu berdaulat atau berwenang untuk melaksanakan apa pun yang dia kehendaki. Orang yang menyadari bahwa dirinya sangat terbatas, kecil, bahkan terbuang, tetapi dipanggil Tuhan untuk melayani-Nya, akan terdorong untuk menjadi saksi yang memberitakan bahwa Tuhan itu berdaulat. Apakah Anda merasa sulit bersaksi bagi Tuhan? [CA]

Senin, 26 Sept

Dipanggil dari yang Terbuang

Bacaan Alkitab hari ini: Hakim-hakim 10:6- 11:28

“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani,

bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah

memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib”

(32)

S

embarang berkata-kata sangat buruk akibatnya. Sebuah ke-luarga bisa hancur, sebuah persahabatan bisa retak, sebuah kerjasama bisa batal, bahkan sebuah pelayanan bisa terbeng-kalai akibat perkataan yang salah. Sebuah perkataan yang tidak dipikirkan dengan matang dapat menghancurkan kehidupan orang lain dan merugikan diri sendiri.

Demikianlah yang terjadi dengan Yefta. Perkataannya (na-zarnya) yang sembarangan menghancurkan kehidupan anak perempuan satu-satunya dan menghancurkan hatinya sendiri (11:35-40). Kita yakin bahwa Yefta tidak pernah mengira bah-wa nazarnya akan menimpa anak perempuannya. Itulah sebab-nya hatisebab-nya hancur.

Seringkali kita tidak pernah menduga akibat dari apa yang kita katakan. Kita tidak pernah menduga bahwa sebuah ke-luarga bisa hancur karena perkataan kita. Kita tidak pernah merencanakan agar sebuah persahabatan rusak, atau suatu kerjasama dalam pekerjaan gagal, atau suatu pelayanan men-jadi terbengkalai. Walaupun kita tidak pernah merencanakan hal-hal itu, semua itu mungkin saja terjadi akibat perkataan kita yang salah atau sembarangan.

Sebagai orang percaya, kita harus menjaga perkata

-an kita deng-an menghindari perkata-an y-ang buruk d-an memakai perkataan yang baik (Efesus 4:29). Perkataan yang baik akan membangun relasi di antara keluarga, te

-man, rekan bisnis, maupun rekan pelayanan. Sebaliknya, perkataan yang buruk akan menghancurkan. Perkataan seperti apa yang sering kita gunakan: Perkataan yang buruk dan sem-barangan atau perkataan yang baik dan membangun? [CA]

Selasa, 27 Sept

Jaga Perkataan

Bacaan Alkitab hari ini: Hakim-hakim 11:29-12:15

“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu,

tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu,

supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”

(33)

T

idak ada seorang pun yang dilahirkan di dunia tanpa tujuan, tetapi banyak orang tidak mengetahui, mene

-mukan dan/atau menjalani tujuan itu. Itulah sebabnya, banyak orang hidup tanpa tujuan dan banyak juga orang yang hidup dengan tujuan yang berbeda dengan maksud dan tujuan Tuhan. Apapun peran yang direncanakan Tuhan bagi kita, pasti rencana itu adalah rencana yang terbaik bagi diri kita sendiri, bagi sesama, dan bagi kerajaan-Nya (gereja). Apa pun peran itu, peran tersebut harus dipakai bagi kemuliaan-Nya.

Memang tidak banyak orang seperti Simson yang sejak la-hir sudah mengetahui peran yang harus dilakukan dalam kehi-dupannya. Sekalipun demikian, setiap orang yang dipilih Tuhan diharapkan dapat mengetahui peran yang harus dilakukannya. Seperti Simson dipilih sebagai nazir Allah agar dia menolong dan berguna bagi bangsanya (13:5), demikianlah kita se

-bagai orang Kristen dipilih untuk menjadi berguna bagi kerajaan-Nya (gereja) dan bagi sesama. Sebagai orang percaya, kita dipilih untuk menjadi berkat.

Arti nama Simson adalah “bagaikan matahari”. Arti nama ini mirip dengan orang percaya yang disebut sebagai “anak-anak terang”. Seperti Simson dipilih menjadi nazir Allah agar melalui hidupnya nama Tuhan bercahaya, demikian juga kita dipilih menjadi saksi Allah agar terang Tuhan bercahaya melalui diri kita (Matius 5:16). Sadarkah Anda bahwa Anda dipanggil menjadi berkat bagi sesama dan me-mancarkan terang Tuhan bagi sekeliling Anda? Apa yang dapat kita lakukan agar kita menjadi berkat bagi sesama dan gereja?

Mari kita memuliakan Tuhan dengan menjadi berkat bagi sesa-ma dan bagi gereja-Nya. [CA]

Rabu, 28 Sept

Dipilih menjadi Berkat

Bacaan Alkitab hari ini: Hakim-hakim 13

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,

supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik

dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”

(34)

K

ita diciptakan sebagai makhluk sosial, sehingga kita tidak di-tempatkan sendirian. Ada banyak orang yang Tuhan di-tempatkan di sekitar kita, mulai dari keluarga, saudara, teman, rekan kerja, rekan pelayanan, dan masyarakat. Dari sekian banyak orang yang berada di sekitar kita, ada yang berperan sebagai ‘mu

-suh’ yang dapat menghancurkan dan merusak hidup kita, ada pula yang berperan sebagai ‘sekutu’ yang menopang dan membangun kehidupan kita.

