KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TENAGA
KESEHATAN
2017
Oleh Kepala Bidang Pengembangan Jabatan Fungsional
PUSAT PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATAN BADAN PPSDM KESEHATAN-KEMENKES
ISU NAPPING TENAGA KESEHATAN
Disampaikan Pada:
Seminar Kebijakan Napping Bagi Perawat dan Tenaga Kesehatan
penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
UU NO 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
• Setiap orang berhak atas kesehatan.
• Setiap orang mempunyai hak dalam: memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan, memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
• Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
FILOSOFI TENAGA KESEHATAN INDONESIA
UUD 1945 PANCASILA
• Kemanusiaan yg adil dan beradab
• Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia
• Memajukan kesejahteraan umum
• Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
UU NO 36 TAHUN 2014 TENTANG
TENAGA KESEHATAN
penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
UU NO 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
KEWAJIBAN-HAK TENAGA KESEHATAN
Bertanggung jawab pelatihan keahlian pendidikan Ditingkatkan mutunya kewenangan Etik dan moral
tinggi sertifikasi registrasi pembinaan pengawasan 1. Pelindungan Hukum 2. Info lengkap&benar 3. Imbalan Jasa
1. Pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja
2. Mengembangkan Profesi 3. Menolak keinginan pihak lain
yang bertentangan dengan standar
4. Memperoleh hak lain sesuai per-UU-an
Napping
Tenaga Kesehatan
dalam Bekerja
Napping
“Tidur dengan durasi sebentar selama kurang dari 30 menit meski sesingkat 6 hingga 10 menit sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat karena dianggap mampu mengembalikan kesadaran, meningkatkan performa dan memicu
Opini Pro Kontra Napping
Manusia bukan mahluk nocturnal yang bisa terjaga 100 persen di malam hari.
Pola hidup manusia
mengikuti Irama Circadian, yaitu siklus yang mengatur jam biologis manusia sesuai dengan perubahan waktu selama 24 jam
kesalahan tindakan medis (medical error) terjadi 30
persen lebih tinggi pada malam hari.
Terkait dengan tingginya kesalahan medis (medical error) akibat kekurangan waktu tidur dokter, pembatasan jumlah jam kerja dan anjuran 'napping' menjadi regulasi bagi tenaga kesehatan di banyak negara
(Sleep Disruption Due to Hospital Noises: A Prospective Evaluation. Ann Intern Med. 2012)
Dokter Farquhar seorang dokter spesialis anak dan gangguan tidur pada National Health Service Inggris (NHS) menyatakan dalam British Medical Journal bahwa NHS harus memberikan waktu tidur minimal 30 menit untuk selama jaga malam
Opini Pro Kontra Napping
Perawat jaga yang tidur pada waktu jaga, dianggap sebagai kelalaian dan pengabaian terhadap tugas bahkan dianggap tanda kemalasan.
seorang dokter jaga tidak boleh tidur karena itulah tugasnya, bahkan ada yang mengatakan 'tidak tidur adalah konsekuensi
seorang dokter', 'salah siapa mau jadi dokter' atau
PENGELOLAAN TERKAIT
PERLINDUNGAN NAKES
Mengapa Perlindungan
Tenaga Kesehatan??
1. Perintah Undang-Undang 36 tahun 2014
2. Untuk tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
(indikator yang ditargetkan)
ada beberapa faktor
yang mempengaruhinya diantaranya: Mutu/Kinerja
Tenaga Kesehatan
3. Mutu/Kinerja: selain melaksanakan kewajiban
nakes, perlu diperhatikan haknya
Kondisi Umum
• SDM Kesehatan berperan 80% terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan (WHO), tetapi hak belum sepenuhnya diperhatikan
• Melonjaknya angka kunjungan ke fasyankes beban kerja tenaga kesehatan meningkat
• Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mendapatkan yankes yang bermutu ekspektasi >> tuntutan >>
• Pelindungan Hukum belum optimal
• Imbalan jasa layak dan berkeadilan? (gaji UMP, terstandar).
• Pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja ? (Jam kerja, SOP, APD)
• Upaya mengembangkan profesi
• Memperoleh hak lain sesuai per-UU-an (UU Kepegawaian, UU Tenaga Kerja, dll):mendapatkan cuti, menyusui dll
TRANSFORMASI PERLINDUNGAN NAKES
Perlindungan Hukum ...
Imbalan jasa (bagi sebagian nakes ....) Perlindungan atas keselamatan dan kesehatan ... Upaya mengembangkan profesi ....
