Nilai Budaya dan Nilai Agama dalam
Teks Gurindam Dua Belas sebagai
Pedoman Masyarakat
Faurina Anastasia
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Muarabulian
Abstrak:
Raja Ali Haji adalah seorang pu jangga Melayu yang terkemuka. Dia pengarang puisi lama Melayu atau gurindam. Gurindamnya dinamakan Gurindam Dua Belas karena terdiri atas 12 pasal. Artikel ini membahas Gurindam Dua Belas-nya Raja Ali Haji untuk melihat terutama nilai agama dan nilai bu daya yang terkandung di dalamnya. Tanpa meningggalkan keindahannya sebagai karya sastra, Gurindam Dua Belas memberikan imbauan dan nasihat tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak, kewajiban orangtu a, bu di pekerti, dan hidu p bermasyarakat yang dapat dijadikan pedoman hidup orang banyak. Melalu i karyanya, tampaknya Raja Ali Haji bermaksud memberikan tuntunan moral berbasis agama.
Kata Kunci: Gurindam Dua Belas, Raja Ali Haji, budaya,
agama, Melayu.
Pendahuluan
Manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memiliki keunggulan, yaitu akal yang bisa menghasilkan kebudayaan yang memungkinkannya hidup di segala macam lingkungan. Manusia bisa menggunakan akalnya untuk menghasilkan sesuatu yang dapat dikategorikan menjadi wujud
kebudayaan.1 Wujud kebudayaan tersebut dapat diwarisi dan diturunkan kepada generasi berikutnya dari anak manusia tersebut. Di dalam kebudayaan terdapat unsur-unsur yang dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Adapun unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat yaitu berupa: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial atau sistem kemasyarakatan, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi, sistem religi dan kesenian. Di dalam artikel ini saya akan membahas bagian unsur-unsur kebudayaan yang pertama, yaitu bahasa. Pembahasan lebih dalam tentang fungsi bahasa tertulis, yang terdapat dalam syair Melayu kuno,
Gurindam Dua Belas, yang dilihat dari nilai-nilai kebudayaan yang
terkandung di dalamnya. Pembahasan lebih lanjut akan dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu: 1) Di manakah Riau itu? 2) Siapakah Raja Ali Haji? 3) Apakah gurindam itu? 4) Apakah nilai budaya itu? 5) Apakah isi dari Gurindam Dua Belas? 6) Apakah nilai budaya dan nilai agama yang terkandung dalam Gurindam Dua Belas?
Riau
Secara etimologi, kata Riau berasal dari bahasa Portugis, yaitu Rio yang berarti ‘sungai’ (Mu’jizah, 1998: 8). Kata tersebut lama-kelamaan berubah menjadi Riau. Riau, sebagai pusat Kerajaan Melayu, terkenal dengan nama Bandar Rioh yang didirikan oleh Sultan Ibrahim Syah dalam Kemaharajaan Melayu antara tahun 1671—1682.2
Provinsi Riau terdiri dari Riau Kepulauan dan Riau Daratan. Daerah ini terdiri dari banyak pulau. Salah satu pulau yang terdapat di Gugusan Pulau Bintan adalah Pulau Penyengat. Pulau ini juga mendapat julukan Pulau Penyengat Indra Sakti. Pulau ini pernah menjadi pusat pemerintahan Riau. Ketika menjadi pusat pemerintahan, kegiatan pernaskahan dan tradisi penyalinan naskah di daerah ini berkembang dengan pesat, bahkan sampai ke lingkungan kerajaan. Keadaan tersebut membuat kegiatan menulis dan mengarang menjadi pekerjaan keraton yang terkenal. Contoh kerabat
istana yang dikenal sebagai pengarang adalah Engku Haji Ahmad dan anaknya, Raja Ali Haji. Selain kerabat istana, pemerintah kolonial Belanda juga menjadi pemrakarsa penyalinan naskah di Riau, seperti Von de Wall, C. P. J. Elout, Klinkert, dan Walbeehm. Ada juga juru tulis yang bekerja di sana, seperti Haji Ibrahim, Encik Ismail, dan Encik Said.
Kegiatan penyalinan yang terus berkembang membuat Kerajaan Riau mendirikan sarana percetakan untuk menyebarluaskan karya-karya yang dihasilkan di sana. Percetakan pertama yang hasil cetakannya masih dalam bentuk cetak batu dan menggunakan huruf Jawi diberi nama Rumah Percetakan Kerajaan.3 Kegiatan penulisan yang berkembang juga membuat sebuah perkumpulan intelektual didirikan di Pulau Penyengat. Nama perkumpulan tersebut adalah Rusydiah Klab.
Jenis naskah Riau sangat beragam. Namun, di sini yang akan saya bahas lebih lanjut adalah Gurindam Dua Belas yang berasal dari kalangan istana. Tempat-tempat penyalinan naskah di sana antar lain di Riau, Tanjungpinang (Pulau Bintan), dan Pulau Penyengat (Kampung Bulang, Kampung Tengah, dan Kampung Baru) (Mu’jizah, 1998: 99—108). Pada saat ini, tempat penyimpanan naskah Riau antara lain di Perpustakaan Nasional Jakarta, Perpustakaan Universitas Leiden, Perpustakaan Universitas Cambridge di Inggris, dan di Pulau Penyengat yaitu di Yayasan Indrasakti.
Raja Ali Haji
Raja Ali Haji adalah pengarang dari sebuah karya yang sangat terkenal, yaitu Gurindam Dua Belas. Raja Ali Haji diperkirakan hidup antara tahun 1808—1873. Ia adalah seorang bangsawan. Ayahnya, Raja Ahmad, adalah seorang penasihat Kerajaan dan ibunya, Encik Hamidah binti Panglima Selangor, adalah putri Raja Selangor. Berbagai ilmu, seperti agama Islam, adat-istiadat, dan bahasa Melayu dan Arab, telah dipelajarinya. Bakatnya yang menonjol adalah menulis dan ia sangat berminat pada bidang sejarah, adat-istiadat,
pemerintahan, dan syair.
Raja Ahmad, yang bekerja sebagai penasihat Kerajaan, membuatnya sering bertugas ke berbagai daerah, seperti Betawi. Selain itu, Raja Ali Haji dan Raja Ahmad juga pernah tinggal di Mekah lebih dari setahun. Melalui perjalanannya itu, ia mendapat pengalaman baru dan ilmu pengetahuan.
Setelah dewasa, Raja Ali Haji menuangkan semua yang diketahuinya ke dalam tulisan-tulisan yang isinya beragam. Karyanya antara lain Gurindam Dua Belas, Kitab Pengetahuan Bahasa,
Bustanulkatibin (Taman para penulis), Tsamarat al Muhimmah
(ajaran yang berguna), Tuhfat al Nafis (Hadiah yang berharga),
Silsilah Melayu dan Bugis, Syair suluh Pegawai, Syair Siti Sianah, Syair Sinar Gemala Mestika Alam. Ia ditetapkan oleh pemerintah
Republik Indonesia sebagai pahlawan nasional pada 5 November tahun 2004.4
Gurindam
Kata gurindam berasal dari bahasa Tamil yang berarti “umpama”. Gurindam adalah suatu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Gurindam biasanya terdiri dari dua kalimat majemuk yang dibagi menjadi dua baris yang bersajak. Tiap-tiap baris tersebut merupakan sebuah kalimat majemuk yang merupakan induk dan anak kalimat. Jumlah suku kata tiap-tiap baris tidak ditentukan. Iramanya juga tidak tetap.5
Gurindam memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu: 1. Rangkap
Gurindam mempunyai dua baris dalam serangkap atau beberapa baris dalam serangkap. Setiap baris dalam rangkap merupakan isi atau maksud dan perlu bersambung dengan baris-baris dalam rangkap berikutnya untuk membawa makna yang lengkap. Baris pertama biasanya dikenali sebagai “syarat” dan baris kedua sebagai “jawab”. Baris pertama atau “syarat”
menyatakan suatu pikiran atau peristiwa sedangkan baris kedua atau “jawab” menyatakan keterangan atau menjelaskan apa yang telah dinyatakan oleh baris atau ayat pertama tadi.
2. Perkataan. Jumlah perkataan sebaris tidak tetap. 3. Suku kata. Jumlah suku kata tidak tetap.
4. Rima. Rima akhir tidak tetap.
Nilai Budaya
Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.6
Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.
Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu: 1. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat
mata (jelas).
2. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut.
3. Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
Isi Gurindam Dua Belas
Gurindam termasuk ke dalam puisi lama yang banyak terdapat dalam masyarakat Melayu Indonesia. Gurindam yang terkenal adalah
Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji (1809-1872). Gurindam ini
dinamakan Gurindam Dua Belas karena gurindam tersebut terdiri dari dua belas pasal. Hampir semua lariknya mempunyai rima yang sama dalam satu bait.
Raja Ali Haji, si empunya karya Gurindam Dua Belas menyebutkan arti gurindam tersebut di dalam pengantar karyanya. Di pengantar tersebut juga disebutkan tanggal gurindam ditulis, manfaat gurindam, dan perbedaan gurindam dengan syair.7
“Inilah Gurindam Dua Belas Namanya”
Segala puji bagi Tuhan seru sekalian alam serta shalawatkan Nabi yang akhirul zaman serta keluarganya dan sahabatnya sekalian adanya.
Amma ba’du daripada itu maka tatkala sampailah hijratun Nabi 1263 Sannah kepada dua puluh tiga hari bulan Rajab hari Selasa maka diilhamkan Allah Ta’ala kepada kita yaitu Raja Ali Haji mengarang satu gurindam cara Melayu yaitu yang boleh juga diambil faedah sedikit-sedikit perkataannya itu pada orang yang menaruh akal maka adalah banyaknya gurindam itu hanya dua belas pasal di dalamnya.
Syahdan adalah beda antara gurindam dengan syair itu aku nyatakan pula bermula arti syair Melayu iaitu perkataan yang bersajak serupa dua berpasang pada akhirnya dan tiada berke-hendak pada sempurna perkataan pada satu-satu pasangnya bersalahan dengan gurindam adapun gurindam itu iaitu perka-taan yang bersajak juga pada akhir pasangannya tetapi sempurna perkataannya dengan satu pasangan sahaja jadilah seperti saja yang pertama itu isyarat dan syair sajak yang kedua itu jadi seperti jawab.
Bermula inilah rupa syairnya.
Dari kutipan tersebut, kita dapat melihat bahwa sajak-sajak tersebut ternyata berisi tuntunan moral yang berbasiskan agama. Kita juga dapat memahami bahwa Gurindam Dua Belas merupakan bentuk syiar sang penyair.
Raja Ali Haji menulis Gurindam Dua Belas berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. Kumpulan gurindam ini terdiri dari dua belas pasal, antara lain tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak, kewajiban orang tua, budi pekerti, dan hidup bermasyarakat. Gurindam Dua Belas dapat dikatakan berisi himbauan dan nasihat Raja Ali Haji untuk rakyatnya khususnya dan
pembaca umumnya.
Berikut ini akan di paparkan isi lengkap kedua belas gurindam karya Raja Ali Haji yang terkenal itu:
Gurindam Pasal 1
Barangsiapa tiada memegang agama Segala-gala tiada boleh dibilangkan nama
Barangsiapa mengenal yang empat Maka yaitulah orang yang ma’rifat
Barangsiapa mengenal Allah
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah
Barangsiapa mengenal diri
Maka telah mengenal Tuhan yang bahri
Barangsiapa mengenal dunia Tahulah ia barang yang terperdaya
Barangsiapa mengenal akhirat Tahulah ia dunia mudharat
Gurindam Pasal 2
Barangsiapa mengenal yang tersebut Tahulah ia makna takut
Barangsiapa meninggalkan sembahyang Seperti rumah tiada bertiang
Barangsiapa meninggalkan puasa Tidaklah mendapat dua termasa
Barangsiapa meninggalkan zakat Tidaklah hartanya boleh berkat
Barangsiapa meninggalkan haji Tidaklah ia menyempurnakan janji
Gurindam Pasal 3
Sedikitlah cita-cita
Apabila terpelihara kuping
Kabar yang jahat tiadalah damping
Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan Daripada segala berat dan ringan
Apabila perut terlalu penuh Keluarlah fi’il yang tiada senonoh
Anggota tengah hendaklah ingat
Disitulah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi
Gurindam Pasal 4
Hati itu kerajaan di dalam tubuh Jikalau zalim segala anggota pun rubuh
Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir Disitulah banyak orang tergelincir
Pekerjaan marah jangan dibela Nanti hilang akal di kepala
Jika sedikitpun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung
Tanda orang yang amat celaka Aib dirinya tiada ia sangka
Bakhil jangan diberi singgah Itulah perompak yang amat gagah
Janganlah kelakuannya membuat kasar
Barangsiapa perkataan kotor Mulutnya itu umpama ketor
Dimana tahu salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi
Pekerjaan takbur jangan direpih Sebelum mati didapat juga sepih
Gurindam Pasal 5
Jika hendak mengenal orang berbangsa Lihatlah kepada budi dan bahasa
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia Sangat memeliharakan yang sia-sia
Jika hendak mengenal orang yang berilmu Bertanya dan belajar tidaklah jemu
Jika hendak mengenal orang yang berakal Di dalam dunia mengambil bekal
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai Lihatlah pada ketika bercampur dengan orang ramai
Gurindam Pasal 6
Cahari olehmu akan sahabat Yang boleh dijadikan obat
Cahari olehmu akan guru Yang boleh tahukan tiap seteru
Cahari olehmu akan istri Yang boleh menyerahkan diri
Cahari olehmu akan kawan Pilih segala orang yang setiawan
Cahari olehmu akan ‘abdi Yang ada baik sedikit budi
Gurindam Pasal 7
Apabila banyak berkata-kata Disitulah jalan masuk dusta
Apabila banyak berlebih-lebihan suka Itulah tanda hampirkan duka
Apabila kita kurang siasat
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat
Apabila anak tidak dilatih Jika besar bapanya letih
Apabila banyak mencela (mencacat?) orang Itulah tanda dirinya kurang
Apabila orang yang banyak tidur Sia-sia sahajalah umur
Apabila mendengar akan khabar Menerimanya itu hendaklah sabar
Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan
Apabila perkataan yang lemah lembut Lekaslah segala orang mengikut
Apabila perkataan yang amat kasar Lekaslah orang sekalian gusar
Apabila pekerjaan yang amat benar Tidak boleh orang berbuat onar
Gurindam Pasal 8
Barangsiapa khianat akan dirinya Apalagi kepada lainnya
Kepada dirinya ia aniaya
Orang itu jangan engkau percaya
Daripada yang lain dapat kesalahannya
Daripada memuji diri hendaklah sabar Biar daripada orang datangnya khabar
Orang yang suka menampakkan jasa Setengah daripada syirik mengaku kuasa
Kejahatan diri sembunyikan Kebaikan diri diamkan
Ke’aiban orang jangan dibuka Ke’aiban diri hendaklah sangka
Gurindam Pasal 9
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan Bukannya manusia yaitulah syaitan
Kejahatan seorang perempuan tua Itulah iblis punya penggawa
Kepada segala hamba-hamba raja Disitulah syaitan tempat bergoda
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan Disitulah syaitan punya jamuan
