© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-ANALISIS STUDI
PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DI DINAS/INSTANSI PEMERINTAH
TERKAIT SEKTOR PERTANIAN
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Pusat Studi Gender (PSG) Universitas Syiah Kuala TIM ANALISIS STUDI:
SRI WALNY RAHAYU
ABDULLAH ABDUL MUTHALEB ELLY KESUMAWATI
DARWANIS RAIDA FUADI
Memahami Gender
Gender secara keliru sering diartikan sebagai jenis kelamin sehingga perlu
dipahami secara benar apa yang dimaksud gender dan apa yang dimaksud jenis
kelamin.
Gender BUKAN mengenai perempuan atau pun isu-isu spesifik perempuan, apalagi suatu aliran yang mempertentangkan teks-teks suci/wahyu yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Rasul-rasulnya, yang
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-Lanjutan Memahami Gender…
Gender adalah cara masyarakat
membedakan peran laki-laki dan
perempuan serta memberikan
peran-peran sosial kepada mereka.
Peran-peran yang diberikan tersebut dapat
dibentuk, dibuat, dan dikonstruksikan
oleh masyarakat dan dapat berubah
sesuai dengan perkembangan zaman.
Dengan kata lain, kata ”gender” adalah
alat analitik untuk memahami realitas
sosial dalam hubungannya antara
Peran Gender
Peran gender bersifat:
Dinamis
Dipengaruhi oleh umur (generasi tua, muda, dewasa dan anak-anak)
Ras
Etnik
Agama
Lingkungan geografi
Pendidikan
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-Lanjutan Peran Gender
Perubahan peran gender sering terjadi
sebagai respon terhadap perubahan
yang diakibatkan oleh upaya
pembangunan atau penyesuaian
program struktural dan
pengaruh-pengaruh dari kekuatan di tingkat
nasional dan global.
Jenis Kelamin atau Seks
Wujud penandaan individu manusia ke dalam kategori laki-laki dan perempuan berdasarkan karakteristik biologis
(genital eksternal dan organ-organ seks internal), genetik (kromosom) dan
hormon.
Perbedaan jenis kelamin merupakan kodrat atau ketentuan Allah Swt yang bersifat melekat (given), permanen dan universal.
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-Kapan Studi Analisis Gender Diperlukan
Pada prinsipnya,
STUDI ANALISIS GENDER
tidak mempermasalahkan
pembedaan-pembedaan itu selama tidak melahirkan
KETIDAKADILAN
.
Analisis ini melihat pembedaan secara gender
(
gender differences
) sangat potensial
melahirkan ketidakadilan gender (
gender
inequalities
). Oleh karena itu, langkah
selanjutnya yang dilakukan
analisis gender
adalah menggugat pembedaan gender,
Definisi PUG
”strategi”
yang dilakukan secara rasional dan
sistematis
untuk
menegakkan
hak-hak
perempuan dan laki-laki atas kesempatan
yang sama, pengakuan yang sama, dan
penghargaan yang sama di masyarakat
.
Keberhasilan pelaksanaan PUG memperkuat
kehidupan
ekonomi,
sosial
dan
politik
bangsa. Dalam PUG harus berisi
empat
fungsi utama manajemen,
yaitu perencanaan,
pelaksanaan,
pemantauan
dan
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-Tujuan PUG
Menciptakan kesetaraan dan
keadilan gender, yaitu suatu
kondisi yang adil (equity) dan
setara (equality) dalam
hubungan kerjasama antara
perempuan dengan laki-laki
(relasi gender).
SASARAN PUG DALAM INPRES NOMOR 9
TAHUN 2000 MENGINSTRUKSIKAN KEPADA :
• MENTERI
• KEPALA LEMBAGA PEMERINTAH NON
DEPARTEMEN
• PANGLIMA TENTERA NASIONAL INDONESIA
• KEPALA KEPOLISIAN RI
• JAKSA AGUNG RI
• GUBERNUR
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-Regulasi PUG di Indonesia
1. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender (PUG).
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 132
Tahun 2003 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender
Dalam Pembangunan di Daerah.
(telah
dicabut)
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 15 Tahun
2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pengarusutamaan Gender di Daerah.
Untuk Apa dan Mengapa Pengarusutamaan Gender (PUG) Dalam Pembangunan Terkait Sektor Pertanian?
Melalui penerapan PUG dapat ditingkatkan
ketepatan desain perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi program/kegiatan
pembangunan pertanian.
Tepat sasaran pemanfataan pembangunan
(pelaku agribisnis); antara laki-laki dengan
perempuan, generasi tua dengan generasi
muda.
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-Lanjutan…
Tepat metode dan teknik pendidikan
pembangunan pertanian (penyuluhan, pelatihan
pendidikan formal dan non formal pertanian).
Tepat teknik, metode dan pendekatan
implementasi pembangunan pertanian.
Tepat penciptaan dan pengembangan inovasi
hasil-hasil penelitian yang memenuhi kebutuhan
dan aspirasi pelaku terkait isu pertanian.
Lanjutan…
Menerapkan PUG
berarti:
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pemanfaatan sumberdaya pembangunan terkait
isu sektor pertanian.
Mengakselerasi peningkatan status ekonomi
dan kesejahteraan keluarga/rumah tangga
pelaku terkait isu sektor pertanian.
Mengakselerasi peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan bangsa.
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-Mengapa PUG Menjadi Prioritas Dalam
Pembangunan
Ketidaksetaraan gender merugikan laki-laki dan perempuan karena berdampak mengurangi
produktivitas sehingga menghambat pengentasan kemiskinan.
Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDGs) adalah pengurangan kemiskinan dan kelaparan.
Ketidaksetaraan gender salah satu penyumbang terbesar pada masalah ini.
Akumulasi dari pembedaan yan diikuti dengan pembatasan peran SDM di lingkup domestik dan akses tenaga kerja secara sistematis akan
mengurangi kapasitas suatu perekonomian untuk meningkatkan standar kehidupan. Hal inilah yang disebut dengan diskrminasi gender.
Lanjutan…
Akses perempuan pada aset produktif dan berbagai sumberdaya seringkali terbatas. Contoh: mayoritas petani miskin adalah perempuan tetapi mereka tidak terdata dengan baik, tidak memiliki hak legal untuk mempunyai aset agar dapat berinvestasi, termasuk akses memperoleh pendidikan dan pelatihan.
Norma sosial dan budaya masyarakat Indonesia yang patriarkhi menempatkan laki-laki pada sektor publik dan perempuan pada domain domestik.Akibat cara pandang ini, perempuan yang menjadi kepala keluarga sering diluakan dalam pendataan sehingga kurang optimal dalam peran, kontrol dan manfaat
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-Lanjutan …
Paradigma lama pembangunan yang terkait isu pertanian dinyatakan netral gender, umumnya ditujukan bagi keluarga petani. Kondisi riilnya,
sumberdaya perempuan dan generasi muda hanya sedikit memperoleh manfaat pembangunan
dibandingkan dengan laki-laki dewasa.
Laki-laki dan perempuan sebagai sumberdaya
pembangunan mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama untuk menjadi partisipan dan memperoleh manfaat dari pembangunan.
Isu Gender Terkait Sektor Pertanian
Di Indonesia perempuan pedesaan merupakanjumlah tenaga kerja terbesar di bidang pertanian.
Perempuan terlibat mulai dari kegiatan
penanaman, perawatan, panen, dan pasca panen.
Perempuan cenderung makhluk subordinasi sehingga tidak tampil sebagai pelaku
pembangunan. Hal ini terjadi karena domain
perempuan berada di ranah domestik sekali pun pekerjaan yang dilakukannya merupakan
pekerjaan produktif akan tetapi nilai yang
diterimanya tidak seimbang dengan pekerjaan yang dihasilkan.
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-Lanjutan…
Perempuan cenderung makhluk subordinasi sehingga tidak tampil sebagai pelaku pembangunan. Hal ini terjadi karena domain perempuan berada di ranah domestik
sekali pun pekerjaan yang dilakukannya merupakan pekerjaan produktif akan tetapi nilai yang diterimanya tidak seimbang dengan pekerjaan yang dihasilkan.
Kesempatan untuk peningkatan kualitas SDM bagi perempuan belum optimal. Perempuan kurang
mendapatkan akses dan pelayanan prasarana dan sarana produksi, teknologi dan penyuluhan,
pelatihan, serta berbagai peningkatan diri.
Keterlibatan perempuan diabaikan sehingga kurang optimal dalam program pembangunan pertanian.
Misalnya, petani perempuan tidak dapat mengakses untuk mendapatklan kredit usaha tani dibatasi dengan syarat yang mengharuskan penggunaan sistem Kepala Keluarga atau ketua kelompok tani yang mayoritasnya adalah laki-laki.
Lanjutan
Partisipasi perempuan terbatas atau bahkan
tidak mempunyai kewenangan sama sekali
dalam proses pengambilan keputusan
menyangkut usaha pertaniannya.
Upah buruh petani perempuan lebih rendah dari
pada petani laki-laki.
Penguasaan yang terbatas atas sumber daya
seperti tanah dan pendapatan.
Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) didesain
yang sebagian besar dapat digunakan dengan
mudah bagi petani laki-laki, tetapi belum tentu
bagi petani perempuan.
