• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROKRASTINASI KERJA DITINJAU DARI SELF EFFICACY PADA ANGGOTA DETASEMEN GEGANA SATUAN BRIGADE MOBIL KEPOLISIAN DAERAH JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROKRASTINASI KERJA DITINJAU DARI SELF EFFICACY PADA ANGGOTA DETASEMEN GEGANA SATUAN BRIGADE MOBIL KEPOLISIAN DAERAH JAWA TENGAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

241 PROKRASTINASI KERJA DITINJAU DARI SELF EFFICACY

PADA ANGGOTA DETASEMEN GEGANA SATUAN BRIGADE MOBIL

KEPOLISIAN DAERAH JAWA TENGAH

(Work Procrastination Reviewed rom Self-Efficacy Among Detachment Gegana Sat Brimob Polda Jateng)

Anastasia Tri Kristiani Sintya Dewi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan antara self efficacy dengan prokrastinasi kerja pada anggota Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Jateng. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara self efficacy dengan prokrastinasi kerja. Semakin tinggi self efficacy maka semakin rendah prokrastinasi kerja, dan sebaliknya. Peneliti menggunakan 95 orang anggota Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Jateng. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel incidental sampling.

Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan dua skala, yaitu Skala Prokrastinasi Kerja dan Skala Self Efficacy. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Teknik Analisis Korelasi Product Moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara self efficacy dengan prokrastinasi kerja yang ditunjukkan dengan nilai rxy = - 0,311 p = 0,002 (p < 0,01), sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Kata kunci: prokrastinasi kerja, self efficacy

Abstract

This research aims to determine correlation between self-efficacy and work procrastination among Detachment Gegana Sat Brimob Polda Jateng. The hypothesis is a negative correlation between self-efficacy and work procrastination. This research used 95 subjects from Detachment Gegana Sat Brimob Polda Jateng. That taken by incidental sampling technique.

This research data was collected using two scales Work Procrastination Scale and Self-Efficacy Scale. Data analysis used Product Moment Correlation.

The Results showed that there was a significant correlation between self-efficacy and work procrastination that indicated by rxy = - 0.311 p = 0.002 (p <0.01).

(2)

242 Pendahuluan

Kinerja Kepolisian Negara Republik Indonesia akhir-akhir ini sedang mendapatkan banyak sorotan dari berbagai kalangan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini terkait dengan perubahan kultural di dalam tubuh Polri, yaitu perubahan yang berawal dari militer menjadi sipil yang “dipersenjatai” yang berarti bahwa anggota Polri semakin humanis dan berusaha untuk dapat membina hubungan baik dengan masyarakat dengan berusaha meningkatkan kepercayaan publik terhadap Polri.

Perubahan yang terjadi dalam tubuh Polri juga diikuti dengan adanya penyempurnaan motto Gegana Brimob Polri, yaitu motto “Sekali melangkah pantang menyerah sekali tampil harus berhasil” menjadi lebih dekat dengan bermasyarakat, yaitu “Jiwa ragaku demi kemanusiaan”. Gegana adalah bagian dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Gegana memiliki arti “di awang-awang”, hal ini dikarenakan pada awalnya gegana memiliki tugas mengatasi tindak kejahatan terorisme yang dilakukan di atas pesawat terbang. Secara umum, hampir semua anggota Gegana mampu melaksanakan setiap tugas utama, yang berkaitan dengan penanggulangan kejahatan berskala tinggi. Anggota Gegana dituntut untuk dapat mencapai target dalam pekerjaan, yaitu pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Meskipun

demikian, dalam prakteknya masih terdapat anggota yang menunjukkan prokrastinasi kerja.

