• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPLN D3.19-2 2013 Spesifikasi Tiang Listrik dan Lengkapannya Bagian 2 Tiang beton pratekan.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPLN D3.19-2 2013 Spesifikasi Tiang Listrik dan Lengkapannya Bagian 2 Tiang beton pratekan.pdf"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

i

SPESIFIKASI TIANG LISTRIK DAN

LENGKAPANNYA

Bagian 2: Tiang Beton Pratekan

PT PLN (Persero)

Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru

Jakarta Selatan 12160

STANDAR

PT PLN (PERSERO)

SPLN D3.019-2: 2013

Lampiran Keputusan Direksi

(2)
(3)

SPESIFIKASI TIANG LISTRIK DAN

LENGKAPANNYA

Bagian 2: Tiang Beton Pratekan

PT PLN (Persero)

Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru

Jakarta Selatan 12160

STANDAR

PT PLN (PERSERO)

SPLN D3.019-2: 2013

Lampiran Keputusan Direksi

(4)
(5)

SPESIFIKASI TIANG LISTRIK DAN

LENGKAPANNYA

Bagian 2: Tiang Beton Pratekan

Disusun oleh :

Kelompok Bidang Distribusi Standardisasi dengan Keputusan Direksi PT PLN (Persero)

No.277.K/DIR/2012

Kelompok Kerja Standardisasi Tiang Beton Pratekan

dengan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 386.K/DIR/2013

Diterbitkan oleh :

PT PLN (Persero)

Jl. Trunojoyo Blok M - 1/135, Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160

(6)
(7)
(8)

Susunan Kelompok Bidang Distribusi

Standardisasi

Keputusan Direksi PT PLN (Persero): No. 277.K/DIR/2012

1. Ir. Ratno Wibowo : Sebagai Ketua merangkap Anggota 2. Hendi Wahyono, ST : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota 3. Ir. Dany Embang : Sebagai Anggota

4. Ir. Lukman Hakim : Sebagai Anggota 5. Ir. Adi Subagio : Sebagai Anggota 6. Ir. Zairinal Zainuddin : Sebagai Anggota

7. Ir. Pranyoto : Sebagai Anggota

8. Ir. Rutman Silaen : Sebagai Anggota 9. Ir. Iskandar Nungtjik : Sebagai Anggota 10. Satyagraha Abdul Kadir, ST : Sebagai Anggota 11. Ir. Indradi Setiawan : Sebagai Anggota 12. Ir. Ignatius Rendroyoko, M.Eng.Sc : Sebagai Anggota

Susunan Kelompok Kerja Standardisasi

Tiang Beton Pratekan

Keputusan Direksi PT PLN (Persero): No.386.K/DIR/2013

1. Ir. Donny Marnanto, Dipl HE : Sebagai Ketua merangkap Anggota 2. Tri Wahyudi, ST, MM : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota 3. Satyagraha Abdul Kadir, ST : Sebagai Anggota

4. Ir. Winayu Siswanto : Sebagai Anggota 5. Ir. Dudy Nasriya Hirawan : Sebagai Anggota

6. Suharto, ST : Sebagai Anggota

7. Didik Fauzi Dakhlan, ST, MSc : Sebagai Anggota 8. Pramono Ajie, ST : Sebagai Anggota 9. Rohmat Budi Setiawan, ST : Sebagai Anggota

Nara Sumber :

1. Ir. Djoko Rahardjo Abumanan 2. Buyung Sofiarto Munir, ST, MSc 3. PT Wijaya Karya Beton

4. PT Jaya Sentrikon 5. PT Kunango Jantan

(9)

i

Daftar Isi

Daftar Isi ... i Daftar Tabel ... ii Daftar Gambar ... ii Daftar Lampiran……….…....ii Prakata ... iii 1 Ruang Lingkup ... 1 2 Tujuan ... 1 3 Acuan Normatif ... 1

4 Istilah dan Definisi ... 1

4.1 PLN ... 1 4.2 Tiang Listrik ... 1 4.3 Tiang Beton ... 2 4.4 Tiang Segmental ... 2 4.5 Tiang Awal ... 2 4.6 Tiang Akhir ... 2 4.7 Tiang Penyangga ... 2 4.8 Tiang Sudut ... 2 4.9 Tiang Penegang ... 2 4.10 Tiang Penopang ... 2 4.11 Beton ... 3 4.12 Beton Bertulang ... 3 4.13 Beton Pratekan ... 3 4.14 Baja Spiral ... 3 4.15 Baja Tulangan ... 3

4.16 Baja Beton Pratekan ... 3

4.17 Tipe Tiang ... 3 4.18 Batas Tanam ... 3 4.19 Beban Kerja ... 3 4.20 Beban Rencana ... 4 4.21 Beban Patah ... 4 4.22 Titik Tumpu ... 4 4.23 Pengujian Jenis ... 4 4.24 Pengujian Rutin ... 4 4.25 Pengujian Contoh ... 4 5 Persyaratan Bahan ... 4 5.1 Mutu Beton ... 4 5.2 Air ... 5 5.3 Semen ... 5 5.4 Baja Tulangan ... 5

5.5 Baja Beton Pratekan ... 5

5.6 Penyimpanan Bahan-Bahan ... 5

6 Persyaratan Mutu ... 6

6.1 Sifat tampak... 6

6.2 Dimensi Tiang ... 6

(10)