Adapun orang tua(h) yang hemat Syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru Dengan syaitan kuat berseteru
Gurindam Pasal 10
Dengan bapa jangan durhaka Supaya Allah tidak murka
Dengan ibu hendaklah hormat Supaya badan dapat selamat
Dengan anak janganlah lalai Supaya boleh naik di tengah balai
Dengan kawan hendaklah adil Supaya tangannya jadi kapil
Gurindam Pasal 11
Hendaklah berjasa Kepada yang sebangsa
Hendak jadi kepala Buang perangai yang cela
Hendak memegang amanat Buanglah khianat Hendak marah Dahulukan hujjah Hendak dimalui Jangan memalui Hendak ramai Murahkan perangai Gurindam Pasal 12
Raja mufakat dengan menteri Seperti kebun berpagar duri
Betul hati kepada raja Tanda jadi sebarang kerja
Hukum adil atas rakyat Tanda raja boleh boleh ‘inayat
Kasihkan orang yang berilmu Tanda rahmat atas dirimu
Hormat akan orang yang pandai Tanda mengenal kasa dan cindai
Ingatkan dirinya mati Itulah asal berbuat bakti
Akhirat itu terlalu nyata Kepada hati yang tidak buta
Nilai Budaya dan Nilai Agama yang Terkandung dalam
Gurindam Dua Belas
Sesuai dengan prinsip gurindam, yaitu larik pertama adalah “syarat” sedangkan larik kedua merupakan “jawab”, larik kedua pada
Gurindam Dua Belas menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada
seseorang apabila seseorang masuk ke dalam kondisi pada larik pertama. Apabila banyak mencela orang, itulah tanda dirinya kurang berarti bila seseorang berada dalam kondisi sering (banyak) mencela orang lain, berarti ia adalah orang yang kurang baik atau memiliki cacat yang sebenarnya pantas dicela.
Pasal pertama berisi tentang agama karena Raja Ali Haji menempatkan agama sebagai hal yang terpenting bagi rakyatnya. Bagi beliau, orang yang tidak beragama tidak memiliki identitas diri. Untuk mencapai kesempurnaan, manusia harus mengenal yang empat (empat zat yang menjadikan manusia mula-mula). Orang yang mengenal Allah, melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, tidak akan berbuat salah. Kita dapat mengetahui kebesaran Allah lewat manusia, makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna. Manusia yang berorientasi pada kebahagiaan di dunia sebenarnya tertipu karena ia tidak menyadari kalau dunia fana sebenarnya merugikan.
Isi dari pasal kedua juga masih tentang agama. Semakin manusia mengenal Allah, maka semakin takut ia pada-Nya. Perintah-perintah-Nya wajib kita laksanakan, terutama yang tercantum dalam rukun Islam, shalat, puasa, zakat, dan naik haji. Raja Ali Haji menanggap shalat sebagai pegangan hidup. Orang yang meninggalkan ibadah puasa akan kehilangan dunia dan akhirat, berarti Allah tidak akan menjaga orang itu. Harta dari orang yang tidak membayar zakat tidak diridhai oleh Allah. Orang yang tidak naik haji (apalagi bila ia mampu) tidak menyempurnakan janji sebagai orang Islam.
Dalam pasal ketiga, Raja Ali Haji mengingatkan betapa pentingnya menjaga anggota tubuh dari perbuatan-perbuatan yang
tidak baik. Mata harus dijaga supaya tidak timbul keinginan-keinginan yang menyimpang. Telinga harus dijauhkan dari segala macam bentuk gunjingan dan hasutan. Orang yang menjaga omongannya akan mendapatkan manfaat. Tangan juga harus dijaga dari mengambil milik orang lain. Nafsu harus dijaga supaya tidak melakukan perbuatan yang tidak patut. Hidup harus dijalani penuh semangat. Jangan merugikan diri dengan melakukan hal-hal yang mubazir dan maksiat.
Raja Ali Haji berbicara tentang budi pekerti dalam pasal keempat. Hati adalah inti dari jiwa manusia. Hati yang dengki hanya akan merugikan diri sendiri. Berbicara harus dipikir supaya tidak celaka karenanya. Amarah adalah perbuatan sia-sia. Orang yang pernah berbohong, sedikit apa pun dustanya, akan terus tampak di mata orang lain sebagai pembohong. Orang yang paling celaka adalah orang yang tidak menyadari kesalahannya sendiri sampai harus dikatakan oleh orang lain. Sifat pelit akan menguras hartanya sendiri, berarti dengan menjadi dermawan justru harta kita akan bertambah (ditambah oleh Allah). Kelakuan dan kata-kata hendaklah selalu halus dan bersih.
Rangkap pertama pada pasal kelima bermakna orang yang bersifat baik tampak dari perbuatannya. Orang yang mulia dan berbangsa dapat kita lihat dari perilaku dan tutur katanya. Orang yang bahagia adalah orang yang berhemat dan tidak melakukan perbuatan yang sia-sia. Orang yang pandai tidak pernah jemu untuk belajar dan memetik pelajaran dari hidupnya di dunia. Orang yang baik adalah orang yang dapat bersosialisasi dalam masyarakat.
Melalui pasal keenam, Raja Ali Haji memberi tahu orang-orang seperti apa yang sebaiknya ada di sekitar kita. Carilah sahabat yang setia dan dapat membantu kita. Carilah guru yang serba tahu dan tidak menyembunyikan hal-hal buruk. Istri yang patut diambil adalah istri yang berbakti. Abdi (pengikut, pembantu, budak) yang baik untuk diambil adalah abdi yang berbudi.
Pasal ketujuh juga berisi tentang budi pekerti. Orang yang banyak bicara memperbesar kemungkinan berdusta. Terlalu mengharapkan sesuatu akan menimbulkan kekecewaan yang mendalam saat sesuatu
itu tidak seperti yang diharapkan. Setiap pekerjaan harus ada persiapannya. Anak harus dididik supaya tidak menyusahkan orang tua di kemudian hari. Orang yang gemar mencela orang lain bagaikan tong kosong yang nyaring bunyinya. Raja Ali Haji juga menghimbau orang untuk tidak malas dan menerima kabar dengan kepala dingin. Perkataan yang lemah-lembut akan lebih didengar orang daripada perkataan yang kasar. Orang yang benar jangan disalahkan (difitnah atau dikambinghitamkan).
Dalam pasal kedelapan, Raja Ali Haji berpesan kalau orang yang ingkar dan aniaya terhadap dirinya sendiri tidak dapat dipercaya. Orang yang egois selalu memamerkan kebaikan dirinya dan menyalahkan orang lain. Pujian tidak usah dibuat sendiri tapi tunggulah datangnya dari orang lain. Sifat-sifat jelek dalam diri kita jangan ditampakkan, begitu pula kebaikan-kebaikan yang telah kita perbuat. Kesalahan orang lain jangan diumbar dan kesalahan sendiri harus disadari.
Dengan membaca pasal kesembilan, kita bisa tahu kondisi seperti apa yang membuat setan datang atau pergi. Manusia yang mengerjakan pekerjaan yang tidak baik diibaratkan sebagai setan. Perempuan tua yang jahat bagaikan pimpinan setan. Jangan menjilat pada raja. Para pemuda sering melakukan perbuatan maksiat. Laki-laki dan perempuan jangan bertemu dalam suasana yang mendorong perbuatan negatif seperti zina. Orang tua yang berhemat (hidup tanpa berbuat sia-sia) dan orang muda yang gemar belajar dijauhi oleh setan. Kewajiban terhadap orang tua, anak, istri, dan teman dibahas dalam pasal kesepuluh. Anak harus hormat dan berbakti pada ayah-ibunya. Orang tua harus benar-benar mendidik anaknya supaya berhasil dan dapat menaikkan derajat mereka. Orang harus ingat kepada istri dan gundiknya supaya aib tidak tersebar dan tidak membuat malu. Kita juga harus adil terhadap teman.
Kita hendaknya menolong sesama, terutama yang sebangsa, tercantum dalam pasal ke sebelas. Kita harus membuang sifat-sifat buruk dan memegang amanat. Amarah sebaiknya ditahan untuk mendahulukan keperluan (hajat). Jangan mendahulukan diri sendiri,
berarti kita harus antri. Bila ingin disukai orang-orang, kita harus membentuk sikap yang menyenangkan. Semua ini terangkum dalam pasal kesebelas.
Pasal yang kedua belas atau pasal yang terakhir membahas tentang kewajiban raja, orang yang berilmu, dan hikmah kematian. Hubungan raja dengan menteri adalah saling menjaga satu sama lain. Raja yang baik atau raja yang mendapat petunjuk dari Allah adalah raja yang adil terhadap rakyatnya. Orang yang berilmu dikaruniai oleh Allah dan dihormati orang lain. Bila manusia mengingat kematiannya nanti, ia akan lebih berbakti pada Allah. Orang yang tidak buta hatinya tahu kalau akhirat itu benar-benar ada.
Penutup
Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji adalah salah satu naskah
Nusantara, tepatnya dari daerah Riau, yang terkenal. Kumpulan gurindam ini merupakan salah satu bentuk syiar Raja Ali Haji. Beliau bermaksud memberikan tuntunan moral yang berbasis agama pada rakyatnya melalui karyanya ini. Tanpa meningggalkan keindahannya sebagai karya sastra, Gurindam Dua Belas memberikan himbauan dan nasihat tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak, kewajiban orang tua, budi pekerti, dan hidup bermasyarakat yang dapat dijadikan pedoman hidup orang banyak, tidak hanya masyarakat Melayu Riau pada khususnya, tapi seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya.
Gurindam Dua Belas merupakan pusaka bangsa Indonesia yang
perlu dilestarikan. Naskah Gurindam Dua Belas mencirikan kebudayaan bangsa Indonesia yang sangat memegang teguh nilai-nilai agama/religius, nilai moral, nilai keindahan, dan nilai kebenaran/ keyakinan. Keteguhan itu sudah berlangsung sejak beratus tahun yang lalu. Kalau pun nilai-nilai tersebut sudah mulai pudar bahkan mulai hilang dari diri bangsa Indonesia, hal itu merupakan kewajiban kita bersama untuk terus saling mengingatkan jika ada kesalahan yang dilakukan oleh anggota masyarakat yang lain. Kebanggaan akan budaya Indonesia yang beraneka ragam, akan semakin menunjukkan
ciri bangsa Indonesia yang masih memegang teguh nilai-nilai agama dalam setiap langkah kehidupannya.
Bahwa Tuhan semesta alam maha tahu akan segala perbuatan manusia, sehingga di perlukan kehati-hatian dalam setiap bertindak. Selain hubungan dengan Tuhan yang maha esa, hubungan dengan sesama manusia juga perlu di perhatikan dan terus di pupuk. Alangkah indahnya jika seluruh lapisan masyarakat, mulai dari lapisan bawah, menengah dan atas, hidup rukun saling berdampingan. Alangkah damainya Indonesia jika pemimpinnya memaknai ajaran yang di syiarkan Raja Ali Haji dalam karyanya tersebut. Mudah-mudahan ketika membaca Gurindam Dua Belas, individu akan tersadar akan pentingnya mengetahui bagaimana seharusnya bersikap terhadap berbagai kalangan dalam keanggotaan di masyarakat.
Catatan:
1 . Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi I, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 75.
2 . Mu’jizah dan Maria Indra Rukmi, Penelusuran Penyalinan Naskah naskah Riau Abad XIX: Sebuah Kajian Kodikologi, (Jakarta: FSUI, 1998), hlm. 8.
3 . Mu’jizah dan Rukmi, Penelusuran Penyalinan, hlm. 10.
4 . http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_Haji_bin_Raja_Haji_Ahmad: 12 November 2012.
5 . http://poetrymoon.blogspot.com: 12 November 2012.
6 . Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi I, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 75.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta.
Mu’jizah, dan Maria Indra Rukmi. 1998. Penelusuran Penyalinan
Naskah-naskah Riau Abad XIX: Sebuah Kajian Kodikologi.
Jakarta: FSUI
http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_Haji_bin_Raja_Haji_Ahmad (12 November 2012).
http://poetrymoon.blogspot.com (12 November 2012). www.MelayuOnline.com (12 November 2012).