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-Dua Hal Pokok Menuju Keberhasilan PUG
Pertama,
memiliki 7 (tujuh) unsur penting
sebagai prasyarat yaitu:
1) dukungan politik
2) kebijakan
3) sumber daya
4) sistem data dan informasi
5) kelembagaan
6) alat analisis gender
Lanjutan…
Kedua,
adanya advokasi terpadu untuk
mengintegrasikan dimensi gender dalam proses
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi dari setiap kebijakan
dan program pembangunan.
Dua hal pokok ini harus dilakukan secara sinergis, tanpa mengabaikan salah satunya, termasuk
menggalang dukungan politik (eksekutif, legislatif dan yudikatif) sampai pada kultural, sosial
kemasyarakat dan agama. Dengan demikian,
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-METODE STUDI ANALISIS PUG YANG
DIGUNANAKAN PADA STUDI INI
•
Studi analisis ini menggunakan teknik Gender
Analysis Pathway
(GAP).
•
GAP merupakan metode analisis bagi
Perencana Program/Proyek/Kegiatan/kebijakan
untuk mengetahui kesenjangan gender melalui
indikator
akses, peran, manfaat, dan kontrol
yang berimbang antara laki-laki dengan
perempuan dalam setiap program-program
pembangunan sampai dengan melakukan
monitoring dan evaluasi.
LANJUTAN
• Metode GAP digunakan karena dapat
memberikan sumbangan pikiran dalam
menetapkan program pembangunan,
meningkatkan wawasan pentingnya efektifitas
dan efisiensi serta kelayakan perencanaan
pembangunan yang selalu memperhitungkan
antara laki-laki dengan perempuan.
• Dengan kata lain, pemilihan teknik GAP
didasarkan bahwa para pemangku kepentingan,
perencana dan pelaksanaan program
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-KERANGKA GAP
(GENDER ANALYSIS PATHWAY)
* PERENCANAAN PROGRAM SECARA KOMPREHENSIF ( SIKLUS PERENCANAAN SAMPAI EVALUASI )
5 LANGKAH
1. ANALISIS KEBIJAKAN
2. REFORMULASI KEBIJAKAN
3. RENCANA KEBIJAKAN OPERASIONAL
4. PELAKSANAAN
Tujuan Kebijakan Saat ini Analisis Kebijakan Gender Data Pembuka Wawasan (terpilih menurut Jenis kelamin) * Kuantitatif * Kualitatif Faktor Gap * Akses * Partisipasi * Kontrol
* Manfaat IndikatorGender Formulasi Kebijakan Gender Kegiatan Rencana Program Gender Sasaran Monitoring dan Evaluasi
Gender Analysis Pathway ( GAP )
Tujuan Kebijakan Gender Bagaimana mengecilkan/ menutup Kesenjangan ? Pelaksanaan
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-Tujuan Studi Analisis
Untuk mengidentifikasikan keberadaan, peran Focal Point dan Pokja PUG pada masing-masing SKPD objek studi.
Untuk melihat sejauhmana birokrasi yang ada pada masing-masing SKPD sudah memenuhi
keseimbangan gender (termasuk pengambilan kebijakan, staf dan posisi stategis)
Untuk mengindentifikasi penyebab
ketidakseimbangan gender pada lembaga-lembaga utama ini.
Untuk menganalisis kebijakan dan anggaran yang responsif gender pada masing-masing SKPD.
Merumuskan rekomendasi kebijakan dan
Anggaran Berperspektif Gender dalam sektor
pertanian kepada pihak pengambil kebijakan dan
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-1. Persepsi Partisipan tentang Sensitivitas Gender
Isu kultural yang berpihak kepada maskulin ( patriarkhi) merupakan isu sentral sumber ketidakadilan dalam
penyusunan program/kegiatan/proyek di 5 (lima) SKPD objek studi terkait sektor pertanian di Prov. NAD.
Rata-rata partisipan yang mengikuti proses pelatihan PUG dalam kondisi “buta gender”, yaitu suatu keadaan seseorang yang belum atau tidak memahami tentang pengertian, konsep gender dan permasalahan gender, bahwa ada perbedaan kepentingan/kebutuhan antara laki-laki dan perempuan.
Lanjutan
Selain buta gender, partisipan juga memahami gender secara bias. Hal ini mengakibatkan setiap kebijakan/program/kegiatan menguntungkan pada salah satu jenis kelamin. Penyangkalan
ketidaksetaraan dan perbedaan kebutuhan antara laki-laki dan perempuan dalam akses, peran, kontrol dan manfaat menyebabkan muncul gender gap
dalam paradigma atau manajemen pembangunan.
Oleh karena itu, aspek ketidakadilan atau gender gap
merupakan hal esensial yang paling besar yang digugat oleh pelatihan dan studi analisis PUG ini untuk dieleminir.
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-2. Persepsi Partisipan tentang Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender
Ketidakadilan dan diskriminasi gender merupakan sistem dan struktur di mana perempuan dan laki-laki dapat menjadi korban dari sistem tersebut.
Berbagai pembedaan peran dan kedudukan antara perempuan dengan laki-laki baik secara langsung berupa dampak perlakuan maupun sikap dan yang tidak langsung berupa dampak suatu peraturan
perundangan atau kebijakan telah menimbulkan
berbagai ketidakadilan yang berasal antara lain, dari faktor sosial budaya, interprestasu teks agama yang dipahami secara bias, faktor ekonomi dan
Lanjutan
Meskipun secara agregat ketidakdilan gender lebih banyak menimpa perempuan namun tidak dapat dipungkiri bila laki-laki juga mengalami hal yang
sama. Perubahan kawasan belajar partisipan dalam bentuk kognitif, afektif dan psikomotorik, memahami bentuk-bentuk ketidakadilan dalam tiga kategori,
yaitu buta gender, bias gender dan netral gender.
Sedangkan ketegori sensitif gender dan responsif gender belum ditemukan dalam training ini ketika mereka menyusun program/kegiatannya. Indikator partisipan dalam memahami bentuk-bentuk
ketidakadilan gender dibagi dalam dua sesi, yaitu sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan.
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-3. Pemahaman Partisipan tentang Pengarusutamaan Gender dan Landasan Yuridisnya.
Semua partisipan pada objek teliti belum memahami tentang PUG dan landasan yuridis yang mengaturnya yaitu Inpres No. 9 Tahun 2000 dan Permendagri No. 15 Tahun 2008.
Fenomena ini menunjukkan fakta bahwa
implementasi kebijakan tersebut secara keseluruhan belum didukung oleh 7 (tujuh) prasyarat dalam
manajemen pembangunan berbasis PUG yaitu
dukungan politik, kebijakan, sumber daya, sistem data dan informasi, kelembagaan, alat analisis
gender, dan dukungan masyarakat sipil.
Hal pokok lainnya, belum optimalnya advokasi terpadu untuk mengintegrasikan dimensi gender dalam proses perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari setiap kebijakan dan program pembangunan.
4. Identifikasi Tentang Analisis Gender Terhadap Penyusunan Program Dan Kegiatan
Temuan-temuan pada 5 (lima) SKPD objek studi dalam penyusunan program dan kegiatan hingga penerima manfaatnya, diketahui bahwa terjadi
ketidakseimbangan dalam hal akses, peran, kontrol dan manfaat secara berimbang antara laki-laki
dengan perempuan.
Berdasarkan teknik GAP yang digunakan dalam studi ini, semua bentuk ketidakadilan gender yaitu diskriminasi, peminggiran (marginalisasi),
penomorduaan (subordinasi), pelabelan (stereo type), dan beban ganda (double burden), terdapat ketika partisipan melakukan penyusunan
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-Kelemahan/Hambatan
Isu gender dan PUG masih dianggap
bukan hal penting untuk dibicarakan
sehingga ditemukan sikap pesimis dan
resistensi. Di sisi lain, isu gender masih
diasumsikan domainnya perempuan,
sama dengan jenis kelamin, bahkan
sesuatu hal yang mendobrak nilai-nilai
dan tananan yang dianggap sudah
mengkristal.
Adanya objek teliti yang belum memilki sarana
dan prasarana secara maksimal dan layak
sehingga berpengaruh kepada tidak
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-
Data dan informasi sangat menunjang
implementasi strategi PUG, terutama data
terpilah berdasarkan jenis kelamin yang
belum semua terdokumentasikan dengan
baik. Dalam hal ini tim kesulitan memperoleh
data dan informasi tersebut.
Hal lainnya yang ditemukan adalah data
dokumentasi perencanaan dan
penganganggaran juga sulit diperoleh tim
assesment studi analisis.
Belum tersosialisasi dengan baik Inpres Nomor 9 Tahun 2000 dan Permendagri Nomor 15 tahun
2008 yang mengatur perencanaan pembangunan di daerah berdasarkan PUG dan implementasinya menjadi bagian tanggung jawab Kepala SKPD,
berakibat respon dan dukungan terhadap
penyelenggaran training dan studi analisis ini kurang mendapatkan apreasiasi.
Peserta yang dikirim untuk mengikuti pelatihan
belum memenuhi kualifikasi dan kapasitas, karena masih pengawai honorer atau golongan I dan II
yang tidak memiliki kewenangan menyusun strategi pengintegrasian gender melalui
perencanaan, pelaksanaan, penganggaran, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan,
© Sri Walny
Rahayu-Presentasi-Pelatihan ini dilakukan pada waktu yang
bersamaan dengan waktu berakhirnya
tahun anggaran 2008, sehingga
TERIMA KASIH
Pusat Studi Gender (PSG)
Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala Lantai III (Tiga)
Lab Terpadu (Integrated Laboratorium) Syiah Kuala University
Darussalam, Banda Aceh