KASUS PANJANG KASUS PANJANG
DESCEMETOCELE ET CAUSA ULKUS KORNEA DESCEMETOCELE ET CAUSA ULKUS KORNEA
Oleh: Oleh:
Asri
Asri Nofalya Nofalya Kamalin Kamalin (!"#"$%(!"#"$%&'&' Noi)a
Noi)a A*rama+ha A*rama+ha K, K, S, S, (""-#"#"""-'(""-#"#"""-' Amalina
Amalina N.r N.r /0ana /0ana (""-#"#"""#&'(""-#"#"""#&'
Pem1im1in2 : Pem1im1in2 :
+r,De11y Shin)iya De0i3 S*,M (K' +r,De11y Shin)iya De0i3 S*,M (K'
LA4ORATOR/UM /LMU KESE5ATAN MATA LA4ORATOR/UM /LMU KESE5ATAN MATA 6AKULTAS KEDOKTERAN UN/7ERS/TAS 4RA8/JA9A 6AKULTAS KEDOKTERAN UN/7ERS/TAS 4RA8/JA9A
RUMA5
RUMA5 SAK/T UMUSAK/T UMUM Dr, SA/6UL AN8M Dr, SA/6UL AN8AR AR MALANG
MALANG &"% &"%
4A4 " 4A4 " PENDA5ULUAN PENDA5ULUAN
"
",,"" LLaa))aar r 44eellaaaann22
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek
kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea. Hilangnya sebagian permukaan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau tidak diberikan terapi awal secara tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan menyebabkan komplikasi yang lebih lanjut seperti descemetocele, perforasi, dan endoftalmitis (Cheung, !"#$.
Corneal scarring merupak an penyebab tersering dari kebutaan pada daerah dengan low%income yaitu sekitar #%!& dari seluruh kasus kebutaan. 'enyebab terpenting dari corneal blindness bilateral yaitu trachoma, defisiensi vitamin , oftalmia neonatorum, dan infeksi bakteri atau fungal. )iperkirakan ".!! orang per satu juta populasi mengalami kebutaan akibat patologi pada kornea.
*edangkan prevalensi kebutaan unilateral akibat opacity pada kornea di daerah low income yaitu diperkirakan sekitar #.!!!%!.!!! orang per satu juta populasi (+H, !!-$. 'ada negara berkembang, ",#% juta kasus ulkus kornea terjadi tiap tahunnya, menyebabkan corneal opacity, yang merupakan penyebab kedua terbesar sebagai penyebab kebutaan pada negara berkembang (Comarella, !"#$.
)i ndonesia ulkus kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan.nsiden ulkus kornea tahun "//0 adalah #,0 juta per "!!.!!! penduduk di ndonesia.1erdasarkan kepustakaan di U*, laki%laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 2"&, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di ndia Utara ditemukan 3"& laki%laki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki%laki sehari%hari sehingga meningkatkan resiko
)engan banyaknya kasus ulkus kornea yang dapat terjadi karena berbagai macam etiologi, selayaknya dokter umum sebagai ujung tombak pelayanan dapat membantu untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, baik secara holistik maupun secara berjenjang . 4aka dari itu, penulis menyusu n laporan kasus yang berjudul 5)escemetoceleet causa Ulkus Kornea6 agar dapat mempelajari lebih lanjut mengenai ulkus kornea dan salah satu komplikasinya yaitu descemetocele. "
",,&& RR..mm..ssaan n MMaassaallaahh
% pakah yang dimaksud dengan ulkus kornea dan descemetocele7 % 1agaimana penegakan diagnosis ulkus kornea dan descemetocele7 % 1agaimana penatalaksaan ulkus kornea7
"
",,;; TT..<<..aann
% 4engetahui ulkus kornea mencakup definisi, epidemiologi, etiologi, dan klasifikasi.
% 4engetahui descemetocele sebagai komplikasi dari ulkus kornea. % 4engetahui cara penegakan diagnosis ulkus kornea.
4A4 & 4A4 &
T/NJAUAN PUSTAKA T/NJAUAN PUSTAKA
&
&,,"" UUll..s s KKoorrnneeaa &
&,,"",,"" KKoorrnneeaa
Kornea adalah jaringan transparan atau selaput bening yang beradapadasegmen anterior darimata. Kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda%beda yaitu lapisan epitel, lapisan bowman, stroma, membran descemet,
dan lapisan endotel (8aughan, !!2$.
9pitel kornea merupakan epitel non%keratinisasi. 9pitel memiliki kemampuan untuk berproliferasi. :apisan bowman merupakan lapisan jernih aseluler yang merupakan bagian stroma yang berubah. *troma kornea menyusun /!& ketebalan kornea, yang terdiri dari serabut kolagen dan keratosit. 'erlukaan pada stroma dapat menimbulkan scar . 4embran descemet merupakan lamina basalis endotel kornea, memiliki tampilan homogen. *aat lahir tebalnya 0 ;m dan
terus menebal selama hidup hingga berukuran "!%" ;m. 9ndotel hanya memiliki " lapisan sel tetapi lapisan ini berperan besar dalam mempertahankan deturgesensi stroma kornea (8aughan, !!2$.
Kornea merupakan salah satu media refraksi yang berfungsi untuk mentransmisikan cahaya dan memfokuskan berkas cahaya. Kornea bertanggung jawab untuk sekitar 2!& daya refraktif dan merupakan alat 5penyesuaian kasar6 pada mata. Kornea berbentuk lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar
<-0 dioptri. Kornea juga dapat bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga ketika terjadi edema kornea, sehingga penderita akan melihat halo.1erikut ini adalah gambaran mata, kornea dan lapisannya=
Gam1ar &,", Tam*ilan Ma)a +ari Arah An)erior Gam1ar &,", Tam*ilan Ma)a +ari Arah An)erior
Gam1ar &,& Po)on2an Sa2i)al 4ola Ma)a Gam1ar &,& Po)on2an Sa2i)al 4ola Ma)a
Gam1ar &,; La*isan Kornea Gam1ar &,; La*isan Kornea &,",& Definisi Ul.s Kornea
&,",& Definisi Ul.s Kornea
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea, dan robeknya jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma. >erbentuknya ulkus pada kornea banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.Kegagalan dalam pemberian terapi awal yang spesifik pada ulkus kornea dapat menyebabkan
komplikasi okuli yang berat, seperti descemetocele, perforasi, dan endoftalmitis (Cheung, !"#$.
Kegagalan dalam pemberian terapi awal yang spesifik pada ulkus kornea dapat menyebabkan komplikasi okuli yang berat, seperti descemetoc ele, perforasi, dan endoftalmitis.
Gam1ar &," /l.s)rasi Ul.s Kornea Gam1ar &," /l.s)rasi Ul.s Kornea &,",
&,",;; DefiDefinisi Desnisi Des=eme=eme)o=e)o=elele
)escematocelemerupakan salah satu komplikasi dari ulkus kornea yang berupaprotusiatau herniasi darimembrandescemetakibatdefekdarilapisan stroma
kornea. ?aringan kornea pada lapisan stroma yang tersisa disekitarnya dapat menjadi abnormal dan opa@ue, menyebab kan adanya gambaran seperti cincin putih di sekitar defek tersebut. )escemetocele ini mudah mengalami ruptur. :etak perforasi biasanya di tersebut biasanya ditutup oleh iris, jika dibiarkan tidak
diterapi, descemetocele dapat menyebabkan staphyloma, scarring, dan leukoma adherent. gen infeksius pada kornea dapat melakukan penetrasi melalui descemetocele yang perforasi dan menyebabkan endoftalmitis ('erry, !!#$.
&,"
&,",$,$ E*iE*i+e+emiomiolo2lo2ii
Corneal scarring merupakan penyebab tersering dari kebutaan pada daerah dengan low%income yaitu sekitar #%!& dari seluruh kasus kebutaan. 'enyebab terpenting dari corneal blindness bilateral yaitu trachoma, defisiensi vitamin , oftalmia neonatorum, dan infeksi bakteri atau fungal. )iperkirakan ".!! orang per satu juta populasi mengalami kebutaan akibat patologi pada kornea. *edangkan prevalensi kebutaan unilateral akibat opacity pada kornea di daerah low income yaitu diperkirakan sekitar #.!!!%!.!!! orang per satu juta populasi (+H, !!-$. 'ada negara berkembang, ",#% juta kasus ulkus kornea
kedua terbesar sebagai penyebab kebutaan pada negara tropis tertentu (Comarella, !"#$.
nsiden ulkus kornea yang terjadi di sia>enggara sebanyak 2.//! angka kejadian di nepal, "."0! di ndia,2."!! di 4yanmar, dan 0.0/! di 1hutan. 'enyebabyang paling banyakadalah dari golongan jamur yaitu Ausarium dan spergillus. *edangkan dari golongan bakteri penyebab terbanyaknya adalah Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis (+H, !!-$.
*ekitar #.!!! orang merika mengembangkan keratitis yang infeksius setiap tahunnya. nsiden tahunan keratitis mikrobial yang terkait dengan penggunaan lensa kontak adalah sekitar %- infeksi per "!.!!! pengguna lensa
kontak lunak dan "!%! infeksi per "!.!!! pengguna lensa kontak dalam waktu yang lama. *ekitar "!& dari infeksi ini mengakibatkan hilangnya atau lebih baris ketajaman visual (?eng, !"!$.
)i ndonesia,ulkus kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan.nsiden ulkus kornea tahun "//0 adalah #,0 juta per "!!.!!! penduduk di ndonesia.1erdasarkan kepustakaan di U*, laki%laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 2"&, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di ndia Utara ditemukan 3"& laki%laki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki%laki sehari%hari sehingga meningkatkan resiko
terjadinya trauma termasuk trauma kornea. 1anyak laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan
kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak, trauma, namun ada pula yang tidak diketahui penyebabnya. *ingapura melaporkan selama ,# tahun dari "" kasus ulkus kornea disebabkan karena jamur. 4ortalitas atau morbiditas tergantu ng dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan (*uharjo, !!2$.