SPLN D3.019-2: 2013

ii

7 Persyaratan Konstruksi ... 7

7.1 Konstruksi Tiang Utuh ... 7

7.2 Konstruksi Tiang Segmental ... 8

7.3 Kelurusan ... 9

7.4 Fasilitas Pembumian ... 9

7.5 Susunan Baja Beton Pratekan dan Baja Tulangan ... 11

7.6 Baja Spiral ... 11

7.7 Tebal Lapisan Beton ... 12

7.8 Tutup Atas Tiang ... 12

7.9 Lubang Tembus ... 12

8 Penandaan ... 12

8.1 Penandaan Tiang ... 12

8.2 Penandaan Batas Tanam ... 14

8.3 Penandaan Titik Angkat ... 14

8.4 Penandaan Pembumian ... 14 9 Pengujian ... 14 9.1 Pengujian Jenis ... 14 9.2 Pengujian Rutin ... 15 9.3 Pengujian Contoh ... 15

Daftar Tabel

Tabel 1. Faktor Pengali Kuat Tekan Beton ... 4

Tabel 2. Tiang dengan panjang dasar ... 6

Tabel 3. Toleransi Dimensi ... 7

Tabel 4. Jumlah Sampel Pengujian Contoh ... 15

Tabel 5. Mata Uji ... 16

Daftar Gambar

Gambar 1. Konstruksi Konduktor Pembumian dan Konduktor Pembumian di Bagian Bawah Tiang ... 10

Gambar 2. Terminal Pembumian ... 11

Gambar 3. Contoh Penandaan Tiang Beton ... 13

Gambar 4. Pengujian Kelurusan ... 17

Gambar 5. Rancang Bangun Pondasi Umpak Bertulang Baja ... 23

Gambar 6. Rancang Bangun Pondasi Umpak Bertulang Baja (lanjutan) ... 24

Gambar 7. Pondasi Bertulang (minipile) ... 25

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Metode Uji Mekanikal ... 17

Lampiran 2. Karakteristik Agregat ... 19

Lampiran 3. Cara Pembuatan Tiang ... 21

(11)

iii

Prakata

Standar Spesifikasi Tiang Listrik dan Lengkapannya, Bagian 2: Tiang Beton Pratekan ini adalah revisi dari SPLN 93: 1991, Tiang Beton Pratekan untuk Jaringan Distribusi.

Salah satu materi revisi adalah menindaklanjuti penugasan Direktur Perencanaan dan Pembinaan Afiliasi sesuai surat No. : 0050/11/Dir/2013, tanggal 15 April 2013 agar membuat spesifikasi tiang beton tersegmentasi untuk penggunaan pada daerah dengan daya dukung tanah tidak baik (gambut/rawa/pemukiman di atas air).

Tiang tersegmentasi juga dapat merupakan pilihan untuk mengatasi faktor kesulitan transportasi tiang ke lokasi pemasangan dan terhadap kebutuhan tiang yang lebih tinggi dalam mengantisipasi perkembangan beban gardu induk.

Selain hal tersebut, materi revisi juga mencakup:

- Penghapusan tiang tipe H dan tiang dengan panjang 7 meter, untuk menyesuaikan dengan perkembangan ketentuan terkait.

- Penetapan spesifikasi fasilitas pembumian tiang dengan semakin banyaknya penerapan kawat tanah pada SUTM dan gardu sisipan.

- Redaksional susunan standar.

(12)

SPLN D3.019-2: 2013

iv

(13)

1

Spesifikasi Tiang Listrik dan Lengkapannya

Bagian 2: Tiang Beton Pratekan

1

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan spesifikasi tiang beton pratekan berpenampang bulat untuk penggunaan pada saluran udara distribusi tegangan menengah dan tegangan rendah di lingkungan PLN.

Standar ini juga mencakup tiang segmental untuk penggunaan khusus pada daerah dengan daya dukung tanah rendah (gambut/rawa) dan untuk kemudahan transportasi.

2

Tujuan

Sebagai pedoman untuk pengadaan tiang beton pratekan serta petunjuk teknis pemakaian bagi unit-unit PLN, ketentuan desain, pembuatan dan pengujian untuk pabrikan, lembaga penguji dan lembaga sertifikasi produk.

Dalam penggunaan yang bersifat khusus, PLN dapat menetapkan spesifikasi lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan pengalaman, namun tetap memperhatikan ketentuan desain yang ditetapkan oleh standar ini.

3

Acuan Normatif

Dokumen-dokumen referensi berikut sangat diperlukan dalam penggunaan standar ini. Untuk referensi yang bertanggal, maka hanya terbitan tersebut yang berlaku. Untuk referensi yang tidak bertanggal, maka terbitan terakhir dari dokumen referensi tersebut (termasuk amandemennya) yang berlaku.

a SNI 07-1050-1989 : Baja Tulangan untuk Konstruksi Beton Pratekan;

b SNI 07-1051-1989 : Kawat Baja Karbon Tinggi untuk Konstruksi Beton Pratekan; c SNI 07-2052-2002 : Baja Tulangan Beton;

d SNI 1155: 2011, Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (pc wire/KBJP;

e SPLN 102: 1993, Elektroda Bumi Jenis Batang Bulat Berlapis Tembaga.

4

Istilah dan Definisi

4.1 PLN

PT PLN (Persero) termasuk anak perusahaan dan afiliasinya.

4.2 Tiang Listrik

Komponen dari saluran udara tegangan rendah atau saluran udara tegangan menengah yang mempunyai fungsi utama menyangga konduktor listrik.

(14)

SPLN D3.019-2: 2013

2

4.3 Tiang Beton

Tiang beton pratekan berpenampang bulat konis berongga di tengahnya yang pembuatannya menggunakan mesin putar/sentrifugal.

4.4 Tiang Segmental

Tiang beton yang terdiri dari beberapa segmen yang disambungkan menjadi satu kesatuan tiang.

Penyambungan dimaksudkan untuk mengatasi kendala transportasi, kendala pemasangan dan kebutuhan tiang yang lebih tinggi.

4.5 Tiang Awal

Tiang yang dipasang pada permulaan penarikan konduktor, dimana gaya yang bekerja adalah gaya tarik dari satu arah dan gaya dari berat konduktor.

4.6 Tiang Akhir

Tiang yang dipasang pada akhir penarikan konduktor, dimana gaya yang bekerja adalah gaya tarik dari satu arah dan gaya dari berat konduktor.

4.7 Tiang Penyangga

Tiang yang dipasang pada jaringan lurus yang berfungsi menyangga konduktor, dimana gaya yang bekerja hanya berasal dari berat konduktor.

4.8 Tiang Sudut

Tiang dimana arah saluran konduktor membelok sehingga gaya tarik bekerja dari dua arah yang membentuk sudut kurang dari 180º. Gaya yang bekerja adalah dari tarikan konduktor dan gaya berat konduktor.

4.9 Tiang Penegang

Tiang yang dipasang pada jaringan lurus yang dimaksudkan untuk memberikan penegangan pada saluran konduktor. Gaya yang bekerja berasal dari dua arah berlawanan.

4.10 Tiang Penopang

Tiang yang digunakan untuk menyangga tiang awal, tiang akhir, tiang sudut dan tiang penegang untuk mencegah tiang menjadi miring akibat gaya tarik konduktor.

(15)

3

4.11 Beton

Bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen

portland dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan.

4.12 Beton Bertulang

Beton yang mengandung batang tulangan yang pembuatan dan perencanaannya berdasarkan anggapan bahwa beton dan baja tulangan bekerja sama dalam memikul gaya-gaya.

4.13 Beton Pratekan

Beton bertulang dimana telah diberikan tegangan-dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial di dalam beton akibat pemberian beban yang bekerja.

4.14 Baja Spiral

Baja lunak (mild steel) yang dipakai untuk memberikan bentuk penampang dan sebagai pengikat tendon tiang beton.

4.15 Baja Tulangan

Baja jenis lunak (mild steel) yang dipakai untuk tulangan beton yang memenuhi persyaratan standar ini.

4.16 Baja Beton Pratekan

Baja berkekuatan tinggi (high tensile strength) yang memenuhi ketentuan standar ini

4.17 Tipe Tiang

Tipe dari tiang yang dikenali dari kode pengenal tiang beton yang merupakan notasi dari panjang dalam meter, beban kerja (dalam daN) dan diameter atas (dalam mm).

4.18 Batas Tanam

Batas dimana bagian bawah dari batas tersebut harus tertanam di dalam tanah pada saat tiang terpasang.

4.19 Beban Kerja

Beban yang diijinkan bekerja terus menerus pada suatu tiang sehingga tiang tersebut mampu mendukung dan menahan beban pada arah tegak lurus sumbu tiang.

(16)

SPLN D3.019-2: 2013

4

4.20 Beban Rencana

Beban kerja tiang yang dikalikan dengan faktor keamanan.

4.21 Beban Patah

Beban pada saat tiang patah pada pengujian patah.

4.22 Titik Tumpu

Batas tanam tiang pada pengujian lentur dan pengujian patah.

4.23 Pengujian Jenis

Pengujian yang bertujuan untuk memeriksa kesesuaian suatu tipe tiang yang diproduksi oleh suatu pabrikan terhadap pemenuhan seluruh ketentuan yang ditetapkan standar ini.

4.24 Pengujian Rutin

Pengujian yang dilakukan oleh pabrikan untuk tiang yang diproduksinya dalam rangka memisahkan produk yang cacat.

4.25 Pengujian Contoh

Pengujian yang dilakukan secara sampling terhadap sejumlah tiang tipe tertentu dalam rangka serah terima barang.

5

Persyaratan Bahan

5.1 Mutu Beton

Beton dalam pembuatan tiang harus mempunyai kekuatan tekan setelah berumur 28 hari dengan ketentuan sebagai berikut :

- Benda uji bentuk silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm : minimum 415 daN/cm2;

- Benda uji bentuk kubus ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm : minimum 500 daN/cm2.

- Untuk umur beton kurang dari 28 hari harus memenuhi faktor pengali seperti yang tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Faktor Pengali Kuat Tekan Beton

Umur beton [hari] 3 7 14 21

Faktor pengali 0,4 0,65 0,88 0,95

Pabrikan harus melakukan pengujian terhadap agregat halus dan agregat kasar yang digunakan untuk beton tersebut, meliputi:

(17)

5

- Dimensi agregat;

- Kadar lumpur;

- Dan informasi lain sesuai ketentuan PBI.

Karakteristik agregat halus dan agregat kasar dapat menggunakan Lampiran 2 CATATAN: Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus

5.2 Air

Air untuk adukan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan lain yang melebihi batas yang dapat merusak beton dan atau baja tulangan.

Air untuk adukan dan perawatan beton adalah air bersih yang dapat diminum dan dibuktikan dengan sertifikat hasil uji dari laboratorium yang terakreditasi.

Air pencampur yang di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.

5.3 Semen

Semen portland jenis 1 (tipe semen yang digunakan untuk konstruksi umum), yang harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan SNI 15-2049-1994.

5.4 Baja Tulangan

Baja tulangan harus terbuat dari baja lunak (mild steel) BJTP 24 sesuai SNI 07-2052-2002 dengan kuat tarik 39 kg/mm2, pemuluran minimum 20%.

5.5 Baja Beton Pratekan

Baja beton pratekan adalah baja berkekuatan tarik tinggi (high tensile steel) BJTPD 130/145 sesuai SNI 07-1050-1989 dengan kuat tarik minimum 145 kg/mm2 dan pemuluran minimum 5%.

5.6 Penyimpanan Bahan-Bahan

Dalam pengangkutan semen ke gudang penyimpanan harus dijaga agar semen tidak menjadi lembab. Semen harus disimpan di dalam gudang, sedemikian sehingga terjamin tidak rusak dan atau tercampur dengan bahan-bahan lain.