Prokrastinasi adalah penundaan beberapa saat menjelang deadline ataupun penundaan jangka panjang hingga melebihi deadline sehingga mengganggu kinerja dalam rentang waktu terbatas dengan mengganti aktivitas yang tidak begitu penting (Rumiani, 2006: 39). Karyawan akan mengalami kerugian karena target yang ada pada dirinya tidak tercapai, sehingga dapat mengancam kondisi karyawan di dalam suatu perusahaan atau bahkan dapat merugikan perusahaan yang bersangkutan. Menunda pekerjaan pada dasarnya menumpuk pekerjaan yang harus dikerjakan dikemudian hari. Hal ini akan menimbulkan kerugian tersendiri bagi karyawan dalam penyelesaian tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Ciri-ciri seseorang yang melakukan prokrastinasi, yaitu penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, serta melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan. Prokrastinasi dapat menjadikan pencapaian tugas yang menjadi tanggung jawab terhambat, begitu juga dengan anggota Polri yang memiliki fungsi penting dalam menjaga keamanan. Seorang anggota Polri yang memiliki tugas dalam melayani dan mengayomi masyarakat diharapkan dapat menghindari terjadinya prokrastinasi dikarenakan prokrastinasi

(3)

243 dapat menyebabkan setiap tugas yang menjadi

tanggung jawab anggota Polri dapat terhambat. Seperti halnya yang terjadi di sektor pegawai Pemerintah, kultur kekuasaan yang telah terbentuk semenjak masa pra-modern ternyata masih sulit untuk dilepaskan dari perilaku aparat atau pejabat birokrasi. Kultur seperti itu telah menyebabkan perilaku pejabat birokrasi menjadi bersikap acuh dan arogan terhadap masyarakat. Perilaku-perilaku tersebut telah menyebabkan antara lain budaya kerja yang tidak disiplin, tidak tepat waktu, menunda-nunda pekerjaan, tidak ada kerjasama dan koordinasi dengan rekan kerja. Perilaku birokrasi yang demikian dapat ditemui pada saat pengurusan pembuatan surat perizinan, yang tidak tepat waktu akibat penundaan suatu pekerjaan, di samping kurang adanya kerjasama dengan diantara pegawai kerja untuk menyelesaikan surat perizinan sesuai waktunya (Ladzi, 2010: 6).

Hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa masih terjadi indikasi-indikasi adanya prokrastinasi, seperti halnya dengan adanya anggota yang beralasan sedang berada di rumah ketika ada tugas memanggil. Hal tersebut secara sengaja dilakukan anggota dikarenakan adanya keinginan menghindari tugas dari kantor. Prokrastinasi juga ditunjukkan dengan kesengajaan anggota tidak mengikuti kegiatan apel meskipun secara sadar mengetahui adanya kegiatan tersebut. Anggota memilih untuk datang

terlambat ke kantor karena ketidakinginan mengikuti kegiatan apel yang ada.

Hasil penyebaran angket yang dilakukan peneliti pada tanggal 03 November 2012 terhadap 30 anggota Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Jateng, terkait dengan prokrastinasi kerja anggota Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Jateng terhadap pekerjaan dilihat dari moral anggota Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Jateng dalam bekerja, diketahui bahwa anggota menganggap pekerjaan sebagai suatu pekerjaan yang menimbulkan beban dan tekanan dalam diri anggota. Anggota juga merasakan tekanan tersendiri dari sisi pengawasan atasan yang kurang memahami kondisi dari anggota.

Prokrastinator seringkali merasa optimis terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas pada saat mendekati tenggat waktu. Lebih lanjut dijelaskan prokrastinasi merupakan suatu perilaku menunda-nunda untuk memulai atau menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, waktu yang seharusnya untuk mengerjakan tugas digunakan untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan atau tidak berhubungan dengan tugasnya tersebut (Jannah dan Safitri, 2009: 2). Prokrastinasi memiliki banyak dampak negatif, meskipun demikian masih banyak individu yang melakukannya. Hal ini menimbulkan ketakutan dalam diri individu untuk menghadapi kegagalan sehingga ia mengambil jalan untuk menunda menyelesaikan tugas.

(4)

244 Steel (2007: 68-71)) menyatakan bahwa

prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor perbedaan individu, salah satunya adalah self efficacy. Self efficacy adalah keyakinan yang dimiliki individu bahwa dirinya akan mampu menyelesaikan tugas-tugas tertentu hingga tuntas. Self efficacy banyak berperan dalam pencapaian tujuan dan kinerja individu dalam dunia kerja. Self efficacy adalah keyakinan diri seseorang bahwa ia mampu melakukan sesuatu. Bandura (dalam Smet, 1994: 192) menyatakan bahwa self efficacy akan meningkatkan kekebalan terhadap stres dan depresi dan mengaktifkan perubahan-perubahan biokemis yang dapat memengaruhi berbagai macam aspek dari fungsi kekebalan (immune function). Baron dan Byrne (2005: 183) mengungkapkan self efficacy sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuan atas kinerja tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan atau mengatasi masalah. Self efficacy dapat menjadikan anggota Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Jateng terhindar dari prokrastinasi kerja yang dapat merugikan instansi kepolisian pada umumnya dan juga masyarakat yang berhak mendapatkan pelayanan prima dari anggota Polisi. Maddux (dalam Snyder dan Lopez, 2002: 278) menyatakan bahwa self efficacy bukan merupakan keterampilan, melainkan apa yang individu percaya bisa lakukan dengan keterampilannya dalam suatu kondisi tertentu. Self efficacy tidak bersangkutan dengan keyakinan

tentang kemampuan untuk melakukan tindakan motorik spesifik tetapi dengan keyakinan tersebut individu mampu mengkoordinasikan dan mengatur keterampilan serta kemampuan dalam mengubah dan mengatasi situasi. Self efficacy akan menumbuhkan keyakinan dalam diri individu dalam mengambil tindakan yang akan dilakukannya. Self efficacy diharapkan dapat menghindarkan anggota Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Jateng dari terjadinya prokrastinasi kerja. Kenyataannya, anggota Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Jateng merasa yakin bahwa setiap tugas dapat terselesaikan dengan baik, namun anggota Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Jateng masih menunjukkan prokrastinasi kerja. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara self efficacy dengan prokrastinasi kerja pada anggota Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Jateng?

(5)

245 Prokrastinasi Kerja

Prokrastinasi atau procrastination dalam bahasa inggris berasal dari kata latin. Awalan kata “pro” yang artinya bergerak maju dan “crastinus” artinya keputusan hari esok . Jika digabungkan prokrastinasi berarti menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya. Pada kalangan ilmuwan istilah prokrastinasi digunakan untuk menunjukkan suatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk menunda, atau tidak segera menyelesaikannya (Mastuti, 2009: 56). Prokrastinasi merupakan penundaan pekerjaan hingga batas akhir (Spillane, 2003: 64).

Wolter (dalam Nugrasanti, 2006: 29) menyatakan bahwa prokrastinasi merupakan kegagalan dalam mengerjakan tugas dalam kerangka waktu yang diinginkan atau menunda mengerjakan tugas sampai saat-saat terakhir. Prokrastinasi merupakan perilaku menunda mengerjakan sesuatu tanpa alasan yang jelas (Steel, dalam Surijah dan Tjunding, 2007: 352). Prokrastinasi adalah penundaan beberapa saat menjelang deadline ataupun penundaan jangka panjang hingga melebihi deadline sehingga mengganggu kinerja dalam rentang waktu terbatas dengan mengganti aktivitas yang tidak begitu penting (Rumiani, 2006: 39).

Prokrastinasi merupakan suatu perilaku menunda-nunda untuk memulai atau menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, waktu yang seharusnya untuk mengerjakan tugas digunakan untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan atau tidak berhubungan dengan tugasnya tersebut (Jannah dan Safitri, 2009: 2). Lebih lanjut Kendall dan Hammen (dalam Aini dan Mahardayani, 2011: 66) berpendapat bahwa penundaan tersebut dilakukan individu sebagai bentuk coping yang digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang dapat membuat stres.

Berdasarkan keseluruhan pengertian-pengertian tersebut diketahui bahwa prokrastinasi kerja adalah perilaku penundaan dengan sengaja baik itu penundaan jangka pendek, penundaan beberapa saat sebelum deadline ataupun penundaan jangka panjang.

Ellis dan Knaus (dalam Rumiani, 2006: 38) menyatakan bahwa prokrastinasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Takut gagal b. Impulsif c. Perfeksionis d. Pasif e. Menunda melebihi tenggat waktu

Perilaku ini sangat nampak pada prokrastinator, yang dengan berbagai alasan

(6)

246 selalu menunda-nunda dalam penyelesaian

tugasnya.

Ferrari dan Olivette (dalam Mastuti, 2009: 56-57) menyatakan bahwa ciri-ciri prokrastinator, antara lain:

a. Penundaan untuk memulai

maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi.

Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda untuk memulai mengerjakannya atau menunda menyelesaikan sampai tuntas saat individu sudah mulai mengerjakan sebelumnya.

b. Keterlambatan mengerjakan

tugas

Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama dari pada waktu yang dibutuhkan pada umumnya untuk mengerjakan suatu tugas. Seorang prokrastinator menghabiskan waktu untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai.

Lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri utama prokrastinasi.

c. Kesenjangan waktu antara

rencana dan kinerja aktual

Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi tenggat waktu yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah ditentukan sendiri.

d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dari pada melakukan tugas yang harus dikerjakan

Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dimiliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca, nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya sehingga menyita waktu yang dimiliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikan. Dalam penelitian ini ciri-ciri prokrastinasi yang digunakan adalah ciri-ciri dipaparkan oleh Ferrari dan Olivette (dalam Mastuti, 2009: 56-57) , yaitu penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi, keterlambatan mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara

(7)

247 rencana dan kinerja aktual, serta melakukan

aktivitas lain yang lebih menyenangkan dari pada melakukan tugas yang harus dikerjakan.

Self Efficacy

Baron dan Byrne (2005: 183) mengungkapkan self efficacy sebagai keyakinan seseorang akan kemampuan atau kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan atau mengatasi sebuah hambatan. Lebih lanjut Alwisol (2011: 287) menyatakan self efficacy merupakan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. Menurut Pervin (dalam Smet, 1994: 189) self efficacy mengacu pada kemampuan yang dirasakan untuk membentuk perilaku yang relevan pada tugas atau situasi khusus. Individu dengan self efficacy yang tinggi memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menghadapi situasi dalam mencapai tujuan yang diharapkan, sedangkan individu dengan self efficacy yang rendah, tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki sehingga cenderung ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan tindakan, mudah putus asa dan akan mengurangi usahanya bila terbentur pada kesulitan dan hambatan, sehingga pencapaian tujuan bisa tertunda. Self efficacy menurut Bandura (dalam Feist dan Feist, 2010: 212) didefinisikan sebagai keyakinan individu pada kemampuan untuk melatih sejumlah ukuran

pengendalian terhadap fungsi diri dan kejadian-kejadian di lingkungannya.

Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa self efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan atas kinerja tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan atau mengatasi masalah.

Bandura (dalam Biddle dan Mutrie, 2001: 111) dan Downey dan Rainer (dalam Okun dan Skarias, 2011: 333) menyatakan bahwa self efficacy terdiri atas beberapa aspek, antara lain:

a. Strength

Strength merupakan kepercayaan dapat menyelesaikan dengan sukses setiap tugas yang diberikan.

b. Magnitude

Magnitude mengacu pada tingkat kesulitan suatu tugas yang diberikan kepada individu dan individu percaya bisa mencapainya. c. Generality

Generality mengacu pada sejauh bahwa penilaian self efficacy dalam satu area berlaku untuk penilaian di daerah lain.

Dalam penelitian ini aspek-aspek self efficacy, antara lain strength, magnitude, dan generality. Metode Penelitian

Batasan populasi dalam penelitian ini adalah anggota Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Jateng. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah incidental sampling.

(8)

248 Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu Skala

Prokrastinasi Kerja dan Skala Self Efficacy.

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hubungan antara self efficacy sebagai variabel bebas dengan prokrastinasi kerja sebagai variabel tergantung, dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh diketahui bahwa nilai rxy = - 0,311 p = 0,002 (p < 0,01) sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara self efficacy dengan prokrastinasi kerja. Steel (dalam Lasmono, dkk, 2008: 257-258) menyatakan bahwa prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor perbedaan individu, salah satunya adalah self efficacy. Bandura (dalam Rahardjo dan Lee, 2011: 138) menyatakan bahwa salah satu hal yang memengaruhi timbulnya prokrastinasi karyawan adalah self efficacy. Self efficacy adalah keyakinan yang dimiliki individu bahwa dirinya akan mampu menyelesaikan tugas-tugas tertentu hingga tuntas. Self efficacy banyak berperan dalam pencapaian tujuan dan kinerja individu dalam dunia kerja. Self efficacy dapat menjadikan anggota Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Jateng terhindar dari prokrastinasi kerja yang dapat merugikan instansi kepolisian pada umumnya dan juga masyarakat yang berhak mendapatkan pelayanan prima dari anggota Polisi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Sawitri (2009: 9) yang menunjukkan bahwa individu dengan self efficacy akan berusaha melakukan penilaian diri, pencarian informasi, melakukan pemilihan, membuat perencanaan, dan memecahkan masalah. Self efficacy akan membantu individu dalam membuat suatu keputusan. Self efficacy pada anggota Detasemen Gegana Satuan Brigade Mobil Polda Jateng akan membantu dalam memberikan pertimbangan untuk melaksanakan tugas dengan baik tanpa harus menunjukkan prokrastinasi kerja yang dapat merugikan diri sendiri dan instansi kepolisian pada umumnya. Selain itu, anggota Detasemen Gegana Satuan Brigade Mobil Polda Jateng juga dapat menentukan langkah yang akan diambil untuk melakukan tugas tanpa harus menunjukkan prokrastinasi kerja.

Hasil penelitian yang dilakukan Muhid (2008: 13) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self control dan self efficacy dengan kecenderungan prokrastinasi. Individu yang memiliki self efficacy tinggi akan selalu mencoba melakukan berbagai tindakan dan siap menghadapi kesulitan-kesulitan dan menentukan seberapa besar usaha yang dikeluarkan dan seberapa individu bertahan dalam menghadapi rintangan dan pengalaman yang menyakitkan dalam tugas-tugas.

(9)

249 Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, hasil

penelitian yang dilakukan Rahardjo dan Lee (2011: 141) menunjukkan bahwa self efficacy jelas memainkan peranan penting terhadap kecenderungan prokrastinasi yang dilakukan karyawan. Self efficacy akan dapat menjadikan individu terhindar dari prokrastinasi dikarenakan adanya keyakinan untuk dapat melakukan suatu tugas tanpa harus terpuruk dengan kesulitan yang muncul dalam suatu tugas. Anggota Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Jateng sebagai aparatur negara yang memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal tanpa adanya prokrastinasi kerja. Hal ini dikarenakan prokrastinasi kerja yang ditunjukkan anggota Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Jateng dapat mencoreng nama baik instansi kepolisian pada umumnya.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan bahwa hipotesis yang diajukan terbukti, bahwa ada hubungan negatif antara self efficacy dengan prokrastinasi kerja. Semakin tinggi self efficacy maka semakin rendah prokrastinasi kerja, dan sebaliknya.

Daftar Pustaka

Aini, A. N., dan Mahardayani, I, H. 2011. Hubungan antara Kontrol Diri dengan Prokrastinasi dalam Menyelesaikan Skripsi pada Mahasiswa Universitas Muria Kudus. Jurnal Psikologi Pitutur. Vol. 1. NO. 2. Hal.

65-71. Kudus: Fakultas Psikologi Muria Kudus.

Alwisol. 2011. Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Baron, R. A. dan Byrne. D. 2005. Social Psichology, 8th Edition. Massachusetts : A Viacom Company.

Biddle, S.J.H., dan Mutrie, N. 2001. Psychology of Physical Activity. New York: Routledge. http://www.researchgate.net/publication/43525 194_Psychology_of_physical_activity_Determi

nants_well-being_and_interventions/file/9fcfd50adeb0b32 af0.pdf.

Feist, J & Feist, G. J. 2010. Theories of Personality. Edisi Ketujuh. Alih Bahasa Juniati dan Rachmawati. Jakarta: Salemba Humanika. Jannah, S. N., dan Safitri, R. M. 2009. Hubungan

antara Iklim Organisasi dengan Prokrastinasi pada Pegawai Negeri Sipil. Jurnal Psikologi. Hal. 1-6. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala.

Ladzi, M. 2010. Birokrasi Berwawasan “Public Service”: Masalah, Kondisi, dan Uapaya Meningkatkan Pelayanan Publik di Era Otonomi Daerah. Kajian Pengembangan Materi pada Diklat PIM.IV. Surabaya: Widyaiswara Madya Balai Diklat Keagamaan.

Lasmono, H. K., Gunawinata, V. A. R., dan Nanik. 2008. Perfeksionisme, Prokrastinasi Akademik dan Penyelesaian Skripsi Mahasiswa. Anima. Vol. 23. No. 3. Hal. 256-276. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Mastuti, E. 2009. Memahami Perilaku Prokrastinasi Akademik Berdasar Tingkat Self Regulation Learning: Understanding Academic Procrastination Behavior Based on Self Regulation Learning Level. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. VI. No. 1. Hal. 55-65. Surabaya: Universitas Airlangga.

Muhid, A. 2008. Hubungan antara Self-Control dan Self Effiacy dengan Kecenderungan

(10)

250 Perilaku Prokrastinasi Akademik Mahasiswa.

Jurnal Psikologi. Hal. 1-15. Surabaya: Program Studi Psikologi IAIN Sunan Ampel Surabaya Nugrasanti, R. 2006. Locus of Control dan

Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Provitae. Vol. 2. No. 1. Hal. 25-33. Jakarta : Fakultas Psikologi Tarumanagara.

Okun, O., dan Skarias, L. 2011. Feature Selection and Ensemble Methods for Bioinformatics. USA. http://books.google.co.id/books?id=oFL-2furBFwC&pg=PA333&dq=self+efficacy,+ma gnitude,+strengths,+generality&hl=id&sa=X& ei=Gre1UOmTIcLsrAeYrICICQ&ved=0CDY Q6AEwAw#v=onepage&q=self%20efficacy% 2C%20magnitude%2C%20strengths%2C%20g enerality&f=false.

Rahardjo, W., dan Lee, FX, Y. 2011. Prokrastinasi Keterbangkitan dan Menghindar: Kaitannya dengan Efikasi Diri pada Karyawan. Seminar Peran Psikologi dalam Boundaryless Organization: Strategi Mempersiapkan SDM Berkualitas. Hal. 138-13. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Rumiani. 2006. Prokrastinasi Akademik ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Stres Mahasiswa. Jurnal Psikologi Undip. Vol. 3. No. 2. Hal. 37-48.

Sawitri, D. R. 2009. Pengaruh Status Identitas dan Efikasi Diri Keputusan Karir terhadap Keraguan Mengambil Keputusan Karir pada Mahasiswa Tahun Pertama di Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip. Vol. 5, No. 2, Hal. 1-14. Desember 2009.Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta:

Grafindo.

Snyder, S. R., dan Lopez, S. J. 2002. Handbook of Positive Psuchology. New York: Oxford

University Press.

http://holismoplanetario.files.wordpress.com/2 010/02/handbook-of-positive-psychology.pdf.

Spillane, J. J. 2003. Time Management: Pedoman Praktis Pengelolaan Waktu. Yogyakarta: Kanisius.

Steel, P. 2007. The Nature of Procrastination: A Meta-Analytic and Theoretical Review of Quintessential Self-Regulatory Failure. Psychological Bulletin. Vol. 133, No. 1, 65–94. American Psychological Association.

Surijah, A. E., dan Tjundjing, S. 2007. Mahasiswa Versus Tugas : Prokrastinasi Akademik dan Conscientiousness. Anima. Vol 2. No. 4. Hal. 352-374. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Pariwisata adalah salah satu potensi daerah yang tentu juga akan menjadi ciri khas.. suatu daerah, pengembangan dan pengelolaan pariwisata di Indonesia

Hasil kajian yang dijalankan oleh Department for Education and Employment (DfEE, 1999) menunjukkan bahawa persekitaran sekolah boleh digunakan dengan berkesan untuk

[r]

Abdullah

Jika al-fiqh al-infira&gt;di lebih menekankan pada aspek ajaran tentang hubungan individu dengan Tuhan (ibadah mahd}ah) dan hubungan manusia dengan manusia dalam bentuk personal

Skripsi yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemberian Izin Poligami Oleh Pengadilan Agama Pasuruan dengan Alasan Isteri Tidak Dapat Menjalankan Kewajiban

Teori agensi menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi

Kerja (Pokja) Pengadaan Barang/ Jasa Konstruksi Bidang Cipta Karya dan Pengairan Kabupaten Padang Lawas Utara, telah melakukan Penjelasan (Aanwijzing) Dokumen di website