&
&,,"",,-- EE))iioolloo22ii &,",-," /nfesi &,",-," /nfesi
'enyebab ulkus kornea akibat infeksi adalah bakteri, jamur, achantamoeba dan herpes simpleks.
". nfeksi 1akteri = '. aeraginosa, *treptococcus pneumonia dan spesies 4oraBella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. ejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi '. aeruginosa(?hanji, !""$. . nfeksi jamur, sering disebabkan karena spesies Ausarium solani,
spergillus fumigatus, 'enicillium citrinum, Candida albicans, Cephalosporium, dan Curvularia.>ingkat progresivitas dari ulkus kornea akibat jamur ini rendah, namun terapi antifungal tidak begitu optimal, mungkin dikarenakan low ocular penetration. *ecara keseluruhan, sepertiga dari seluruh kasus infeksi jamur membutuhkan intervensi pembedahan karena kegagalan terapi medikamentosa atau sudah timbulnya komplikasi. >ingkat kejadian perforasi kornea pada infeksi jamur ini berkisar antara -%00 persen
(?hanji, !""$.
0. nfeksi virus herpes simpleB. nfeksi ini cukup sering dijumpai dan merupakan penyebab utama perforasi kornea pada negara maju. 1entuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel%vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral (?hanji, !""$.
-. nfeksi canthamoeba, protoDoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. nfeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. nfeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.
&,",
&,",-,&-,& NoninNoninfesfesii
". Eadiasi atau suhu. )apat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak epitel kornea.
. *indrom *jogren, yang salah satunya ditandai dengan keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu keadan mata
kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid$, kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik%bintik kering pada kornea. 'ada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.
0. )efisiensi vitamin karena kekurangan intake dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
-. bat%obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnyaF kortikosteroid, )U (odo )ioByuridine$, anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
#. 'ajanan (eBposure$. 3. Geurotropik.
2. *istem mun (Eeaksi Hipersensitivitas$.
ranulomatosa wagener Eheumathoid arthritis &,",
&,",-,;-,; TrTra.ma)a.ma)i i
>rauma kornea dapat terjadi akibat jejas penetrasi atau perforasi. 4ata dengan riwayat operasi katarak dan refraksi sebelumnya lebih mudah mengalami kerusakan kornea akibat trauma tumpul, khususnya jika berkaitan dengan )9* ( Dry Eye Syndrome$. >rauma dapat pula terjadi akibat jejas kimia pada mata. 1ahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung 'H.1ahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik anhidrat. 1ila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. 1iasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. 'ada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kaliumnatrium hidroksida dan kalium karbonat
&,",% 6a)or Resio &,",% 6a)or Resio
1lefaritis
nfeksi pada organ asesoria bulbi (seperti infeksi pada aparatus lakrimalis$ 'erubahan pada barrier epitel kornea (seperti dry eyes syndrom$
'emakaian contact lens :agoftalmos
angguan Geuroparalitik >rauma
'emakaian imunosupresan topikal maupun sistemik
&,",# Pa)ofisiolo2i &,",# Pa)ofisiolo2i
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pemben tukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. 1iasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. 'erubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. leh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. 4aka badan kornea, wandering cell dan sel%sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. *esudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel%sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear ('4G$, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas%batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah
ulkus kornea.
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Easa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior$ pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan
iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.
'enyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. nfiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. ?ika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran 1owman dan sebagian stroma
maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.
&,& Dia2nosis
&,& Dia2nosis Des=eme)o=Des=eme)o=eleele &,&," Anamnesis
&,&," Anamnesis
)escemetocele merupakan suatu kondisi yang dapat diakibatkan oleh berbagai macam etiologi, sehingga untuk mendapatkan penanganan yang baik pada descemetocele, sebaiknya dilakukan anamnesis. namnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Kebanyakan pasien dengan perforasi kornea megalami penurunan penglihatan secara tiba%tiba. Hendaknya pula ditanyakan riwayat trauma okuli, pembedahan okular, penggunaan lensa kontak, pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan
Gam1ar &,& Pa)ofisiolo2i .l.s Gam1ar &,& Pa)ofisiolo2i .l.s orneaornea
predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. ?uga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, )*, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus (8erma et al, !"#$. &,&,& Pemerisaan 6isi +an Pen.n<an2
&,&,& Pemerisaan 6isi +an Pen.n<an2
'ada pemeriksaan fisik didapatkan gejala yang bervariasi dari yang paling ringan,yang menyerupai keratokonjungtivitis sampai yang berat, dengan ring infiltration dan pembentukan descemetocele serta perforasi.
)isamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti = Ketajaman penglihatan
>es refraksi >es air mata
'emeriksaan slit%lamp
Keratometri (pengukuran kornea$ Eespon reflek pupil
'ewarnaan kornea dengan Dat fluoresensi. 'ada kasus descemetocele, dapat dilakukan Seidel test .
oresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KH$. 'ada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KH, gram atau iemsa. :ebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid *chiff. *elanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.
Uji sensitivitas obat.
ambar .0 a$. Aotografi slit lamp didapatkan perforasi kornea. b$ *eidel test positif
ambar .-'ewarnaan gram ulkus kornea fungi
ambar .# 'ewarnaan gram ulkus kornea ambar .3 'ewarnaan gram ulkus kornea herpes simpleB herpes Doster
ambar .2 'ewarnaan gram bakteri ambar .I 'ewarnaan gram &,; Mana<emen Des=eme)o=ele
&,; Mana<emen Des=eme)o=ele &,;," Mana<emen Non 4e+ah &,;," Mana<emen Non 4e+ah
&, ;,","
&, ;,"," Menan2ani Penye1a1 /nfesiMenan2ani Penye1a1 /nfesi
4onoterapi dengan fluorokuinolon telah menunjukkan hasil terapi intensif dengan durasi yang lebih pendek dan rawat inap di Eumah *akit dengan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan terapi tradisional yang dikombinasi dengan fortified therapy. Aluorokuinolon golongan terbaru memberikan penetrasi transkorneal yang lebih cepat tanpa kerugian. Aluorokuinolon generasi ke empat, moksifloksasin dan gatifloksasin menurunk an resistensi secara baik terhadap aktivitas bakteri gram positif daripada generasi selanjutnya. 'enggunaan fluorokuinolon harus hati%hati karena pada beberapa kasus
dilaporkan corneal melting yang berkaitan dengan fluorokuinolon topikal (?hanji et al, !""$.
&, ;,",& An)i 7ir.s &, ;,",& An)i 7ir.s
'ada kasuscorneal melting diduga berhubungan dengan Herpetic *tromal Keratitis (H*K$, acyclovir adalah pilihan utama untuk terapi dan pencegahan dari penyakit mata karena herpes. nti virus oral bermanfaat untuk menurunkan kekambuhan keratitis epitel dan keratitis stromal dari herpes simplek. *angat penting untuk membedakan necrotizing stroma dan non necrotizing stroma H*K. Necrotizing stroma diterapi secara adekuat dengan anti virus karena replikas i virus
terjadi di stroma, selain itu steroid dapat digunakan untuk mencegah melting (?hanji et al, !""$.
&, ;,",; O1a) An)i Gla.oma &, ;,",; O1a) An)i Gla.oma
*upresi farmakologi dari produksi a@ueous membantu penyembuhan luka dan menurunkan teanan yang dapat menyebabkan
ekstrusi konten intraokular. ?ika terbentuk anterior chamber 33 anti glaukoma harus dipertimbangkan (?hanji et al, !""$.
&, ;,",$ An)i Kola2enase &, ;,",$ An)i Kola2enase
4eskipun kolagenase berperan dalam terjadiny a ulkus kornea, dan kolagenase inhibitor topikal maupun sistemik telah digunakan oleh beberapa spesialis, namun tidak ada bukti yang jelas mengenai keuntungan klinis. Kalsium 9)>, cysteine dan acetylcysteine dalam bentuk tetes mata dapat mencegah ulserasi pada kornea kelinci dengan
luka bakar alkali. cetylcystein topikal digunakan -%3 tetes per hari mungkin bermanfaat bagi beberapa pasien. )isodium edetic acid dan acetylcysteine telah digu nakan untuk menghambat aktivitas kolagenase, khususnya pada infeksi kornea karena 'seudomonas.
Citrate topikal memiliki efek yang menguntungkan setelah insiden luka bakar alkali pada mata kelinci, tetapi efek inhibisi ulserasi kornea tidak berkaitan dengan aktivitas anti kolagenasenya. gen farmakologi lain,
yaitu tetrasiklin sistemik telah diteliti juga dapat mempercepat re% epitelisasi kornea pada kelinci setelah luka bakar alkali (?hanji et al, !""$.
&,
&, ; ;,",- Tera*i An)i /nflamasi,",- Tera*i An)i /nflamasi
Eeaksi inflamasi dapat merusak kornea serta menimbulkan infeksi dan penggunaan steroid topikal yang bijaksana mungkin bermanfaat dalam manajemen keratitis bakteri. rganisme dan uji
kepekaan obat harus diketahui sebelum memulai steroid setelah pengobatan %%# hari menggunakan antibiotik yang tepat. *teroid
sebaiknya tidak digunakan pada penanganan awal post trauma dan ulkus yang diinduksi kontak lensa, hal ini mungkin terjadi karena fungal. ?uga, apabila perforasi kornea berkaitan dengan infeksi H*K, penggunaan kortekosteroid sebaiknya dihindari. pabila steroid
diberikan, agen anti virus juga sebaiknya diberikan dalam dosis terkecil. 'enggunaan antibiotik atau anti virus secara berlebihan akan menghambat re%epitelisasi (?hanji et al, !""$.
'engobatan imunosupresif mungkin bermanfaat pada inflamasi kornea non infeksi yang berat dan tidak responsif atau untuk mencegah postoperative corneal melting syndromes. *eperti halnya penggunaan Cyclosporine (C*$ oral dan topikal ("&%&$ dapat dicoba pada kasus melting stromal ulcer dan postoperative corneal melts. EituBimab telah digunakan sebagai terapi pada kasus keratitis ulseratif periferal dengan Wegener granulomatosis(?hanji et al, !""$.
&, ;,",%
&, ;,",% Men2o*)imalaMen2o*)imalan Penyem1.han E*i)eln Penyem1.han E*i)el
'emeliharaan film air mata adalah penting untuk penyembuhan epitel. Hal ini dapat dicapai dengan mengisi kelembaban mata dengan preservative-free artificial tears dan salep serta dengan memperla mbat penguapan. 1ila memungkinkan, penggunaan obat topikal bebas
pengawet lebih disukai. 'engawet seperti halnya benzalonium chloride, thimerosal , dan 9)> telah terbukti menghambat penyembuhan epitel kornea pada hewan model (?hanji et al, !""$. &, ;,& Mana<emen Pem1e+ahan
&, ;,& Mana<emen Pem1e+ahan
&, ;,&," Pen2eleman Kornea (Corneal Gl.in2' &, ;,&," Pen2eleman Kornea (Corneal Gl.in2'
'engeleman dimaksudkan pada penipisan kornea yang progresif sebelum perforasi. >ujuan dari lem jaringan adalah untuk segera mengembalikan integritas tektonik bola mata dengan pengertian bahwa prosedur yang lebih definitif kemungkinan diperlukan pada tahap berikutnya. 'erekatan kornea tidak selalu digunakan pada semua tipe perforasi kornea. 'ada studi tentang perforasi dan descemetocele pada -- mata oleh :eahy et al, hanya 0& membutuhkan penanganan selanjutnya setelah dilakukan perekatan jaringan. >ransplantasi kornea dilakukan pada -#& mata setelah perekatan (?hanji et al, !""$.
'engeleman dengan Cyanoacrylate bekerja dengan baik untuk defek cekung kornea dengan ukuran J 0 mm. 'ada ulkus perifer, pengeleman dengan mudah dicabut karena tidak merekat baik dengan
konjungtiva. Histoacryl ) % 0#!I dan isobutil % cyanoacrylate adalah dua perekat jaringan yang paling umum digunakan. "3 )ermabond ( % oktil % cyanoacrylate $ juga berhasil digunakan untuk kulit dan adhesi kornea. Aibrin sebagai perekat telah berhasil digunakan pada kasus fran corneal perforations. 1ernauer et al melaporkan bahwa fibrin dapat digunakan juga pada kasus perforasi kornea yang berhubungan dengan rheumatoid arthritis dengan berhasil pada I-&
(?hanji et al, !""$. &, ;,&,&
&, ;,&,&Conjunctival FlapConjunctival Flap
Con!unctival flap digunakan untuk kasus dengan progresivitas yang lambat dan penipisan kornea. 4etode ini berguna untuk membawa pembuluh darah superfisial untuk mempromosikan penyembuhan ulkus kornea sehingga mencegah terjadinya perforasi kornea. Alap juga berguna untuk mengontrol nyeri, mengeliminasi penggunaan obat yang
terlalu seringdan sebagai alternatif pada pembedahan invasif. Conjunctival flap tidak sesuai untuk keratitis supuratif akut dengan disertai penipisan stroma atau pada mata dengan fran perforation karena kebocoran akan terjadi di bawah fran(?hanji et al, !""$. &, ;,&,; Trans*lan)asi Mem1ran Amnion
&, ;,&,; Trans*lan)asi Mem1ran Amnion
>ransplantasi membran amnion digunakan sebagai penanganan pada perforasi kornea untuk mengembalikan ketebalan stroma kornea sehingga urgent penetrating eratoplasty dapat dihindari. 4etode ini merupakan alternatif yang bagus untuk penetrating eratoplasty, khususnya pada kasus akut dimana resiko graft re!ection tinggi. 4embran amnion dapat mengobati defek epitel kornea yang refrakter dengan mempromosikan penyembuhan epitel dan dengan demikian mencegah perforasi kornea (?hanji et al, !""$.
Hick et al mengevaluasi efikasi membran amnion dengan perekat fibrin pada perforasi kornea refrakter untuk penanganan konvensional. *ecara keseluruhan, keberhasilan mencapai I!& kasus. >ransplan membran amnion dengan fibrin, menghasilkan keberhasilan yang lebih baik bila dibandingkan dengan jahitan (?hanji et al, !""$.
ambar .2 Hasil >ransplantasi membran amnion pada perforasi kornea &, ;,&,$ Trans*lan)asi Kornea
&, ;,&,$ Trans*lan)asi Kornea
'erforasi kornea yang luas (diameter L 0 mm$ tidak dapat menggunakan metode perekatan kornea dan membutuhkan penanganan keratoplasti sepanjang dengan manajemen kondisi yang mendasarinya.
'ada kasus dengan infeksi perforasi kornea, keratoplasti menggantikan kornea yang terinfeksi dan menurunkan beban infektif. Ketika perforasinya tidak terlalu besar, transplantasi tektonik kornea menjaga
integritas bola mata (?hanji et al, !""$.
+aktu untuk transplantasi kornea bergantung etiologi perforasi. 'ada beberapa kasus dengan keratitis infeksi yang disertai perforasi kornea, manajemen sementara dengan perekat kornea dapat dilakukan ketika anti mikroba digunakan untuk mengontrol infeksi. 'ada beberapa kasus dengan perforasi ulkus kornea yang berlangsung lama, jaringan iris menyumbat perforasi kornea dengan membentuk epitelisasi di atasnya. Keratoplasti pada kasus tersebut dapat menyebabkan kerusakan mekanis pada iris, menghasilkan perdarahan yang berat dan pembedahan koloboma yang luas selama mengangkat kornea.
&,$
&,$ Pena)alasanaPena)alasanaanan
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. 'engobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengan steroid. 'asien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak
dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik. 1erikut ini adalah penatalaksaan ulkus kornea di tingkat pelayanan primer, sekunder, maupun tersier yang dikutip dari +H.
. 'enatalaksanaan di layanan kesehatan primer
". 4emberikan Chloramphenicol eye ointment !,#%"& tiga kali sehari sekurang%kurangnya hingga tiga hari pengobatan.
• ?angan menggunakan obat apapun yang mengandung kortikosteroid, • ?angan menggunakan obat%obatan tradisional.
. Eujuk ke spesialis mata
• ?ika nyeri dan mata merah menetap dalam 0 hari,
• ?ika terdapat bercak putih pada kornea dan mata merah (ulkus kornea$,
jangan menunda untuk merujuk ke spesialis mata. 1. 'enatalaksanaan di perawatan mata tingkat sekunder
". *egera rujuk ke pusat perawatan mata tersier jika terdapat indikasi=
• Ulkus hanya terjadi pada satu mata • 'asien anak
• >erdapat perforasi atau berpotensi untuk terjadi perforasi
• )icurigai adanya ulkus jamur pada pemeriksaan klinis, sedangkan KH
dan pewarnaan jamur yang lain tidak tersedia
. :akukan apusan kornea, pewarnaan dengan KH atau pewarnaan jamur lainnya.
0. :akukan rawat inap=
• ?ika terdapat ancaman penglihatan yang cepat • Untuk memastikan terapi tiap jam
• Untuk memastikan follo" up
-. pabila tidak terdapat hifa pada apusan maka berikan =
• CefaDolin #& dan entamycin ",-& teteskan per jam. entamycin dapat
diganti dengan CiprofloBacin.?ika tidak dimungkinkan tetes mata tiap jam, maka dapat dilakukan injeksi subkonjungtiva
• 'eriksa setiap hari hingga ulkus membaik •
'erlahan kurangi frekuensi tetes mata dan follo" uptiap dua minggu
• Eujuk ke pusat perawatan mata tersier jika tidak membaik dalam tiga hari
#. pabila terdapat hifa pada apusan maka berikan =
• Gatamycin #& teteskan tiap jam, atau • mphotericin !,"#& teteskan per jam • 'eriksa dua hari sekali hingga ulkus membaik
• >eruskan tetes mata sekurangnya tiap tiga jam selama dua minggu
setelah ulkus sembuh
• Eujuk ke pusat perawatan mata tersier jika tidak membaik dalam tujuh
hari.
C. 'enatalaksanaan di perawatan mata tingkat tersier ". pusan kornea dengan pewarnaan KH dan ram
. Kultur pada Sheep blood agar , *abourauds, dan #rain-heart infusion, serta media kultur lain jika diperlukan
0. :akukan rawat inap=
•?ika terdapat ancaman penglihatan yang cepat •Untuk memastikan terapi tiap jam
pusan tidak dapat dilakuk an >idak ada organisme yang tampak pada apusan 1akteri ram (<$ 1akteri
ram (%$ Hifa jamur
CefaDolin #& dan entamycin ",-& teteskan per jam Gatamycin #& teteskan tiap jam
entamycin dapat diganti dengan CiprofloBacin tau
mphoteric in !,"#& teteskan per jam &,- Kom*liasi &,- Kom*liasi
Komplikasi dari ulkus kornea yang dapat terjadi yaitu descemetocele, perforasi atau impending perforation. 'erforasi dapat terjadi dikarenakan lapisan
kornea menjadi semakin tipis dibanding dengan normal. )isamping itu, juga dapat mencetuskan peningkatan tekanan intraokuler yang dapat menyebabkan glaukoma sekunder. Komplikasi lain yaitu kebutaan parsial atau komplit, non%healing keratitis, sikatriks kornea, prolaps iris, rekurensi infeksi dan uveitis (Aarida, !"#$.
&,% Pro2nosis &,% Pro2nosis
'rognosis bergantung pada alasan yang mendasari dan luasnya corneal melting . Kondisi yang reversibel atau mudah dikontrol memiliki prognosis yang baik. Corneal melting yang non perforasi memiliki prognosis yang lebih baik
4A4 ; 4A4 ; LAPORAN KASUS LAPORAN KASUS
;
;,,"" //++eenn))ii))aass
Gama = >n. 4
Umur -3 = tahun
?enis Kelamin = :aki%laki
gama slam=
'ekerjaan = 'etani
lamat = 'asuruan
Go. Eegister = ""2"BBB >anggal periksa = 3 pril !"3 ;
;,,&& AAnnaammnneessiiss ;
;,&,&,,"" KKeel.l.hahan n UU)a)amama
1ola mata sebelah kanan menonjol ;,
;,&,&,&& RiRi0a0ayaya) P) Penenyayaii) Se) Seaararan2n2
'asien mengeluhkan mata kanan kelilipan saat aktivitas menyabiti rumput sekitar - bulan yang lalu. 'asien merasakan ada yang mengganjal di mata kanan, pandangan gelap, air mata banyak keluar, mata kanan panas dan bengkak (<$, nyeri (<$, dikucek%kucek (<$, pasien memposisikan diri
dengan tidur, namun keluhan tersebut tidak reda. 'asien seringkali membasahi mata kanannya dengan air, namun keluhan tidak kunjung reda. ;,
;,&,&,;; RiRi0a0ayaya) ) TTeerara*i*i
*ebelum dibawa ke E**, pasien tidak memberikan obat apapun untuk mengatasi keluhannya. 'asien sudah menjalani operasi ( $mniotic %embrane &ransplant $ di E**.
;,
;,&,&,$$ RiRi0a0ayaya) ) PePenynyaai) i) DaDah.h.l.l. laukoma (%$, )4 (%$, H> (%$. ;,
;,&,&,-- RiRi0a0ayaya) ) KeKel.l.arar2a2a
laukoma (%$, )4 (%$, H> (%$. ;
;,&,&,,%% >idak ada riwayat kontak RiRi0a0ayya) a) KoKon)n)aa ;
;,&,&,,## RiRi0a0ayya) a) SoSosisiaall
'asien merupakan seorang petani, mempunyai orang anak. ;
;,,&&,,>> LLiiffeess))yyllee
Eiwayat sering merokok (<$ ;
O ODD OOSS L LP P ? ? 77iiss..ss --@@-
-rthophoria Ke+.+.anKe+.+.an rthophoria Geraan 4ola
Geraan 4ola Ma)a
Ma)a
*pasme (%$, 9dema (%$ Pal*e1raPal*e1ra *pasme (%$, 9dema (%$ C (<$, 'C (<$, Chemosis (%$ Kon<.n2)iaKon<.n2)ia C (%$, 'C (%$, Chemosis (%$ Keruh, defek epitel (<$,
descemetocele (<$, fluorescence test (<$, neovaskularisasi (<$, ris bulging (<$
Kornea
Kornea ?ernih
*de C,O,A,C,O,A, )alam
*de /ris/ris Eadline (<$
*de P.*ilP.*il 1ulat, 0 mm, E' (<$, E') (%$
*de LensaLensa ?ernih
Gormalpalpasi T/OT/O Gormalpalpasi
;
;,,$$ SS))aa))..s Gs Geenneerraalliiss
• C* -#3
• >)= "!2! mmHg.
;,- S)a).s Loalis Ma)a ;,- S)a).s Loalis Ma)a 6o)o Klinis Ke+.a Ma)a
6o)o Klinis Ma)a
6o)o Klinis Ma)a Kanan Pasien (% A*ril &"%'Kanan Pasien (% A*ril &"%'
;,% Asessmen) ;,% Asessmen)
) )escemetocele et causa ulcus cornea ;,# Plannin2 Tera*i
;,# Plannin2 Tera*i
Tera*i s.*or)if +an sim*)oma)is: Tera*i s.*or)if +an sim*)oma)is: % ) )ibekacin ed 3 B "
% ) )iflucan ed 3 B " % ) Eepithel ed 3 B "
% ) *ulfas tropin "& ed B " % laucon 0 B #! mg ' Tera*i Pem1e+ahan Tera*i Pem1e+ahan % ) flap conjunctiva
;,>
;,> Plannin2 Plannin2 E+.asiE+.asi
− 4enjelaskan perihal diagnosis, penatalaksanaan M prognosis penyakit yang dialami pasien.
−
4enjaga higienitas mata dan menghindari tindakan menggosok%gosok mata dengan tangan atau jari tangan karena dapat memperberat lesi
− 4enggunakan kacamata agar tidak terpapar polusi dan debu
− Kontrol " minggu ;
;,,!! PPrroo22nnoossiiss
d vitam = dubia et bonam d sanam = dubia et malam d functionam = dubia et malam d kosmetika = dubia et malam
4A4 $ 4A4 $ PEM4A5ASAN PEM4A5ASAN
*eorang laki%laki berusia -3 tahun, bekerja sebagai petani dengan tempat tinggal di luar kota. )atang ke E*. *aiful nwar 4alang dengan keluhan utama bola mata sebelah kanan menonjol. 1erdasarkan epidemiologi, bahwa :aki%laki
lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu 2"& di U* dan 3"& di ndia Utara banyaknya kegiatan laki%laki sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma
termasuk trauma kornea.
'asien mengaku keluhan muncul sejak - bulan yang lalu, dimulai saat pasien bekerja kemudian kelilipan di mata sebelah kanan dirasa seperti ada yang mengganjal, pandangan berangsur gelap, mengeluarkan banyak air mata, disertai rasa panas, nyeri dan bengkak, penglihatan gelap (<$, riwayat kemasukan benda asing (<$.Ulkus kornea memberikan gejala mata merah ringan hingga berat, fotofobia, dan penglihatan menurun. Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Easa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra. 9tiologi terjadinya ulkus kornea dapat disebabkan karena infeksi maupun non infeksi. Aaktor non infeksi salah satunya adalah karena trauma.
'ada pemeriksaan mata kanan did apatkan konjungtiva C (<$ dan 'C (<$, kornea keruh, defek epitel (<$, descemetocele (<$, fluorescence test (<$, neovaskularisasi (<$, ris bulging (<$.Ulkus kornea dapat memberikan kekeruhan warna putih pada kornea dengan defek epitel. danya corneal dan pericorneal injection mengindikasikan adanya kelainan di kornea dan iritasi pada intraokular yang salah satunya dapat bermanifestasi pada ulkus kornea. >es fluorescein menentukan adanya kelainan pada permukaan kornea. >es fluorescein (<$ jika terdapat area kornea yang terwarnai oleh pewarna tersebut (fluoresensi hijau$. 'emeriksaan tes siedel untuk mengetahui adanya kebocoran dari humor a@ueous dari C. 4enggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru, akan terlihat perubahan warna akibat perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata (tes positif$ berarti terdapat kebocoran.
'enatalaksanaan pada pasien ini adalah )ibekacin ed 3 B " ), )iflucan ed 3 B " ), Eepithel ed 3 B " ), *ulfas tropin "& ed B " ), laucon 0 B #!
mg. 1erdasarkan teori bahwa penatalaksanaan medikamentosa yang dapat diberikan antara lainuntuk menangani penyebab infeksi, anti glaukoma, anti kolagenase, anti inflamasi dan optimalisasi penyembuhan epitel. )ibekacin merupakan antibiotik golongan derivat dari kanamisin aminoglikosid yang efektif terhadap pseudomonas, streptokokus, dan stafilokokus. )ibekacin bekerja dengan cara menghambat ikatan ribosom antara formylmethyonil%tEG. )iflucan merupakan obat anti fungi golongan flucona Dole. 'ada pasien ini dicurigai ulkus korne akibat fungal karena terdapat neovascularisasi pada pemeriksaan ophtamologi. Eepithel digunakan untuk optimalisasi penyembuhan epitel melalui fungsinya sebagai pemeliharaan film air mata dengan mengisi kelembaban mata. *ulfas tropin "& dimaksudkan untuk menekan peradangan dan untuk melepaskan dan mencegah terjadinya sinekia anterior, karena sulfas atropin memiliki efek sikloplegik yang menyebabkan pupil midriasis, sehingga mencegah perlengkatan iris pada kornea. laucon merupakan golongan Carbonic nhidrase nhibitor untuk menurunkan teanan yang dapat menyebabkan ekstrusi konten intraokular pada kasus descemetocele.
'rognosis pada kasus ini adalah buruk sebab kornea sebagai salah satu media refraksi telah mengalami defek dan untuk reepitelisasi masih dibutuhkan waktu. 'rognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular.
4A4 4A4 -KES/MPULAN KES/MPULAN
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea, dan robeknya jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma. >erbentuknya ulkus pada kornea banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untu k mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan
kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di ndonesia.
'engobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. 'asien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.
'rognosis bergantung pada alasan yang mendasari dan luasnya corneal melting . Kondisi yang reversibel atau mudah dikontrol memiliki prognosis yang baik. Corneal melting yang non perforasi memiliki prognosis yang lebih baik
DA6TAR PUSTAKA DA6TAR PUSTAKA
Cheung G., *ayegh EE., upta 'C. !"#. %anagement of Descemetocele and Corneal Perforation. merican cademy of phtalmology.
Comarella ?)., *araiva 'C., *araiva A'. !"#. Corneal Ulcer= a Eetrospective *tudy of a Cases *een at the Hospital )as ClNnicas, Aederal University of 9spirito *anto. 'ev #ras (ftalmol )ol*+./0 +1-23*
Aarida, Ousi. !"#.Corneal 4lcers &reatment . ? 4ajorit 8ol - ("$= ""/%"2. lyas, *idarta. !"#. 5lmu Penyait %ata, Edisi 6elima. ?akarta= 1adan 'enerbit
AKU.
?eng 1H, ritD )C, Kumar 1, et al. !"!. 9pidemi ology of ulcerative keratitis in Gorthern California. $rch (phthalmol7.22/073..-73.2*
?hanji 8., Ooung :., 4ehta ?*., *harma G., garwal >., 8ajpayee E1. !"". 4anagement of Corneal 'erforation.Surv (phthalmol 81 1/0 8..98:2. 'erry H) dan Cameron ?). !!#. Pathology of the Cornea-Sclera in Duane;s
<oundations of Clinical (phtalmology. U*= :ippincot +illiam and +ilkins.
*uharjo, Aatah +idido. !!2.>ingkat keparahan Ulkus Kornea di E* *arjito *ebagai >empat 'elayanan 4ata >ertier.
8aughan ). !!2.(pthalmologi 4mum, Edisi 7+ . ?akarta= +idya 4edika. +H.!!-.=uidelines for the %anagement of Corneal4lcer at Primary,
Secondary, and &ertiary >ealth <acilities in the South-East $sia 'egion . Eegional ffice for *outh 9ast sia Eegion.