• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSI SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN KOMPREHENSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSI SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN KOMPREHENSIF"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSI SEBAGAI UPAYA

PEMBANGUNAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN

KOMPREHENSIF

Moh Khoerul Anwar

Mahasiswa Pascasarjana Bimbingan dan Konseling,

Universitas Negeri Yogyakarta, Khoerul29@gmail.com/ 0857597614646

Abstract

Perkembangan zaman menuntut lulusan siswa mampu memiliki beragam kemampuan baik softskill

maupun hardskill. Kedua aspek tersebut merupakan hal yang paling penting dalam memfasilitasi siswa agar mampu berkembang sesuai dengan potensi yang dimilkikinya. Pada era ini, Badan dunia untuk program pembangunan (UNDP) dalam sadono (2010) menempatkan indonesia pada urutan ke 111 dari 182 negara dalam indeks perkembangan pembangunan manusia (human development index/HDI). Hal tersebut menunjukan bahwa lemahnya indek perkembangan manusia indonesia dimata dunia. Oleh karenanya perlu adanya model pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar siswa semakin maju dan mampu berkompetisi di kancah internasional. Salah satu pembelajaran inovatif itu berupa social and emotional learning (SEL) atau pembelajaran sosial dan emosi sebagai upaya pembangunan karakter dalam pendidikan komprehensif. Sheryl L. Harmer dan Dixie Grunenfelder (2009) menegaskan lebih lanjut bahwa kompetensi dan kemampuan SEL yang perlu dimiliki meliputi mengenal dan mengelola emosi, peduli dan respek pada orang lain. Oleh karena itu, perlu sebuah pembelajaran SEL sebagai upaya pembangunan karakter dalam pendidikan komprehensif. Metode yang digunakan berupa studi dokumen serta data-data pendukung lainnya seperti jurnal, internet dan leinnya. Adapun hasilnya dapat diketahui bahwa SEL ini dapat digunakan untuk meningkatkan pendidikan karakter bangsa ini. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh John Pelliteri, dkk (2006) mengatakan SEL adalah salah satu pendekatan pada pendidikan karakter. Oleh karenanya SEL ini sangat efektif untuk meningkatkan pendidikan karakter sumber daya manusia bangsa indonesia.

Key Word: SEL, Pembangunan Karakter dan Pendidikan komprehensif

Pendahuluan

Menurut GBHN (1998) bahwa hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya dengan pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedoman pembangunan nasional. Hal itu menunjukan betapa pentingnya pembangunan masyarakat seutuhnya menjadi point utama. Pembangunan sumber daya masyarakat tidak mudah seperti membalik tangan atau tidak mudah seperti membangun fasilitas umum atau bangunan. Pembangunan masyarakat atau sumber daya manusia membutuhkan sebuah konsep yang holistif dan komprehensif. Dalam hal ini berupa konsep pendidikan karakter. Karakter ini bermakna ciri, identitas atau tanda khusus. Pendidikan karakter diplokamirkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan pada era tahun 2000-an. Hal ini diperuntukan untuk mewujudkan cita-cita bangsa indonesia dan meningktkan harkat serta martabat sumber daya manusia bangsa indonesia.

Pendidikan karakter merupakan penanaman nilai dan norma bukan pada pengajaran. Pendidikan karakter sangat penting guna mewujudkan cita-cita bangsa. Pada saat ini, Badan dunia untuk program pembangunan (UNDP) dalam sadono (2010) menempatkan indonesia pada urutan ke 111 dari 182 negara dalam indeks perkembangan pembangunan manusia (human development index/HDI). Hal itu menunjukan adanya kelemahan terkait sumber daya

(2)

2 manusia dalam bersaing di kancah internasional. Oleh karenanya perlu ada sebuah metode baru dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia bangsa ini. Selain itu, Agustian (2008) mengemukakan bahwa berdasarkan analisis ESQ, ditengarai ada tujuh krisis moral di tengah-tengah masyarakat Indonesia, yaitu: krisis kejujuran, krisis tanggung jawab, tidak berpikir jauh ke depan, krisis disiplin, krisis kebersamaan, krisis keadilan, krisis kepedulian. Beberapa masalah yang dihadapi bangsa ini sangat beragam baik dari tingkat persaingan SDM yang mendapat urutan yang rendah dan SDM yang mengalami krisis mental dalam karakter. Oleh karenanya perlu ada sebuah metode yang tepat untuk mengembangkannya.

