• Tidak ada hasil yang ditemukan

9.1 Pengujian Jenis

Pengujian jenis dilakukan oleh Laboratorium PT. PLN (Persero) atas permintaan pabrikan dan dilakukan di lokasi pabrikan.

Pabrikan harus memiliki fasilitas uji untuk semua pengujian yang tercantum pada Tabel 5. Jumlah sampel pada pengujian jenis adalah 3 (tiga) batang.

Suatu tipe tiang dinyatakan lulus pengujian jenis, jika ketiga sampel tersebut di atas dapat memenuhi semua persyaratan pengujian yang tercantum pada Tabel 5 kolom 5.

Untuk keperluan pengujian jenis, pabrikan tiang harus menyerahkan kepada Laboratorium, dokumen mengenai:

 Gambar desain tiang;

 Hasil uji bahan (air, semen, agregat halus, agregat kasar, baja tulangan dan baja beton pratekan);

 Mutu beton

 Sertifikat kalibrasi dari alat-alat ukur (dinamo meter, mistar ukur, jangka sorong, dll).

 Laporan uji jenis dari tiang 12 meter untuk tipe XT  Tipe dan jumlah pc wire

Sertifikat pengujian jenis hanya berlaku untuk tipe tiang yang diuji dan tidak berlaku untuk tipe lainnya.

15

9.2 Pengujian Rutin

Pengujian rutin dilakukan oleh pabrikan terhadap tiang-tiang yang diproduksinya.

Tiang dinyatakan lulus pengujian rutin jika memenuhi persyaratan yang tercantum pada Tabel 5 kolom 4.

9.3 Pengujian Contoh

Pengujian contoh dilakukan dan atau disaksikan oleh petugas PT. PLN (Persero).

Sampel diambil secara acak (random) dari kelompok tipe tiang yang sama dengan jumlah sesuai tabel 4.

Tiang yang akan diserahterimakan dinyatakan memenuhi persyaratan standar jika seluruh sampel yang diuji lulus pengujian yang tercantum pada Tabel 5 kolom 6.

Tabel 4. Jumlah Sampel Pengujian Contoh

No Jumlah tiap jenis yang diserah terimakan

Jumlah contoh tiang yang diuji

1 s/d 300 1

2 301 – 600 2

3 601 – 1000 3

Dan seterusnya berulang seperti nomor 1,2 dan 3

Seluruh tiang tersebut dinyatakan diterima jika semua tiang lulus uji sesuai tabel 5 kolom 6 dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

- Jika satu sampel uji dari setiap sampel jenis tiang mengalami kegagalan, maka dapat diambil satu buah sampel uji baru untuk diuji ulang, dan harus lulus uji.jika sampel dari setiap sampel tiang itu mengalami kegagalan, tiang beton dinyatakan ditolak/tidak lulus dan tidak ada uji ulang.

- Jika pengujian tekan benda uji kubus/silinder beton tidak memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian patah satu tiang yang diambil dari jumlah tiang terbanyak. Hasil uji patah harus memenuhi persyaratan.

- Kriteria pengujian lentur sesaat dan lenturan permanen, untuk setiap jenis tiang pada pengujian sampai dengan beban kerja, hasil nilai ujinya tidak lebih dari 115% hasil rata-rata uji jenis.

SPLN D3.019-2: 2013

16

Tabel 5. Mata Uji

1 2 3 4 5 6

No. Mata uji Metoda uji / acuan R1) J1) C1)

1 Pemeriksaan visual  Butir 6.1; Butir 8.1

2 Pengujian dimensi  Butir 6.2

3 Pengujian berat

Pengujian kelurusan  Butir 6.3

4 Pengujian lentur  Buitr 6.3

5 Pengujian defleksi permanen  Butir 6.3

6 Pengujian patah  Butir 6.3

2) 2)

7 Pengujian bahan  Butir 7.1 s.d Butir 7.6

8 Pengujian mutu beton  Lampiran 1

CATATAN: 1)R = pengujian rutin ; J = pengujian jenis ; C = pengujian contoh

17

Lampiran 1. Metode Uji Mekanikal

(Normatif)

A1. Peralatan uji - Dynamo meter

- Alat penarik (tirfor atau takel)

- Penjepit tiang dengan pondasi yang kuat - Mistar pengukur

- Jarum penunjuk simpangan - Rol penyangga tiang

- Waterpass

A2. Pengujian Kelurusan

Gambar 4. Pengujian Kelurusan

Tiang dipasang seperti pada gambar di atas. Bagian dibawah batas tanam dijepit pada pondasi. Rol penyangga tiang diatur sehingga sumbu tiang horizontal (waterpass) dan beban gesekan antara rol dan landasannya sekecil mungkin. Pada ujung tiang, segaris dengan sumbu tiang, dipasang jarum penunjuk simpangan. Jarum harus menunjuk pada titik nol mistar pengukur.

