III.
KERANGKA
TEORI
3.1. Pola Konsumsi/Pengeluaran Rumahtangga
Konsumsi didefinisikan sebagai penggunaan komoditas-komoditas oleh
rumahtangga. Pola konsumsi merupakan cara mengkombinasikan unsur
konsumsi dengan tingkat konsumsi secara keseluruhan. Pengeluaran konsumsi
dilakukan untuk memepertahankan taraf hidup. Pada tingkat pendapatan
rendah, pengeluaran konsumsi pertama dibelanjakan untuk kebutuhan pokok.
Kebutuhan makanan (pangan) adalah yang terpenting karena makanan
merupakan jenis komoditas utama untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Akan tetapi terdapat bermacam-macam barang konsumsi yang merupakan
kebutuhan rumahtangga. Keanekaragamannya tergantung pada tingkat
pendapatan rumahtangga. Tingkat pendapatan rumahtangga yang berbeda-
beda mengakibatkan perbedaan pola konsumsi.
Tingkat pengeluaran konsumsi merupakan salah satu cara untuk
mengkaji pola konsumsi. Dengan mengenali jenis-jenis barang konsumsi dapat
diketahui bahwa rumahtangga dengan tingkat pendapatan tertentu
membelanjakannya dalam persentase yang tertentu pula untuk keperluan
pangan. Dalam hal ini perlu diingat kembali Hukum Engel yang menyatakan
bahwa bila selera tidak berubah, maka proporsi pengeluaran untuk pangan
menurun dengan meningkatnya pendapatan. Engel menemukan hukum tersebut
dari perangkat data survey pendapatan dan pengeluaran.
Pada kenyataannya, pola konsumsi penduduk berubah dari waktu ke
waktu dan antara daerah satu dengan lainnya, tergantung kepada selera,
tersebut dapat terjadi karena elastisitas permintaan terhadap pangan pada
umumnya rendah, sedangkan elastisitas permintaan terhadap komoditas
nonpangan pada umumnya tinggi. Keadaan ini semakin jelas terlihat pada
sekelompok penduduk yang tingkat konsumsi pangannya sudah mencapai titik
jenuh, sehingga peningkatan pendapatan akan digunakan untuk ditabung atau
digunakan untuk memenuhi kebutuhan non-pangan.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa pola konsumsi/pengeluaran
rumahtangga dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai tingkat
kesejahteraan penduduk, dan perubahan komposisinya dapat digunakan sebagai
indikator perubahan tingkat kesejahteraannya. 3.2. Teori Permintaan
Teori permintaan merupakan suatu teori yang menerangkan sifat dari
permintaan pembeli (konsumen) terhadap suatu komoditas serta menerangkan
hubungan antara jumlah yang diminta dengan harga, yang selanjutnya
menjelaskan pembentukan kurva permintaan. Permintaan sendiri diartikan
sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga dalam
waktu tertentu. Buku-buku teori ekonomi menyatakan bahwa permintaan
seseorang atas sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya yang
terpenting adalah:
1. Harga barang itu sediri
2. Harga barang-barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang
tersebut
3. Pendapatan rumahtangga dan pendapatan rata-rata masyarakat
4. Selera masyarakat
6. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang
Secara fungsional faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan
seseorang atas suatu produk seperti tersebut di atas dapat dinyatakan:
Q = f ( Y, Pi, Pj, S, U)... (1)
dimana :
Q = jumlah komoditas yang dikonsumsi
Y = tingkat pendapatan
Pi = harga komoditas itu sendiri
Pj = harga komoditas substitusi atau komplemen
S = selera
U = faktor-faktor lainnya
Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama
dipengaruhi oleh tingkat harganya; oleh sebab itu dalam teori permintaan yang
terutama dianalisis adalah hubungan antara jumlah permintaan suatu barang
dengan harga barang tersebut (Lipsey et al., 1986). Dalam analisis tersebut
diasumsikan bahwa faktor-faktor yang lain tidak mengalami perubahan atau
ceteris paribus, Namun demikian faktor-faktor yang dianggap tetap tersebut
tidak boleh diabaikan. Setelah melakukan analisis terhadap hubungan antara
jumlah permintaan dan tingkat harga, maka selanjutnya, dengan asumsi ceteris
paribus, analisis dapat dilanjutkan dengan melihat bagaimana permintaan suatu
barang dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya. Dengan demikian dapat
diketahui bagaimana permintaan suatu barang akan berubah apabila faktor lain
berubah.
Hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya
dinyatakan dalam suatu Hukum Permintaan yang menyatakan:
“Makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan
suatu barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang
maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut”
Hal tersebut terjadi karena (1) kenaikan harga menyebabkan para konsumen
mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti, sedangkan
apabila terjadi penurunan harga konsumen akan menambah jumlah pembelian,
dan (2) kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil konsumen berkurang yang
memaksa para konsumen untuk mengurangi pembeliannya. Hubungan antara
harga satuan komoditas dengan jumlah yang diminta pada berbagai tingkat
harga biasa dinyatakan dalam suatu kurva permintaan.
3.3. Teori Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen mengandung arti semua aktivitas individu dalam
memperoleh dan menggunakan komoditas termasuk pengambilan keputusan
yang meliputi aktivitas tersebut. Perilaku mengkonsumsi suatu produk
merupakan bagian dari perilaku konsumen dalam proses pengambilan
keputusan yang dilakukannya. Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu
dan rumahtangga. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut.
Perilaku konsumen merupakan perilaku yang ditunjukkan dalam mencari,
membeli, menggunakan, menilai dan menentukan produk, jasa, dan gagasan
(Schiffman and Kanuk, 2004).
Menurut Sumarwan (2003) secara sederhana, studi perilaku konsumen
meliputi hal-hal sebagai berikut : apa yang dibeli konsumen ? (what do they
buy?); mengapa konsumen membelinya ? (why do they buy it ?); kapan mereka
they buy it ?); berapa sering mereka membelinya ? (how often do they buy it ?);
berapa sering mereka menggunakannya ? (how often do they use it ?).
Berdasarkan teori ekonomi, permintaan timbul karena konsumen
memerlukan manfaat dari komoditas yang dibeli. Manfaat tersebut dikenal
dengan istilah utilitas (utility). Jadi sebenarnya, permintaan suatu komoditas
menggambarkan permintaan akan utilitas dari komoditas tersebut. Dengan kata
lain, permintaan suatu komoditas merupakan derivasi (penurunan) dari utilitas
yang diberikan oleh komoditas tersebut. Dalam teori tingkah laku konsumen,
diterangkan dua hal berikut:
1. Alasan para konsumen untuk membeli lebih banyak barang pada harga yang
lebih rendah dan mengurangi pembelian pada harga yang tinggi
2. Bagaimana seorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari
barang yang akan dibeli dari pendapatan yang diperolehnya
Ada beberapa pendekatan yang sering digunakan untuk menjelaskan tingkah
laku konsumen, yaitu:
1. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach). Menurut pendekatan ini, utilitas
dapat diukur dengan satuan uang, dan tinggi rendahnya nilai utilitas
tergantung kepada subyek yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung
anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka
akan semakin diminati. Asumsi dari pendekatan ini adalah:
a. Konsumen rasional, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan
kepuasannya dengan batasan pendapatannya.
b. Diminishing marginal utility, artinya tambahan utilitas yang diperoleh
konsumen makin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari
komoditas tersebut.
c. Pendapatan konsumen tetap
e. Total utilitas adalah additive dan independent. Additive artinya utilitas dari
sekumpulan barang adalah fungsi dari kuantitas masing-masing barang
yang dikonsumsi. Sedangkan independent berarti bahwa utilitas X1 tidak
dipengaruhi oleh tindakan mengkonsumsi barang X2, X3, …. Xn dan
sebaliknya.