KONDISI SAAT INI
1
2
3
4
Perlindungan Hukum bagi nakes
optimal
Imbalan jasa bagi nakes layak dan
berkeadilan Perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja optimal Optimalnya Upaya mengembangkan profesi KONDISI YANG DIHARAPKAN 1 2 3 4 KAJIAN POLICY BRIEF POLICY PEDOMAN-STANDAR
CHANGE
Perlu melibatkan lintas program- lintas sektor : Kemenkes, Kemenaker, Kemenpan-RB, Pemda, Penegak hukum, Konsil,
OP, Swasta, ARSADA, ARSPI, PERSI, Asosiasi,
Logical Framework
Perlindungan Nakes
Upaya Perlindungan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan yang terpenuhi hak-haknya Peningkatan Kinerja/Performance Tenaga Kesehatan Peningkatan Mutu Yankes 1. Pelindungan Hukum 2. Info lengkap&benar 3. Imbalan Jasa 4. Pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja 5. Mengembangkan Profesi 6. Menolak keinginan pihak lain yang bertentangan dengan standar 7. Memperoleh haklain sesuai per-UU-an
Tenaga Kesehatan memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya
1. Lulus Uji Kompetensi punya STR
punya SIP
2. Memperoleh persetujuan ‘pasien’
atas tindakan
3. Menjaga kerahasiaan kesehatan 4. Membuat dan menyimpan catatan 5. Merujuk ‘pasien’ ke nakes lain
sesuai kompetensi
6. Memberikan pertolongan pertama
1. Mengabdikan diri sesuai keilmuan 2. Meningkatkan kompetensi
3. Bersikap sesuai etika profesi
4. Mendahulukan kepentingan masyarakat 5. Kendali mutu& kendali biaya
HAK NAKES KEWAJIBAN NAKES
TANGGUNG JAWAB NAKES
REGULASI TERKAIT
Peraturan Perundangan Terkait
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Perlindungan Tenaga Kerja
•
Belum ada peraturan
“
lex spesialis
”
•
Mengacu kepada
UU nomor 13 tahun 2013
tentang Ketenagakerjaan
dan
Zaeni Asyhadie,
Hukum Kerja (Hukum Ketenagakerjaan
Bidang Hubungan Kerja), Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2007, hal 78
Perlindungan Tenaga Kerja terdiri dari 3 Jenis
yaitu Perlindungan Sosial (Kesehatan Kerja),
Perlindungan Teknis (Keselamatan Kerja),
1. Perlindungan Sosial (Kesehatan Kerja)
• Suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha
kemasyarakatan, yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja/buruh mengenyam dan mengembangkan
kehidupannya sebagaimana manusia pada umumnya, dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga • Perlindungan sosial disebut juga dengan kesehatan kerja
karena ketentuan-ketentuan mengenai kesehatan kerja ini berkaitan dengan sosial kemasyarakatan
• perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi.
2.Perlindungan Teknis Atau Keselamatan Kerja
• perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dankeselamatan kerja agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan
3. Perlindungan Ekonomis (jaminan sosial)
• Perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yangcukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya.
• Jenis – Jenis Jaminan Sosial tenaga kerja: Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan hari
Waktu Kerja (Pasal 77 dan 78)
① Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu
kerja.
② Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu.
③ Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
④ Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau
pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri.
Pasal 78
① Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi
waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat:
a. ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak
3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
② Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi
waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur.
③ Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
④ Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan upah kerja
lembur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri.
Waktu Istirahat (Pasal 79)...1
① Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada
pekerja
② Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan
waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;
b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;
c. cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus; dan
Waktu Istirahat (Pasal 79)...2
d. istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada
perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.
③Pelaksanaan waktu istirahat tahunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
④Hak istirahat panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d hanya berlaku bagi pekerja yang bekerja pada perusahaan tertentu.
⑤Perusahaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
Bekerja Pada Hari Libur (Pasal 85)
① Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur
resmi.
② Pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/buruh untuk
bekerja pada hari-hari libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan tersebut harus dilaksanakan atau dijalankan
secara terus-menerus atau pada keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara pekerja/buruh dengan pengusaha.
③ Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh yang
melakukan pekerjaan pada hari libur resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib membayar upah kerja
lembur.
④ Ketentuan mengenai jenis dan sifat pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.
Undang-undang
Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara
Hak PNS, PPPK
UU Aparatur Sipil Negara
PNS PPPK
gaji, tunjangan, dan fasilitas; gaji dan tunjangan;
Cuti cuti;
jaminan pensiun +jaminan hari tua;
perlindungan;
perlindungan; pengembangan
kompetensi pengembangan kompetensi
Hak Tenaga Kerja, PNS, PPPK
UU Tenaga Kerja UU Aparatur Sipil Negara
Tenaga Kerja/Buruh PNS PPPK
Cuti haid, melahirkan, waktu menyusui pekerja wanita
gaji, tunjangan, dan fasilitas;
gaji dan tunjangan;
Waktu Istirahat Cuti cuti;
Penghasilan yang layak yang tdd:
upah minimum;
jaminan pensiun +jaminan hari tua;
perlindungan;
upah kerja lembur; perlindungan; pengembangan
kompetensi upah tidak masuk kerja karena berhalangan pengembangan
kompetensi upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan
lain di luar pekerjaannya;
upah krn menjalankan hak waktu istirahat kerjanya upah untuk pembayaran pesangon; dan
Hak Perlindungan Hukum
Pasal 31 UU 20/2013
(1) Setiap Mahasiswa berhak:
a. m
emperoleh perlindungan hukum
dalam
mengikuti proses belajar mengajar, baik di Fakultas
Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi maupun di
Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan
Kedokteran;
b.
memperoleh insentif
di Rumah Sakit Pendidikan
dan Wahana Pendidikan Kedokteran bagi mahasiswa
program dokter layanan primer, dokter
spesialis-subspesialis, dan dokter gigi spesialissubspesialis; dan
c.
memperoleh waktu istirahat
sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Pengaturan K3RS bertujuan untuk
terselenggaranya keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit secara optimal, efektif,
efisien dan berkesinambungan.
Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3RS Pimpinan Rumah Sakit harus melakukan evaluasi dan kaji ulang terhadap kinerja K3RS. Hasil peninjauan dan kaji ulang ditindaklanjuti dengan perbaikan berkelanjutan sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Kinerja K3RS dituangkan dalam indikator kinerja yang akan dicapai dalam setiap tahun.
Indikator kinerja K3RS yang dapat dipakai antara lain:
1. Menurunkan absensi karyawan karena sakit. 2. Menurunkan angka kecelakaan kerja.
3. Menurunkan prevalensi penyakit akibat kerja. 4. Meningkatnya produktivitas kerja Rumah Sakit.
Regulasi Permenkes Nomor 69 Tahun 2014 Permenkes No 28 tahun 2011 Tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien Klinik
Isi Setiap RS mempunyai kewajiban:
h. membuat daftar tenaga medis... dan Tenaga Kesehatan lainnya;
j. mengupayakan keamanan pasien,
pengunjung dan petugas di Rumah Sakit; r. menolak keinginan pasien yang
bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan; u. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas;
v. menjamin hak petugas yang bekerja di Rumah Sakit.
Bangunan klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut
Membuat daftar tenaga medis dan tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik beserta nomor STR dan SIP
REGULASI LAINNYA TERKAIT
WAKTU KERJA EFEKTIF
WAKTU KERJA EFEKTIF per hari = 1 hari x 5 jam x 60 menit = 300 menit
WAKTU KERJA EFEKTIF per minggu = 5 hari x 5 jam x 60 menit = 1.500 menit
WAKTU KERJA EFEKTIF per bulan = 20 hari x 5 jam x 60 menit = 6.000 menit
WAKTU KERJA EFEKTIF per tahun = 240 hari x 5 jam x 60 menit = 72.000 menit
Berdasarkan isi kerja jabatan selanjutnya dapat dihitung jumlah kebutuhan pegawai per jabatan dengan rumus :
Jumlah Kebutuhan Waktu Penyelesaian x Beban Kerja Pegawai Per jabatan = Waktu Kerja Efektif
Sesuaikan dengan aturan di tempat kerja
• Bila dilarang tidur apa pun yang terjadi, harus diindahkansesuai perjanjian kerja. Tidak sanggup, boleh resign.
• Bila kebijakan manajemennya memperbolehkan istirahat, sebaiknya tetap ada 1 orang yang bergantian standby di pos jaga, jangan tidur semua.
• Ada perawat senior penanggung jawab rumah sakit yang berkeliling tiap shift jaga. Bila sebuah ruangan sangat sibuk dan beban kerjanya berlebihan sehingga membuat semua yang dinas kelelahan, dia wajib mencari bala bantuan dan yang kelelahan tersebut dipersilakan istirahat 1-2 jam sampai dapat bertugas kembali.
HARAPAN
Perlu diatur pelaksanaan penjadwalan Jam Kerja Tenaga Kesehatan dengan memperhatikan:
• Regulasi yang ada
• Pelayanan diberikan oleh nakes yang kompeten pada setiap shift.
• beban kerja yang wajar
• waktu libur yang sesuai baik pada hari kerja maupun libur pada weekend.
• Memperhitungkan jumlah perawat tiap shift.
• Mempertimbangkan kompetensi yang bervariasi
• Memperhatikan tingkat ketergantungan pasien
• Mengatur cuti tahunan
• Permintaan untuk hari libur, serta ketidakhadiran lainnya.
