• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESUME KEPERAWATAN PADA AN. R DENGAN TUB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RESUME KEPERAWATAN PADA AN. R DENGAN TUB"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

RESUME KEPERAWATAN PADA AN. R DENGAN

TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK ANAK

RSUD CIAWI BOGOR

18 NOVEMBER 2014

Untuk memenuhi tugas PBK Keperawatan Anak II RSUD Ciawi Kab. Bogor

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7

DEDES KURNIATI NIM P17320312018

RARA NURVITA S NIM P17320312057

RYAN QISTHY NIM P17320312063

TUSNI SYARIFATI NIM P17320312075

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

PDODI KEPERAWATAN BOGOR

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul ”Resume Keperawatan pada An. R dengan Tuberkulosis Paru di Poliklinik RSUD Ciawi Bogor” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan Anak II di Jurusan Keperawatan Bogor.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dwi Susilowati, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan makalah ini.

2. Ibu Ayi Selfiyentinur, AMK selaku pembimbing ruangan yang telah berbagi waktu untuk memberikan pengarahan dalam penyusunan makalah ini.

3. Kedua orang tua kami yang senantiasa mencurahkan dukungan materil maupun non-materil.

4. Rekan-rekan dan semua pihak yag telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Bogor, November 2014

(3)
(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tuberkulosis (TB Paru) sampai saat ini masih masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, dimana hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit salu-ran pernafasan. TB Paru juga menempati nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan dengan cara penemuan dini di-ikuti dengan pengobatan tepat dan cukup masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat menghilangkan sumber penularan secepatnya (Depkes RI, 2002). Pengobatan tuberkulosis paru yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini tuberkulosis paru masih tetap menjadi masalah kesehatan dunia yang utama. Pada bulan maret 1993 WHO mendeklarasikan tuberkulo-sis paru sebagai Global Health Emergency. Tuberkulosis paru dianggap seba-gai masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh Mikobakterium tuberkulosis. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus tuberkulosis yang tecatat diseluruh dunia (Zulkifli Amin, 2006). TB Paru merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat.

(5)

pemerik-saan laboratorium. Estimasi Incidence Rate TB Paru di Indonesia berdasarkan pemeriksaan sputum (Bakteri Tahan Asam Positif) adalah 128 diantara 100.000 penduduk.

Pada tahun 1999 WHO Global Surveilance memperkirakan bahwa se-tiap tahun di Indonesia akan terjadi 583.000 kasus baru tuberkulosis dengan kematian karena tuberkulosis diperkirakan menimpa 140.000 penduduk. Se-cara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 pen-derita barutuberkulosis BTA positif (Depkes RI, 2002). Kasus TB Paru se-mata-mata tidak hanya disebabkan oleh bakteri akan tetapi ada faktor perilaku yang menjadi penyebab TB Paru, faktor resiko yang sangat berfengaruh adalah tingkat pengetahuan mereka terhadap TB Paru dan perilaku kepatuhan minum obat. Hingga saat ini belum pernah dilakukan penelitian yang berhubungan dengan pengetahuan penderita tentang TB Paru dengan perilaku kepatuhan minum obat.

Berdasarkan data di Ruang Poliklinik Anak RSUD Ciawi terdapat 60 klien dari 487 klien di Poliklinik Anak RSUD Ciawi pada tanggal 01 Novem-ber-18 November 2014 yang menderita penyakit TB paru. Sehingga berdasarkan data tersebut kami menggambil kasus “Resume Keperawatan pada An.R dengan TB Paru di Poliklinik Anak RSUD Ciawi Bogor”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep dasar dari TB paru?

2. Bagaimanakah konsep dasar dari asuhan keperawatan pada klien dengan TB paru?

3. Bagaimanakah resume keperawatan pada klien dengan TB paru?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan asuhan keperawatan pada klien dengan TB Paru dan bagaimana cara mengaplikasikannya pada pasien yang sebenarnya.

(6)

a. Untuk dapat mengetahui konsep dasar TB paru.

b. Untuk dapat mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada TB paru.

c. Untuk dapat mengetahui resume keperawatan pada pasien dengan TB paru

D. Metode Penulisan

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan 1. Definisi

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung (oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbon dioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspi-rasi.

(8)

mulut. Dengan kejadian tersebut diatas udara yang masuk ke dalam alat-alat pernapasan benar-benar bersih.

Tetapi kalau kita bernapas melalui mulut, udara yag masuk ke dalam paru-paru tidak dapat disaring, dilembabkan/dihangatkan, ini bisa mengakibatkan gangguan terhadap tubuh. Dan sel-sel bersilia (bulu-bulu getar) dapat rusak bila adanya gas beracun dan dalam keadaan dehidrasi. Namun dalam keadaan tertentu diharapkan kita bernapas melalui mulut misalnya, pada operasi hidung, pengangkatan polip, karena setelah operasi pada kedua hidung diisi tampon sehingga bernapas melalui mulut tidak merugikan.

2. Organ-Organ Pernapasan a. Hidung

Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang per-tama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.

1) Bagian luar dinding terdiri dari kulit

2) Lapisan tengah terdiri dari otot-oto dan tulang rawan

3) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah :

a) Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah) b) Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah) c) Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas)

(9)

frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis.

Pada sinus etmoidalis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut terutama terdapat di bagian atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut saraf atau reseptor dari saraf penci-uman (nervus olfaktoris).

Di sebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah. Saluran ini disebut tuba auditiva eustaki yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut juga tuba lakrimalis.

b. Faring

Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengko-rak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain; ke atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana; ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium; ke bawah terdapat 2 lubang; ke depan lubang laring; ke belakang lubang esofagus. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Di sebelah belakang terdapat epiglotis (empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.

Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian :

1) Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut na-sofaring

2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring

(10)

c. Laring

Laring atau pangkal tenggorok merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai kotinggian vetebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorok itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain :

1) Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun (Adams Apple), sangat jelas terlihat pada pria.

2) Kartilago aritenoid (2 Buah) yang berbentuk beker. 3) Kartilago krikoid (1 buah) yang terbentuk cincin 4) Kartilago epiglotis (1 buah)

Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. Pita suara ini berjumlah 2 buah, dibagian atas adalah pita suara palsu dan tidak men-geluarkan suara yang disebut dengan ventrikularis. Di bagian bawah adalah pita suara yang sejati yang membentuk suara yang disebut vokalis, terdapat 2 buah otot. Oleh gerakan 2 buah otot ini maka pita suara dapat bergetar dengan demikian pita suara (rima glotidis) dapat melebar dan mengecil, sehingga di sini terbentuklah suara.

d. Trakea

(11)

e. Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tam-puk paru-paru. bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tak terdap-atcincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru/gelem-bung hawa atau alveoli.

f. Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar ter-diri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika di bentangkan lhas per-mukaannya lebih kurang 90 m2. Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).

Paru-paru dibagi dua: Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (be-lah paru), lobus poimo dekstra superior, lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri terdiri dari puimo sinis-tra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 seg-men yaitu 5 buah segseg-men pada lobus inferior, dan 5 buah segseg-men pada superior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.

(12)

tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkio-lus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duk-tus alveolus. Tiap-tiap dukduk-tus alveolus berakhir pada alveolus yang di-ameternya antara 0,2-0,3 mm.

Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke ten-gah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tenten-gah terdapat tam-puk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua; Pleura viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru. Pleura Parietal yaitu sela-put yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini ter-dapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan nor-mal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan berna-pas.

3. Fisiologi Pernapasan

Oksigen dalam tubuh dapat di atur menurut keperluan. Manusia sagat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang da-pat di perbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis, misal-nya orang yang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap dan lain-lain. Bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah hilang berganti kebiru-biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan dan kaki (sianosis).

4. Pernapasan Paru

(13)

dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung di pompakan ke dalam seluruh tubuh.

Di dalam paru-paru karbon dioksida merupakan hasil yang menem-bus membran alveoli. Dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung. Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner:

1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alve-oli dengan udara luar.

2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke selu-ruh tubuh, karbon dioksida dari tubuh masuk ke paru-paru.

3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian

4) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbon dioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen

Proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi ketika konsen-trasi dalam darah mengambil dan merangsang pusatpernapasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernapasan sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah merah (hemoglo-bin) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan yang akhirnya mencapai kapiler. Darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan, mengambil karon dioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernapasan eksterna.

(14)

B. Konsep Teoritis Tuberkulosis 1. Definisi

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Micobacterium tuberkulosis yang merupakan suatu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus rimer dan ghon (Hood Alsagaff, 1995 dalam Andra 2013).

2. Etiologi

a. Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberkulosis adalah batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet.

b. Mycobacterium bovis dan Mycobacterium avium pernah, pada kejadian yang jarang, berkaitan dnegan terjadinya infeksi tuberkulosis.

3. Klasifikasi

Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.

Sesuai dengan program Gerdunas P2TB Klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut :

a. TB aru BTA Positif dengan kriteria : 1) Dengan atau tanpa gejala klinik

2) BTA positif : mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif kali atau disokong radiologik positif 1 kali. 3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

b. TB Paru BTA negatif dengan kriteria :

1) Gejala klinik dan gambaran radiologic sesuai dengan TB Paru aktif.

(15)

c. Bekas TB Paru dengan kriteria :

1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif.

2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru. 3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan

serial foto ang tidak berubah.

4) Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung). 4. Penularan dan Faktor-faktor Risiko

Tuberkulosis ditularkan dari orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinfeksi, melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet. Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan. Individu yang berisiko tinggi untuk tertular tuberkulosis adalah :

a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.

b. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam terapi kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV).

c. Penggunaan obat-obat UV dan alkoholik.

d. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma, tahanan, etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun dan dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun). e. Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya

(misalnya diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gastrektomi atau yeyunoileal)

f. Imigran dari Negara dnegan insiden TB yang tinggi (Asia Tenggara, Afrika, Amerika Latin, Karibia)

g. Setiap individu yang tinggal di institusi (misalnya : fasilitas perawatan jangka panjang, institusi psikiatrik, penjara).

h. Individu yang tinggal di daerah perumahan substansard kumuh. i. Petugas kesehatan.

(16)

5. Patofisiologi

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderungtertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit. (Dannenberg, 1981 dalam Andra 2013).

Setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya di bagian bawah lonus atas atau di bagain atas lobus bawah) basil tuberkulosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh organism tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka lekosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan jaringan paru atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relative padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan arut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengalami tuberkel.

(17)

dari dinding kavitas akan masuk ke percabangan ke trakeobrankial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah, atau usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejjuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi dengan bronkus dan menjadi temat peradangan aktif. Penyakit data menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah (limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain (ekstrapulmoner). Menyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang baisanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi bila focus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam system vascular dan tersebar ke organ-organ tubuh.

6. Pathway

7. Manifestasi Klinik

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita, gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik :

a. Gejala respiratorik, meliputi :

(18)

kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

2) Batuk darah : darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. 3) Sesak napas : gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru

sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.

4) Nyeri dada : nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila system persarafan di pleura terkena.

b. Gejala sistemik, meliputi :

1) Demam : merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip dengan influenza, hilang timbul dan makin lam makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.

2) Gejala sistemik lain : gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.

3) Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan akut dengan batuk, panas, sesak napas, walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala neumonia.

Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan BB, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetap. Batuk pada awalnya mungkin non-produktif, tetapi dapat berkembang kea rah pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.

(19)

anoreksia dan penurunan BB. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman.

8. Pemeriksaan Diagnostik a. Tuberkulosis Aktif

Sangat sulit mendiagnosis Tuberkulosis aktif hanya berdasarkan tanda-tanda dan gejala saja. Sulit juga mendiagnosis penyakit ini pada orang-orang dengan imunosupresi. Meski demikian, orang-orang yang menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka memiliki penyakit paru-paru atau gejala konstitusional yang berlangsung lebih dari dua minggu maka bisa jadi orang tersebut tertular TB. Gambar

sinar X dada dan pembuatan beberapa kultur sputum untuk basil tahan asam biasanya menjadi salah satu bagian evaluasi awal.

Diagnosis yang tepat untuk TB dilakukan ketika bakteri “M. tuberculosis” ditemukan dalam sampel klinis (misalnya, dahak, nanah, atau biopsi jaringan). Namun, proses kultur organisme yang lambat pertumbuhannya ini membutuhkan waktu dua hingga enam minggu untuk kultur darah dan dahak saja. Oleh karena itu, pengobatan seringkali dilakukan sebelum hasil kultur selesai.

Tes amplifikasi asam nukleat dan uji adenosin deaminase dapat lebih cepat mendiagnosis TB. Meski demikian, tes ini tidak direkomendasikan secara rutin karena jarang sekali mengubah cara pengobatan penderita. Tes darah untuk mendeteksi antibodi tidak begitu spesifik atau sensitif, sehingga tes ini juga tidak direkomendasikan.

b. Tes kulit tuberkulin Mantoux.

Tes kulit tuberkulin Mantoux sering digunakan sebagai penapisan bagi seseorang dengan resiko TB tinggi. Orang yang pernah diimunisasi sebelumnya dapat memberikan hasil tes positif yang palsu. Hasil tes dapat memberikan negatif palsu pada orang yang menderita

sarkoidosis, Limfoma Hodgkin, dan malnutrisi. Yang terpenting, hasil tes dapat negatif palsu pada orang yang menderita tuberkulosis aktif.

(20)

direkomendasikan pada orang dengan hasil tes Mantoux positif. IGRAs tidak dipengaruhi oleh imunisasi ataupun sebagian besar

mikobakteri dari lingkungan, sehingga mereka memunculkan hasil tes

positif palsu yang lebih sedikit. Bagaimanapun mereka dipengaruhi oleh “M. szulgai,” “M. marinum,” and “M. kansasii.” IGRAs dapat meningkatkan sensitivitas bila digunakan sebagai tes tambahan selain tes kulit. Tetapi IGRAs menjadi kurang sensitif dibandingkan tes kulit apabila digunakan sendirian.

9. Tipe Penderita

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. a. Kasus baru

Ialah penderita yang belum pernah diobati dengan obat anti Tuberkulosis atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan. b. Kambuh/Relaps

BTA positif. Ialah penderita Tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan dan telah di nyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak.

c. Pindahan/Transfer In

Ialah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pidahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.

d. Kasus Berobat Setelah Lalai (pengobatan setelah default / drop out) Ialah penderita yang sudah berobat paling kurang satu bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang lagi berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

Ialah penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatanya selesai.

(21)

pengobatan dengan kategori II ; bila negative sisa pengobatan kategori I lanjutkan.

e. Gagal

Ialah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih.

f. Kronis

Ialah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang kategori II (WHO,1998;Depkes RI,2005). 10. Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan pasien tuberkulosis dikelompokan pada jenis panduan pengobatan yang disebut kategori sebagai berikut:

a. Kategori I dalam kemasan paket A Formula 2 HRZE / 4 H3R3

Fase awal (2 HRZE) Lama pengobatan 2 bulan

Jenis obat, dosis dan jumlah tablet/kaplet

INH 300mg 1 tablet

RIFAMPISIN (R) 450mg 1 kaplet

PIRAZINAMIDE (Z) 1500mg 3 tablet @500mg ETHAMBUTOL (E) 750mg 3 tablet @250mg Fase lanjutan (4 H3R3)

Lama pengobatan 4 bulan

Jenis obat, dosis dan jumlah tablet/kaplet INH (H) 600mg 2 tablet @300mg RIFAMPISIN (R) 450mg 1 kaplet Kategori I diberikan untuk :

Penderita baru tuberkulosis paru BTA positif

Penderita baru tuberkulosis BTA negative rontgen positif yang sakit berat.

(22)

Formula 2HRZES/HRZE/5 H3R3E3 Fase awal 2 HRZES/HRZE

Lamanya 3 bulan

Jenis obat, dosis dan jumlah tablet/ kaplet STREPTOMISIN (S) 0,75gr Injeksi

INH 300mg 1 tablet

RIFAMPISIN (R) 450mg 1 kaplet

PIRAZINAMIDE (Z) 1500mg 3 tablet @500mg ETHAMBUTOL (E) 750mg 3 tablet @250mg Fase lanjutan 5 H3R3E3

Lamanya 5 bulan

Jenis obat, dosis dan jumlah tablet/kaplet

INH (H) 600mg 2 tablet @300mg RIFAMPISIN (R) 450mg

ETHAMBUTOL 1250mg 1 tablet @250mg

2 tablet @500mg

Kategori II diberikan untuk penderita dengan riwayat pengobatan sebelumnya :

Penderita kambuh (relaps) Penderita gagal (failure)

Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default) c. Kategori III dalam kemasan paket C :

Formula 2 HRZ/4 H3R3 Fase awal 2 HRZ

Lamanya 2 bulan

Jenis obat, dosis dan jumlah tablet/kaplet INH (H) 300mg 1 tablet RIFAMPISIN (R) 450mg 1 kaplet

PIRAZINAMIDE (Z) 1500mg 3 tablet @500mg Fase Lanjutan (4 H3R3)

Lamanya 4 bulan

(23)

INH (H) 600mg 2 tablet @ 300mg RIFAMPISIN (R) 450mg 1 kaplet

Kategori 3 diberikan untuk penderita bar TB Paru BTA negative, rontgen positif dan penderita baru Tuberkulosis ekstra paru yang berat. 11. Komplikasi Pada Penderita Tuberkulosis

Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :

a. Hemoptisis berat (Pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

b. Bronkiektasis (Pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

c. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.

d. Penyebaran infeksi ke organlain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.

e. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmunary Insuficiency).

C. Konsep Dasar Tumbuh Kembang Todler 1. Karakteristik Fisik

a. Berat badan

Berat badan anak todler bertambah sebesar 2,2 kg per tahun, penambahan berat badan menurun secara seimbang.

b. Tinggi badan

Tinggi badan meningkat kira-kira 7,5 cm per tahun. Proporsi tubuh berubah, lengan dan kaki tumbuh dengan laju yana lebih cepat dari kepala dan badan. Lordosis lumbal pada spina kurang terlihat. Tubuh toddler tidak begitu gemuk dan pendek. Tungkai mempunyai tampilan yang bengkok (torsi tibialis).

c. Lingkar kepala

Fontanel anterior menutup pada usia 15 bulan. Lingkar kepala meninfkat 2,5 cm per tahun.

(24)

2. Perkembangan Motorik Kasar a. Usia 15 bulan

Berjalan sendiri dengan jarak kedua kaki lebar, merayapi tangga, dapat melempar objek.

b. Usia 18 bulan

Mulai bisa berlari dan jarang terjatuh. Menaiki dan menuruni tangga, menaiki mebel, bermain dengan mainan-mainan yang dapat ditarik, dapat mendorong perabot yang ringan ke sekeliling ruangan.

Duduk sendiri di atas bangku. c. Usia 24 bulan

Berjalan dengan gaya berjalan yang stabil, berlari dengan sikap yang lebih terkontrol, berjalan naik dan turun tangga dnegan menggunakan dua kaki pada setiap langkah, melompat dengan kasar, membuka baju sendiri, menendang bola tanpa kehilangan keseimbangan.

d. Usia 30 bulan

Dapat menyeimbangkan diri sementara dengan satu kaki, menggunakan kedua kaki untuk melompat, melompat ke bawah dari atas perabot, mengendarai sepeda roda tiga.

3. Perkembangan Motorik Halus a. Usia 15 bulan

Membangun menara yang terdiri atas dua kubus, membuka kotak, memasukkan jari ke lubang, menggunkan sendok, tetapi menumpahkan isinya. Membalik halaman buku.

b. Usia 18 bulan

Membangun menara yang terdiri atas tiga kubus, mencoret-coret sembarangan, minum dari cangkir.

c. Usia 24 bulan

Minum dari cangkir yang dipegang dengan satu tangan, menggunakan sendok tanpa menumpahkan isinya. Membangun menara yang teridir dari empat kubus, mengisingkan isis botol, menggambar garis vertical dan bentuk lingkaran.

(25)

Memegang crayon dnegan jari, menggambar dnegan asal, mampu membangun menara yang teridir atas enam kubus.

4. Perkembangan Psikoseksual (Tahap Anal) a. Fokus tubuh : area anal.

b. Tugas perkembangan : belajar untuk mengatur defekasi dan berkemih. c. Krisis perkembangan : toilet training.

d. Keterampilan koping yang umum : temper tantrum, negativism, bermain dengan feses dan urine, perilaku agresif, seerti mengisap ibu jari, mengeriting rambut menjadi simpul-simpul, menangis, iritabilitas, dan mencibir.

e. Kebutuhan seksual : sensasi menyenangkan berhubungan dengan dnegan fungsi eksretori, anak mengekslorasi tubuh secara aktif.

f. Bermain : anak senang bermain dnegan ekskreta yang dibuktikan dnegan mengorek-ngorek feses.

g. Peran orang tua : untuk membantu anak mencapai kontinensia tanpa kontrol yang terlalu membiarkan.

5. Perkembangan Psikososial (Otonomi vs. Rasa Malu dan Ragu)

a. Tugas perkembangan : belajar untuk asertif dalam mengekspresikan kebutuhan, keinginan, dan kemauan dirinya.

b. Krisis perkembangan : toilet training, pengalaman anak-anak untuk pertama kali, paksaan sosial terhadap perilaku oleh orang tua.

c. Keterampilan koping yang umum : temper tantrum, menangis, aktivitas fisik, negativism, menahan napas, mencari perhatian, bermain, dan regresi.

d. Bermain : anak melakukan dan mencari kesempatan dan aktivitas bermain; mencari perhatian pengasuh; mengeksplorasi tubuh; menikmati sensasi dari gerakan motorik halus dan kasar, bermain secara aktif dengan objek; belajar untuk berinteraksi dengan cara yang disetujui secara sosial.

(26)

terhadap perilaku anak; berfokus langsung dari gratifikasi primer dan segera terhadap kebutuhan anak.

f. Rencana : untuk memberikan konsistensi dalam membatasi lingkungan pada perilaku anak terlebih dahulu dorong anak untuk mengeksplorasi lingkungan dan mempelajari keterampilan baru.

6. Perkembangan Moral (Tahap Prekonvensional)

Konsep toddler tentang benar dan salah terbatas, orang tua mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perkembangn kesadaran anak.

7. Perkembangan Kepercayaan (Tahap Intuitif-Proyektif)

Keyakinan dipelajari dari orang tua, anak menirukan praktik dan sikap keagamaan dari kecil.

8. Perkembangan Bahasan a. Usia 2 tahun

Menggunakan kalimat dnegan dua dan tiga kata, menggunakan holofrase, lebih dari setengah pembicaraannya dapat dimengerti. b. Usia 3 tahun

1) Banyak bertanya

2) Berbicara saat ada maupun tidak ada orang

3) Menggunakan pembicaraan telegrafis (tana kata preposisi, kata sifat, kata keterangan, dll)

4) Mengungkapkan konsonan berikut : d, b, t, k, dan y 5) Menghilangkan huruf ‘w’ dari pembicaraannya

6) Mempunyai pembendaharaan kata sebanyak 900 kata

7) Memakai kalimat tiga kata (subjek-kata kerja-objek)

8) Menyatakan namanya sendiri

9) Menjamakkan kata-kata

10)Mengulangi ungkapan dan kata-kata dengan tanpa tujuan

(27)

a. Identitas diri klien : nama, jenis kelamin, umur, tempat dan tanggal lahir, alamat, pekerjaan.

b. Riwayat Kesehatan

1) Kesehatan sekarang : keadaan pernapasan (napas pendek), nyeri dada, batuk, dan sputum

2) Kesehatan yang lalu

Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera, dan pembedahan.

3) Kesehatan keluarga

Adakah anggota keluarga yang menderita asma, empisema, alergi, dan TB paru.

c. Gejala yang berkaitan dengan masalah utama , misalnya : demam,menggigil, lemah, keringet dingin malam merupakan gejala yang berkaitan dengan TB.

d. Status perkembangan, misalnya :

1) Ibu yang melahirkan bayi permatur perlu ditanyakan apakah se-waktu hamil mempunya masalah-masalah resiko dan apakah usia kehamilan cukup.

2) Pada usia lanjut perlu ditanyakan apakah ada perubahan pola pernapasan, cepat lelah sewaktu naik tangga, sulit bernapas se-waktu berbaring atau apakah bila flu sembuhnya lama.

e. Data pola pemeliharaan kesehatan, misalnya :

Tentang pekerjaan, obat yang tersedia di rumah, pola tidur istirahat dan stres.

f. Pola keterlambatan atau pola peranan kekerabatan, misalnya : Adakah pengaruh dari gangguan atau penyakitnya terhadap dirinya dan keluarganya serta apakah gangguan yang dialammi mempunyai pengaruh terhadap peran sebagai istri/suami dan dalam melakukan seksual.

g. Pola aktivitas/istirahat 1) Gejala

(28)

b) Napas pendek karena kerja

c) Kesulitan tidur pada malam hari, demam pada malam hari, menggil dan atau berkeringat, mimpi buruk.

2) Tanda

a) Takikardi, takipnea/dispne pada kerja b) Kelelahan otot, nyeri dan sesak h. Pola integritas ego

1) Gejala

a) Adanya/ faktor stres lama b) Masalah keuangan, rumah

c) Perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan d) Populasi budaya/etnik

2) Tanda

a) Menyangkal khususnya tahap dini b) Ansietas, ketakutan, mudah terangsang. i. Makanan/cairan

1) Gejala

a) Kehilangan nafsu makan b) Tidak dapat mencerna c) Penurunan BB

2) Tanda

1) Turgor kulit, buruk kering atau kulit bersisik 2) Kehilangan otot/hilang lemak subkutan j. Nyeri/ kenyaman

1) Gejala

Nyeri dada meningkat karena batuk berulang 2) Tanda

Perilaku distraksi, gelisah. k. Pernapasan

1) Gejala

(29)

c) Riwayat TB/terpajan pada individu terinfeksi 2) Tanda

a) Peningkatan frekueni napas

b) Perkoesi pekak dan penurunan fremitus. Bunyi napas menurun/tidak ada secara bilateral/unilateral. Bunyi napas tubuler/dan/atau/bisikan pektoral di atas lesi luas. Krekels tercatat di atas aspek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek.

c) Karakteristik sputum adalah hijau/prulen, mukoid kuning atau bercak darah

d) Deviasi trakeas (penyebaan bronkogenik)

e) Tidak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental

l. Keamanan 1) Gejala

Adanya kondisi penekanan imun,contoh: AIDS,kanker 2) Tanda

Demam rendah atau sakit panas akut. m. Interaksi Sosial

1) Gejala :

Perasaan isolasipenolakan karena penyakit menular, pe-rubahan pola biasa dalam tanggung jawab/pepe-rubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

n. Penyuluhan dan pembelajaran 1) Gejala

a) Riwayat keluarga TB

b) Ketidakmampuan umu/status kesehatan buruk c) Gagal untuk membaik/kambuhnya TB

d) Tidak berpartisipasi dalam terapi o. Pemeriksaan penunjang

(30)

2. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret darah yang dibuktkan dengan frekuesi pernapasan dan bunyi napas dan lain-lain.

Hasil yang diharapkan :

1) Mempertahankan jalan napas klien 2) Mengeluarkan sekret tanpa bantuan

3) Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertimbangkan bersihan jalan napas

4) Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat ke-mampuan/situasi

Rencana keperawatan

1) Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan irama dan kedalaman dan penggunaan otot aksesori.

Rasoinal : penurunan bunyi napas dapat menujukkan atelektasis, ronkhi, mengi menunjukkan akumulasi sekret/keti-dakmampuan untuk membersihkan jalan napas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernapasan dan pen-ingkatan kerja pernapsan dan penpen-ingkatan kerja pernapsan. 2) Catat kemampuan untuk/mengeluarkan mukosa/batuk efektif.

Catat karakter, jumlah, sputum, adanya hemoptisis.

Rasional : pengeluaran sulit bila sekret sanga tebal. Sputum berdarah kental atau berdarah cerah dakibatkan kerusakan kavitas paru atau luka bronkial yang dapat menen-tukan evaluasi/inervensi lanjut.

3) Beriakn pasien posisi semi/fowler. Tinggi, bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam.

(31)

4) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan.

Rasional : Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat dilakukan bila pasien tidak mampu untuk mengeluarkan sekret.

5) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500ml/hari kecuali kontraindikasi.

Rasional : pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengeluarkan sekret, membuatnya mudah untuk dikeluarkan. 6) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi. Agen

mukolitik, contoh asetilsistein (mucomyst), bronkodilator con-tohna okstrifilin (holedyl) : teofilin, kortikosteroid (prednison)

Rasional : agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan. Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial sehngga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan den-gan batuk, anorexia.

Hasil yang diharapkan :

1) Menunjukkan BB meningkat mencapai tujuan dengan nilai lab normal dan bebas tanda malutrisi

2) Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan danatau mempertahankan berat yang tepat.

Rencana keperawatan

1) Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, BB, dan derajat kekuranaga BB, integritas mukosa oral, ke-mampuan/ ketidak mampuan menelan, adanya tonus usus ri-wayat mual atau diare.

Rasional : berguna dalam menefinisikan derajat/luasnya masala dan pilihan intervensi yang tepat.

(32)

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/keku-atan kusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memper-baiki masukan diet.

3) Awasi masukan/pengeluara dan BB ecara periodik

(33)

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.R

DENGAN TUBERKULOSIS PARU DI RUANG POLI ANAK RSUD CIAWI KABUPATEN BOGOR

I. PENGKAJIAN

A. Identitas Klien dan Penanggungjawab

Nama : An. R

Umur/Tanggal Lahir : 1 tahun 7 bulan / 12 April 2013 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status di keluarga : Anak kedua

Alamat : Kp. Sukawarna RT 01/10 Cipaku Bogor Selatan No. RM : 488853

Diagnosa Medik : Tuberkulosis Paru Tanggal Dikaji : 18 November 2014

B. Keluhan Utama

Ibu klien mengatakan berat badan anaknya tidak naik-naik.

C. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat dikaji, ibu klien mengeluh An.R berat badan anaknya tidak naik-naik sejak bulan Agustus,sering pilek, sering bersin, dan masih sering berkeringat di malam hari dan hari ini datang ke poliklinik untuk control pengobatan Tuberkulosis paru dan konsultasi tentang penurunan berat badan anaknya.

D. Riwayat Kesehatan yang Lalu

(34)

melakukan aktivitas, demamnya turun naik, berat badan menjadi 10 kg padahal sebelum sakit 13 kg. Kemudian ibu klien membawa klien ke rumah sakit untuk diperiksa dan dilakukan tes tuberkulin mantoux tanggal 19 agustus 2014 serta di rontgen thorax. Hasil dari kedua tes tersebut klien dinyatakan positif menderita tuberkulosis paru. Maka An.R diinstruksikan untuk melakukan pengobatan selama enam bulan dengan kontrol rutin sebulan sekali. Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit, klien pernah demam dan diperiksa ke Puskesmas. Klien belum pernah menderita penyakit kronis atau menular sebelumnya.

E. Riwayat Imunisasi

Ibu klien mengatakan pemberian imunisasi pada anaknya telah lengkap diberikan hingga 9 bulan, dengan jumlah yang seharusnya. An. R telah divaksin BCG, HB, DPT, Polio, dan Campak. Ada beberapa jadwal imunisasi yang dilakukan tidak tepat waktu karena saat ada pemberian imunisasi di Posyandu, An.R sedang sakit.

F. Riwayat Kesehatan Keluarga

(35)

G. Genogram

Keterangan :

= Laki-laki = Tinggal serumah

= Perempuan = Klien

H. Pemeriksaan Fisik 1. Tingkat kesadaran

a. Kualitatif : Compos mentis

b. Kuantitatif : Respon motorik : 6 Respon verbal : 5 Respon membuka mata : 4 +

15 2. Tanda-tanda Vital

a. Suhu : 36,5⁰ C b. Respirasi : 38x/menit c. Nadi : tidak terkaji 3. Pemeriksaan sistematis

(36)

b. Thorak : pernapasan dangkal, teratur, tidak tampak penggunaan otot-otot bantu pernapasan, bunyi paru vesikuler bentuk dada simetris, tidak ada lesi,.

c. Ekstremitas : pada lengan kanan atas klien tampak tanda hasil imunisasi BCG klien dapat menggerakkan ekstremitas atas dan bawah dengan baik, berjalan dengan baik, menggenggam benda. 4. Kebiasaan sehari-hari

a. Pola makan dan minum 1) Pola Makan

Ibu klien mengatakan anaknya makan tiga kali dengan cara disuapi makanan biasa (bubur atau nasi tim) tetapi sedikit sekali dan tidak dihabiskan makanannya.

2) Pola Minum

Klien masih diberi ASI tetapi ASI ibunya sedikit-sedikit keluarnya, anak juga minum air mineral dan jumlahnya menurut ibunya tidak menentu.

b. Pola Aktivitas

Klien lebih banyak menghabiskan waktu utnuk bermain dnegan kakanya di rumah, klien juga sudah dapat membantu ibunya misalnya mengambilkan Sesutu untuk ibunya.

I. Kemampuan Orang Tua di Rumah

Ibu klien mengatakan di rumah setelah mengetahui anaknya mengalami penurunan berat badan tidak memberikan vitamin atau sulemen, ibu klien terus mencoba memberikan makanan pada anaknya setiap kali waktu makan tiba.

J. Data Tumbuh Kembang

(37)

Anak mulai tumbuh gigi saat usianya 6 bulan, anak tidak diberi ASI eksklusif. Setiap ke posyandu tiap sebulan sekali, berat badan anaknya selalu bertambah

2. Data Pertumbuhan saat dikaji

Setelah dikaji data pertumbuhan adalah sebagai berikut : BB = 10,5 kg LL = 14 cm LD = 44 cm TB = 63 cm LK = 50 cm

Perhitungan BB menurut Behrman 1-6 tahun = (umur x 2) + 8

= (1,7 x 2) + 8 = 11,4 kg Persen hilang BB

Jadi, persen hilang berat badan pada An.R adalah 7,8 %. Perbandingan TB menurut Behrman

Usia 1 tahun = 1,58 x TB lahir = 1,58 x 52 = 82,1 cm

Jadi, TB normal pada usia 1 tahun 7 bulan adalah 82,1 cm menurut Behrman.

(38)

Ibu An.R mengatakan An. R dapat duduk saat usianya 7 bulan, mulai dapat jalan dan berbicara saat usianya 13 bulan.

b. Saat Dikaji

Ibu klien mengatakan anak sudah mulai dapat berlari, menaiki dan menuruni tanga, anak belum mengenal permainan yoyo sehingga belum dapat memainkannya, sudah dapat mendorong kursi kecil atau meja yang ringan di rumah, dan sudah dapat duduk sendiri di atas bangku, anak sudah dapat minum dari cangkir tetapi kadang-kadang masih sering tumpah.

Dari hasil DDST II klien perkembangannya normal sesuai dengan usianya, dapat melakukan tugas sesuai dengan tahapan usianya. (Format DDST II terlampir)

K. Data Penunjang

Hasil tes tuberkulin Mantoux positif, ukuran tidak terkaji, diperiksa tanggal 22 agustus 2014 dan hasil pemeriksaan radiologi (tidak dibawa saat pengkajian).

L. Program Terapi dan Penatalaksanaan 1. Isoniazid

2. Rifampisin 3. Pirazinamid

II. ANALISA DATA

No. Data Senjang Kemungkinan Penyebab Masalah

1. DS : ibu klien mengatakan An.R pilek sejak 2 minggu yang lalu.

DO :

a. Hidung tampak berlendir. b. Di hidng bagian luar

terdapat lender yang

Invasi Mikobakterium Tuberkulosa

Masuk ke saluran pernapsan atas

(39)

mongering

c. Respirasi 38 x/menit

Bakteri bertahan di bronkus

Produksi sekret berlebih

Sekret menumpuk

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

2. DS :

a. Ibu klien mengatakan anak kurang nafsu makan, makan 3x/hari tapi tidak dihabiskan.

b. ASI keluar sedikit-sedikit DO :

BB anak = 10,5 kg

BB anak sebelum skait = 13 kg

TB anak = 63 cm BB normal = 11,4 kg Persen hilang BB = 7,8%

Invasi Mikobakterium Tuberkulosa

Masuk ke saluran pernapsan atas

Bakteri bertahan di bronkus

Produksi sekret berlebih

Sekret menumpuk

Anoreksia, masukan nutrisi inadekuat

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

(40)

tubuh 3. DS :

a. ibu mengatakan anak sedang pilek.

b. Ibu mengatakan tidak mengetahui cara pencegahan penularan TB Paru.

DO :

a. anak tidak menggunakan masker

b. tampak hidung berlendir

Invasi Mikobakterium Tuberkulosa

Masuk ke saluran pernapsan atas

Bakteri bertahan di bronkus

Produksi sekret berlebih

Sekret menumpuk

Resiko penyebaran infeksi

Resiko penyebaran infeksi

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret.

2. Risiko gangguan pertumbuhan berhubungan dengan perkembangan penyakit kronis.

(41)

IV. RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret. DS : ibu klien mengatakan An.R pilek sejak 2 minggu yang lalu.

1. Frekuensi, kedalaman pernafasan, gerakan

1. Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan

(42)

dikeluarkan.

4. Sputum dapat encer.

5. Agar pengobatan klien tuntas.

(43)

anak kurang nafsu

BB sebelum sakit = 13 kg TB anak = 63 cm

BB normal = 11,4 kg Persen hilang BB = 7,8%

2. Asupan nutrisi anak bertambah

3. Ibu memahami tentang gizi seimbang anak.

4. Menambah asupan nutrisi.

4. Pemberian makanan ringan di lakukan.

(44)

3. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dnegan pengeluaran droplet dan kurang pengetahuan tentang

3. Lingkungan tidak menjadi tempat 2. Anak menggunakan

alat makan pribadi.

3. Lingkungan tempat tinggal klien bersih

1. Jelaskan pada orang tua cara pencegahan penularan infeksi. untuk menjaga kebersihan

1. Menambah pengethuan ibu tentang cara pencegahan penularan.

(45)

bakteri

Mikobakterium Tuberkulosis hidup.

dan dapat mengurangi risiko penularan.

(46)

V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal No. Dx Jam Implementasi Evaluasi Paraf

18 November 2014

1

1. Mengkaji frekuensi, kedalaman pernapsan dan kesimetrisan gerakan dada.

2. Mengauskultasi area paru, dan mencatat suara adanya

ronchi atau wheezing. 3. Mengajarkan orang tua

cara postural drainage pada anak

4. Menginstruksikan orang tua untuk memberikan air hangat lebih banyak pada anak.

S : ibu mengantakan akan memberikan anaknya lebih sering air hangat.

O :

a. frekuensi napas anak 48 x/menit, napas dangkal, gerakan dada kiri dan kanan simetris.

b. Pada area paru lobus kanan atas terdengar ronchi

A : masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas masih ada.

P : Lanjutkan intervensi motivasi klien dan orang tua untuk minum obat teratur dan tidak melewatkan waktu minum obat.

2 1. Menginstruksikan orang tua memberikan makanan yang disukai anaknya

S :

(47)

dibuat dengan bentuk yang menarik.

2. Menginstruksikan orang tua untuk memberikan anak ASI dan makanan lebih sering.

3. Memberikan informasi pada ibu tentang gizi seimbang untuk anak. 4. Menginstruksikan ibu

untuk memberikan makanan ringan pada pagi dan sore hari.

sedikit-sedikit.

b. Anaknya tidak sering memakan makanan ringan.

O : Ibu belum dapat menjelaskan kembali informasi yang telah disampaikan.

A : masalah risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh masih ada. P : Lanjutkan intervensi, jelaskan kembali informasi mengenai pemberian gizi seimbang pada anak.

1. Menjelaskan pada orang tua cara pencegahan penularan infeksi.

2. Menginstruksikan ibu untuk memisahkan alat makan dan minum anak

S :

a. Ibu klien mengatakan mengerti cara penyebaran infeksi tetapi belum mengeti tentang cara pencegahan penularannya. b. Ibu mengatakan belum memisahkan alat

(48)

dengan orang lain.

3. Mengajarkan orang tua untuk menutup mulut anak jika bersin dengan kain 4. Menginstruksikan orang

tua untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah.

c. Ibu klien mengatakn akan menjaga kebersihan lingkungan rumahnya.

O : anak tampak tidak nyeman saat diajarkan untuk ditutup mulutnya oleh ibunya.

A : masalah resiko penyebaran infeksi masih ada.

(49)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

TB paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru dan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah. Tanda dan gejala batuk, batuk berdarah, sesak na-pas, nyeri dada, dan demam. Pada kasus An.R dengan TB paru dimana imu-nisasi BCG tidak selalu dapat mencegah TB paru, bila terdapat faktor pence-tus atau terdapat keluarga yang memiliki penyakit TB paru bisa kemungkinan anak yang diimunisasi tersebut dapat terkena penyakit TB paru, karena kon-tak yang terus menerus. Imunisasi BCG hanya dapat mencegah TB paru yang sudah pada tahap parah. Klien dengan TB paru perlu melakukan pengobatan selama 6 bulan sampai 8 bulan.

B. Saran

1. Bagi para orang tua, anak adalah anugerah yang paling berarti, jagalah kesehatan anak. Jangan sepelekan penyakit yang terlihat biasa saja. Karena anak belum dapat menyampaikan apa yang dirasakannya sehingga orang tua lah yang harus lebih mengerti tentang kondisi anak. Setiap waktu diharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terhambat karena penyakit yang masih bisa mengoptimalkan tumbuh kembangnya.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Asih Niluh Gede Yasmin. 2004. Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : EGC.

Betz, Cecily Lynn dan Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Saferi, Andra dkk. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta : Nurha Medika.

Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medik

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh manajemen persediaan terhadap kinerja perusahaan dan menguji pengaruh strategi bersaing terhadap hubungan antara

PEMERI NTAH KABUPATEN BANYUWANGI.. PAN ITIA

We’ve been able to concentrate on the things that matter to us and leave the legal complications to the professional online conveyancing people." - Martine James. For

regresi yang akan digunakan. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan. program SPSS versi 17.0. Adapun langkah-langkah dalam

Apakah tekanan (pressure) yang terdiri dari financial target, financial stability, external pressure dan institutional ownership berpengaruh terhadap

Grafik 4.4 Perbandingan antar Kelas pada Post Test ke-1 69 Grafik 4.5 Perbandingan antar Kelas pada Post Test ke-2 71 Grafik 4.6 Perbandingan antar Kelas pada Post Test

Kesadaran Merek (Brand Awareness) adalah kemampuan pelanggan untuk mengenali atau mengingat kembali sebuah merek dan mengaitkannya dengan suatu kategori

Jadi, evaluasi pendidikan adalah proses berkesinambungan yang dilakukan oleh seseorang (evaluator) untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan program dalam bidang pendidikan