2. Pendekatan Ordinal (Ordinal Approach). Dalam pendekatan ini utilitas suatu
barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu
membuat urutan tinggi rendahnya utilitas yang diperoleh dari mengkonsumsi
sekelompok barang. Pendekatan yang dipakai dalam teori ordinal adalah
indefference curve, yaitu kurva yang menunjukkan kombinasi 2 (dua) macam
barang konsumsi yang memberikan tingkat kepuasan sama. Asumsi dari
pendekatan ini adalah:
a. Konsumen rasional
b. Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang yang disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna
c.. Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu
d. Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum
e. Konsumen konsisten, artinya bila barang A lebih dipilih daripada B karena
A lebih disukai daripada B, tidak berlaku sebaliknya
f. Berlaku hukum transitif, artinya bila A lebih disukai daripada B dan B lebih
disukai daripada C, maka A lebih disukai daripada C
3. Preferensi Nyata (Revealed Preference). Kurva permintaan dapat disusun
secara langsung berdasarkan perilaku konsumen di pasar. Asumsi yang
a. Rasionalisasi, yaitu konsumen adalah rasional, juga mengandung
pengertian bahwa jumlah barang banyak lebih disukai daripada barang
sedikit.
b. Konsisten artinya seperti biasanya apabila konsumen telah menentukan A
lebih disukai daripada B maka dia tidak sekali-kali mengatakan bahwa B
lebih disukai dari pada A.
c. Asas transitif, artinya bila konsumen menyatakan A lebih disukai dari
pada B dan B lebih disukai daripada C, maka ia akan menyatakan juga
bahwa A lebih disukai daripada C.
d. Konsumen akan menyisihkan sejumlah uang untuk pengeluarannya.
Jumlah ini merupakan anggaran yang dapat dipergunakannya. Kombinasi
barang X dan Y yang sesungguhnya dibeli di pasar merupakan preferensi
atas kombinasi barang tersebut. Kombinasi yang dibeli ini akan
memberikan dayaguna yang tertinggi.
4. Pendekatan Atribut. Pendekatan ini mempunyai pandangan bahwa konsumen
dalam membeli produk tidak hanya karena utilitas dari produk tersebut, tetapi
karena karakteristik atau atribut-atribut yang disediakan oleh produk tersebut.
Ada beberapa keunggulan pendekatan atribut antara lain :
a. Terlepas dari diskusi mengenai bagaimana mengukur daya guna suatu
barang, yang merupakan asumsi dari pendekatan sebelumnya.
b. Pendekatan ini memandang suatu barang diminta konsumen bukan
jumlahnya, melainkan atribut yang melekat pada barang tersebut,
sehingga lebih dapat dijelaskan tentang pilihan konsumen terhadap
produk.
c. Dapat digunakan untuk banyak barang, sehingga bersifat praktis dan lebih
3.4. Fungsi Utilitas
Utilitas didefinisikan sebagai tingkat kepuasan tertentu yang diperoleh
seorang konsumen dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu. Jika X1, X2, ,,,,
Xn menunjukkan barang-barang yang dikonsumsi oleh konsumen, maka fungsi
utilitas dapat dituliskan sebagai U(X1, X2, ,,,, Xn). Pada awalnya fungsi utilitas
dipandang sebagai pengukur kardinal dari kepuasan yang diterima oleh
konsumen. Karena utilitas sifatnya tidak dapat diamati, sejak akhir abad ke-19,
pengukuran kardinal ditinggalkan. Saat ini ulititas diukur dengan pendekatan
ordinal. Pendekatan utilitas ordinal didasarkan pada urutan preferensi.
Menurut teori utilitas, dalam rangka memaksimumkan kepuasannya
dengan pendapatan yang terbatas, seorang konsumen diasumsikan mempunyai
preferensi sehingga berperilaku sebagai berikut (Varian, 1992):
a. dapat secara tuntas menentukan ranking atau ordering pilihannya dari
paket komoditas (completeness)
b. rasional dalam memilih paket yang tersedia
c. dalam hubungan preferensi dikenal sifat simetris dan anti-simetris, yaitu
bahwa jika A lebih disukai dari B tidak mungkin B lebih disukai dari A
d. adanya hubungan indiferen yang bercirikan refleksif, simetris, transitif
dan local non-satiation (kelebihan lebih disukai daripada kekurangan)
e. kontinu, yang berimplikasi bahwa jika A lebih disukai dari B dan C mirip
A, maka C lebih disukai daripada B. Sifat ini juga menjamin
memperoleh utilitas yang smooth
f. monoton, yang mengandung arti bahwa kepuasan konsumen tidak
terbatas
g. konveks, untuk menjamin berlakunya law of diminishing marginal rate of
Ditinjau dari sudut penelitian, maka sebenarnya yang dapat atau paling tidak
yang mudah diamati dari preferensi (kesukaan) adalah konsumen
membelanjakan uangnya pada barang yang dikehendaki, sehingga fungsi
permintaan dapat diamati. Dengan kata lain pembelian barang yang dilakukan
konsumen dapat menjadi cermin dari preferensi konsumen.