Pendidikan juga memiliki peranan penting dalam mengembangkan nilai, sikap, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berkomunikasi sehinga masyarakat mampu memiliki konsep yang seimbang. Pelaksanaan pendidikan karakter ini perlu sebuah teknik yang inovatif. Salah satu metode yang digunakan adalah SEL (Social and emotional learning) atau pembelajaran sosial dan emosi. Konsep pendidikan karakter menurut Zuchdi (2010) adalah ketaatan beribadah, kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinan, etos kerja, kemandirian, sinergi, kritis, kreatif, inovatif, visioner, kasih sayang, keikhlasan, keadilan, kesederhanaan, nasionalisme dan internasionalisme. Konsep tersebut merupakan hal yang perlu dikembangkan dalam pendidikan karakter. Hal ini sejalan dengan konsep SEL, John Pelliteri (2006) mengatakan SEL adalah salah satu pendekatan pada pendidikan

karakter.

Sheryl L. Harmer dan Dixie Grunenfelder (2009) menegaskan lebih lanjut bahwa kompetensi dan kemampuan SEL yang perlu dimiliki meliputi mengenal dan mengelola emosi, peduli dan respek pada orang lain. Kedua konsep ini sangat berkaitan sehingga mampu untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa dalam bersaing di kancah internasional. Selian itu, kedua konsep ini juga dirasa mampu untuk mewujudkan indonesia emas di tahun 2045.

Alasan mengapa pendidikan karakter seperti yang dijelaskan Lickona, T (1991) bahwa pendidikan karakter merupakan (a) cara terbaik untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian yang baik dalam kehidupannya; (b) cara untuk meningkatkan prestasi akademik; (c) sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain; (d) persiapan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat yang beragam; (e) berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja (belajar) yang rendah; (f) persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja; dan (g) pengajaran nilai-nilai budaya merupakan bagian dari kerja peradaban. Ketujuh alasan ini merupakan hal penting dalam mewujudkan

(3)

3 bangsa yang bermartabat dan mandiri. Hal ini tampak selaras dengan konsep yang ada pada SEL atau pembelajaran sosial dan emosi.

Konsep SEL menurut John Pelliteri, dkk (2006) itu mengarah pada pengembangan pribadi sosial, akademik dan karir semua siswa. Dalam pelaksanaannya, struktur program SEL meliputi kesadaran diri, kesadaran sosial, manajemen diri, bertanggungjawab dengan keputusannya, dan keterampilan berhubungan. Hal ini sesuai dengan konsep yang ada pada pendidikan karakter sehingga sangat cocok untuk dikembangkan dalam bingkai komprehensif.

Ajat Sudrajat (2009) menjelaskan bahwa pendekatan komprehensif menyebutkan adanya 12 poin yang harus dilakukan dalam pendidikan karakter:

1. Mengembangkan sikap peduli di dalam dan di luar kelas;

2. Guru berperan sebagai pembimbing (caregiver), model, dan mentor; 3. Menciptakan komunitas kelas yang peduli;

4. Memberlakukan disiplin yang kuat;

5. Menciptakan lingkungan kelas yang demokratis; 6. Mengajarkan karakter melalui kurikulum; 7. Memberlakukan pembelajaran kooperatif; 8. Mengembangkan “keprigelan” suara hati; 9. Mendorong dilakukannya refleksi moral; 10. Mengajarkan cara-cara menyelesaikan konflik;

11. Menjadikan orang tua/wali siswa dan masyarakat sebagai patner dalam pendidikan karakter;

12. Menciptakan budya karakter yang baik di sekolah.

Kedua belas landasan ini yang menjadi sebuah keterkaitan antara konsep SEL, pendidikan karakter dalam pendidikan komprehensif.

Selain itu, Rukiyati (2013) menjelaskan bahwa Pendidikan karakter harus bersifat holistik, terlebih lagi di Indonesia yang berpandangan hidup Pancasila. Pendidikan karakter holistik dapat diartikan sebagai upaya memperkenalkan dan menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan yang dapat menjadikan peserta didik menjadi manusia yang utuh (a whole human being). Nilai-nilai kehidupan yang dimaksud merupakan kesatuan sistem nilai yang bertitik tolak dari filsafat manusia yang memandang bahwa manusia adalah makhluk individual-sosial, jasmaniah-rohaniah, makhluk otonom sekaligus makhluk Tuhan. Oleh karenanya,

(4)

4 dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan bagian dari pendidikan komprehensif.

Metode

Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif analitik, hal ini menggambarkan dan menganalisa bagaimana karakter anak bangsa dan upaya pendidikan dalam mengembangkannya. Pendidikan karakter merupakan sebuah wacana yang sangat populer pada saat ini, karena pendidikan karakter merupakan aspek yang paling penting dalam kehidupan. Masyarakat yang modern itu masyarakat yang memiliki karakter yang tinggi dan baik. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data sekunder yang diperoleh dari literatur, buku, jurnal, laporan dan informasi dari guru BK di lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan (library reserach) dengan mencari dan mengumpulkan data-data sekunder yang bersumber dari berbagai referensi baik buku, jurnal, internet, siswa, dan guru BK yang mana validitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis konten yaitu dengan menjelaskan dan menganalisis dari sumber-sumber yang ada, setelah itu berbagai referensi dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan.

Hasil

Berdasarakan pemaparan tersebut maka diperlukan sebuah stategi dalam pelaksanaan SEL sebagai upaya pembangunan karakter dalam pendidikan komprehensif. Strategi yang digunakan menurut Ajat Sudrajat (2009) adalah pembelajaran (teaching), keteladanan

(modeling), penguatan (reinforcing), dan pembiasaan (habituating). Beberapa cara tersebut sangat efektif untuk digunakan karena strategi tersebut erat kaitannya dengan pihak sekolah, masyarakat dan keluarga. Dalam konsep SEL, hal yang diutamakan dalam penerapannya menurut meliputi mengidentifikasi keterampilan dan menciptakan / membahas alasan untuk digunakan dalam kehidupan anak-anak, mengajarkan komponen keterampilan dan integrasi mereka, memberikan siswa dengan kegiatan diuji untuk praktek dengan peluang umpan balik, membangun petunjuk dan isyarat yang mengacu pada komponen perilaku berlatih dalam pelajaran, dan memastikan pengakuan / penguatan nyata dalam aplikasi keterampilan dunia. Menurut Dilworth, Mokrue, & Elias, 2002 dalam Zins J E, dkk (2004) bahwa hasil studi penelitian telah mengkonfirmasi kedua hasil positif dari program SEL. Selain itu, Mitchell, 2003 dalam Zins J E, dkk (2004) mengemukanan bahwa adanya keterkaitan keterampilan

(5)

5 kompetensi sosial dengan hasil akademik. Kedua hal tersebut mendukung bahwa pembelajaran sosial dan emosi (SEL) mampu membangun karakter bangsa dalam bingkai pendidikan komprehensif.

Social and emotional learning (SEL) atau pembelajaran sosial dan emosi menurut Sheryl L. Harmer dan Dixie Grunenfelder (2009) meliputi kesadaran diri, bertanggungjawab atas keputusannya, keterampilan relationship, kesadaran sosial dan manajemen diri. Kelima hal tersebut dirasa mampu untuk membangun karakter dalam pendidikan komprehensif. Hal ini dikuatkan oleh Cohen (2003), Elias, dkk (1997), Payton, dkk (2000) dalam Zins J E, dkk (2004) SEL merupakan kolaborasi akademik beserta pembelajaran sosial dan emosi. Dengan demikian, tampak jelas bahwa SEL ini mampu membangun karakter bangsa dalam pendidikan komprehensif. Pelaksanaan SEL sebagai upaya pembangunan karakter dalam pendidikan komprehensif dapat digambarkan sebagai berikut;

Karakter SEL

Pendidikan Komprehensif

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa tujuan dari penulisan ini adalah pembangunan bangsa dalam pendidikan komprehensif. Terkait hal tersebut, penulis membuat sebuah inovasi pendidikan dalam membangun karakter. Cara yang digunakan adalah SEL, konsepnya meliputi kesdaran diri, kesadaran sosial, manajemen diri, keterampilan relationship dan bertanggungjawab dalam mengambil keputusan. Kelima ini yang akan

Kesadaran diri Bertanggunganjawab dalam mengambil keputusan Keterampilan relationship KARAKTER Kesadaran Sosial Manajemen diri

isi, metode, proses, subjek, dan evaluasi.

(6)

6 diterapkan dalam konsep SEL. Penerapan SEL merupakan kolaboratif antara akademik dengan pembelajaran sosial dan emosi. Hal ini dirasa tepat karena hal yang diutamakan dalam karakter adalah perilaku, sikap dan etika. SEL memandang bahwa ketiga hal tersebut dapat dibangun dengan kegiatan SEL. Oleh karenanya SEL sesuai dengan upaya pembanganuna karakter bangsa.

Pendidikan merupakan sebuah konsep yang terintegrasi, Zuchdi (2010) mengatakan bahwa pendidikan karakter yang bertumpu pada strategi tunggal sudah tidak memadai untuk dapat menjadikan peserta didik memiliki moral yang baik. Dengan demikian perlu pendekatan yang lebih terintegral. Kirschenbaum (1995) menyebut pendekatan komprehensif. artinya pendekatan ini diharapkan mampu memberikan pemecahan masalah yang tuntas. Selain itu, pendidikan komprehensif ini diharapkan mampu saling membahu atau bersinergi dengan berbagai pihak dalam membangun karakter. Oleh karenanya pendidikan komprehensif merupakan pendekatan yang tepat digunakan untuk membangun karakter. Terbentuknya karakter didasari oleh faktor lingkungan seperti keluarga, sekolah dan masyrakat. Istilah pendidikan komprehensif ini meliputi berbagai aspek diantaranya aspek isi, metode, proses, subjek, dan evaluasi.

Simpulan

Penulisan ini merupakan sebuah inovasi dalam pendidikan. Pembelajaran sosial

dan

emosi (SEL) merupakan sebuah konsep baru yang dikembangkan dalam membangun karakter. Dampak dari pembelajaran sosial dan emosi sangat efektif. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa konsep yang ada pada SEL mampu memenuhi konsep dasar karakter yaitu sikap, perilaku dan etika. Selain itu, konsep SEL mampu mengkolaborasikan anatara akademik dengan sosial dan emosi. Oleh karenanya, SEL dirasa mampu membangun karakter yang berbudaya dan mampu meningkatkan harkat, martabat bangsa di kancah internasional. Selain itu, SEL ini mempersiapkan siswa dalam lingkungan, kurikulum dan menghubungkan pada komunitas. Oleh karenanya, peranan SEL sangat penting dalam membangun karakter bangsa dalam pendidikan komprehensif.

(7)

7

Referensi

Sadono, Bambang. (2010). “Problem Kependudukan”. Warta KB dan KS BKKBN Sumatera Barat Nomor 06 Tahun 2010.

Sheryl L. Harmer dan Dixie Grunenfelder. (2009). Social and Emotional Learning for School and Life Success. OSPI Conference.

John Pelliteri, dkk. (2006). Emotinally Intellegent School Counseling. London: Lawrence Erlbaum.

... (1998). Garis Besar Haluan Negara.

Agustian, Ary Ginandjar. (2008). Pembentukan Habit Menerapkan Nilai-nilaiReligius, Sosial dan Akademik. Proceeding Seminar dan Lokakarya Nasional Restrukturisasi Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Zuchdi Darmiyati (ed.). (2011). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik.

Yogyakarta: UNY Press.

Ajat Sudrajat (2009).Mengapa Pendidikan Karakter ? di unduh pada 24 april 2015 http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCI QFjAB&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2FMeng apa%2520Pendidikan%2520Karakter.pdf&ei=CS88VZG_OYjmuQT6jYGgCw&usg= AFQjCNFHJ73Hahs676FcDKcUXqDYTDHKNA&bvm=bv.91665533,d.c2E

Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Rukiyati. (2013). Urgensi Pendidikan Karakter Holistik Komprehensif di Indonesia. Jurnal

Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Zins J E, dkk .(2004). Building Academic Succes On Social And Emotional Learning. New York: Teachers College Press.

Zuchdi, Darmiyati. 2009. Pendidikan Karakter:Grand Design dan Nilai-nilai Target. Yogyakarta: UNY Press.

Kirschenbaum, Howard. 1995. 100 Ways to Enhance Values and Morality in Schoolsand Youth Settings. Boston: Allyn and Bacon.

Biografi singkat penulis

Moh Khoerul Anwar. Mahasiswa Pascasarjana BK UNY dan penerima beasiswa magister LPDP Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Selain itu, penulis adalah aktivis pendidikan dimasyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Efektifitas daya anthelmintik perasan dan infusa rimpang temu ireng ( Curcuma aeruginosa Roxb. ) masih di bawah piperazin citrat. Daya anthelmintik infusa rimpang

Hasil penelitian menunjukan bahwa Pengalaman berwirausaha dan dorongan keluarga memberikan pengaruh terhadap motivasi bagi mahasiswa pendidikan ekonomi Universitas PGRI

kapal. 5) Agen bertanggung jawab atas keaslian dokumen kapal. Hambatan agen saat melakukan checking keatas kapal. 1) Adanya dokumen yang tidak sesuai persyaratan. 2) Pihak

Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015. Nomor

Di dalam silsilah keluarga klien terdapat anggota keluarga yang menderita TB paru yaitu kakeknya, kakenya pernah batuk berdarah. R melakukan pengobatan sebulan sebelum An.R

Dari hasil uji kelayakan penggunaan buku yang dilakukan terhadap siswa SMP diperoleh bahwa e-book yang disusun memenuhi kriteria penggunaan e-book dalam aspek penyajian

Sejalan dengan pernyataan sebelumnya May (2006) menjelas- kan meskipun perilaku dan lingkungan sosial menjadi faktor masalah obesitas yang sangat kompleks akar permasalahannya