• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fakultas Pertanian Universitas Unsyiah 2) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Unsyiah 3) Litbang Bappeda Aceh.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fakultas Pertanian Universitas Unsyiah 2) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Unsyiah 3) Litbang Bappeda Aceh."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

110 EFEKTIFITAS PROGRAM BANTUAN KEUANGAN PEUMAKMU GAMPONG (BKPG)

DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN

THE EFFECTIVENESS OF THE PEUMAKMU GAMPONG (BKPG) FINANCIAL ASSISTANCE PROGRAM IN SUPPORTING RURAL ECONOMIC DEVELOPMENT

Indra1), Agus Sabti2) Sulaiman Ali3), Sufirmansyah4), Masdi5) 1) Fakultas Pertanian Universitas Unsyiah

2) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Unsyiah 3) Litbang Bappeda Aceh

E-mail: [email protected] ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan, pertama, mengetahui efektivitas pelaksanaan BKPG dalam pemberdayaan masyarakat di Aceh; kedua, mengetahui kelemahan program BKPG yang telah dilaksanakan sebagai rujukan penyempurnaan program ke depan.

Data bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada sampel dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam dengan para informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang terdiri dari jurnal, laporan-laporan ilmiah, laporan resmi pemerintah, dan data-data lain yang relevan. Analisis statistic (statistik inferensial) yaitu berupa peralatan statistik sederhana dengan menggunakan skor total rata-rata dari jawaban responden atas pertanyaan yang terdapat pada kuesioner.

Hasil analisa ditemukan bahwa; pertama, program BKPG telah meningkatkan pendapatan, pengurangan kemiskinan, kelembagaan, kemandirian dan peran pemerintah. Kedua, masih adanya kelemahan di tingkat gampong, yaitu tidak adanya fasilitas modern.

Kata Kunci: BKPG, efektivitas, pemberdayaan masyarakat, kelembagaan, kemandirian ABSTRACT

This study aims, first, to determine the effectiveness of the BKPG implementation in community empowerment in Aceh; second, knowing the weaknesses of the BKPG program that has been implemented as a reference for future program improvement. Data sourced from primary data and secondary data. Primary data were obtained through interviews with samples using questionnaires and in-depth interviews with informants. Meanwhile, secondary data is obtained through literature study consisting of journals, scientific reports, official government reports, and other relevant data. Statistical analysis (inferential statistics) is a simple statistical tool using the average total score of respondents' answers to the questions contained in the questionnaire. The analysis results found that; first, the BKPG program has increased income, poverty reduction, institutions, independence and the role of government. Second, there are still weaknesses at the village level, namely the absence of modern facilities.

(2)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11 Nomor 2 Tahun 2020 111

PENDAHULUAN

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri adalah salah satu program nasional penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan secara mendiri dan partisipatif. Tujuannya adalah menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun secara kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya.

Peran pemerintah daerah dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah pedesaan sangatlah penting karena pemerintah daerah yang lebih mengetahui kondisi di daerahnya. Dasar itulah Pemerintah Aceh juga membuat kebijakan yang fundamental dengan meluncurkan kebijakan pemberdayaan masyarakat melalui Program Bantuan Keuangan Peumakmu Gampong. Program tersebut merupakan salah satu mekanisme pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan.

Program Bantuan Keuangan Peumakmue Gampong yang dalam pelaksanaannya disebut dengan BKPG ditujukan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan

BKPG merupakan kelanjutan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang dianggap pada saat itu telah berhasil. Beberapa keberhasilan PPK seperti penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi, dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat. BKPG juga merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya, pelembagaan sistem pembangunan partisipatif, pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal, peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat serta pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

Upaya Pemerintah Aceh untuk menekan angka kemiskinan telah menampakkan hasil sehingga angka kemiskinan secara pasti menunjukan trend penurunan hingga mencapai angka 17,60 persen pada tahun 2013. Penurunan angka kemiskinan di Aceh diasumsikan sebagai pengaruh dari berbagai program pembangunan pengurangan penduduk miskin yang telah dilaksanakan Pemerintah Aceh selama ini yang dititik beratkan pada program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pendekatan ekonomi diarahkan untuk meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan masyarakat miskin mampu memenuhi kebutuhan primer dan sekunder sekaligus meningkatkan kesejahteraannya.

Dalam pembangunan pedesaan, perencanaan ekonomi dan sosial adalah merupakan prasyarat. Suatu desa dianalisis sebagai suatu sistem ekonomi dan sosial terbuka yang berhubungan dengan desa-desa lain melalui arus

(3)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11 Nomor 2 Tahun 2020 112 perpindahan faktor produksi, pertukaran

komoditas dan informasi serta mobilitas penduduk. Merupakan persoalan yang penting pula yaitu bagaimana mengukur peningkatan dalam kegiatan ekonomi dan sosial, peningkatan produksi, sumberdaya pembangunan, pendapatan perkapita, perbaikan sistem tranportasi. Beberapa indikator dalam pembangunan ekonomi pedesaan yang dikemukakan (Rahardjo Adisasmita, 2006) seperti pendapatan desa per kapita, ketimpangan pendapatan, perubahan struktur perekonomian dan pertumbujan kesempatan kerja.

Tingkat kesejahteraan masyarakat secara langsung akan mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam kontribusinya menyumbang dana, tenaga, material bahkan tanah pekarangan berikut tanam tumbuhnya. Menurut Bourne (1984) untuk dapat menerima peran dalam berpartisipasi harus ada kemampuan dari masyarakat tersebut. Dalam hal ini, masyarakat dapat berperan serta dalam pembangunan apabila telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fattah (2006) yang menyatakan bahwa pada keluarga sejahtera kemampuan untuk turut berkontribusi dalam hal menyumbang dalam bentuk dana lebih besar dibandingkan dengan keluarga miskin. Demikian juga, Sukesi (2007), meneliti efektifitas ADD di Kabupaten Pacitan mengungkapkan bahwa program bantuan ADD juga memberi dampak positip terhadap peningkatan pelayanan masyarakat oleh pemerintah desa.

Umar (2009) mengemukakan juga bahwa rencana kerja adalah proses yang tidak pernah berakhir, apabila rencana telah ditetapkan maka dokumen

mengenai perencanaan yang terkait harus diimplemantasikan, karena sekumpulan kegiatan dan pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.

Penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya, karena bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan BKPG dalam pemberdayaan masyarakat di Aceh dan kedua, mengetahui kelemahan program yang telah dilaksanakan sebagai rujukan penyempurnaan program ke depan. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, dimana hasil penelitian ini dideskripsikan secara jelas dan terperinci yaitu memberikan gambaran secara komprehensif tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur desa pada program alokasi dana desa, khususnya mengenai bentuk partisipasi masyarakat dan aspek-aspek yang berhubungan dengan partisipasi tersebut di daerah penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada seluruh 23 kabupaten/kota di Aceh dan dibagi dalam delapan wilayah, yaitu wilayah I yang terdiri: Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat Daya; Wilayah II yang terdiri dari: Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan Kabupaten Gayo Lues; Wilayah III yang terdiri dari: Kabupaten Aceh Tenggara, Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Singkil; Wilayah IV yang terdiri dari: Kota Banda Aceh, Sabang dan Kabupaten Aceh Jaya; Wilayah V yang terdiri dari: Kabupaten Aceh Besar, Pidie dan Kabupaten Pidie

(4)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11 Nomor 2 Tahun 2020 113

Jaya; Wilayah VI yang terdiri dari: Kabupaten Bireuen, Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe; Wilayah VII yang terdiri dari: Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang; Wilayah VIII yang terdiri dari: Kabupaten Aceh Selatan dan Simeulue.

Wilayah yang dipilih berdasarkan kesamaan karakteristik serta letak georafis yang hampir sama. Sampel penelitian ini dibedakan menjadi dua macam sampel, yaitu sampel wilayah dan sampel masyarakat. Sampel wilayah meliputi 23 kabupaten, sedangkan sampel masyarakat yang terpilih untuk diwawancarai sejumlah 368 orang yang terdiri dari laki-laki maupun perempuan. Mereka menerima bantuan program BKPG, tahun 2008-2013. Selain itu, penelitian ini juga akan melakukan wawancara terhadap para informan berupa tokoh-tokoh masyarakat formal dan informal.

Data yang digunakan yaitu data sekunder dan data primer yang selanjutnya dianalisis menggunakan analisis kualitatif. Data sekunder yang dibutuhkan yaitu data-data yang berhubungan dengan bentuk partisipasi dan karakteristik pedesaan yaitu menyangkut aspek ekonomi dan sosial budaya serta hasil pelaksanaan program alokasi dana desa dalam kaitannya dengan partisipasi masyarakat desa, sedangkan data primer yang digunakan adalah teknik wawancara dan observasi.

Analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif. Data-data yang diperoleh dari studi dokumen dan wawancara disajikan secara deskriptif untuk menjelaskan bentuk-bentuk partisipasi dalam pembangunan infrastruktur desa, dan hasil kajian

dokumen atau wawancara yang disajikan dalam bentuk teks deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Efektivitas Penggunaan Dana BKPG

Berdasarkan efektivitas penggunaan dana BKPG ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan, yaitu kriteria pendapatan, pengurangan kemiskinan, kelembagaan, kemandirian, dan peran pemerintah.

Analisis Kriteria Pendapatan

Wilayah Aceh adalah sebuah wilayah yang berada di wilayah pesisir dan pegunungan. Pada umumnya mata pencaharian warga Aceh di Wilayah Pantai Aceh adalah nelayan dan perkebunan. Gerak ekonomi semakin semarak dengan perkembangan usaha perdagangan dan jasa dengan perkembangan jumlah pertokoan di beberapa tempat seperti Kota Sigli, dan Meureudu, Bireuen, Lhokseumawe, Langsa, Meulaboh, dan Subulussalam, serta beberapa ibukota pemekaran yang baru.

Pasar Tradisional yang dibuka pada hari tertentu tumbuh di banyak tempat. Perkembangan ini menjadikan peralihan mata pencaharian yang digeluti sebagian warga Aceh di wilayah ini menjadi pedagang, walaupun sebagian besar masih bermata pencarian di bidang perkebunan dan pertanian.

Tingkat kemiskinan yang masih relatif tinggi tersebut juga diperlihatkan dari hasil survey di delapan wilayah 23 kabupaten/kota yang melibatkan 44 kecamatan dengan responden sebanyak 230 orang sebagai sampel penelitian sebagaimana telah dijelaskan di atas. Hasil kajian di lapangan menunjukkan

(5)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11 Nomor 2 Tahun 2020 114 bahwa penghasilan rata-rata responden

yang berjumlah 170 orang masih berkisar antara Rp. 1-1,99 juta perbulan (74,3%). Kondisi ini sebagai akibat dari masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang pada umumnya hanya sampai Sekolah Menengah sehingga berdampak pada lemahnya tingkat penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan dibidang budidaya sektor pertanian dan perkebunan. Jadi, walaupun masyarakat memiliki areal perkebunan, namun pengelolaannya masih menggunakan cara tradisional yang hasilnya sangat tidak optimal sehingga masyarakat tetap hidup dalam keadaan miskin.

Kriteria peningkatan pendapatan terbagi atas indikator peningkatan pendapatan keluarga, pengurangan kesenjangan pendapatan, kesempatan berusaha, menampung/menyerap tenaga kerja, dan pendorong pengembangan sumber mata pencaharian masyarakat serta dampak terhadap perekonomian masyarakat. Hasil analisis ditemukan bahwa nilai rerata dari indikator yang mengukur kriteria peningkatan pendapatan adalah sebesar 4,05. Hal ini bermakna bahwa rata-rata responden berpendapat setuju dengan adanya program BKPG telah berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat di Aceh.