3.5. Fungsi Permintaan
Dalam memaksimumkan kepuasan, konsumen dianggap bertindak
rasional. Konsumen akan melakukan konsumsi untuk mendapatkan utilitas yang
maksimum dari barang yang dikonsumsinya. Kendala yang dihadapi oleh
seorang konsumen untuk mencapai kepuasan maksimum tersebut adalah jumlah
anggaran yang dimiliki dan harga komoditasnya. Secara matematis masalah ini
dapat dituliskan:
Maks U = v(X) dengan kendala p’X= M... (2)
di mana U adalah fungsi kepuasan dan M adalah anggaran, p’=(p1, p2, ..., pn)
adalah vektor harga-harga komoditas (Rupiah/unit), dan X’= (X1, X2, ..., Xn)
adalah vektor kuantitas komoditas (unit).
Fungsi permintaan yang diturunkan dari prinsip utilitas di atas disebut
dengan fungsi permintaan Marshallian. Fungsi ini pertama kali diperkenalkan
oleh ekonom Inggris Alfred Marshal pada tahun 1890 dan menganggap bahwa
pendapatan konsumen konstan. Penyelesaian persamaan (2) dengan metode
Lagrange:
L = U + λ (M - piXi) ... (3)
xi ... (4) U L U pi 0 xi L M pi Xi 0 ... ( 5)
Syarat kedua dari pemaksimuman adalah bahwa determinan matriks U Hessian
bernilai positif, di mana U merupakan bentuk kuadrat yang definit negatif dengan
keadaan kendala anggaran. U11 U12....U1n U = U21 U22....U2n .. dengan Uij 2 Xi Xj Un1 Un2....Unn atau U11 U12...U1n - p1
det U = U21 U22...U2n
..
- p2
0
Un1 Un2... Unn - pn
Dengan menyelesaikan persamaan (4) dan mensubstitusikan ke dalam
persamaan (5) maka akan diperoleh :
Xi = XiM(pi , M) ... (6)
Yang merupakan fungsi dari harga barang (pi) dan pendapatan (M). Harga
barang dan penghasilan merupakan hal yang dapat diamati (observable)
dibandingkan dengan utilitas yang tidak dapat diamati (unobservable). Hal ini
merupakan kelebihan dari fungsi permintaan Marshallian.
Fungsi permintaan Marshallian mempunyai properti homogen derajat nol
terhadap p dan M, atau Xi = XiM(tpi , tM) = Xi = XiM(pi , M). Homogen derajat nol
ini mempunyai arti bahwa bila harga barang pi dan M berubah dengan tingkat
Fungsi permintaan lain yang diturunkan dari proses minimisasi fungsi
pengeluaran dengan kendala tingkat kepuasan tertentu disebut dengan fungsi
permintaan Hicksian. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Minimumkan M = pixi dengan kendala U = v(X) ... (7)
Dengan menggunakan Lagrange:
L = piXi + λ (U – v(X)) ... (8)
Turunan pertama sama dengan nol: L Xi pi U Xi = 0... ( 9) L U v(X) 0 ... (10)
Dengan menyelesaikan persamaan (9) dan mensubstitusikan ke dalam
persamaan (10) maka diperoleh:
Xi = XiH(p. U) ... (11)
Proses tersebut merupakan dualitas dari proses yang menghasilkan fungsi
permintaan Marshallian. Hubungan secara umum antara fungsi permintaan
Marshallian dan Hicksian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.
3.6. Garis Konsumsi Pendapatan
Dari penyelesaian persamaan (4) dan (5) akan didapatkan bahwa Marginal Rate
of Substitution (MRS) sama dengan rasio harga atau MUi MUj pi p j ... (12)
Xi = X(pi, M) Xi = X(pi, U) Maksimumkan U(Xi) Kendala M = piXi Maksimisasi Permintaan Marshallian M Minimumkan M = piXi Kendala U=U(Xi) Minimisasi Permintaan Hicksian H Substitusi Xi ke U(Xi) Utilitas tidak langsung V = V(pi, M) M Substitusi Xi ke M Fungsi pengeluaran minimum e = e(pi, U) H
Gambar 5. Hubungan Secara Umum Antara Fungsi Permintaan Marshallian dan Hicksian (Hartono, 2004)
MRS menunjukkan slope dari utilitas pada nilai optimal. Rasio harga
menunjukkan slope dari kendala anggaran yang dimiliki konsumen. Selanjutnya
dari kondisi slope yang sama dapat diturunkan sebuah fungsi dengan X1 dan X2
yang menggambarkan utilitas maksimum dari pemilihan konsumsi pada suatu
tingkat pendapatan tertentu dan tingkat harga yang konstan. Kurva dari fungsi
tersebut disebut dengan kurva konsumsi pendapatan atau jalur konsumsi
pendapatan. Jalur pendapatan konsumsi untuk barang normal dapat dilihat pada
X2
M2/p2 garis konsumsi pendapatan X2= f(X1) M1/p2 U2 x2 U1 X1 x1 M1/p1 M2/p1
Gambar 6. Garis Konsumsi Pendapatan untuk Barang Normal
Gambar tersebut menunjukkan garis konsumsi pendapatan untuk setiap nilai X1*
dan X2* dengan menganggap p1 dan p2 konstan, sedangkan pendapatan
konsumen bervariasi dari M1 dan M2. Karena pendapatan bervariasi sedang
harga barang konstan, maka garis anggaran akan bergeser secara paralel.
Garis konsumsi pendapatan didapatkan dengan menghubungkan titik-titik
konsumsi optimal untuk masing-masing tingkat pendapatan. Untuk
menggambarkan hubungan X1* dan X2* yang merupakan fungsi dari pendapatan
X2 Kurva Engel X2= f(M) x 22 x12 M M1 M2
Gambar 7. Kurva Engel untuk Barang Normal
Kurva yang menunjukkan hubungan antara X* dengan M tersebut dinamakan
dengan Kurva Engel.
Kedua gambar di atas menggambarkan kasus barang normal yang
permintaannya akan meningkat dengan meningkatnya pendapatan atau
Xi M 0
. Sedangkan Gambar 8 berikut menggambarkan garis konsumsi pendapatan
dan kurva Engel untuk barang inferior, yaitu jumlah barang yang diminta akan
menurun dengan meningkatnya pendapatan atau
Xi M 0 .
Misalkan dikonsumsi barang X1 dan X2, maka tidak mungkin keduanya
adalah barang inferior. Pada Gambar di atas terlihat bahwa X2 adalah barang
inferior sedangkan X1 adalah barang normal. X2 merupakan barang inferior
karena dengan meningkatnya pendapatan dari M1 ke M2, permintaan barang
menurun dari (X2*)1 ke (X2*)2. Secara matematis, bila ada kendala anggaran
p1 X1 M p2 X2 M 1 ... (13)
Agar jumlah kedua suku tersebut sama dengan satu, maka tidak mungkin kedua nilai X1 M dan X2 M keduanya negatif. X2 X2 M2/p2 Kurva Engel M1/p2 x12 x 22 x12 x 22 X1 x11 M1/p1 x11 M2/p1 M1 M2
Gambar 8. Garis Konsumsi Pendapatan dan Kurva Engel untuk Barang Inferior
Untuk mendapatkan permintaan barang yang merupakan fungsi dari harga maka
dapat dilakukan dengan menentukan pendapatan dan harga barang lain konstan.
Suatu kurva juga dapat digambarkan untuk menunjukkan permintaan dari barang
dengan menganggap pendapatan dan harga barang lain konstan. Kurva ini
pixi X2 M/p2 Garis konsumsi-harga x12 x 22 x12 X2*= f(X1*) x11 (M/p1)2 (M/p1)1 X1
Gambar 9. Kurva Konsumsi-Harga
Teori permintaan konsumen berimplikasi bahwa fungsi permintaan harus
memenuhi kondisi-kondisi berikut ini.
3.7. Agregasi Engel
Bila dilakukan pengolahan terhadap hasil pemecahan matriks Hessian,
maka akan diperoleh persamaan berikut: p' xM i pi xi M 1... (14)
Persamaan tersebut dapat diubah dalam bentuk elastisitas pendapatan: i pixi M xi M xi M 1... (15) Atau i wi i 1 di mana
wi , merupakan proporsi atau share
M
pendapatan yang digunakan untuk konsumsi komoditas-komoditas dan ηi adalah
3.8. Agregasi Cournot
Seperti halnya pada agregasi Engel, bila dilakukan pengolahan terhadap
hasil pemecahan matriks Hessian akan diperoleh: i pi xi x j x j ... ( 16)
Persamaan tersebut dapat diubah dalam bentuk elastisitas: wieij w j ... (17) i
Menurut Sasaki dan Saegusa dalam Kuntjoro (1984), persamaan Engel dan
Cournot dapat dipertahankan kebenarannya bila nilai peubah-peubahnya adalah
nilai rata-rata contoh.
3.9. Persamaan Slutsky
Persamaan Slutsky diturunkan dari konsep keseimbangan konsumen
dengan asumsi pendapatan konsumen dan daya beli konstan (Tambunan,
1999). Dengan menggunakan prinsip optimisasi, secara matematis persamaan
Slutsky dapat ditulis sebagai berikut:
Maksimumkan L = f(x1, x2) + λ (M - pixi - p2x2)
Syarat perlu turunan pertama adalah: L x1 L x 2 f1(x1, x 2 ) f2 (x1, x 2 ) p1 p 2 0 0 L M p1x1 p2x2 0
Selanjutnya dengan menggunakan diferensial total dari tiga persamaan di atas
f11dx1 f12dx1 f12dx 2 f22dx 2 p1d p2d dp1 dp2 p1dx1 p2dx 2 dM x1dp1 x2dp2
Apabila ruas kiri dan kanan dibagi dengan dp1, dan diasumsikan harga p1
berubah tetapi p2 konstan (berarti dp2=dM=0), akan diperoleh matriks Bordered Hessian berikut: f11 f12 ... p1 dx1 dp1 f21 f22... p2 p1 p2... 0 dx2 dp1 d dp1 0 q1 ... (18)
Dengan menggunakan aturan Cramer, diperoleh matriks sebagai berikut: f22 p2 f12 p1 dx1 dp1 p1 0 D x1 f22 p2 D ... (19)
di mana D adalah determinan matriks Bordered Hessian. Karena pada titik
keseimbangan yang ditunjukkan utilitas marjinal sama dengan rasio harga
komoditas tersebut, maka apabila
f1 f2 p1 p2 disubstitusikan akan diperoleh: p1dx1 + p2dx2 = 0 ... (20)
Dengan mempersamakan –dM + x1dp1 + x2dp2 =0 maka didapat: dx1 dp1 U konstan p2 D ... (21)
Efek substitusi diperoleh melalui persamaan berikut: dx1 dp1 dx1 dp1 U konstan x1 dx1 dM p konstan ... (22)
Persamaan (22) disebut dengan persamaan Slutsky yang dapat menjelaskan bahwa komponen dx1 dp1
Marshallian pada titik keseimbangan konsumsi semula. Sedangkan komponen
dx1
dp1
memberikan slope dari fungsi permintaan Hicksian. Suku pertama
menyatakan efek substitusi yang selalu bertanda negatif. Sedangkan suku
kedua menyatakan efek pendapatan. Dengan demikian tanda atau arah total
efek hanya dapat ditetapkan secara empiris. Persamaan Slutsky diestimasi
secara empiris hanya apabila dapat menspesifikasikan fungsi pendapatan dan
pengeluaran konsumen. Ini merupakan salah satu kelemahan persamaan
Slutsky.
3.10. Pengaruh Perubahan Harga
Analisis yang dilakukan oleh Slutsky (1915) dan dikembangkan oleh
Hicks (1937) seperti dibahas dalam buku-buku teori konsumsi/permintaan
menunjukkan bahwa respon konsumen terhadap suatu perubahan harga secara
konseptual dapat dipecah menjadi dua efek yang terpisah, yaitu efek substitusi
dan efek pendapatan. Secara grafis pengaruh perubahan harga terhadap jumlah
yang diminta digambarkan pada Gambar 10.
Misalkan seorang konsumen dengan preferensi tertentu memiliki kendala
anggaran seperti ditunjukkan oleh garis MM dan kepuasan maksimum dicapai
pada titik A dengan tingkat konsumsi masing-masing sebesar x1 dan x2. Apabila
terdapat penurunan harga x1, maka daya beli konsumen akan meningkat dan
garis anggaran akan berubah menjadi MM1 dan titik kepuasan maksimum akan
X2 M x12 x 02 x 22 A B U1 C U0 X1 x10 x12 M x11 M11 M1
Gambar 10. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dari Respon Perubahan Harga
Pengaruh total dari perubahan titik A ke titik B dapat dipecah menjadi dua efek,
yaitu dari titik A ke titik C sebagai efek substitusi dan dari titik C ke titik B sebagai
efek pendapatan.
Dengan turunnya harga barang x1 (untuk kasus barang normal), maka
konsumsi x1 akan naik, dan x2 akan turun. Efek ini merupakan efek substitusi
yang ditunjukkan oleh pergeseran titik A ke titik C. Pada titik C, pendapatan
akan turun dari MM di titik A ke M11M11 di titik C. Jika kenyataannya pendapatan
tidak berubah atau tetap sebesar M0 maka garis anggaran akan bergeser secara
paralel dari M11M11 ke garis anggaran MM1 yang menyinggung U1 di titik B. Efek
ini disebut efek pendapatan.
Dengan menggunakan persamaan Slutsky, penurunan harga barang x1
yang menyebabkan kenaikan permintaan dapat dijelaskan sebagai berikut. Dari
persamaan (22) diketahui bahwa
dX1
dp1
dX1
dM
bernilai positif. Tanda
dX1
dp1
negatif menunjukkan bahwa penurunan harga
p1 akan menaikkan permintaan Hicksian sebesar X1 yaitu pergeseran dari titik A ke titik C. Tanda dX1 dM
adalah positif dan karena pendapatan turun sebagai
akibat penurunan harga, maka X1 akan bernilai negatif.
3.11. Pengaruh perubahan pendapatan
3.11. 1. Barang normal
Perilaku konsumen yang rasional menunjukkan bahwa untuk komoditas
yang normal, peningkatan pendapatan akan direspon positif oleh konsumen.
Dengan kata lain peningkatan pendapatan mengakibatkan jumlah yang diminta
akan meningkat. Barang yang mempunyai sifat seperti ini disebut dengan
barang normal.
Secara keseluruhan, tanda dari
dX1
dM
untuk barang normal dapat
ditentukan bertanda negatif sebagai berikut:
Efek total = efek substitusi – efek pendapatan dXMi dpi dXHi dpi XMi dXMi dM
Negatif = negatif - (positif) (positif)
Secara grafik efek total ini dapat dilihat pada Gambar 10.
Untuk efek silang kasus dua buah barang, nilai persamaan Slutsky
adalah sebagai berikut: dXMi dpj dXHi dpj XMj dXMi dM
Tanda dari efek total tidak dapat ditentukan; akan bernilai positif jika efek
substitusi lebih besar daripada efek pendapatan, dan akan bernilai negatif bila
efek substitusi lebih kecil daripada efek pendapatan. 3.11. 2. Barang inferior
Barang inferior, bila pendapatan turun jumlah yang diminta akan
meningkat dan jika pendapatan naik maka jumlah yang diminta akan turun.
Secara matematis, barang inferior dapat dinyatakan dalam
dXi dM < 0. Bila dXi dM
bernilai negatif, maka tanda dari persamaan Slutsky adalah sebagai berikut: dXMi dpi dXHi dpi XMi dXMi dM
= negatif - (positif) (negatif)
Tanda dari efek total tidak dapat ditentukan. Jika efek substitusi lebih besar dari
efek pendapatan maka efek total akan bertanda negatif. Hal ini berarti jika harga
naik, maka jumlah yang diminta untuk Xi akan turun. Untuk lebih jelasnya dapat
X2 M1 p2 M0 p2 C A U1 B Uo X1 x11 x12 x10 Mo p11 M1 p11 Mo p1o Gambar 11. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan pada Barang Inferior bila
Terjadi Kenaikan Harga 3.11. 3. Barang giffen
Jika efek pendapatan lebih besar daripada efek substitusi, maka tanda
dari efek total
dXMi
dM
> 0. Ini berarti jika harga naik, kuantitas barang yang diminta
juga akan naik. Pada Gambar 12 berikut terlihat bahwa titik A dengan kuantitas
sebesar X10 bergeser ke titik B dengan kuantitas meningkat menjadi X12. Pada
X2 M1 p2 M0 p2 C A B U0 U1 x11 x10 x12 Mo p11 M0 p11 M0 p10 X1
Gambar 12. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan untuk Barang Giffen
3. 12. Elastisitas permintaan
Salah satu ukuran derajat kepekaan yang digunakan dalam
analisis permintaan adalah perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat dari
satu persen perubahan salah satu faktor yang menentukan permintaan yaitu
harga barang itu sendiri, harga barang substitusi atau komplemen, dan
pendapatan.
Ada beberapa macam elastisitas permintaan, diantaranya adalah:
1. Elastisitas harga (own price elasticity), adalah suatu ukuran derajat
kepekaan jumlah yang diminta terhadap perubahan harga suatu
produk dengan menganggap nilai peubah yang lain tetap.
2. Elastisitas pendapatan (income elasticity), merupakan ukuran
dengan anggapan pengaruh dari faktor-faktor lain yang
mempengaruhi permintaan tetap.
3. Elastisitas silang (cross elasticity), merupakan suatu ukuran untuk
melihat kepekaan dari permintaan akan suatu komoditas terhadap
perubahan harga komoditas lainnya.
Elastisitas permintaan diturunkan dari persamaan Slutsky pada
persamaan (22) dan dikalikan dengan
pj
Xi
, sehingga akan diperoleh: p j dXMi Xi dpj p j dXHi Xi dpj p j Xi X M j dXMi dM ... (23)
Kemudian kalikan efek pendapatan pada persamaan tersebut dengan akan didapatkan: M M , maka pj dXMi Xi dpj pj dXHi Xi dpj pjM dXMi XiM dM ... (24)
Dalam bentuk elastisitas, persamaan tersebut menjadi: EMij EHij K j.EiM ... (25) di mana
EMij = elastisitas harga untuk permintaan Marshallian
EHij = elastisitas harga untuk permintaan Hicksian Eij K j pj dXMi Xi dpj p jX j M M dXMi EiM = elastisitas pendapatan Xi dM
E11 ... E1Mn
E11 ... E1Hn
Bila i=j, maka nilai yang diperoleh merupakan nilai elastisitas harga sendiri,
sedangkan bila i≠j maka nilai yang diperoleh merupakan nilai elastisitas harga
silang.
Elastisitas harga dan elastisitas pendapatan mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
1. Elastisitas harga EMij didasarkan pada permintaan Marshallian yang
mempunyai sifat homogen berderajat nol terhadap p dan M sehingga M E1M 0 ... (26)
2. Elastisitas harga EHij
didasarkan pada permintaan Hicksian yang
mempunyai sifat homogen berderajat nol terhadap harga saja sehingga
H
0 ... (27)
3. Sifat untuk elastisitas pendapatan dapat diketahui dari kendala anggaran p1X1 + ....+ pnXn = M, sehingga K1E1M ... KnEnM 1... (28) dengan Ki piXi M dan EiM M dXMi Xi dM untuk i = 1, 2, …, n