Setelah itu tiang diputar untuk diperiksa dengan penglihatan pada sisi kiri atau sisi kanan tiang yang menunjukkan penyimpangan kelurusan. Pada sisi dengan penyimpangan maksimum tersebut ditarik benang dengan kedua ujung benang menempel pada kedua ujung tiang.

Hasil pengukuran maksimum antara bagian luar tiang dan benang adalah besarnya penyimpangan kelurusan.

SPLN D3.019-2: 2013

18 A3. Pengujian Lentur

Titik penarikan adalah pada titik tangkap 250 mm dari ujung tiang. Tiang ditarik secara horizontal dan tegak lurus terhadap sumbu tiang secara perlahan dari posisi 60%, 80% dan 100% beban kerja tiang.

Pada saat dynamo meter menunjukkan beban kerja, periksa keretakan yang terjadi pada tiang.

A4. Pengujian Defleksi Permanen

Setelah pengujian tersebut di atas, tiang dibebani dari nol sampai 120% beban kerja dan dilakukan pengamatan keretakan, dan dilanjutkan sampai 150% beban kerja dan ditahan pada beban itu selama 2 menit kemudian beban dibebaskan.

Penyimpangan ujung atas tiang menunjukkan lenturan permanen pada 150% beban kerja dan diukur lebar retak yang terjadi.

A5. Pengujian Patah

Setelah selesai pengujian lentur, tiang dibebani dari nol sampai 120% beban kerja dan kemudian dinaikkan secara perlahan dengan penambahan 10% beban kerja sampai diperoleh beban rencana.

Besar lenturan sesaat pada setiap prosentase pembebanan dicatat dan beban dinaikkan lagi sampai tiang patah atau telah mencapai 200% beban kerja.

19

Lampiran 2. Karakteristik Agregat

(Informatif)

B1. Agregat Halus

Agregat halus dapat berupa pasir alam atau pasir buatan yang diperoleh dari alat pemecah batu.

Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-hutir agregat halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

Agregat halus harus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat kering yang dimaksud dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila melampaui 5 % maka agregat halus harus dicuci.

Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang apabila diayak harus memenuhi syarat-syarat berikut :

- sisa diatas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat - sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat;

- sisa diatas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% dan 95% berat; Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus.

B2. Agregat Kasar

Agregat kasar dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yaag diperoleh dari pemecahan batu;

Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali.

Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.

Agregat kasar harus tidak mengandung lumpur lebih dari 1% (terhadap) berat kering. Yang dimaksud dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila melampaui 1% maka agregat tersebut terlebih dahulu harus dicuci sebelum digunakan.

Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana uji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 ton, dan memenuhi syarat-syarat berikut:

- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 -19 mm lebih dari 24% berat; - Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22%.

Atau dengan mesin pengaus Los Angelos, tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50%.

Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak, harus memenuhi gradasi yang disyaratkan PBI serta harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

SPLN D3.019-2: 2013

20

- Sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat;

- Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan adalah maksimal 60 % dan minimal10 % berat.

21

Lampiran 3. Cara Pembuatan Tiang

(Informatif)

3.1. Baja Beton

Sebelum baja beton pratekan dan baja tulangan dirakit dengan cara dijepit dan di ikat pada kedudukan yang tepat, harus dibersihkan terlebih dahulu dari lapisan karat, minyak dan kotoran lain yang mengganggu merekatnya campuran beton pada rakitan tersebut, Sebelum tiang beton dicetak, dilakukan pemasangan baja beton pratekan dan baja tulangan didalam cetakan dan kemudian beton dipadatkan dengan gaya putar. Sebelum pengecoran beton dilaksanakan, baja beton pratekan harus diberi tegangan.

3.2. Beton

Perbandingan campuran bahan dasar beton harus ditentukan sedemikian rupa sehingga dihasilkan beton yang menghasilkan suatu hasil yang baik ditinjau dari cara pengerjaan beton (campuran, penuangan, perataan dan pemadatan), mudah dimasukkan ke dalam acuan dan ke sekitar tulangan, tanpa menimbulkan kemungkinan terjadi pemisahan antara agregat kasar dengan pasta semen beton (segregasi) dan atau terpisahnya air dari semen (bleeding).

Perbandingan campuran beton termasuk faktor air semen, harus ditentukan berdasarkan pengalaman lapangan dan atau campuran percobaan dengan bahan-bahannya akan digunakan dilapangan.

Perbandingan campuran percobaan serta pelaksanaan produksinya harus didasarkan pada teknik penakaran bobot (weight batching). Apabila terpaksa dilaksanakan dengan penakaran volume harus didasarkan pada perbandingan campuran dalam bobot yang dikonversikan kedalam volume melalui perhitungan bobot per satuan volume dari masing-masing bahan.

Campuran beton harus diaduk sedemikian rupa sehingga tercapai adukan yang homogen dan semua beton dikeluarkan sebelum mesin pengaduk diisi kembali.

3.3. Cara Memberikan Pratekan

Untuk menentukan nilai tegangan pratekan efektif harus diperhitungkan kemungkinan terjadinya kehilangan tegangan pratekan seperti:

- Pergerakan kedudukan angkur - Perpendekan elatis beton - Rangka beton

- Susut beton

- Relaksasi dari tegangan tendon

Baja beton pratekan harus diatur dan ditegangkan pada kedudukan yang tepat dan kedua ujung baja beton pratekan harus benar-benar teguh sehingga pada waktu diberi pratekan akan menerima tegangan yang sama.

Besarnya gaya tarikan awal harus sama dengan gaya yang diperlukan untuk memperoleh pratekan yang efektif dan tidak melebihi 0,74 kali beban patah dari baja beton pratekan atau tidak melebihi 0,82 kali beban leleh dari baja beton pratekan.

SPLN D3.019-2: 2013

22

Kuat tekan beton pada saat pemindahan gaya pratekan harus lebih kecil dari 1,7 kali tegangan tekan beton akibat gaya pratekan pada titik beban dan harus lebih besar dari 1,3 kali tegangan tekan beton akibat gaya pratekan pada titik beban dan harus tidak boleh lebih kecil dari 250 kg/cm2.

3.4. Perawatan (curing)

Tiang beton harus dirawat dengan cara yang dapat memberikan hasil yang baik. Perawatan dengan uap air pada tekanan normal biasanya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

- Uap harus dialirkan kedalam ruang perawatan sehingga suhu akan naik sama rata di segala penjuru.

- Perawatan dengan uap air dilaksanakan paling lambat dua jam setelah beton diputar.

- Suhu didalam ruang perawatan harus dinaikkan dengan kecepatan kurang dari 20 K/jam sampai mencapai suhu 75 oC, kemudian suhu dibiarkan turun secara bertahap sampai mencapai suhu sekitar.

Tiang beton kemudian dikeluarkan dari ruang perawatan sesudah suhu ruang perawatan turun kembali mendekati suhu sekitar.

23

Lampiran 4. Pemasangan Pada Tanah dengan Daya Dukung

Rendah

(Informatif)

Dalam pemasangan fondasi diperlukan data sondir sehingga dapat menentukan pilihan metode pemasangannya.

4.1. Pemasangan dengan Tiang Pancang

Pada daerah yang daya dukung tanahnya (bearing capacity) rendah, tiang beton segmental tipe EXT pancang dipasang/disambungkan pada tiang pancang. Tiang pancang ditanamkan hingga mencapai tanah keras, sehingga jumlahnya tergantung pada kedalaman tanah keras.

4.2. Pemasangan dengan Pondasi Umpak Cerucuk Kayu

Cara umpak diperoleh dengan membuat fondasi khusus dengan memasang kayu sebagai cerucuk penumpu umpak. Kayu yang yang digunakan adalah jenis kayu tahan air dengan panjang minimal 4 meter (lihat gambar 5).

Bahan umpak terbuat dari beton bertulang, dengan mengikuti ukuran sesuai kondisi lapangan

SPLN D3.019-2: 2013

24 .

25

4.3. Pemasangan Pondasi Bertulang (Minipile)

Pemasangan cara ini dengan memasang fondasi khusus yang terbuat dari beton bertulang berpenampang kecil (minipile). Dalam pemasangan tiang tumpu, panjang yang dianjurkan adalah sampai dengan diperoleh daya dukung dan friksi yang ditentukan (lihat gambar 7).

Setelah terpasang minipile pada bagian atas dibuat pile cap dari beton bertulang, ukuran tersebut mengikuti dimensi dari jenis tiang beton pratekan yang akan dipasang.

Pengelola Standardisasi :

PT PLN (Persero) Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan

Jl. Durentiga, Jakarta 12760, Telp. 021-7973774, Fax. 021-7991762,

www.pln-litbang.co.id

Pengelola Standardisasi :

PT PLN (Persero) Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan

Jl. Durentiga, Jakarta 12760, Telp. 021-7973774, Fax. 021-7991762,

www.pln-litbang.co.id

Dokumen terkait