Kriteria Pengurangan Kemiskinan Kriteria pengurangan kemiskinan sebagai acuan dalam analisis terhadap efektivitas penggunaan dana BKPG yang dipilih akan ditinjau dari indikator mampu meningkatkan modal dan asset bagi masyarakat miskin, peningkatan semangat beraktifitas bagi masyarakat miskin, dan berkurangnya penduduk

miskin (Fattah, 2006). Hasil analisis ditemukan bahwa program BKPG telah mampu mengurangi kemiskinan di Desa/Gampong, dengan skor rerata sebesar 4,02.

Kriteria Kelembagaan

Kriteria kelembagaan, yaitu peningkatan kemampuan kelembagaan, peningkatan peran kelembagaan dalam pelaksanaan pembangunan, peran lembaga ikut berpartisipasi dalam pengawasan, dan peran mengarahkan pembangunan sesuai potensi (Umar, 2009). Hasil analisis ditemukan bahwa program BKPG telah mampu meningkatkan peran lembaga masyarakat gampong dalam penyusunan rencana pembangunan, pelaksanaan, pengawasan, meningkatkan peran masyarakat berpartisipasi dan mengarahkan pembangunan sesuai potensi gampong, yaitu dengan nilai rerata 4,09.

Kriteria Kemandirian

Kriteria kemandirian ditinjau dari tiga indikator, yaitu mampu meningkatkan kemandirian diri dan masyarakat, mendorong masyarakat untuk berswadaya, dan mampu

meningkatkan semangat

kegotongroyongan. Hasil analisis ditemukan bahwa responden menganggap mampu untuk meningkatkan diri, dan mampu mendorong masyarakat untuk berswadaya dalam percepatan pembangunan gampong, dan mampu meningkatkan semangat kegotong-royongan masyarakat di gampong, yaitu nilai rerata 4,01.

(6)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11 Nomor 2 Tahun 2020 115

Kriteria pemerintah menggunakan indikator: adanya peningkatan partisipasi pemerintah kabupaten/kota, kecamatan dan gampong yang lebih baik terhadap pembangunan gampong (Sukesi, 2007). Hasil analisis ditemukan bahwa peran pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, maupun gampong terlihat lebih baik terhadap pembangunan gampong, yaitu nilai rerata 4,05.

Kelemahan program yang telah dilaksanakan (Analisis SWOT)

Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

Faktor intenal adalah kajian kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki oleh gampong dalam mengembangkan potensi melalui penggunaan dana BKPG. Hasil analisis ditemukan bahwa hampir semuanya merupakan kekuatan di wilayah kajian ini. Hanya terdapat satu indikator yang menjadi kelemahan, yaitu kurangnya fasilitas dengan teknologi modern untuk mendukung program. Hal ini dikarenakan keterbatasan dana pendukung, dan masih banyaknya program atau kegiatan lain yang harus menjadi prioritas gampong, seperti pembuatan parit/saluran, jembatan dan akses jalan ke sentra pertanian rakyat.

Faktor Eksternal (Kesempatan dan Tantangan)

Faktor eksternal (kesempatan dan tantangan) merupakan kajian faktor yang berada di luar yang tidak mampu dipengaruhi oleh stakeholder di daerah kajian, namun faktor ini memberikan dampak terhadap pengembangan potensi gampong. Hasil analisis ditemukan

bahwa banyaknya peluang atau kesempatan yang sudah dimiliki di wilayah penelitian. Namun, hanya keadaan bencana yang masih sering terjadi seperti kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan, serta hama tikus dan wereng, babi, gajah serta monyet merupakan tantangan yang masih dominan dan perlu penanganan khusus. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data survey di atas, maka dapat disimpulkan bahwa program BKPG adalah, pertama, secara umum di Aceh telah dapat meningkatkan pendapatan, dan membuka kesempatan berusaha bagi masyarakat gampong; menurunkan jumlah penduduk miskin yang berada di gampong. kesehatan, jalan, jembatan, akses air minum, tali-tali air, dan saluran air pembuangan; meningkatkan kompetensi Lembaga Kemasyarakatan Gampong dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan sesuai dengan potensi gampong; meningkatkan kemandirian, swadaya, dan gotong-royong masyarakat; meningkatkan kinerja dan kapasitas pemerintah baik tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan gampong dalam penyelenggaraan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat; kedua, masih adanya kelemahan di tingkat gampong, yaitu tidak adanya fasilitas modern, seperti mesin pompa air, sumur bor yang modern, dan peralatan modern untuk pertanian/perkebunan rakyat, sehingga peningkatan kemakmuran rakyat gampong bergerak relatif sangat lambat; masih banyak terjadinya bencana alam, seperti banjir tahunan dan kekeringan pada musim kemarau, dan serangan hama

(7)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11 Nomor 2 Tahun 2020 116 tikus, sehingga terganggu aktifitas

ekonomi masyarakat gampong

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas, maka dapat direkomendasikan, pertama, program BKPG perlu terus dilanjutkan oleh Pemerintah Aceh agar Gampong dapat terus melanjutkan program peningkatan kemakmuran warganya; kedua, Gampong perlu didukung dengan penyediaan fasilitas modern, seperti alat pompa air, sumur bor yang modern, dan peralatan sarana prasarana modern untuk pertanian/perkebunan, sehingga proses pencapaian kemakmuran dapat bergerak lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Raharjo.

(2006). Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Graha ilmu. Yogyakarta. Bintarto, R. (1977). Suatu Pengantar

Geografi Desa. Yogyakarta: U. P Spring.

Bourne, (1984). Internal Structure Of The City: Reading On Urban Form, Growth, and Policy. New

York: Oxford University Press.

Fatah, Luthfi. (2006). Dinamika Pembangunan Pertanian Pedesaan. Banjarmasin: Pustaka Banua.

Husein Umar. (2009). Rencana Kerja Perusahaan Yang Baik. Jakarta: Rajawali.

Nur, Faisal, Sitti Bulkis dan Hamka

Naping. (2011). “Partisipasi

Masyarakat dalam Proses

Pembangunan Infrastruktur

Desa”, Jurnal Program Pasca

Sarjana Unhas, Edisi September,

Makassar: Program Pasca Sarjana Unhas. Tidak lengkap

Siagian, H. (1983). Pokok – Pokok Pembagian Masyarakat Desa, Bandung: Alumni.

Suksesi. (2007). Efektifitas Program Alokasi Dana Desa (ADD) terhadap Perekonomian Desa di Kabupaten Pacitan. Dikutip dalam http://journalfe.unitomo.ac.id/wp- ontent/uploads/2012/04/efektifitaspr

ogram -alokasi-dana-desA.pdf.

diakses tanggal 20 Juli 2013.

Eko,Sutoro. (2005). “Prakarsa Desentralisasi dan Otonomi Desa”. Yogyakarta; IRE Press.

(8)

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 11 Nomor 2 Tahun 2020 117

Referensi

Dokumen terkait

Pada tanggal 13 Februari 2007 Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 tahun 2007 (sekarang Permendikbud No 41 Tahun 2012) tentang Organisasi dan Tata Kerja

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

Pemberian pupuk urea dengan pupuk daun mamigro pada parameter jumlah bunga per tanaman pada kombinasi perlakuan saat tanaman berumur 35 HST dan 49 HST diduga

Berdasarkan uji statistik, hasil perlakuan menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar lama penyimpanan minuman lidah buaya dengan penambahan ekstrak kelopak

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan yang secara garis besar memuat tentang pangan yang bermutu serta pengaturan tentang label serta iklan pangan. Yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pemba- hasan dapat di tarik kesimpulan bahwa terdapat Hubungan yang bermakna Pengetahuan dan sikap masyarakat dengan pengelolaan

Pada tabel di atas menunjukkan variabel kebutuhan IT (Teknologi Informasi) dengan indikator kemajuan, pada pernyataan 9 “Saya membeli handphone android karena