BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keluarga Berencana
2.1.1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga, mengontrol saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri. (Hanafi, 2003)
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Rustam, 1998)
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangankelahiran. (Depkes RI Jakarta, 1996)
Akseptor KB adalah peserta keluarga berencana
Keluarga berencana menurut WHO (World Health Organization) expert commite 1970 adalah tindakan yang membantu individu atau pasanan suami istri untuk :
1. Mendapatkan objek-objek tertentu
3. Mendapatkan kelahiran yang diinginkan 4. Mengatur interval diantara kelahiran
5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga 2.1.2.Tujuan
Tujuan keluarga berencana adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk. (Prawirohardjo, 1999) 2.1.3. Manfaat
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluara berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan yag dialami wanita. (Eriktapan, 2005) 2.1.4. Sasaran
Sasaran gerakan KB :
1. Pasangan usia subur, dengan PUS muda dengan paritas rendah 2. Generasi muda dan purna PUS
3. Pelaksana dan pengelola KB
4. Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. (Prawihardjo, 1999)
2.2. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan.Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. (Maryani, 2002)
Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan atau dengan kata lain pembatasan kelahiran.
2.3. Akseptor
Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti, melaksanakan program keluarga berencana. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997)
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian, meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman efektif, dengan metode yang dapat diterima, baik secara peseorangan maupun budaya pada berbagai tingkat reproduksi. (Tempo, 2005)
2.4 Implant
2.4.1. Pengertian Implant
Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonogestrel
yang dibungkus dalam kapsul silastik-silicon dan disusukakkan dibawah kulit. (Hanifa 1999)
2.4.2. Jenis-jenis implant
a. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3 keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan indoplant terdiri dari 2 batang yang diisi 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. ( Saifuddin 2003 )
2.4.3. Mekanisme kerja implant
Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mg levonogestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mg. Konsep mekanisme kerjanya sebagai progesterone, yakni :
a. Mengentalkan lendir servik uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma. b. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehinga idak
cocok untuk implantasi zygote.
c. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi
Efek kontrasepsi implan norplan meupakan gabungan dari ketiga mekanisme kerja tesebut. (Hanifa 1999)
2.4.4. Efektifitas Implant
1. Angka kegagalan implant = < per 100 wanita-pertahun dalam 5 tahun pertama
2. Efektifitas implant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke 5 kira-kira 2,5-3% akseptor hamil (Hartanto, 2003)
2.4.5. Indikasi dan kontraindikasi 1. Indikasi pemakaian implant
Yang boleh menggunakan KB implant : a. Wanita usia reproduksi
b. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yan lama tetapi tidak bersedia menjalani atau menggunakan AKDR
c. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen
d. Menyusui dan membutuhkan kontasepsi e. Pasca persalinan tidak menyusui
f. Pasca keguguran
g. Tekanan darah < 180/100 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau anemia bulan sabit
2. Kontraindikasi implant
Yang tidak boleh menggunakan KB implant : a. Hamil atau diduga hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya c. Kanker payudara
d. Riwayat kehamilan ektopik
2.4.6. Keuntungan kontrasepsi implant 1. Daya guna tinggi
2. Perlindungan jangka panjang
3. Pengembalian tingkat kesuburanyang cepat setelah pencabutan 4. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
5. Bebas dari pengaruh estrogen
6. Tidak menganggu kegiatan senggama 7. Tidak menganggu ASI
8. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
9. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. (Prawihardjo, 2003)
2.4.7. Kerugian implant
1. Perubahan haid berupa perdarahan bercak (spotting) 2. Hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid 3. Amenorea
4. Nyeri kepala
5. Peningkatan atau penurunan berat badan 6. Nyeri payudara
7. Perasaan mual
8. Pening atau pusing kepala
9. Perubahan perasaan atau kegelisahan
10.Membutuhkan tindak pembedahan minor untukninsersi dan pencabutan
11.Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
12.Efektifitasnya menrun apabila menggunakan obat-obatan tuberculosis atau obat epilepsy
2.4.8. Waktu Pemasangan Implant
1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7 tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan
2. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan, bila insersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan seksal, atau menggunakan kontrasepsi lainnya untuk 7 hari saja
3. Bila menyusui antara 6 mingu sampai 6 bulan pasca persalinan insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain
4. Bila setelah 6 minggu melairkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangna melakuka hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja
5. Bila kontrasespsi sebelumnya adalah kotrasespsi suntuikan, implant dapat diberikan pada saat jadwal kontrasespsi suntukan tersebut. Tidak diperlkan metode kontraespsi lainnya.
6. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan implant, Implant dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 hari dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja AKDR segera dicabut
7. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan (Prawihardjo,2003)
Waktu yang paling baik untuk pemasangan implant adalah sewaktu haid berlangsung atau masa pra ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan. (Hanifa, 1999)
2.4.9. Prosedur pemasangan dan pencabutan implant 1. Prosedur Pemasangan
a. Persiapan klien
Walaupun kulit dan integuman sulit untuk di sterilkan, pencucian dan penberian antiseptik pada daerah operasi tempat implan akan dipasang dapat mengurangi jumlah mikroorganisme di daerah kulit klien.
b. Persiapan alat
Adapun alat-alat yang harus dipersiapkan untuk pemasangan implant adalah meja pireksa untuk berbaring klien, batang imoplan dalam kantumg, kain penutup steril serta mangkok untuk tempat meletakkan implan norplant, sepasang sarung tangan, karet yang steril atau DTT, sabun untuk mencuci tangan, larutan antiseptik untuk disinfeksi kulit, obat anastesi local, semprit dan jarum suntik,
trokar nomor 10, calpel nomor 11, kasa pembalut, ben aid, atau plrster, kasa steril, bak atau tempat instrumen.
2. Teknik insersi implant
Pemasangan dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau bawah, kira-kira 6-8 cm, diatas atau dibawah siku, melalui insisi tunggal, dalam bentuk kipas, dan dimasukkan tepat dibawah kulit
Untuk memasang norplant
a. Letakkan lengan akseptor yang akan dipasang norplant diatas penyangga.
b. Pakailah sarung tangan. Bukalah tempat alat-alat yang telah steril dan aturlah alat-alat sedemikian rupa agar mudah dicapai
c. Cucilah daerah lengan tempat pemasangan tersebut dengan sabun antiseptik dan berila betadin (atau antiseptik lainnya)
d. Pasanglah kain steril yang berlubang besar yang biasa dipakai untuk operasi pada lengan bawah danlenga atas
e. Letakkan ke 6 kapsl berjejer seperti bentuk kipas
f. Isilah semprit dengan zat anastesi local sebanyak 2,5 cc.Suntikan jarum semprit yang berisi zat anastesi local tadi hingga dibawah kulit ditempat dimana norplant akan dimasukkan dan lepaskan 0,5 cc. Kemudian tanpa memindahkan jarum, masukkan kebawah kulit sekitar 4 cm, hal ini akan membuat kulit terangkat dari jaringan lunak dibawahnya. Kemudian tarik jarum pelan-pelan seingga
1 ml diantara tempat untuk memasang, kapsul 1 dan 2, selanjutnya diantara kapsul 3 dan 4 serta 5 dan 6.
g. Dengan pisau scalpel dibuat insisi 2 mm sejajar dengan lengkung siku.
h. Masukkan ujung trokar melalui insisi
Terdapat 2 garis yanda batas pada trokar, satu dekat ujung, lainnya dekat pangkal trokar. Dengan perlahan-lahan trokar dimasukkan sampai mencapai garis batas dekat pangkal trokar, kurang lebih 4-4,5 cm, trokar dimasukkan sambil melakukan tekanan keatas dan
tanpa merubah sudut pemasukan. i. Msukkan implan kedalam trokarnya
Dengan batang pendorong, implan didorong perlahan-lahan keujung trokar sampai terasa adanya tahanan. Dengan batang tetap stationer, trokar perlahan-lahan ditarik kembali sampai garis batas di dekat ujung trokar terlihat pada insisi an terasa implan nya “melonjat keluar” dari trokarnya. Jangan keluarkan trokarnya, raba lengan dengan jari untuk memastikan implan sudah berada pada tempatnya dengan baik.
j. Ubah arah trokar sehingga implan berikutnya berada 15 dari implan sebelumnya. Letakkan jari tangan pada implan sebelumnya. Masukkan kembali trokar sepanjang pinggir jari tangan sampai garis batas dekat pangkal trokar. Masukkan implan kedalam trokar. Selanjutnya seperti pada butir Ulangi lagi prosedur tersebut sampai semua implan telah terpasang.
k. Setelah semua implan terpasang, lakukan penekanan pada tempat luka insisi dengan kasa steril untuk mengurangi perdarahan. Lalu ke pinggir insisi ditekan sampai berdekatan dan ditutup dengan plester. Tidak diperlukan penjahitan luka insisi.
Luka insisi ditutup dengan kompres kering, lalu lengan dibalut dengan kasa.
l. Luka insisi ditutup dengan kompres kering, lalu lengan dibalut dengan kasa intuk mencegah perdarahan.
m. Nasihatkan pada akseptor agar luka jangan basah selama lebih kurang 3 hari dan datang kembali jika terjadi keluhan-keluhan yang mengganggu.
3. Teknik pengeluaran dan pengangkatan
Mengeluarkan implan umumnya lebih sulit dari pada insersi. Persoalan dapat timbul bila implant di pasang terlalu dalam atau timbul jaringan fibrous sekeliling implant.
Cara mengeluarkan implant:
a. Cuci lengan akseptor, lakukan tindakan antiseptis
b. Tentukan lokasi dari implan dengan jari-jari tangan dan dapat diberi tanda dengan tinta atau apa saja.
c. Suntikkan anastesi local dibawah implant
d. Buat satu insisi 4 mm sedekat mungkin pada ujung-ujung implant pada daerah alas “kipas”
e. Keluarkan implant pertama yang trerletak paling dekat dengan insisi atau yang terletak paling dekat dengan permukaan.
f. Sampai saat ini dikenal 4 cara pengeluaran/pencabutan norplant Cara pop-out
Merupakan teknik pilihan bila memungkinkan karena tidak traumatis, sekalipun tidak selalu mudah untuk mengeluarkannya.
Dorong ujung proksimal “kapsul” kearah distal dengan ibu jari seingga mendekati lubang insisi, sementara jari telunjuk menahan bagian tengah kapsul, sehingga ujung dital kapsul menekan kulit. Bila perlu, bebaskan jaringan yang menyelubungi ujun kapsul dengan scapel. Tekan dengan lembut ujung kapsul melaluui lubang insisi seinga ujung tersebut akan “menyembut/pop-out” melalui lubang insisi. Kerjakan prosedur yan sama untuk semua kapsul yang tertingal.
Cara standard
Bila cara pop-out tiak berhasil atau tidak mungkin dikerjakan, maka dapat dipakai cara standar.
Jepit ujung distal kapsul dengan klem masquito, sampai kira-kira 0.5-1 cm dari ujung klemnya masuk dibawah kulit melalui lubang insisi. Putar pegangan klem pada posisi 180 disekitar sumbu utamanya mengarah ke bahu akseptor. Bersihkan jaringan-jarinan yang menempel disekeliling klem dan kapsul dengan scapel ataiu kasa sterril sampai kapsul terlihat jelas. Tangkap ujung kapsul yang sudah terlihat dengan klem crille, lepaskan klem masquito, dan keluarkan
kapul dengan klem crille.Cabut atau keluarkan kapsul-kapsul lainnya denan cara yang sama.
Cara “u”
Teknik ini dikembangkan oleh Dr.Untung Prawirohardjo dari semarang dibuat insisi memanjang selebar 4 mm, kira-kira 5 mm proksimal dari ujung distal kapsul, diantara kapsul ke 3 an kapsul 4. Kapsul yang akan dicabut difiksasi dengn meletakkan jari telunjuk
tangan kiri sejajar di samping kapsul. Kapsul dipegang kurang lebih 5 mm dari ujung distalnya. Kemudian klem diputar kearah pangkal
lengan atas atau bahu akseptor sehingga kapsul terlihat dibawah lubang insisi dan dapt dibersihkan dari jaringan-jaringan yang menyelubunginya dengan scapel, untuk seterusnya dicabut keluar.
Cara tusuk Ma
Memakai alat Bantu kawat atau jari roda sepeda, satu ujun dilengkungkan sepanjang 0.5-0.75 cm dengan sudut 90 dan diperkecil serta diruncingkan, sedamkan ujung yang lain di lengkungkan satu bidang dengan lengkungan runcing tadi dan dipakai untuk pegangan oprator. Setelah kapsul di kepit dengan pinset atau klem artetri, jaringan ikat di besihkan dengan pisau sampai kapsul tampak putih kemudian alat tusuk Ma ditusukkan pada kapsul serta terus dikait
keluar. Atau setelah kapsul di jepit dengan pinset, alat tusuk Ma ditusukkan kedalam kapsul sambil diangkat kearah luka insisi, lalu
pinset dilepaskan dan dengan pissau kapsul di bebaskan dari ajringan ikat lalu diangkat keluar dari luka insisi.
g. Berikan anastesi lagi bila diperlukan, untuk mengeluarkan implan yang lain
h. Tutup dan lluka insisi seperti pada saat insersi. Bila akseptor ingin implan yang baru, hal ini apat segera dilakukan
i. Upaya pencabutan keenam kapsul noorplandibatasi sampai 45 menit. Bila dala waktu tersebut tidak semua kapsul berhasil dikeluarkan, maka prosedur pencabutan dihentikan, dan upaya pencabutan kembali sisa kapsul yang masih tertingal diulangi lagi kira-kira 2-4 minggu kemudian
j. Setelah selesai dengan pencabutan keenam kapsul noorplant, rendam semua alat-alat yang sudah dipakai dalam cairan klorin untuk dekontaminasi alat-alat tersebut. (Harianto, 2003)
2.5. Faktor yang Mempengaruhi Akseptor Tidak Memilih Implant 2.5.1 Usia
Usia atau umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan hidup, nyawa. (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, 2004)
Usia seorang wanita dapat mempengaruhi kecocokkan metode kontrasepsi tertentu. Dua kelompok pemakai alat kontrasepsi remaja atau usia muda (20-30) dan wanita perimenapause atau usia tua (31-40) perlu mendapatkan perhatian khusus.
Secara umum remaja (usia muda) kecil kemungkinannya memiliki kontraindikasi medis terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Berbeda dengan remaja wanita perimenaupause (usia tua) lebih besar kemunkinannya memiliki kontraindikasi medis, karena usia ibu relatif tua akan mengakibatkan sampingan dan komplikasi. Pada usia tua ini pil oral kurang dianjurkan
Pelayanan kontrasepsi di Indonesia berdasarkan usia di katagorikan menjadi 3 fase untuk mencapai sasaran yaitu ; fase menunda atau mencegah kehamilan dengan usia < 20 tahun, fase menjarangkan dengan usia 20 – 35 tahun, fase mengakhiri > 35 tahun
Penurunan fertilitas selain karena tingkat pemakaian kontrasepsi yang meningkat dari tahun ke tahun juga terkait dengan makin meningkatnya usia
perkawinan pertama perempuan maupun usia melahirkan. Pada tahun 1994 di Indonesia ada pada kelompok usia 20-24 tahun maka pada tahun 2003 telah
bergeser ke kelompok usia 25-29.
2.5.2 Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga dapat melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan factor-faktor social prilaku demografi, seperti pendapatan, gaya hidup dan status kesehatan. Pendidikan juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi baru.
Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan seseorang terhadap memaknai pesan dan memahami sesuatu (Sobur, 2003).
Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana, tetapi juga pemilihan suatu metode (Wulansari, 2002).
Menurut Siagian (1999), menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi keinginannya untuk menggunakkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilkinya. Penggunaan pengetahuan akan meningkatkan pemahaman seseorang terhadap suatu objek yang tentu saja akan mempengaruhi persepsinya terhadap objek tertentu.
Menurut GBHN Pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan luar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu proses belajar yang menghasilkan kemampuan tertentu, kemampauan itu diperoleh dari 3 tempat yakni, didalam keluarga (pendidikan informal), disekolah (Pendidikan Formal) dan didalam masyarakat (pendidikan non formal). (Notoatmodjo, 2005)
Beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa metode kalender (alamiah) lebih banyak diunakkan oleh pasangan yang lebih berpendidikan
2.5.3 Ekonomi
Ekonomi merupakan bagian ilmu social yang berfungsi untuk meneliti, mempelajari, menganalisa, berbagai kesulitan yang muncul disaat manusia berkeinginan memenuhi kebutuhan hidup dengan sumber-sumber ekonomi yang relatif terbatas.
Ekonomi merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam memproduksi maupun memperoleh barang dan jasa untuk memenuhi kehidupannya.
Dalam keseharian kehidupan ekonomi manusia senantiasa akan berhadapan dengan kesulitan-kesulitan ekonomi yan dapat menghalangi manusia untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. (Sutisna, 2002)
Pemakai individual lebih memperhatikan keterbatasan anggaran harian mereka sendiri. Salah satu studi pada orang Indian Quechua di peru (34) mendapatkan hubungan yang signifikan antara pendapatan dan keputusan dalam pemilihan kontrasepsi. Dalam suatu survei di Brazil, biaya di cantumkan sebagai kendala utama.
Tingkat kesejahteraan kehidupan keluarga
Tingkat kesejahteran keluarga dapat dikatagorikan mejadi 3 kelompok :
a. Keluarga sempurna sejahtera, yaitu keluarga yang sudah memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia sandang,pangan, perumahan,pendidikan,hiburan dan
pekerjaan serta komunikasi dan informasi. Dengan jumlah penghasilan > 2.000.000 / bulan
b. Keluarga sejahtera, yaitu keuarga yang belum memenui kebutuhan dasar minimal yang berupa cukup sandang, pangan, dan perumahan yang layak. Dengan jula penghasilan 710.000 – 2.000.000 / bulan
c. Kelurga prasejahtera, yaitu keluarga yan belum memenuhi kebutuhan dasar minimal yag berupa cukup sandang, pangan, dan perumhan yang layak dengan jumla penghasilan < 710.000 / bulan
Prevalensi penggunaan kontrasepsi di kalangan perempuan dengan tingkat kesejahteraan paling rendah masih jauh tertinggal dibandingkan di kalangan perempuan dengan tingkat kesejahteraan paling tinggi. Kelompok dengan tingkat kesejahteraan terendah cenderung memakai metode kontrasepsi suntikan, sedangkan kelompok dengan tingkat kesejahteraan lebih tinggi cenderung memakai metode kontrasepsi jangka panjang implant dan metode operatif, yang tingkat efektivitasnya cukup tinggi. Pemerintah bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan KB gratis kepada kelompok penduduk miskin. Namun demikian, kebijakan untuk memberikan gratis kontrasepsi kepada penduduk miskin tidak selalu diikuti dengan pembebasan biaya untuk pelayanan, terutama pada fasilitas pelayanan swasta. Oleh karena itu penduduk dengan tingkat
kesejahteraan terendah masih mengeluarkan uang untuk membayar pelayanan KB.
2.5.4 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, peninderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap pengetahuan semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang semakin tinggi tingkat intelektualnya. (Soekidjo 2002)
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab
pertanyaan “What“ misalnya apa air, apa manusia, dan sebagainya. (Soekidjo, 2002)
Menurut Notoatmodjo, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu, sebagai berikut :
1. Pendidikan : Menurut GBHN Pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan luar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu proses belajar yang menghasilkan kemampuan tertentu, kemampauan itu diperoleh dari 3 tempat yakni, didalam keluarga (pendidikan informal), disekolah (pendidikan formal) dan didalam masyarakat (pendidikan non formal).
2. Pekerjaan : Lamanya seseorang bekerja dapat berkaitan enan pengalaman yang didapat di tempat kerjanya. Menurut Elizabet B. Harloek banyak orang bingung tentang apa yang mereka kerjakan dalam hidupnya setelah selesai dari pendidikan tinggi seperti SMA dan Akademi. Hal ini dilatarbelakangi karena memang tidak banyak mempunyai cukup bekal ilmu dan keterampilan serta pengalaman yang sesuai dengan pekerjaan yang ditawarkan. Sering mereka mengambil keputusan bekerja diluar ilmu dan pengetahuan yang mereka peroleh.
3. Pengalaman : Menurut sukandi (2003) sumber ilmu pengetahuan seseorang manusia bisa memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan tertentu melalui pengalaman, baik secara individual maupun dalam hidup masyarakat.
4. Media cetak : Mempunyai sumber pustaka yang cukup baik dan mudah diperoleh dimasyarakat. Mengingat bahwa informasi dari surat kabar dan majalah mempunyai informasi dari surat kabar dan majalah mempunyai informasi yang bersifat popular.
2.5.6. Sosial budaya
Sosial budaya adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk
didalamnya sikap, perilaku diantara kelompok dalam masyarakat. (Soemarjan 2004).
Budaya merupakan pelaksanaan norma-norma kelompk tertentu yang dipelajari dan ditanggung bersama. Yang termasuk didalamnya adalah pemikiran, penuntun keputusan dan tindakan dan prilaku seseorang. Selain itu nilai budaya dalah merupakan suatu keinginan individu atau cara bertindak yang dipilih atau pengetahuan terhadap sesuatu yang dibenarkan sepanjang waktu sehingga mempengaruhi tindakan dan keputusan.
Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), budaya adalah merupakan factor predisposisi yang dapat menjadi factor pendukung atau factor penghambat suatu prilaku kesehatan seperti Akseptor KB tidak memilih implant sebagai alat kontrasepsi.
Aspek sosial budaya yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi: a. Pengaruh tradisi
Tradisi dari masyarakat dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, dikarenakan terbiasa dengan pola/kebiasaan yang lama.
b. Pengaruh sikap fatalistis
Adalah sikap yang terbiasa pasrah dengan situasi yang ada, tanpa mencoba dan berusaha dengan alternatif lain yang lebih baik.
c. Pengaruh sikap Ethnocentis
Adalah sikap yang memandang kebudayaannya sendiri yang paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.
d. Pengaruh bangga pada statusnya
Perasan bangga terhadap budayanya, berlaku pada semua orang. e. Pengaruh norma
Sikap yang disesuaikan dengan norma/kaidah- kaidah yang berlaku sesuai dengan kepercayaan/keyakinan yang dimiliki. (Notoatmodjo, 2005)