Simson mengalami banyak tantangan dan masalah melalui ‘musuh’ yang ada disekitarnya. Musuh bagi Simson bukan hanya bangsa Filistin, tetapi juga orang yang ada di sampingnya, yaitu isterinya sendiri. Isteri dalam konteks Alkitab, baik PL maupun PB, adalah orang yang harus meninggalkan orang tuanya, bahkan bangsanya (bandingkan dengan kisah Rut) untuk bersatu dengan suaminya. Akan tetapi, tidak demikian dengan isteri Simson yang justru menjadi ‘musuh’ bagi suaminya.

Kita mungkin tidak tahu peran apa yang dilakukan orang-orang di sekitar kita, apakah peran ‘musuh’ atau ‘sekutu’. Akan tetapi, saat kita berada dalam keluarga, gereja, atau tempat kerja, kita dapat dan harus memilih peran kita: Apakah kita akan menjadi ‘musuh’ atau ‘sekutu’ bagi mereka. Sangat menyedihkan jika kita menjadi ‘musuh’ bagi keluarga, rekan kerja, rekan pelayanan, atau orang yang berada di sekitar kita. Apakah kita menjadi penolong atau perongrong bagi keluarga, rekan kerja, dan rekan pelayanan kita? Hal itu memperjelas apakah kita berper-an sebagai ‘musuh’ atau ‘sekutu’ mereka. Tuhan menempatkan kita untuk menjadi ‘sekutu’ dan penolong mereka. Sudah

-kah kita berperan dengan semestinya? Apa yang dapat kita lakukan untuk menolong dan membangun mereka?[CA]

Kamis, 29 Sept

Disampingmu:

Musuh atau Sekutu?

Bacaan Alkitab hari ini: Hakim-hakim 14-15

“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.”

(35)

S

etiap orang pernah berbuat kesalahan, entah besar atau ke-cil, entah disengaja atau tidak sengaja. Akan tetapi, tidak semua orang menyadari kesalahannya dan berbalik dari kesa-lahannya itu. Ada orang yang ‘melupakan’ kesalahan dan menganggapnya sebagai tidak ada. Ada yang semakin terjerumus dalam kesalahan yang dia lakukan, mengu

-langi kesalahan itu, bahkan menambah dengan kesalah

-an y-ang lain.

Simson pernah berbuat salah, bahkan terjadi berulang kali. Alkitab mencatat paling sedikit 3 (tiga) kali Simson berhu-bungan dengan perempuan Filistin (14:1; 16:1; 16:4), sampai akhirnya Simson kehilangan kekuatannya dan matanya.

Wa-laupun Simson sampai akhir hidupnya tetap beriman ke

-pada Tuhan (16:28), tetapi Simson tidak berkesempatan untuk menjalani kehidupan keluarga yang baik.

Apakah Anda pernah berada dalam keadaan seperti Sim-son, yaitu Anda tidak meninggalkan iman kepada Tuhan, tetapi Anda melakukan kesalahan atau dosa yang tidak pernah benar-benar Anda tinggalkan? Sangatlah menyedihkan bila sampai meninggal dunia, kita dalam kondisi sedang melakukan kesa-lahan, bahkan kondisi kita lebih ‘parah’ bila kita ‘mulai’ atau ‘sedang’ meninggalkan Tuhan, yaitu saat kehendak Tuhan tidak lagi menjadi pertimbangan atas keputusan kita. Akhir kehidup-an Simson tragis, tetapi tidak tertutup kemungkinkehidup-an bahwa kita juga bisa mengalami hal yang sama tragis dengan Simson. Berbaliklah dari kesalahan Anda! Berbaliklah dari posisi hidup yang ‘sedang’ meninggalkan Tuhan. Jalanilah hidup dengan benar bersama Tuhan. Sekaranglah waktunya untuk berubah atau Anda akan terlambat. Maukah Anda? [CA]

Jumat, 30 Sept

Berbalik dari Kesalahan

Bacaan Alkitab hari ini: Hakim-hakim 16

“Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang

menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa,

melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”

(36)

D

i zaman postmodern ini, kita sering mendengar tentang ke-benaran relatif. Tidak ada keke-benaran yang mutlak bagi orang postmodern. Mereka beranggapan bahwa orang boleh hidup dengan kebenaran yang dipegangnya selama tidak merugikan orang lain. Mereka hidup menurut pandangan mereka sendiri.

Inilah yang terjadi dalam bacaan Alkitab hari ini. Seseo-rang bisa membuat patung perak dan mengangkat anaknya sendiri sebagai imam (17:4-5) atau mengupah seorang iman bagi keluarganya sendiri (17:10-12) atau merampas barang milik orang yang lebih lemah (18:14-21), bahkan mengancam akan membunuh pemilik barang bila ia bertanya (18:25). Ada pula seorang imam yang dengan gembira berkompromi ketika mendapat kesempatan jabatan yang lebih besar dan penghasil-an ypenghasil-ang lebih bpenghasil-anyak (18:20-21). Alkitab menyimpulkpenghasil-an ‘keka-cauan’ ini dengan pernyataan: ‘Setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.’ (17:6).