Pada pemakaian semen bungkusan, penyimpanan semen yang baru didatangkan tidak boleh ditempatkan di atas timbunan semen yang sudah ada dan pemakaian semen harus dilakukan menurut urutan pengirimannya.

Apabila semen telah disimpan lama dan atau mutunya diragukan maka sebelum dipakai harus dibuktikan terlebih dahulu bahwa semen tersebut masih memenuhi syarat sesuai butir 5.3.

(18)

SPLN D3.019-2: 2013

6

Agregat harus disimpan sedemikian sehingga pengotoran oleh bahan-bahan lain dan pencampuran satu sama lain dapat dicegah. Penyimpanan harus menggunakan bak berlantai untuk mencegah terbawanya tanah bawah pada saat pengambilan agregat. Pada proses produksi, agregat harus selalu di bawah pengawasan seorang petugas laboratorium lapangan sejak dari tempat pengambilan dan tempat penimbunan sampai dengan pemakaiannya dengan membuat laporan harian.

Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah. Batang-batang tulangan harus diberi tanda yang jelas dan terpisah jenis satu dengan lainnya agar tidak saling tertukar. Penempatan batang-batang tulangan di udara terbuka tidak diperbolehkan.

6

Persyaratan Mutu

6.1 Sifat tampak

Permukaan tiang beton harus terlihat baik, lurus dan tidak retak serta dilengkapi dengan penandaan sesuai persyaratan pada butir 8.

Bagian-bagian tiang yang terbuat dari logam harus tertutup atau dilapisi bahan anti karat sedemikian sehingga terhindar dari korosi.

Tiang harus dilengkapi konduktor pembumian yang terpasang kokoh dan terbuat dari logam.

6.2 Dimensi Tiang

Dimensi tiang harus memenuhi ketentuan Tabel 2 dengan toleransi sesuai Tabel 3. Tabel 2. Tiang dengan panjang dasar

1 2 3 4 5 6

Tipe Fungsi Panjang

[m]

Beban kerja [daN]

Diameter luar nominal [mm] Bagian atas Bagian bawah 9/100 (157) Tiang SUTR 9 100 157 277 9/200 (157) 9 200 157 277 9/350 (190) 9 350 190 310 11/200 (190) 11 200 190 337 11/350 (190) 11 350 190 337 11/500 (190) 11 500 190 337 12/200 (190) Tiang SUTM 12 200 190 350 12/350 (190) 12 350 190 350 12/500 (190) 12 500 190 350 12/800 (220) 12 800 220 380 12/1200 (220) 12 1200 220 380 13/200 (190) 13 200 190 363 13/350 (190) 13 350 190 363 13/500 (190) 13 500 190 363 13/800 (220) 13 800 220 393 13/1200 (220) 13 1200 220 393 14/200 (190) 14 200 190 377 14/350 (190) 14 350 190 377 14/500 (190) 14 500 190 377 14/800 (220) 14 800 220 407 14/1200 (220) 14 1200 220 407

(19)

7

CATATAN 2: Tiang SUTR pada Tabel di atas adalah untuk penggunaan saluran udara murni (tidak bercampur antara SUTR dan SUTM)

CATATAN 3: Tiang 11 meter merupakan tipe khusus, dipakai untuk memenuhi jarak bebas (ground clearance) 6 meter pada titik terendah andongan SUTR.

CATATAN 4: Tiang SUTM dengan panjang lebih tinggi dari 12 meter merupakan tipe khusus, dipakai untuk memenuhi jarak bebas 7 meter pada titik terendah andongan SUTM

Tabel 3. Toleransi Dimensi Dimensi Toleransi [mm] Diameter luar/ penampang luar + 4 - 2 Panjang + 30 - 20

6.3 Persyaratan Mekanikal

Tiang harus memenuhi persyaratan:

 Uji kelurusan: deviasi kelurusan tiang maksimum 0,2% dari panjang tiang (lihat butir 7.3)

 Uji lentur: tidak retak pada pembebanan 100% beban kerja

 Uji defleksi permanen: maksimum 0,2% dari panjang tiang setelah pembebanan 150% beban kerja selama 2 menit

Tiang patah minimum pada 200% beban kerja pada uji patah. Titik beban kerja adalah 250 mm dari ujung atas tiang.

CATATAN: Panjang tiang tidak termasuk ketebalan penutup tiang dan khusus untuk tiang dengan panjang ekstensi tidak termasuk bagian dibawah batas tanam.

7

Persyaratan Konstruksi

Konstruksi tiang dibedakan menjadi: a) Tiang utuh

b) Tiang segmental, dimaksudkan untuk mengakomodasi:

- Kesulitan transportasi;

- Kedalaman lapisan tanah keras;

- Kebutuhan tiang yang lebih tinggi.

7.1 Konstruksi Tiang Utuh

Panjang tiang utuh harus sesuai dengan Tabel 2 kolom 3. Panjang pada Tabel ini ditetapkan sebagai panjang dasar tiang pada standar ini.

Panjang yang lebih tinggi dari ketentuan Tabel 2 dapat diusulkan sepanjang tiang dapat memenuhi persyaratan mutu pada butir 6 dan mendapat persetujuan dari pihak-pihak PLN yang berkepentingan.

(20)

SPLN D3.019-2: 2013

8

7.2 Konstruksi Tiang Segmental

7.2.1 Tiang Segmental dengan Panjang Dasar

Tiang segmental dengan panjang dasar dimaksudkan untuk memudahkan transportasi ke lokasi pemasangan.

Tiang tersegmental menjadi 2 segmen atau lebih dengan panjang total dari semua segmen tiang harus memenuhi ketentuan Tabel 2.

Ketentuan konstruksi sama dengan tiang utuh dengan panjang dasar (lihat butir 7.1). Penyambungan antar bagian segmen menggunakan pelat sambung (joint plate) yang dihubungkan dengan cara pengelasan melingkar atau mur-baut.

Bidang luar pelat sambung setelah tiang terpasang harus dilapisi dengan cat anti karat (Zinc-chromate) dengan tebal lapisan cat minimum 50 µm.

Pabrikan harus mendeklarasi desain pelat sambung: a) Bentuk konstruksi;

b) Jenis dan komposisi bahan baja (kuat tarik, kuat leleh /yield strength, ketebalan pelat di setiap bagian);

c) Ukuran mur-baut, torsi pengencangan dan informasi lain yang terkait dengan mutu penyambungan (untuk penyambungan sistem mur-baut);

d) Metode pengelasan, jumlah dan tebal lapisan las, jenis elektroda, dan informasi lain yang terkait dengan mutu penyambungan (untuk penyambungan sistem pengelasan).

7.2.2 Tiang Segmental dengan Panjang Ekstensi

Tiang segmental dengan panjang ekstensi dimaksudkan untuk mengatasi ketidakstabilan tanah pada lokasi pemasangan dan atau kebutuhan panjang tiang yang lebih tinggi. Tiang terdiri dari segmen atas dengan panjang dasar 12 meter tersebut pada Tabel 2 dan segmen dasar yang merupakan tiang pancang.

Ketentuan konstruksi segmen atas sama dengan tiang utuh dengan panjang dasar (lihat buitr 7.1), sedangkan segmen dasar mengikuti ketentuan tiang pancang.

Penyambungan antar bagian segmen menggunakan pelat sambung (joint plate) yang dihubungkan dengan cara pengelasan melingkar.

Bidang luar pelat sambung setelah tiang terpasang harus dilapisi dengan cat anti karat (Zinc-chromate) dengan tebal lapisan cat minimum 50 µm.

Pabrikan harus mendeklarasi desain pelat sambung: a) Bentuk konstruksi;

b) Jenis dan komposisi bahan baja (kuat tarik, kuat leleh/yield strength, ketebalan pelat di setiap bagian);

(21)

9

c) Metode pengelasan, jumlah dan tebal lapisan las, jenis elektroda, dan informasi lain yang terkait dengan mutu penyambungan (untuk penyambungan sistem pengelasan). Notasi panjang dinyatakan dengan tinggi tiang dari tanah bila tiang telah terpasang:

Tipe Tinggi tiang dari tanah 13 XT 10 meter s/d 13 meter

14 XT 14 meter

15 XT 15 meter

Cara-cara pemasangan tiang pada tanah dengan daya dukung rendah dapat dilihat pada Lampiran 4.

7.3 Kelurusan

Garis sumbu tiang harus dalam satu garis lurus. Deviasi kelurusan tiang maksimum 0,2 % panjang tiang

7.4 Fasilitas Pembumian

Tiang beton untuk SUTM harus dilengkapi dengan fasilitas pembumian berupa konduktor pembumian dan terminal pembumian.

7.4.1 Konduktor Pembumian

Konduktor pembumian menggunakan baja lunak berdiameter 16 mm.

Nilai maksimun resistans konduktor pembumian adalah 5 x 10-3 ohm/km pada 27oC

Konduktor pembumian harus ditempatkan lebih dalam dari pada tiang tulangan beton (tidak diperbolehkan pada selimut luar beton dan harus tembus keluar di tengah-tengah tutup tiang bawah (lihat Gambar 1).

Bila tulangan baja konstruksi difungsikan juga sebagai konduktor pembumian, penggunaan baja lunak yang lebih kecil dari 16 mm diperbolehkan, sepanjang nilai resistansi dari gabungan baja lunak dan tulangan konstruksi tersebut tidak melebihi batas ketentuan di atas.

Konduktor pembumian untuk tiang segmental harus sedemikian sehingga kontinuitas pembumian antar segmen dapat tetap terjaga dan memenuhi batas resistansi di atas.

(22)

SPLN D3.019-2: 2013

10

Gambar 1. Konstruksi Konduktor Pembumian dan Konduktor Pembumian di Bagian Bawah Tiang

(23)

11

7.4.2 Terminal Pembumian

Setiap tiang harus dilengkapi dengan empat buah terminal pembumian.

Terminal pembumian terbuat dari baja dengan ukuran M12 (Metric) dan lubang untuk pemasangan bautnya diisi dengan gemuk.

Terminal pembumian ditempatkan pada:

- lokasi penempatan struktur tambahan untuk kawat pembumian (GSW);

- lokasi penempatan transformator distribusi;

- di atas batas tanam;

- di bawah batas tanam.

Gambar 2. Terminal Pembumian

7.5 Susunan Baja Beton Pratekan dan Baja Tulangan

Baja beton pratekan dan baja tulangan harus diatur pemasangannya sehingga letaknya simetris dan terbagi rata pada penampang tiang beton.

Baja beton pratekan tidak boleh disambung dengan cara apapun.

Bila ada penambahan baja tulangan sebagai penahan gaya pada tiang beton pratekan, maka batang batang baja tulangan itu harus dipasang secara teratur dan konsentris.

Jarak antara baja beton pratekan yang berdekatan maupun antara baja beton pratekan dan baja tulangan harus lebih besar dari diameter maksim um agregat kasar.

7.6 Baja Spiral

Baja spiral harus dipasang di sekeliling luar baja pratekan dan baja tulangan. Diameter baja spiral tidak boleh kurang dari 2,7 mm dan jaraknya (pitch) tidak melebihi 150 mm. Baja spiral boleh disambung dengan cara pengelasan.

(24)

SPLN D3.019-2: 2013

12

7.7 Tebal Lapisan Beton

Tebal lapisan beton antara permukaan luar tiang dan baja beton pratekan (selimut luar beton) minimum 15 mm.

7.8 Tutup Atas Tiang

Tutup atas tiang dianjurkan dipasang sebelum proses putar atau getar. Ujung batang baja beton pratekan yang terlihat harus dilindungi dengan lapisan anti karat.

Tutup atas tiang yang dipasang sesudah proses putar tebalnya tidak boleh melebihi 30 mm.

7.9 Lubang Tembus

Jumlah dan posisi lubang tembus harus ditentukan oleh sebelum pemesanan dan agar diperhitungkan sedemikian sehingga tidak mengurangi kekuatan tiang.

8

Penandaan

8.1 Penandaan Tiang

Tiang harus diberi tanda pengenal:

 Nama/logo pabrikan

 Tipe tiang

 Panjang tiang dan jumlah segmen, beban kerja, tahun produksi dan nomor seri produksi dengan ketentuan seperti berikut:

AA EEE-xxxx Keterangan:

AA = Tipe tiang

Untuk tiang segmental dengan panjang dasar, panjang dinyatakan dalam x+x

Untuk tiang segmental dengan panjang ekstensi, panjang BBB = beban kerja dalam daN

CCC = diameter atas dalam mm EEE = tanggal produksi (dd-mm-yy) xxxxx = nomor seri produksi

Contoh :

12/200 (190) 29-05-2013/001

6+6/200 (190) 29-05-2013/13-001 Tanggal produksi dan nomor seri produksi dengan cat

(25)

13

Khusus untuk tiang segmental dengan panjang ekstensi, tipe tiang ditambahkan notasi EXT setelah notasi beban kerja

Penandaan harus ditempatkan pada ketinggian 4 meter dari batas tanam.

(26)

SPLN D3.019-2: 2013

14

8.2 Penandaan Batas Tanam

Penandaan batas tanam tiang berupa garis lurus tebal warna hitam melingkari setengah lingkaran.

Untuk tiang dengan panjang dasar, batas tanam adalah 1/6 panjang tiang dari bagian pangkal tiang.

Khusus untuk tiang segmental dengan panjang ekstensi, batas tanam ditetapkan berdasarkan hasil evaluasi.

8.3 Penandaan Titik Angkat

Penandaan titik angkat berupa garis lurus tebal melingkari setengah lingkaran.

8.4 Penandaan Pembumian

Penandaan pembumian harus ditempatkan pada terminal pembumian dengan diberi tanda dan mudah terlihat saat tiang terpasang. Penandaan dengan cara dicat.

9

Pengujian

9.1 Pengujian Jenis

Pengujian jenis dilakukan oleh Laboratorium PT. PLN (Persero) atas permintaan pabrikan dan dilakukan di lokasi pabrikan.

Pabrikan harus memiliki fasilitas uji untuk semua pengujian yang tercantum pada Tabel 5. Jumlah sampel pada pengujian jenis adalah 3 (tiga) batang.

Suatu tipe tiang dinyatakan lulus pengujian jenis, jika ketiga sampel tersebut di atas dapat memenuhi semua persyaratan pengujian yang tercantum pada Tabel 5 kolom 5.

Untuk keperluan pengujian jenis, pabrikan tiang harus menyerahkan kepada Laboratorium, dokumen mengenai:

 Gambar desain tiang;

 Hasil uji bahan (air, semen, agregat halus, agregat kasar, baja tulangan dan baja beton pratekan);

 Mutu beton

 Sertifikat kalibrasi dari alat-alat ukur (dinamo meter, mistar ukur, jangka sorong, dll).

 Laporan uji jenis dari tiang 12 meter untuk tipe XT

 Tipe dan jumlah pc wire

Sertifikat pengujian jenis hanya berlaku untuk tipe tiang yang diuji dan tidak berlaku untuk tipe lainnya.

(27)

15

9.2 Pengujian Rutin

Pengujian rutin dilakukan oleh pabrikan terhadap tiang-tiang yang diproduksinya.

Tiang dinyatakan lulus pengujian rutin jika memenuhi persyaratan yang tercantum pada Tabel 5 kolom 4.

9.3 Pengujian Contoh

Pengujian contoh dilakukan dan atau disaksikan oleh petugas PT. PLN (Persero).

Sampel diambil secara acak (random) dari kelompok tipe tiang yang sama dengan jumlah sesuai tabel 4.

Tiang yang akan diserahterimakan dinyatakan memenuhi persyaratan standar jika seluruh sampel yang diuji lulus pengujian yang tercantum pada Tabel 5 kolom 6.

Tabel 4. Jumlah Sampel Pengujian Contoh No Jumlah tiap jenis

yang diserah terimakan

Jumlah contoh tiang yang diuji

1 s/d 300 1

2 301 – 600 2

3 601 – 1000 3

Dan seterusnya berulang seperti nomor 1,2 dan 3

Seluruh tiang tersebut dinyatakan diterima jika semua tiang lulus uji sesuai tabel 5 kolom 6 dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

- Jika satu sampel uji dari setiap sampel jenis tiang mengalami kegagalan, maka dapat diambil satu buah sampel uji baru untuk diuji ulang, dan harus lulus uji.jika sampel dari setiap sampel tiang itu mengalami kegagalan, tiang beton dinyatakan ditolak/tidak lulus dan tidak ada uji ulang.

- Jika pengujian tekan benda uji kubus/silinder beton tidak memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian patah satu tiang yang diambil dari jumlah tiang terbanyak. Hasil uji patah harus memenuhi persyaratan.

- Kriteria pengujian lentur sesaat dan lenturan permanen, untuk setiap jenis tiang pada pengujian sampai dengan beban kerja, hasil nilai ujinya tidak lebih dari 115% hasil rata-rata uji jenis.

(28)

SPLN D3.019-2: 2013

16 Tabel 5. Mata Uji

1 2 3 4 5 6

No. Mata uji Metoda uji / acuan R1) J1) C1)

1 Pemeriksaan visual  Butir 6.1; Butir 8.1   

2 Pengujian dimensi  Butir 6.2   

3 Pengujian berat   

Pengujian kelurusan  Butir 6.3   

4 Pengujian lentur  Buitr 6.3

5 Pengujian defleksi permanen  Butir 6.3

6 Pengujian patah  Butir 6.3

2)  2)

7 Pengujian bahan  Butir 7.1 s.d Butir 7.6 

8 Pengujian mutu beton  Lampiran 1 

CATATAN: 1)R = pengujian rutin ; J = pengujian jenis ; C = pengujian contoh 2)Dapat dilakukan secara sampling.

(29)

17

Lampiran 1. Metode Uji Mekanikal

(Normatif) A1. Peralatan uji

- Dynamo meter

- Alat penarik (tirfor atau takel)

- Penjepit tiang dengan pondasi yang kuat

- Mistar pengukur

- Jarum penunjuk simpangan

- Rol penyangga tiang

- Waterpass

A2. Pengujian Kelurusan

Gambar 4. Pengujian Kelurusan

Tiang dipasang seperti pada gambar di atas. Bagian dibawah batas tanam dijepit pada pondasi. Rol penyangga tiang diatur sehingga sumbu tiang horizontal (waterpass) dan beban gesekan antara rol dan landasannya sekecil mungkin. Pada ujung tiang, segaris dengan sumbu tiang, dipasang jarum penunjuk simpangan. Jarum harus menunjuk pada titik nol mistar pengukur.

Setelah itu tiang diputar untuk diperiksa dengan penglihatan pada sisi kiri atau sisi kanan tiang yang menunjukkan penyimpangan kelurusan. Pada sisi dengan penyimpangan maksimum tersebut ditarik benang dengan kedua ujung benang menempel pada kedua ujung tiang.

Hasil pengukuran maksimum antara bagian luar tiang dan benang adalah besarnya penyimpangan kelurusan.

(30)

SPLN D3.019-2: 2013

18

A3. Pengujian Lentur

Titik penarikan adalah pada titik tangkap 250 mm dari ujung tiang. Tiang ditarik secara horizontal dan tegak lurus terhadap sumbu tiang secara perlahan dari posisi 60%, 80% dan 100% beban kerja tiang.

Pada saat dynamo meter menunjukkan beban kerja, periksa keretakan yang terjadi pada tiang.

A4. Pengujian Defleksi Permanen

Setelah pengujian tersebut di atas, tiang dibebani dari nol sampai 120% beban kerja dan dilakukan pengamatan keretakan, dan dilanjutkan sampai 150% beban kerja dan ditahan pada beban itu selama 2 menit kemudian beban dibebaskan.

Penyimpangan ujung atas tiang menunjukkan lenturan permanen pada 150% beban kerja dan diukur lebar retak yang terjadi.

A5. Pengujian Patah

Setelah selesai pengujian lentur, tiang dibebani dari nol sampai 120% beban kerja dan kemudian dinaikkan secara perlahan dengan penambahan 10% beban kerja sampai diperoleh beban rencana.

Besar lenturan sesaat pada setiap prosentase pembebanan dicatat dan beban dinaikkan lagi sampai tiang patah atau telah mencapai 200% beban kerja.

(31)

19

Lampiran 2. Karakteristik Agregat

(Informatif) B1. Agregat Halus

Agregat halus dapat berupa pasir alam atau pasir buatan yang diperoleh dari alat pemecah batu.

Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-hutir agregat halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

Agregat halus harus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat kering yang dimaksud dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila melampaui 5 % maka agregat halus harus dicuci.

Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang apabila diayak harus memenuhi syarat-syarat berikut :

- sisa diatas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat

- sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat;

- sisa diatas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% dan 95% berat; Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus.

B2. Agregat Kasar

Agregat kasar dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yaag diperoleh dari pemecahan batu;

Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali.

Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.

Agregat kasar harus tidak mengandung lumpur lebih dari 1% (terhadap) berat kering. Yang dimaksud dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila melampaui 1% maka agregat tersebut terlebih dahulu harus dicuci sebelum digunakan.

Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana uji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 ton, dan memenuhi syarat-syarat berikut:

- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 -19 mm lebih dari 24% berat;

- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22%.

Atau dengan mesin pengaus Los Angelos, tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50%.

Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak, harus memenuhi gradasi yang disyaratkan PBI serta harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

(32)

SPLN D3.019-2: 2013

20

- Sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat;

- Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan adalah maksimal 60 % dan minimal10 % berat.

(33)

21

Lampiran 3. Cara Pembuatan Tiang

(Informatif) 3.1. Baja Beton

Sebelum baja beton pratekan dan baja tulangan dirakit dengan cara dijepit dan di ikat pada kedudukan yang tepat, harus dibersihkan terlebih dahulu dari lapisan karat, minyak dan kotoran lain yang mengganggu merekatnya campuran beton pada rakitan tersebut, Sebelum tiang beton dicetak, dilakukan pemasangan baja beton pratekan dan baja tulangan didalam cetakan dan kemudian beton dipadatkan dengan gaya putar. Sebelum pengecoran beton dilaksanakan, baja beton pratekan harus diberi tegangan.

3.2. Beton

Perbandingan campuran bahan dasar beton harus ditentukan sedemikian rupa sehingga dihasilkan beton yang menghasilkan suatu hasil yang baik ditinjau dari cara pengerjaan beton (campuran, penuangan, perataan dan pemadatan), mudah dimasukkan ke dalam acuan dan ke sekitar tulangan, tanpa menimbulkan kemungkinan terjadi pemisahan antara agregat kasar dengan pasta semen beton (segregasi) dan atau terpisahnya air dari semen (bleeding).

Perbandingan campuran beton termasuk faktor air semen, harus ditentukan berdasarkan pengalaman lapangan dan atau campuran percobaan dengan bahan-bahannya akan digunakan dilapangan.

Perbandingan campuran percobaan serta pelaksanaan produksinya harus didasarkan pada teknik penakaran bobot (weight batching). Apabila terpaksa dilaksanakan dengan penakaran volume harus didasarkan pada perbandingan campuran dalam bobot yang dikonversikan kedalam volume melalui perhitungan bobot per satuan volume dari masing-masing bahan.

Campuran beton harus diaduk sedemikian rupa sehingga tercapai adukan yang homogen dan semua beton dikeluarkan sebelum mesin pengaduk diisi kembali.

3.3. Cara Memberikan Pratekan

Untuk menentukan nilai tegangan pratekan efektif harus diperhitungkan kemungkinan terjadinya kehilangan tegangan pratekan seperti:

- Pergerakan kedudukan angkur

- Perpendekan elatis beton

- Rangka beton

- Susut beton

- Relaksasi dari tegangan tendon

Baja beton pratekan harus diatur dan ditegangkan pada kedudukan yang tepat dan kedua ujung baja beton pratekan harus benar-benar teguh sehingga pada waktu diberi pratekan akan menerima tegangan yang sama.

Besarnya gaya tarikan awal harus sama dengan gaya yang diperlukan untuk memperoleh pratekan yang efektif dan tidak melebihi 0,74 kali beban patah dari baja beton pratekan atau tidak melebihi 0,82 kali beban leleh dari baja beton pratekan.

(34)

SPLN D3.019-2: 2013

22

Kuat tekan beton pada saat pemindahan gaya pratekan harus lebih kecil dari 1,7 kali tegangan tekan beton akibat gaya pratekan pada titik beban dan harus lebih besar dari 1,3 kali tegangan tekan beton akibat gaya pratekan pada titik beban dan harus tidak boleh lebih kecil dari 250 kg/cm2.

3.4. Perawatan (curing)

Tiang beton harus dirawat dengan cara yang dapat memberikan hasil yang baik. Perawatan dengan uap air pada tekanan normal biasanya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

- Uap harus dialirkan kedalam ruang perawatan sehingga suhu akan naik sama rata di segala penjuru.

- Perawatan dengan uap air dilaksanakan paling lambat dua jam setelah beton diputar.

- Suhu didalam ruang perawatan harus dinaikkan dengan kecepatan kurang dari 20 K/jam sampai mencapai suhu 75 oC, kemudian suhu dibiarkan turun secara bertahap sampai mencapai suhu sekitar.

Tiang beton kemudian dikeluarkan dari ruang perawatan sesudah suhu ruang perawatan turun kembali mendekati suhu sekitar.

(35)

23

Lampiran 4. Pemasangan Pada Tanah dengan Daya Dukung

Rendah

(Informatif)

Dalam pemasangan fondasi diperlukan data sondir sehingga dapat menentukan pilihan metode pemasangannya.

4.1. Pemasangan dengan Tiang Pancang

Pada daerah yang daya dukung tanahnya (bearing capacity) rendah, tiang beton segmental tipe EXT pancang dipasang/disambungkan pada tiang pancang. Tiang pancang ditanamkan hingga mencapai tanah keras, sehingga jumlahnya tergantung pada kedalaman tanah keras.

4.2. Pemasangan dengan Pondasi Umpak Cerucuk Kayu

Cara umpak diperoleh dengan membuat fondasi khusus dengan memasang kayu sebagai cerucuk penumpu umpak. Kayu yang yang digunakan adalah jenis kayu tahan air dengan panjang minimal 4 meter (lihat gambar 5).

Bahan umpak terbuat dari beton bertulang, dengan mengikuti ukuran sesuai kondisi lapangan

(36)

SPLN D3.019-2: 2013

24 .

(37)

25

4.3. Pemasangan Pondasi Bertulang (

Minipile

)

Pemasangan cara ini dengan memasang fondasi khusus yang terbuat dari beton bertulang berpenampang kecil (minipile). Dalam pemasangan tiang tumpu, panjang yang dianjurkan adalah sampai dengan diperoleh daya dukung dan friksi yang ditentukan (lihat gambar 7).

Setelah terpasang minipile pada bagian atas dibuat pile cap dari beton bertulang, ukuran tersebut mengikuti dimensi dari jenis tiang beton pratekan yang akan dipasang.

(38)
(39)
(40)

Pengelola Standardisasi :

PT PLN (Persero) Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan

Jl. Durentiga, Jakarta 12760, Telp. 021-7973774, Fax. 021-7991762,

(41)
(42)

Pengelola Standardisasi :

PT PLN (Persero) Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan

Jl. Durentiga, Jakarta 12760, Telp. 021-7973774, Fax. 021-7991762,

www.pln-litbang.co.id

Gambar

Tabel 1. Faktor Pengali Kuat Tekan Beton
Tabel 2. Tiang dengan panjang dasar
Tabel 3. Toleransi Dimensi  Dimensi  Toleransi [mm]  Diameter luar/  penampang luar      +    4  -   2  Panjang   +   30  -    20   6.3  Persyaratan Mekanikal  Tiang harus memenuhi persyaratan:
Gambar 1. Konstruksi Konduktor Pembumian dan Konduktor Pembumian di Bagian Bawah                      Tiang
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait