LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI 1 HEMATEMESIS MELENA – SIROSIS HATI
KELOMPOK 2 KELAS B
1. Ismi Fadhila (G1F013022)
2. Ahmad Faruq (G1F013024)
3. Fahmi Haqi Agiza (G1F013026)
4. Niken Permatasari (G1F013028)
5. Risa Sintya Dewi (G1F013030)
6. Kiki Faysh Fauzy (G1F013032)
7. Ananda Dwi rahayu (G1F013034) 8. Syaeful Eko Prayitno (G1F013036)
9. Murti Setiati (G1F013038)
10. Feni Amalia Firdausi (G1F013040) Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 16 Oktober 2015
Dosen :
Asisten : Gandhita Putri C. C.
LABORATORIUM FARMASI KLINIK JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO 2015
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI 1 HEMATEMESIS MELENA – SIROSIS HATI
Tuan TL berusia 68 tahun mengeluh sejak kemarin muntah darah, BAB hitam dan lemas. Diagnosa dari dokter adalah hematemesis melena supp sirosis hepatik. Dilakukan beberapa uji laboratorium dan pemeriksaan endoskopi. Hasil menunjukkan bahwa tuan TL mengalami varises esofagus stadium III-IV dan gastropati.
B. DASAR TEORI I. Patofisiologi
Penyakit hati kronik yang ditandai dengan peningkatan serum transaminase, akan mengakibatkan inflamasi. Inflamasi yang berkelanjutan akan menyebabkan fibrosis pada sel hati, sehingga terjadi kematian sel hepatosit. Pada kehilangan hepatosit, hati akan mengalami penurunan kemampuan memetabolisme bilirubin, sehingga nilai bilirubin meningkat. Hati juga mengalami penurunan kemampuan sintesis protein, seperti faktor pembekuan darah sehingga terjadi peningkatan INR, dan nilai transaminase yang mungkin bisa tidak berubah atau bisa menurun. Saat keadaan fibrosis terus berlanjut, tekanan darah portal semakin meningkat, sehingga terjadi penurunan platelet dari limpa dan berkembangnya varises esofageal (Raines, 2011).
Sirosis hepatis merupakan penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar fungsi hepar. Perubahan besar yang terjadi karena sirosis adalah kematian sel-sel hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast), regenerasi sel dan jaringan parut yang menggantikan sel-sel normal. Perubahan ini menyebabkan hepar kehilangan fungsi dan distorsi strukturnya (Baradero dkk, 2008).
Ada tiga jenis sirosis hepatis, yaitu : 1. Sirosis Laennec
Sirosis Laennec disebabkan oleh alkoholisme kronis. Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol adalah akumulasi lemak secara bertahap di dalam sel-sel hati (infiltrasi lemak) dan alkohol menimbulkan efek toksik langsung terhadap
hati. Akumulasi lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan metabolik yang mencakup pembentukan trigliserida secara berlebihan, menurunnya pengeluaran trigliserida dari hati dan menurunnya oksidasi asam lemak (Price dan Wilson, 2006).
Sirosis Laennec ditandai dengan lembaran-lembaran jaringan ikat yang tebal terbentuk pada tepian lobulus, membagi parenkim menjadi nodulnodul halus. Nodul ini dapat membesar akibat aktivitas regenerasi sebagai upaya hati mengganti sel yang rusak. Pada stadium akhir sirosis, hati akan menciut, keras dan hampir tidak memiliki parenkim normal yang menyebabkan terjadinya hipertensi portal dan gagal hati. Penderita sirosis Laennec lebih beresiko menderita karsinoma sel hati primer (hepatoselular) (Price dan Wilson, 2006).
2. Sirosis Pascanekrotik
Sirosis pascanekrotik terjadi setelah nekrosis berbercak pada jaringan hati, sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya. Hepatosit dikelilingi dan dipisahkan oleh jaringan parut dengan kehilangan banyak sel hati dan di selingi dengan parenkim hati normal, biasanya mengkerut dan berbentuk tidak teratur dan banyak nodul (Price dan Wilson, 2006).
3. Sirosis biliaris
Penyebab tersering sirosis biliaris adalah obstruksi biliaris pascahepatik. Statis empedu menyebabkan penumpukan empedu di dalam massa hati dan kerusakan sel-sel hati. Terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus, hati membesar, keras, bergranula halus dan berwarna kehijauan. Ikterus selalu menjadi bagian awal dan utama dari sindrom ini. Terdapat dua jenis sirosis biliaris: primer (statis cairan empedu pada duktus intrahepatikum dan gangguan autoimun) dan sekunder (obstruksi duktus empedu di ulu hati) (Price dan Wilson, 2006).
Komplikasi sirosis hepatik yaitu : 1. Varises Esofagus
Saluran kolateral penting yang timbul akibat sirosis dan hipertensi portal terdapat pada esofagus bagian bawah. Pirau
darah melalui saluran ini ke vena kava menyebabkan dilatasi vena-vena tersebut (varises esofagus). Varises ini terjadi pada sekitar 70% penderita sirosis lanjut. Perdarahan ini sering menyebabkan kematian. Perdarahan yang terjadi dapat berupa hematemesis (muntah yang berupa darah merah) dan melena (warna feces/kotoran yang hitam) (Price dan Wilson, 2006). Varises esofagus; sebelum dan sesudah berdarah bisa diberikan obat penyekat beta (propanolol). Waktu perdarahan akut, bisa diberikan preparat somatostatin atau okteorid.
Tatalaksana yang tepat akan hipertensi porta, akan menurunkan resiko perdarahan atau varises esofageal. Tatalaksana umum:
1. Pemberian obat vasoaktif
Obat vasoaktif seperti vasopressin diketahui mampu mengontrol tekanan darah portal sehingga mencegah terjadinya komplikasi perdarahan. Karena efek samping yang cukup serius, vasopresin biasanya lebih jarang menjadi pilihan dibandingkan somatostatin atau ocreotide.
2. Endoskopi dengan band ligation 3. Antibiotik profilaksis
4. Transjugular intrahepatic portosystemic chunt (TIPS)
2. Peritonitis bacterial spontan
Cairan yang mengandung air dan garam yang tertahan di dalam rongga abdomen yang disebut dengan asites yang merupakan tempat sempurna untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri. Secara normal, rongga abdomen juga mengandung sejumlah cairan kecil yang berfungsi untuk melawan bakteri dan infeksi dengan baik. Namun pada penyakit sirosis hepatis, rongga abdomen tidak mampu lagi untuk melawan infeksi secara normal. Maka timbullah infeksi dari cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intraabdominal. Biasanya pasien tanpa gejala, namun dapat timbul demam dan nyeri abdomen (Sudoyo, 2007). 3. Sindrom hepatorenal
Kerusakan hati lanjut menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang mengakibatkan penurunan filtrasi glomerulus. Pada sindrom
hepatorenal terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa oliguria, peningkatan ureum, kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal (Sudoyo, 2007).
4. Ensefalopati hepatikum
Intoksikasi otak oleh produk pemecahan metabolisme protein oleh kerja bakteri dalam usus. Hasil metabolisme ini dapat memintas hati karena terdapat penyakit pada sel hati. NH3 diubah menjadi urea oleh hati, yang merupakan salah satu zat yang bersifat toksik dan dapat mengganggu metabolisme otak (Price dan Wilson, 2006).
5. Karsinoma hepatoselular
Tumor hati primer yang berasal dari jaringan hati itu sendiri. Sirosis hati merupakan salah satu faktor resiko terjadinya karsinoma hepatoselular. Gejala yang ditemui adalah rasa lemah, tidak nafsu makan, berat badan menurun drastis, demam, perut terasa penuh, ada massa dan nyeri di kuadran kanan atas abdomen, asites, edema ekstremitas, jaundice, urin berwarna seperti teh dan melena (Wijayakusuma, 2008).
6. Hematemesis Melena
Perdarahan saluran cerna bahagian atas dapat bermanifestasi klinis mulai dari yang seolah ringan, misalnya perdarahan tersamar sampai pada keadaan yang mengancam hidup. Hematemesis adalah muntah darah segar (merah segar) atau hematin(hitam seperti kopi) yang merupakan indikasi adanya perdarahan saluran cerna bagian atas atau proksimal ligamentum Treitz. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA), terutama dari duodenum dapat pula bermanifestasi dalam bentuk melena. Hematokezia(darah segar keluar per anum) biasanya berasal dari perdarahan saluran cerna bagian bawah (kolon). Maroon stools (feses berwarna merah hati) dapat berasal dari perdarahan kolon bagian proksimal (ileo-caecal) (Djojoningrat, 2006).
Penentuan terapi untuk sirosis hati dimulai dengan menilai keparahan hati pasien. Jika lebih dari 15 maka perlu dilakukan transplantasi organ. Sedangkan jika status keparahannya kurang dari 15 maka perlu dimonitor komplikasinya, seperti penilaian varises, asites, enelopati hepatik dan karsinoma (Starr dan Raines, 2011).
C. PENATALAKSANAAN KASUS DAN PEMBAHASAN I. Subjective
Nama pasien : Tn. TL
Usia : 68 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Purwokerto Lor
Status jaminan : BPJS non-PBI
BB/TB :
-Keluhan utama (subjective) : sejak kemarin BAB hitam, muntah darah, dan lemas
Riwayat penyakit dahulu :
-Riwayat pengobatan :
-Diagnosis : hematemesis melena supp sirosis hepatik
II. Objective
DATA KLINIK (objective) :
TTV Tanggal 3/9 4/9 5/9 6/9 7/9 8/9 9/9 10/9 11/9 TD 90/60 120/7 0 90/60 130/9 0 110/7 0 110/7 0 130/7 0 130/8 0 140/8 0 N 76 76 76 82 80 80 80 84 68 RR 22 20 22 20 20 20 20 20 20 Suhu 36,5 37,0 36,5 36,0 37,0 37,0 36,7 36,0 36,3 Muntah darah + + + (hitam ) - + (hitam ) + - -BAB hitam +++ ++ + - + + + + +
DATA LABORATORIUM (objective) :
Pemeriksaan Satuan Tanggal Nilai
Normal 3/9 5/9 8/9 Hemoglobin g/dL 3,6 7,3 9,8 13-18 Leukosit /mcl 7410 3190 2190 4800-10800 Ht % 11 22 29 40-52 Eritrosit Jt/mcl 1,5 2,7 3,5 4,3-6,0 Trombosit mcl 129000 86000 85000 150000-400000 MCV fl 78,6 80,4 83,1 80-96 MCH pg 23,4 20,7 28 27-32 MCHc g/dL 29,8 33,6 33,7 32-36 RDW 18,8 16,4 17,2 14,7-16,2 MPV 11,4 11,3 12,0 7,8-8,9 Basofil % 0 0,3 0,5 0,1 Eosinofil % 0 2,2 2,7 1-3 Batang % 0,7 0,3 0,9 2-6 Segmen % 73,5 63,1 55,7 50-70 Limfosit % 15,8 21,6 24,2 23-33 Monosit % 10,0 12,5 16,0 3-7 Bilirubin total mg/dL 0,48 0,3-1 Bilirubin direk 0,16 0-0,4 Bilirubin 0,32 0,1-1
indirek SGOT U/L 55 < 36 SGPT U/L 37 < 40 Ureum darah g/dL 76,6 2,5-3,5 Cr darah mg/dL 1,07 20-50 Gds 137 110-199 Na mmol/ L 137 135-147 K mmol/ L 4,4 3,5-5 Cl mmol/ L 106 95-105 III. Assessment
Diagnosis pasien : hematemesis melena supp sirosis hepatik Problem medik : BAB hitam, muntah darah, dan lemas
Paparan problem : BAB hitam dan muntah darah karena gangguan GI bagian atas. Menurut Price dan Wilson (2006) kotoran berwarna gelap karena asam lambung biasanya mengindikasikan perdarahan saluran cerna bagian atas atau perdarahan usus atau kolon bagian kanan.
Diagnosis klinis SH dibuat berdasarkan kriteria Soedjono dan Soebandiri tahun 1973 yaitu apabila ditemukan lima dari keadaan tujuh berikut : eritema palmatis, venakulateral atau varises esofagus dengan atau tanpa edema splenomegali hematemesis dan rasio albumin serta globulin terbaik (Vidyani dkk, 2011 dalam Emiliani, 2013).
Tanggal Subjektif Objektif Assessment
3/9/2015 BAB hitam, muntah darah, dan lemas Hasil endoskopi : - Varises esofagus - Gastropati Hasil Lab : - Kadar leukimia menurun - Kadar trombosit menurun Hematoemesis melena supp sirosis hepatik
IV. Plan
a. Tujuan Terapi
1. Mengatasi hematemesis melena 2. Mengatasi sirosis hepatik 3. Menurunkan hipertensi portal
4. Memberikan terapi farmakologis dan non farmakologis disertai KIE
b. Terapi non Farmakologi 1. Diet kalori
“Kalori yang berlebih dapat menyebabkan penimbunan lemak di hati sehingga menambah kerja hati dan akhirnya menyebabkan disfungsi hati” (Depkes RI, 2007).
2. Bedrest untuk meningkatkan stamina karena pasien merasa lemas
”Selain itu, bedrest dapat meningkatkan pengeluaran natrium dalam tubuh sebab posisi tegak dapat meningkatkan kadar aldosteron yang berhubungan dengan proses retensi natrium” (Yeung dkk, 2002).
c. Terapi Farmakologi
Berdasarkan algoritma yang digunakan pasien mempunyai sirosis yang stabil sesuai perhitungan ___________ Skor kerusakan hati tuan TL < 15 sehingga perlu dimonitoring komplikasinya. Berdasarkan data objektif pasien sebelum hematemesisdan melena yang dikuatkan dengan hasil endoskopi terdapat varises esofagus stadium III-IV dan gastropati. Pasien mengalami perdarahan akut sehingga perlu mendapatkan pelayanan intensif di ICU dan diberikan infus Ringer Laktat (Brunner dan Suddarth, 2002).
Terapi farmakologis yang diberikan: a. Propanolol
Dosis : Indikasi:
Hipertensi, feokromositoma, angina, aritmia, kardiomiopati obstruktif hipertropik, takikardi ansietas dan tirotoksikosis (tambahan), profilaksis setelah IM, profilaksis migran dan tremor esensial.
Kontraindikasi:
Asma atau riwayat penyakit paru obstruktif, gagal jantung yang tidak terkendali, bradikardi yang nyata, sindrom penyakit sinus, blok AV 2 atau 3, syok karsinogenik, feokromositoma.
Efek samping:
Bradikardi, gagal jantung, gangguan konduksi, bronkospasme, vasokontriksi perifer, gangguan saluran cerna, fatigue, gangguan tidur, jarang ruam kulit dan mata kering (reversible bila
Peringatan:
obat dihentikan), eksaserbasi psoriasis.
Faktor resiko kehamilan C dan D (untuk trimeseter 2 dan 3), menyusui, hindari putus obat yang mendadak apda angina, kurangi dosis oral propanolol pada penyakit hati, memburuknya fungsi hati pada hipertensi portal, kurangi dosis awal pada gangguan ginjal, diabetes, miastemia grais, pada anafilaksis respons terhadap adrenalin berkurang.
b. Asam Traneksamat Farmakologi :
Aktivitas antiplasminik :
Asam Traneksamat menghambat aktivitas dari aktivator plasminogen dan plasmin. Aktivitas plasminik dari Asam Traneksamat telah dibuktikan dengan berbagai percobaan 'In vitro' penentuan aktivitas plasmin dalam darah dan aktivitas plasma setempat, setelah diberikan pada tubuh manusia.
Aktivitas hemostatis :
Asam Traneksamat mencegah degradasi fibrin, pemecahan trombosit, peningkatan kerapuhan vaskular dan pemecahan faktor koagulasi. Efek ini terlihat secara klinis dengan berkurangnya jumlah perdarahan, berkurangnya waktu perdarahan dan lama perdarahan
Aktivitas anti alergi dan anti peradangan :
Asam Traneksamat bekerja dengan cara menghambat produksi Kinin dan senyawa peptida aktif lainnya yang berperan dalam proses inflamasi dan reaksi-reaksi alergi.
Indikasi :
Untuk fibrinolisis lokal seperti : epistaksis, prostatektomi, konisasi serviks. Edema angioneurotik herediter.
Perdarahan abnormal sesudah operasi.
Perdarahan sesudah operasi gigi pada penderita hemofilia. Kontra Indikasi :
Penderita subarachnoid hemorrhage dan penderita dengan riwayat tromboembolik.
Penderita dengan kelainan pada penglihatan warna. Penderita yang hipersensitif terhadap Asam Traneksamat. Efek Samping :
Gangguan-gangguan gastrointestinal : mual, muntah-muntah, anorexia, eksantema dan sakit kepala dapat timbul pada pemberian secara oral. Gejala-gejala ini menghilang dengan pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya.
Dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing dan hipotensi. Untuk menghindari hal tersebut maka pemberian dapat dilakukan dengan kecepatan tidak lebih dari 1 ml/menit.
Interaksi Obat :
Larutan injeksi Asam Traneksamat jangan ditambahkan pada transfusi atau injeksi yang mengandung Penisilin.
Peringatan dan Perhatian :
Bila diberikan secara intravena, dianjurkan untuk menyuntikkannya perlahan-lahan seperti halnya pemberian/penyuntikan dengan sediaan Kalsium (10 ml/1-2 menit).
Hati-hati digunakan pada penderita insufisiensi ginjal karena resiko akumulasi.
Asam traneksamat tidak diindikasikan pada hematuria yang disebabkan oleh parenkim renal, pada kondisi ini sering terjadi presipitasi fibrin dan mungkin memperburuk penyakit.
Asam traneksamat digunakan pada wanita hamil hanya jika secara jelas diperlukan.
Hati-hati diberikan pada ibu menyusui untuk menghindari resiko pada bayi.
c. Curcumax Indikasi
Menjaga kesehatan fungsi hati dan pencernaan.
d. KIE
1. Melaporkan adanya penurunan albumin pada pasien disertai dengan peningkatan parameter fungsi hati untuk dapat ditindaklanjuti jika perlu diagnosis tambahan
KIE untuk tenaga kesehatan yang merawat pasien
1. Perawat memberikan edukasi kepada pasien sirosis hepatis, sebagai berikut (CCHCS, 2012):
a. Menganjurkan pasien makan makanan rendah garam dan rendah lemak,
b. Olahraga secara teratur dan minum obat secara teratur sesuai dengan resep yang diberikan,
c. Menghindari valsava maneuver seperti mengejan dan mengangkat barang berat,
d. Memberikan informasi terkait kondisi yang mengharuskan pasien dibawa ke pelayanan kesehatan, yaitu muntah darah, urin sedikit, gangguan berpikir, BAB hitam, peningkatan berat badan lebih dari 2,5 kg, penurunan berat badan yang tidak disengaja lebih dari 5 kg.
2. Persiapan jalur iv perifer untuk infus saline ringer laktat. Perawat perlu membantu pemasangan kateter arteri pulmonal untuk pemantauan hemodinamik.
3. Monitoring kadar albumin pasien untuk memastikan terapi non farmakologis hipoalbumin pasien.
4. Monitoring kadar SGOT/SGPT bilirubin direk dan indirek untuk memantau fungsi hati pasien setelah menggunakan hepatoprotektor.
5. Penempatan pasien dengan posisi rekumben untuk mencegah aspirasi akibat muntah dan ditempatkan dengan posisi miring.
KIE untuk pasien
1. Memberikan jadwal minum obat pada pasien sebagai berikut :
Nama Obat Jadwal Minum
Jumlah Manfaat Hal yang
diperhatika n
Curcumax 3x sehari 1 tablet hepatoprotekti f
- KIE untuk keluarga pasien
1. Memberikan jadwal minum obat seperti yang diberikan kepada pasien.
e. Monitoring
Hal yang perlu dimonitoring dari pengobatan sebagai berikut :
Nama Obat Monitoring Target
Keberhasilan Keberhasilan ESO Curcumax SGOT/SGPT, bilirubin indirek - Nilai parameter fungsi hati kembali normal D. KESIMPULAN
1. Problem medik pasien yang sesuai diagnosa adalah hematemesis melena dan sirosis hati dengan komplikasi varises esofagus dan gastropati.
2. Penatalaksanaan terapi farmakologis untuk mengatasi hematemesis melena adalah Propanolol, asam Traneksamat, Curcumax dan terapi non farmakologis yang disarankan adalah pemberian infus dekstros 5%, istirahat, diet kalori, bedrest untuk meningkatkan stamina karena pasien merasa lemas.
DAFTAR PUSTAKA Baradero dkk, 2008 CCHCS, 2012
Depkes RI, 2007, Asuhan Kefarmasian untuk Penyakit Hati, Depkes RI, Jakarta.
Djojoningrat, 2006
Emiliana, W., 2013, Sirosis Hepatis Child Pugh Class C dengan Komplikasi Asites Grade III dan Hiponatremia, Medula, Vol. 1:51-57.
Price, S. dan Wilson, L., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed. 6, EGC, Jakarta.
Starr, S.P., dan Raines, D., 2011, Cirrhosis: Diagnosis, Management, and Prevention, Am. Fam Physician, 84 (12) : 1353 – 1359.
Sudoyo, 2007
Wijayakusuma, 2008
Yeung, E, dkk, 2002, The Management of Cirrhotic Ascites, Medscape General Med, (4):8.
LAMPIRAN
Dokumen Farmasi Pasien (DFP)
Nama pasien : Tn. TL
Usia : 68 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
BB/TB :
-Keluhan utama (subjective) : sejak kemarin BAB hitam, muntah darah, dan lemas Riwayat penyakit dahulu :
-Riwayat pengobatan :
-Diagnosis : hematemesis melena supp sirosis hepatik DATA KLINIK (objective)
TTV Tanggal
TD 90/60 120/7 0 90/60 130/9 0 110/7 0 110/7 0 130/7 0 130/8 0 140/8 0 N 76 76 76 82 80 80 80 84 68 RR 22 20 22 20 20 20 20 20 20 Suhu 36,5 37,0 36,5 36,0 37,0 37,0 36,7 36,0 36,3 Muntah darah + + + (hitam ) - + (hitam ) + - -BAB hitam +++ ++ + - + + + + +
DATA LABORATORIUM (objective)
Pemeriksaan Satuan Tanggal Nilai
Normal 3/9 5/9 8/9 Hemoglobin g/dL 3,6 7,3 9,8 13-18 Leukosit /mcl 7410 3190 2190 4800-10800 Ht % 11 22 29 40-52 Eritrosit Jt/mcl 1,5 2,7 3,5 4,3-6,0 Trombosit Mcl 129000 86000 85000 150000-400000 MCV Fl 78,6 80,4 83,1 80-96 MCH Pg 23,4 20,7 28 27-32 MCHc g/dL 29,8 33,6 33,7 32-36 RDW 18,8 16,4 17,2 14,7-16,2 MPV 11,4 11,3 12,0 7,8-8,9 Basofil % 0 0,3 0,5 0,1 Eosinofil % 0 2,2 2,7 1-3 Batang % 0,7 0,3 0,9 2-6 Segmen % 73,5 63,1 55,7 50-70 Limfosit % 15,8 21,6 24,2 23-33 Monosit % 10,0 12,5 16,0 3-7 Bilirubin total mg/dL 0,48 0,3-1 Bilirubin direk 0,16 0-0,4 Bilirubin indirek 0,32 0,1-1 SGOT U/L 55 < 36 SGPT U/L 37 < 40 Ureum darah g/dL 76,6 2,5-3,5 Cr darah mg/dL 1,07 20-50 Gds 137 110-199 Na mmol/ L 137 135-147
K mmol/ L 4,4 3,5-5 Cl mmol/ L 106 95-105
ASSESSMENT AND PLAN No
.
Problem Paparan Problem Rekomendasi
1. BAB hitam, muntah darah, dan lemas
BAB hitam dan muntah darah karena gangguan GI bagian atas. Terapi non farmakologis () dan penambahan penggunaan TERAPI No
. Nama Obat Regimen dosis
Tanggal Penggunaan 1 2 3 4 5 6 7 1. 2. 3. Propanolol Asam Traneksamat 500 mg Curcumax 1-3mg dengan kecepatan 1mg/menit sebagai permulaan, diulangi 2-5 menit sampai total yg diinjeksikan berjumlah 5 mg 1 ml/menit 3x/hari dengan dosis 500 sampai 1000 mg 3 x sehari 1 tablet
MONITORING
Obat Monitoring
keberhasilan
Monitoring ESO Target Keberhasilan Propanolol Menghentikan perdarahan saluran cerna dan menurunkan tekanan darah portal. - Bradikardi, gagal jantung, gangguan konduksi, bronkospasme, vasokontriksi perifer, gangguan saluran cerna, fatigue, gangguan tidur, jarang ruam kulit dan mata kering (reversible bila obat dihentikan), eksaserbasi psoriasis. Menurunkan tekanan darah portal. Asam Traneksamat Mempercepat penutupan pendarahan sehingga pendarahan terhenti. - Gangguan-gangguan gastrointestina dan dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing dan hipotensi. Untuk menghindari hal tersebut maka Menghentikan pendarahan dengan terbentuknya jaringan fibrin penutup luka.
pemberian dapat dilakukan dengan kecepatan tidak lebih dari 1 ml/menit Curcumax SGOT/ SGPT bilirubin indirect menurun -Hepatoprotektif. Informasi :