Hidup menurut pandangan sendiri ternyata bukan hanya terjadi pada jaman hakim-hakim tetapi terlebih lagi pada za-man sekarang. Filsafat Postmodernisme mengukuhkan bahwa orang ‘boleh’ hidup menurut pandangannya sendiri.

Dalam PB, Paulus mengingatkan agar orang percaya tidak tertawan oleh filsafat dunia yang berlawanan dengan ajaran Kristus (Kolose 2:8). Orang percaya hidup dalam dunia, tetapi tidak boleh hidup dengan cara dunia. Orang Per

-caya harus hidup dalam kebenaran, harus hidup menu

-rut ajaran Kristus. Apakah kita hidup menurut pandangan dunia atau menurut ajaran Kristus? Marilah kita hidup menu-rut ajaran Kristus karena untuk itulah kita dipanggil dan dise-lamatkan. [CA]

Sabtu, 1 Okt

Hidup menurut Pandangan Sendiri

Bacaan Alkitab hari ini: Hakim-hakim 17-18

“Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan

filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun

dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.”

(37)

K

risis kurangnya kasih persaudaraan melanda dunia sejak Adam jatuh dalam dosa dan makin terasa saat ini. Kasih ma-kin tertuju pada diri sendiri: diri-ku, keluarga-ku, pelayanan-ku, gereja-ku, dan seterusnya. Di sisi lain, secara global, walaupun ada pengecualian, kasih persaudaraan yang tertuju pada orang lain makin terkikis: diri-mu, keluarga-mu, pelayanan-mu, atau gereja-mu. Makin banyak orang yang tidak peduli, makin banyak orang yang tidak tenggang rasa, dan makin banyak orang yang mencari untung sendiri.

Peristiwa memalukan di Gibea menunjukkan kemerosotan moral dan kemerosotan persaudaraan yang sangat dalam di Israel. Orang-orang dursila tidak peduli dengan orang lain, ter-masuk dengan bangsanya sendiri. Demi memuaskan hawa naf-su, mereka ingin memperkosa orang Lewi itu, sampai akhirnya gundik orang Lewi itu dikorbankan dan diperkosa sampai mati. Kemerosotan iman mengakibatkan kemerosotan moral masyarakat Israel.

Paulus menyatakan bahwa iman kepada Yesus Kristus dan kasih persaudaraan ada dan harus bertumbuh secara bersama (Efesus 1:15; Kolose 1:4; 1 Tesalonika 3:6; 2 Tesalonika 1:3; Filemon 1:5). Seorang percaya yang bertumbuh dalam iman dan kerohanian seharusnya bertumbuh juga dalam kasih persauda-raan yang nyata dalam perilaku seseorang. Cara kita mem

-perlakukan orang lain menunjukkan kualitas iman dan kerohanian kita. Yohanes menyimpulkan bahwa kita tak bisa mengaku mengasihi Allah (hal kerohanian) tanpa mengasihi se-sama (hal tindakan) (1 Yohanes 4:19-20). Bertumbuhkah kita dalam iman dan kerohanian? Tunjukkanlah kasih persaudaraan bagi orang-orang di sekitar kita. [CA]

Minggu, 2 Okt

Kasih Persaudaraan

Bacaan Alkitab hari ini: Hakim-hakim 19

“Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu,

saudara-saudara. Dan memang patutlah demikian, karena imanmu makin bertambah

dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu.”

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa skor ketakutan pada responden kelompok kontrol dan kelompok eksperimen didapatkan nilai p < 0,000, jadi terdapat pengaruh

Hal ini membuat penulis tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan demokratis terhadap kedisiplinan peserta didik khususnya pada sekolah SMP Negeri

Sistem Informasi Manajemen Toko 123 Baby and kids ini dapat menghasilkan informasi berupa laporan stok barang, laporan jumlah reseller, laporan saldo hutang piutang

kondisi eksisting (tahun 2015) di Zona 11 Kota Jember dengan program Epanet 2.0, bagaimana hasil evaluasi peren- canaan sistem jaringan distribusi air bersih PDAM Kota

Penelitian dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap pertama isolasi dan pemurnian isolat, kedua karakterisasi kemampuan amilolitik dan ketiga identifikasi bakteri asam laktat

Oleh karena itu, murid prasekolah dapat dikatakan masih sangat bergantung (dependent) terhadap guru dalam melakukan segala aktifitasnya di kelas. Pengalaman

Berdasarkan uraian diatas bahwa ak- ses pelayanan kesehatan berhubungan de- ngan perilaku seksual aman, dimana jika akses pelayanan kesehatan mudah dijang- kau maka

Penanda berulang, terutama DNA ruas berulang sederhana (Simple Squence Repeats, SSR) adalah suatu penanda DNA yang berkemampuan untuk digunakan dalam analisis keragaman