• Beban kerja tidak melebihi ketentuan (40 jam/minggu)
• Adi memperhitungkan potensi adanya konflik
Pimpinan Fasyankes dalam mengatur Jam Kerja di masing-masing Unit Layanan :
7,40% 75,92% 14,80% 1,90% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% Hari libur tambahan
Upah lembur Hari libur
tambahan & Upah lembur
Upah dalam bentuk SPJ
kegiatan
KOMPENSASI LEMBUR
PERNYATAAN KUALITATIF
Nakes
“....pelayanan rawat jalan libur jika hari libur, untuk yang 3 shift (rawat
inap) libur diatur oleh kepala
ruangan, ada juga misalnya dinas malam yang seharusnya 40 jam per minggu. Untuk dinas malam yang masuk jam 21.00-08.00 lebih
panjang, sekitar 10 jam mendapat kompensasi yaitu uang dinas
malam, nominalnya 15 rb/malam. kalau hari raya, sebenarnya yang 3 shift, mau hari raya atau tidak, mereka tetap bekerja, namun ada ekstra makan sebagai kompensasi mereka tidak merayakan hari raya dirumah”....
Pimpinan
“….untuk kelebihan jam kerja ada kompensasi berupa upah lembur (Perhitungannya 1/173 X gaji pokok per jam), uang dinas malam, jasa on call (transport untuk nakes yang bekerja di ruang bedah).
Kompensasi apabila tenaga kesehatan bekerja di hari libur
diberikan 2X upah lembur dan untuk hari raya mendapatkan paket McD dan ekstra puding. "...dan kalau hari libur istimewa
dalam arti tahun baru sama lebaran hari Raya baik Natal itu dikasih McD paket...hehehe dan ekstra puding.."
KESEHATAN DAN
PEMERIKSAAN KESEHATAN MENURUT PIMPINAN
PERNYATAAN KUALITATIF
Puskesmas
“... Untuk K3 di Puskesmas berupa APD dan alat pemadam kebakaran, segitiga hazard tidak ada, jalur evakuasi (titik kumpul) juga tidak ada...”
Rumah Sakit Pemda
“... SOP sudah ada, penerapan berproses, sosialisasi belum terjadi..” Rumah Sakit Swasta
“... belum ada jaminan
kecelakaan kerja, pelayanan kesehatan rawat jalan di faskes dijamin (tidak 100%) hanya untuk nakes (keluarga belum),
seharusnya ada imunisasi gratis untuk nakes dari fasyankes,..”
CUTI
Setiap nakes berhak menjalankan proses penyembuhan penyakit yang dideritanya, …... namun secara resmi nakes yang berstatus P3K tidak mendapatkan cuti sakit karena tidak
ada peraturan gubernur yang
mengatur hal tersebut dan tidak tertulis di kontrak kerja. Jika nakes tidak masuk karena sakit, maka TKD / jasa dipotong. Setengah dari jumlah
responden (50%) yang dianalisis
mendapatkan cuti sakit sesuai
diagnosis/surat keterangan dokter dan lainnya bervariasi antara 1-5 hari.
• Ada perbedaan lama cuti tahunan
antar nakes (dokter umumnya 18 hari cuti tahunan, nakes lain hanya 12 hari cuti tahunan dipotong cuti bersama).
• Perbedaan status kepegawaian
berpengaruh terhadap hak cuti (antara CPNS, PNS, dan honorer).
• Nakes bekerja shift memiliki jatah
cuti yang lebih banyak. Contohnya di salah satu puskesmas, nakes yang bekerja di puskesmas
kelurahan tetap masuk saat cuti bersama, sementara nakes yang bertugas di puskesmas kecamatan tidak demikian.
Objek Perlindungan
(UU Nomor 13 Tahun 2013 tentang
Ketenagakerjaan)
•
Penyandang Cacat
•
Anak
Perlindungan Pekerja Perempuan
(Pasal 76 UU Nomor 13 Tahun 2013 tentang
Ketenagakerjaan
1) Pekerja perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 s.d. 07.00.
2) Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan
keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 s.d. pukul 07.00.
3) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja perempuan antara pukul 23.00 s.d. pukul 07.00 wajib:
a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.
4) Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 s.d. pukul 05.00.
Beberapa hak khusus pekerja wanita:
• Pekerja wanita yang mengambil cuti haid tidak wajib
bekerja pada hari pertama dan kedua (Pasal 81 ayat (1))
• Pekerja wanita berhak memperoleh istirahat selama 1,5 bulan sebelum saatnya melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan/bidan (Pasal 82 ayat (1))
• Pekerja wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 bulan sesuai ketentuan dokter kandungan/bidan (Pasal 82 (2))
• Pekerja wanita yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja (Pasal 83)
Pengupahan (Pasal 88)
(1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
(2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.
(3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. upah minimum; b. upah kerja lembur; c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan; d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;
e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya; f. bentuk dan cara pembayaran upah; g. denda dan potongan upah; h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional; j. upah untuk pembayaran pesangon; dan k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
(4) Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi