• Tidak ada hasil yang ditemukan

DERMOSKOPI PADA KELAINAN KUKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DERMOSKOPI PADA KELAINAN KUKU"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DERMOSKOPI PADA KELAINAN KUKU

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

!"#$%$$&% ABSTRAK $%$ $"% ' $%$ ( " ' " "% ) " % " %$%$ % "$ %" "$$% $)%"%%"$* "$% %$%$ % % menjadi tampak serupa. Dengan menggunakan bantuan dermoskopi, dokter dapat mengatasi hambatan optik ini dan mengungkapkan detil diagnostik suatu lesi. Penggunaan dermoskopi $$% % %$%$ $ % " % +( "% %" % $% $$% "' % " %$%$ $ "%-/%%"%$%$ '$ " $ %" 0" %%% % %$%$ " $% " "% %" "$ $ % "% 1 "% %" " $ $ % $$ biopsi, dermoskopi tetap tidak dapat menggantikan peran histopatologi dalam menegakkan #%$%"%%"%$%$%$" $$%"$2"2"% kuku. Oleh karena itu, dokter spesialis kulit dan kelamin diharapkan dapat terus mengembangkan $"$%"%$%"%%"

Kata kunci: kelainan kuku, dermoskopi, onikoskopi.

ABSTRACT

((/$$*$(** %/$ diseases. To interprete nail abnormalities, doctors need to understand the components of these 0*/ $* -*//$/*(* *$//%"/*"*** "* *(0$/*" "*$/$/" *"$ */3$$4 "/ *$-/*"0 ***/* $*""" **$*//$*$ " 1(*"* "* / " / *" "3$%(/" ""/0/$(5" %(%*$**"5 Keywords: *"**" Korespondensi:

Jl. Diponegoro 71 Jakarta Pusat Telp: 021-31935383

(2)

PENDAHULUAN

Kuku adalah bentuk khusus stratum korneum yang tersusun atas keratin. Kuku manusia terutama berfungsi sebagai proteksi jari bagian distal, membantu memegang berbagai benda kecil, meningkatkan raba halus, dan fungsi

estetis tangan.1 Untuk evaluasi kelainan pada kuku, dokter

perlu menggali anamnesis secara rinci dan melakukan pemeriksaan kuku di bawah cahaya adekuat. Berbagai kelainan pada kuku misalnya diskolorasi, pita pigmentasi, perubahan tekstur dan permukaan, serta abnormalitas

vaskular perlu dinilai secara komprehensif.1,2

Dalam menginterpretasi kelainan pada kuku, dokter perlu memahami komponen penyusun kelainan tersebut. Detail komponen mikro seringkali terhalang oleh pantulan cahaya dari permukaan kuku, sehingga menyebabkan berbagai kelainan yang sebenarnya berbeda menjadi tampak serupa. Dengan menggunakan bantuan dermoskopi, dokter dapat mengatasi hambatan optik tersebut dan

mengungkapkan detail diagnostik suatu lesi.3

Penggunaan dermoskopi dalam evaluasi kelainan kuku masih cukup baru dan hingga saat ini masih terus dikembangkan. Dermoskopi dapat dengan baik menggambarkan kelainan pada lempeng dan dasar kuku

serta mendeteksi adanya perubahan vaskular.4 Dermoskopi

kuku terutama dapat meningkatkan kemampuan klinisi dalam mendiagnosis kelainan pigmentasi pada kuku dan membedakan suatu lesi jinak dengan ganas ataupun diduga ganas, sehingga mengarahkan pada pemeriksaan

histopatologik dan evaluasi ulang.5,6

TEKNIK PEMERIKSAAN DERMOSKOPI PADA KUKU

Dermoskopi adalah suatu alat noninvasif yang terutama digunakan untuk memperjelas lesi kulit pigmentasi dan nonpigmentasi. Dermoskopi dikenal juga dengan

istilah dermatoskopi, "$****"*

**"%6$/***".7,8 Prosedur

dermoskopi memungkinkan visualisasi struktur kulit di bawah permukaan epidermis, taut dermoepidermal, dan dermis bagian atas yang merupakan struktur tidak kasat mata. Gambaran dermoskopi dapat didokumentasikan dengan foto maupun direkam secara digital untuk analisis dan tindak lanjut.3,8

Awalnya dermoskopi banyak digunakan untuk mendeteksi kelainan kulit, saat ini dermoskopi juga banyak digunakan untuk mendiagnosis berbagai kelainan pada rambut dan kuku. Dermoskopi mampu mengevaluasi bagian-bagian kuku, misalnya permukaan lempeng kuku, tepi bebas, matriks kuku, dasar kuku, lipatan periungual,

dan hiponikium.9

Gambar 1. Anatomi kuku10

dua, yaitu nonpolarisasi dan polarisasi. Pada kondisi normal, cahaya terutama akan dipantulkan oleh permukaan kulit karena stratum korneum memiliki indeks refraktif yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara. Untuk mengurangi refleksi permukaan kulit dapat digunakan cairan imersi, misalnya alkohol, minyak zaitun, atau gel ultrasonografi. Sebagai alternatif, pengurangan refleksi cahaya dari permukaan kulit atau kuku dapat dicapai polarisasi. Dengan berkurangnya pantulan sinar, struktur di bawah permukaan kulit maupun kuku menjadi kasat mata. Dermoskopi nonpolarisasi dan polarisasi tersebut memang tidak ekuivalen, namun saling melengkapi. Untuk mengevaluasi kuku dapat digunakan dermoskopi nonpolarisasi kontak dengan gel imersi maupun dermoskopi polarisasi. Alkohol dapat digunakan untuk menilai bagian tepi bebas, dan melihat kulit serta kapiler pada hiponikium. Observasi kapiler lipatan kuku proksimal dapat dilakukan

dengan menggunakan dermoskopi polarisasi.9

Pada prinsipnya teknik penggunaan dermoskopi untuk menilai kuku sama dengan pemeriksaan dermoskopi kulit. Penggunaan gel isopropil alkohol 70% maupun gel kontak dapat mengurangi kemungkinan kontaminasi silang antar pasien. Penggunaan gel ultrasound untuk visualisasi kelainan kuku dan lipat kuku lebih dipilih dibandingkan

dengan alkohol.3

kuku.3

Dalam melakukan evaluasi melanonikia, klinisi harus selalu mengingat bahwa dermoskopi lempeng kuku dapat memvisualisasikan lokasi deposit melanin pada lempeng

(3)

kuku dan bukan asal dari melanin tersebut (matriks kuku dan dasar kuku). Oleh karena itu, distribusi pigmen pada lempeng kuku dapat tidak akurat menunjukan gambaran lesi

di bawahnya.9

TERMINOLOGI DESKRIPSI DERMOSKOPI PADA KUKU

Blood spots

Blood spots atau bercak darah memiliki tepi proksimal berbentuk bulat dan tegas, serta tepi distal yang berserabut.

Warna blood spots dapat bervariasi dari ungu-merah pada

lesi baru hingga hitam-coklat pada lesi lama. Blood spots

dapat ditemukan pada kasus trauma yang menyebabkan perdarahan subungual, namun diagnosisnya dapat menjadi sulit jika pasien tidak mengingat adanya riwayat trauma. Kasus yang cukup sering terjadi adalah perdarahan subungual berulang dipicu oleh mikrotrauma akibat sepatu terlalu sempit. Blood spots juga dapat diamati pada tumor ganas kuku. Karena adanya perdarahan dapat menutupi gambaran klinis tumor yang mendasarinya, pemeriksaan

ulang setelah 3-6 bulan wajib dilakukan.11,12

Gambar 3. Blood spots.11

Brown background to the pigmentation

Brown background to the pigmentation adalah suatu pigmentasi longitudinal dengan latar belakang coklat, yangmengindikasikan adanya proliferasi atau hiperplasia melanositik signifikan pada matriks kuku. Gambaran tersebut dapat dilihat pada nevus matriks kuku dan

melanoma pigmented. Warna bervariasi dari coklat muda

hingga hitam. Gelapnya warna pita menggambarkan tipe kulit pasien, dengan tipe kulit I hingga III biasanya lebih muda dan IV hingga VI lebih gelap. Ditemukannya

granular inclusion of melanin juga menandakan proliferasi melanosit.5,11,12

Gambar 4. Brown background to the pigmentation.11

Pada dermoskopi lempeng kuku, *%$

to the pigmentation atau pigmentasi longitudinal dengan latar belakang abu-abu menunjukkan adanya aktivasi tanpa adanya hiperplasia melanositik pada matriks kuku. Kelainan tersebut banyak dilihat pada lentigo, pigmentasi yang dipicu obat, dan trauma berulang. Terkadang grayish background to the pigmentation juga dapat ditemukan pada melanoma in situ awal dan penyakit Bowen periungual. Pada kedua penyakit ini biasanya kuku yang terserang hanya satu jari, sedangkan pada kondisi lain kelainan ini dapat ditemukan pada beberapa kuku jari. 5,11,12

Gambar 5. Gray background to the pigmentation.11

Garis tipis longitudinal dapat dilihat bersamaan dengan pita coklat pada kuku. Bila warna, ketebalan, jarak, serta arah garis tersebut teratur, disebut pola reguler. Regular pattern of longitudinal parallel micro-lines dapat ditemukan

pada nevus melanositik matriks kuku.5,11

(4)

Berlawanan dengan pola reguler, bila warna, ketebalan, dan jarak tidak teratur, serta ditemukan area disrupsi pada

garis tipis longitudinal, maka disebut pola ireguler. Irregular

pattern of longitodunal parallel micro-lines merupakan

gambaran dermoskopik utama pada melanoma pigmented,

dan bila ditemukan wajib dilakukan biopsi matriks kuku. 5,11

Gambar 7. Irregular pattern of longitudinal parallel micro-lines.11

Micro-Hutchinson’s sign

#*61$*A adalah pigmentasi halus pada kutikula atau submatriks yang nyaris tidak terlihat mata,

dan dapat ditemukan pada melanoma. Micro-Hutchinson

sign dapat diobservasi dengan dermoskopi, sedangkan

Hutchinson sign adalah pigmentasi kulit yang lebih nyata terlihat pada area periungual di sekitar lempeng kuku yang hiperpigmentasi. Tanda tersebut merupakan sinyal peringatan yang sangat menyokong diagnosis melanoma, walaupun dapat pula ditemukan pada nevus kongenital kuku.

Hutchinson sign harus dapat dibedakan dengan pseudo-Hutchinson sign yang terlihat sebagai pita pigmentasi pada lempeng kuku di bawah kutikula jernih. Pseudo-Hutchinson

sign tidak memiliki arti diagnostik khusus.5,11,13

Gambar 8. Micro-Hutchinson’s sign.11

Atypical Hutchinson sign

+"*1$* digambarkan dengan adanya satu dari dua kriteria mayor dermoskopik untuk melanoma

pada kulit periungual, yaitu pola parallel ridges dan/atau

pigmentasi difus ireguler. Pola parallel ridges dikenali dengan adanya pigmen pita paralel besar yang dipisahkan

oleh pita paralel tipis tidak berpigmen. Pada melanoma kuku, pigmentasi difus ireguler lebih sering ditemukan pada bagian supramatriks, sementara pola parallel ridges hanya

ditemukan pada ujung jari atau di sekitar lipatan kuku.11,13

Gambar 9. +"*1$*.11

Longitudinal xantoleukonychia

Pita putih pada lempeng kuku disebut leukonikia,

sedangkan pita kuning disebut 5%. Kedua keadaan

ini sering ditemukan bersamaan dalam satu lesi, misalnya

pada onikomatrikoma.11,14

Gambar 10. Longitudinal xantoleukonychia.11

Band-like longitudinal splinter hemorrhages

Band-like longitudinal splinter hemorrhages atau pita serpihan darah dapat ditemukan pada berbagai kelainan kuku, di antaranya kelainan jaringan ikat, onikotilomania, gangguan koagulasi, kekurangan nutrisi, dan kelainan hematologi. Pada berbagai keadaan tersebut, splinter hemorrhages dapat ditemukan pada beberapa kuku dan tidak terbatas hanya pada satu bagian lempeng kuku. Splinter hemorrhages juga sering ditemukan bersamaan dengan tanda lain, misalnya xantholeukonychia pada tumor epitel matriks kuku. Splinter hemorrhages juga dapat

(5)

Gambar 11. Band-like longitudinal splinter.11

Longitudinal eryhthronychia

Hemangioma senilis atau * pada

lempeng kuku ditandai dengan * (pita

merah) tipis longitudinal disertai tepi ujung proksimal

membengkak.5,11,12

Gambar 12. $*.11

Localized subungual hyperkeratosis dan distal triangular plate erosion

Pemeriksaan dermoskopik pada tepi ujung bebas lempeng kuku dengan kelainan pita diskolorasi seringkali

menunjukkan adanya *4$ $$"%.

Tanda tersebut mengindikasikan adanya tumor epitel matriks kuku (onikomatrikoma, onikopapiloma, karsinoma sel skuamosa atau keratosis seboroik). Distal triangular plate erosion lempeng kuku mengindikasikan adanya sindrom

tumor subungual.11

Gambar 13. *4$ $$"% dan distal triangular plate

erosion.11

Polikromia

Polikromia didefinisikan dengan adanya empat atau lebih diskolorasi: hitam, merah, biru, putih, kuning, coklat, abu-abu, dan ungu. Polikromia paling sering ditemukan pada keganasan tumor amelanotik misalnya karsinoma sel

skuamosa dan melanoma amelanotik.5,11

Gambar 14. Polikromia.11

Atypical vessels

+"* ditandai dengan adanya salah satu dari kriteria berikut: 1) ditemukannya minimal tiga jenis pembuluh darah (dots, globules, comma-like, hairpin-like, corkscrew-like, arborizing, dan linear) dalam satu lesi; 2) ditemukannya pembuluh darah linear dan ireguler dengan perbedaan ukuran diameter pada beberapa segmen dalam satu pembuluh darah; 3) adanya area milky-red yang merupakan area tidak berstruktur, berwarna merah muda tanpa terlihat struktur vaskular. Beberapa kelainan di atas banyak ditemukan pada granuloma piogenik dan melanoma amelanotik.11,15

Gambar 15. +"*.11

Yellow spot

Yellow spot merupakan bercak bulat hingga oval berwarna kuning, tidak berstruktur, berbatas tegas, yang dapat ditemukan pada eksositosis subungual. Kelainan tersebut disebabkan adanya tekanan tulang pada jaringan

(6)

Red spot

Bercak merah tidak berstruktur atau red spot, dapat

ditemukan pada area erosi lempeng kuku. Kelainan

ini serupa dengan %6, dan penemuannya

membutuhkan biopsi untuk membedakan melanoma

amelanotik dari granuloma piogenik.11,13

Bercak biru atau ungu tidak berstruktur dapat ditemukan pada lempeng kuku dan menandakan dua kondisi, yaitu nevus biru pada kuku atau tumor glomus. Pada tumor glomus, tekanan dermoskopi pada lempeng

kuku akan memicu nyeri tersetrum.11

.

Gambar 16. Yellow, red, and purple-blue spot.

KELAINAN KUKU

Melanonikia adalah pigmentasi pada lempeng kuku disebabkan oleh meningkatnya pigmen melanin. Melanonikia bukan suatu diagnosis penyakit, sehingga harus dicari tahu penyebabnya. Ketika ditemukan pita berwarna, klinisi harus mengikuti algoritme empat langkah. Langkah pertama, memastikan apakah warna pada pita merupakan melanin dan bukan darah. Langkah kedua, memastikan deposit melanin disebabkan aktivasi atau proliferasi melanosit. Langkah ketiga, memastikan lesi berpigmen merupakan lesi jinak (lentigo, nevus) atau lesi ganas melalui pemeriksaan histopatologis. Langkah keempat, adalah reevaluasi atau tindak lanjut dengan dermoskopi. Evaluasi dermoskopik dapat membantu

mengarahkan diagnosis melanonikia.6,9,16

Dermoskopi pada ujung bebas lempeng kuku dapat menilai asal pigmen lempeng kuku, dari matriks proksimal atau distal. Bila pigmen ditemukan pada bagian atas ujung bebas, maka pigmen berasal dari matriks proksimal, sedangkan pigmen yang ditemukan pada bagian bawah berasal dari matriks distal. 9,17

Nevus melanositik memiliki gambaran brown

background to the pigmentation dengan regular pattern

of longitudinal parallel micro-lines.12 Nevus juga dapat

memberikan gambaran pigmentasi hitam pekat pada lempeng kuku, yang membuat pola garis paralel sulit

diamati. Hutchinson sign, melanonikia longitudinal

dengan ujung proksimal lebih lebar, pita menggelap dan menyebar, serta penipisan dan groove pada lempeng kuku juga merupakan beberapa tanda yang dapat ditemukan

pada nevus melanositik kuku.9 Hutchinson sign pada

hiponikium dapat menunjukkan gambaran parallel furrow yang sugestif nevus, ataupun gambaran pola parallel ridges

ireguler yang sugestif melanoma.9,18 Nevus kongenital

dapat menunjukkan pola atipikal sehingga membedakannya dengan melanoma sangat sulit, oleh karena itu wajib

dilakukan evaluasi ulang.11,19

Lentigo kuku memiliki gambaran karakteristik berupa

*%$ " dengan regular

pattern of parallel micro-lines.12 Melanoma kuku

Pigmentasi kuku yang ditemukan pada pasien pascapubertas mengarahkan diagnosis banding melanoma. Tanda peringatan klinis melanoma adalah awitan saat dewasa, keterlibatan monodaktili, perubahan karakter

pigmen seiring dengan waktu, triangular shaped of the

band (yang menunjukkan lesi tumbuh lebih cepat daripada

lempeng kuku), polikromia, dan adanya pigmentasi

periungual (Hutchinson sign).11

Gambaran dermoskopis khas pada melanoma

adalah brown background to the pigmentation dengan

irregular pattern of parallel micro-lines.9,12 Bersama garis

longitudinal dapat ditemukan bercak maupun globul

coklat-hitam.11 Tanda peringatan yang membantu mengarahkan

diagnosis melanoma adalah iregularitas, penghentian

mendadak garis-garis longitudinal, dan micro-Hutchinson

sign. Pada melanoma yang tumbuh cepat, ujung proksimal

pita dapat terlihat lebih lebar daripada ujung distal. Blood

spot juga dapat dilihat pada beberapa kasus melanoma,

! juga dapat mengarah kepada melanoma adalah erosi atau

**"* pada permukaan lempeng kuku. 9,11

Untuk meningkatkan akurasi diagnosis melanoma kuku,

digunakan aturan ABCDE.9,20 Setiap huruf berhubungan

dengan karakteristik yang meningkatkan risiko melanoma kuku. A untuk age and ethnicities, yaitu usia 20-70 tahun dengan puncak insidens pada dekade ke-5 hingga ke-7, serta etnik Afrika-Amerika, Asia, dan Indian-Amerika. B untuk band or stripe, yaitu lebar pita lebih atau sama dengan 3 mm, berwarna coklat atau hitam, dengan tepi bergerigi atau difus. C untuk change, yaitu perubahan pertumbuhan pita yang berjalan cepat, dan tidak adanya perbaikan

(7)

yaitu keterlibatan jari dan jumlah jari yang terkena. E

untuk 5, yaitu adanya perluasan pigmen ke bagian

proksimal, lateral, atau hiponikium (Hutchinson). F untuk

/ , yaitu adanya riwayat keluarga dengan

melanoma.20

Melanoma amelanotik merupakan kelainan kuku

yang sulit didiagnosis.21 Seringkali muncul pada tahap

lanjut setelah timbulnya melanonikia monodaktili tipikal. Pada tahap tersebut, timbul erosi sebagian atau komplit pada lempeng kuku dan hilangnya pigmentasi kuku "

berdarah.11 Ketika sebagian atau seluruh kuku dihancurkan

oleh tumor kemerahan nonpigmentasi, dermoskopi

dapat memperlihatkan gambaran sisa-sisa pigmentasi.9,11

Dermoskopi vaskular menunjukan pola atipikal dan #""" lesi), ditemukannya pembuluh darah linear dan ireguler,

serta adanya area milky-red.15 Pada sedikit kasus ditemukan

hanya bercak merah pada lempeng kuku ataupun area erosi lempeng.9,11

Tumor kuku nonmelanositik

Tumor yang terletak di dalam atau dekat dengan kuku dapat menyebabkan melanonikia akibat aktivasi melanosit. Sebagai contoh adalah kista inklusi epidermal,

onikopapiloma, dan penyakit Bowen. Secara klinis

aktivasi melanosit dapat terlihat dengan ditemukannya pita pigmentasi pada beberapa kuku. Diskolorasi keabuan dengan garis reguler abu-abu adalah salah satu tanda khas. Pigmentasi berhubungan dengan trauma berulang (misalnya onikotilomania, onikofagia, melanonikia friksional), menunjukkan gambaran dermoskopi pigmentasi abu-abu homogen dan titik merah hingga coklat yang menunjukkan

adanya ekstravasasi darah.9

Penyakit Bowen atau karsinoma sel skuamosa insitu dapat menyerang kuku dan kulit periungual, serta dapat polidaktili. Keterlibatan kuku menunjukkan gambaran diskolorasi longitudinal warna putih-kuning pada lempeng kuku. Pada kasus Bowen dengan pigmentasi, ditemukan gambaran diskolorasi abu-abu hingga coklat sampai hitam. Gambaran lain tumor epitel pada matriks adalah adanya pita dan serpihan darah, polikromia, serta hiperkeratosis subungual terlokalisir. Keterlibatan periungual menunjukkan gambaran deskuamasi ireguler, pembuluh darah glomerular, dan pigmentasi abu-abu menyerupai debu.11

Karsinoma sel skuamosa invasif menunjukkan karakter serupa dengan insitu namun gambarannya lebih prominen, berdarah, tebal, dan polikromia. Pada beberapa kasus, lesi

terasa nyeri dan dapat dipicu akibat penekanan dermoskop.11

O n i k o m a t r i k o m a m e n u n j u k k a n g a m b a r a n

dermoskopik serupa dengan karsinoma sel skuamosa namun kelainan arsitekturalnya lebih sedikit, simetris, serta

batas antara kuku yang sehat lebih jelas.11,22 Karakteristik

dermoskopi yang sering ditemukan adalah garis longitudinal paralel berwarna putih, splinter hemorrhages, bercak berwarna gelap, pitting pada ujung tepi bebas kuku,

dan penebalan tepi bebas kuku.22

Onikopapiloma memiliki gambaran dermoskopik yang tidak berbeda dengan tumor epitelial matriks kuku

lainnya. Namun pita kuning-putih dan splinter hemorrhages

lebih kecil, serta batas dengan kuku sehat lebih tajam. Hiperkeratosis subungual sangat terbatas, sehingga menyerupai spina hiperkeratotik di bawah lempeng kuku yang nyeri dan mudah berdarah ketika pasien menggunting kuku.11

Keratosis seboroik pada kuku merupakan kelainan yang sangat jarang, dengan gambaran dermoskopis menyerupai tumor epitelial matriks kuku lainnya. Gambaran khas keratosis seboroik kuku adalah ditemukannya kista bundar putih menyerupai milia pada

lempeng kuku.11

Tumor glomus pada kuku adalah kelainan yang cukup sering ditemukan, dan memiliki gejala klinis khas berupa nyeri tersetrum. Dermoskopi menunjukkan gambaran bercak ungu-merah berbatas tegas di bawah lempeng kuku.11

Kelainan kuku traumatic

Perdarahan subungual merupakan suatu kondisi umum dan diagnosisnya mudah apabila ditemukan riwayat trauma yang jelas. Diagnosis akan menjadi sulit jika pasien tidak mengingat adanya trauma, terutama jika lesi disebabkan trauma berulang karena sepatu yang sempit atau olahraga berat. Pada beberapa kasus perdarahan subungual dapat

disebabkan karena terapi antikoagulan.9 Perdarahan

subungual dapat menjadi diagnosis banding yang penting dari melanoma ketika ditemukan disposisi perdarahan longitudinal. Pola bercak darah dapat berwarna merah, coklat, ungu, hingga hitam, dengan ujung proksimal bulat dan ujung distal berserabut. Ditemukannya pola bercak darah tersebut walaupun cukup sugestif untuk perdarahan subungual, namun dapat pula ditemukan pada kasus

melanoma.23 Reevaluasi dalam 3 hingga 4 bulan dibutuhkan

untuk melihat perjalanan bercak darah ke ujung distal. Apabila bercak darah tidak menghilang ataupun muncul

pada lokasi yang sama, maka melanoma patut dicurigai.9,24

Onikolisis traumatik memiliki tanda spesifik berupa

tepi linear pada batas proksimal tanpa gerigi.9 Bagian

lempeng kuku yang terlepas dari dasar kuku tampak halus, teratur, dan dikelilingi oleh dasar kuku berwarna merah muda pucat, tanpa adanya kelainan lain. Area subungual

(8)

biasanya berwarna putih hingga kuning, disertai beberapa

bercak hitam yang sesuai dengan perdarahan.25

Kelainan kuku infeksi

Beberapa bakteri dan jamur dapat menjadi penyebab diskolorasi coklat-hitam pada lempeng kuku. Kolonisasi pseudomonas dapat menyebabkan diskolorasi garis hijau longitudinal. Karakteristik utama onikomikosis adalah tepi bergerigi dan lekukan tajam longitudinal berwarna putih yang sesuai dengan perkembangan proksimal jamur. Tanda lainnya adalah garis longitudinal dengan pigmentasi ireguler yang terdiri atas berbagai warna (putih, kuning, oranye, dan coklat) pada area onikolisis. Titik hitam dengan dasar lempeng kuku berwarna kuning-oranye homogen juga dapat

terlihat pada onikomikosis.9,26

Onikomikosis dapat memiliki beberapa gambaran dermoskopi yang cukup karakteristik pada lempeng kuku dan tepi bebas kuku. Pada lempeng kuku dapat ditemukan kromonikia, yaitu warna kuku kuning, coklat, atau hijau yang berhubungan dengan trauma; onikolisis pada bagian distal, lateral, ataupun distal-lateral; kuku opaque (keruh); dan garis-garis longitudinal putih (longitudinal whitish streaks). Pada ujung bebas kuku seringkali ditemukan keratosis subungual dengan gambaran kuku rusak atau hancur, dan kromonikia pada bagian ventral atau dorsal. Area kulit sekitar kuku dapat terlihat kering dan

berskuama.27

Psoriasis kuku memiliki gambaran diagnostik misalnya pitting dan salmon patches yang dapat terlihat lebih jelas dengan dermoskopi. Pada bagian matriks kuku dermoskopi akan memperlihatkan pitting, trakonikia,

$A, leukonikia, dan mottled lunula. Pada bagian

dasar kuku dapat terlihat onikolisis, salmon atau oil spot,

hiperkeratosis subungual, dan splinter hemorrhages.27

Serpihan darah, yang tampak seperti garis longitidunal tipis, $ Gambaran tersebut merupakan tanda adanya perdarahan kapiler, sehingga dapat pula ditemukan pada kasus onikomikosis, trauma, dan dermatitis kontak. Dermoskopi area hiponikium menunjukan kapiler yang dilatasi, elongasi, dan berliku dengan distribusi ireguler. Gambaran tersebut berkorelasi dengan keparahan penyakit dan respons

terhadap pengobatan.9,28 Pada area kulit sekitar kuku

psoriasis dapat ditemukan paronikia psoriatik.27

Liken planus kuku, seringkali sulit dibedakan dengan psoriasis kuku. Perbedaan utamanya, ialah pada dermoskopi hiponikium liken planus tidak ditemukan perubahan

kapiler.9,29 Pada bagian lempeng kuku pasien dengan

liken planus dapat ditemukan onikoreksis, pterigium, dan longitudinal splitting. Pada dasar kuku dapat pula ditemukan serpihan darah, hiperkeratosis subungual,

melanonikia, hingga anonikia.27

Pemeriksaan kapiler pada lipat kuku penting untuk menilai pasien dengan fenomena Raynaud, yaitu ditemukannya abnormalitas kapiler yang menunjukan adanya penyakit jaringan ikat. Ditemukannya abnormalitas kapiler penting untuk menunjang diagnosis dan evaluasi terapi. Pemeriksaan biasanya dilakukan pada jari ke-3 ataupun ke-4. Pada jari orang sehat, akan tampak distribusi kapiler yang homogen di sekitar lipatan kulit.

)4 / *" **$ dapat

ditemukan pada jari pasien dengan penyakit jaringan ikat misalnya skleroderma, sklerosis sistemik, dermatomiositis,

dan lupus eritematosus sistemik.30,31Giant capillaries dapat

ditemukan pada pasien dengan sindrom Raynaud. Kelainan ini dapat mendahului gejala penyakit jaringan ikat. Pada sklerosis sistemik abnormalitas kapiler ditemukan pada 80% kasus, dengan gambaran kapiler raksasa yang cukup &

pembuluh darah terhadap iskemia perifer.23,30,32

Perdarahan kapiler terlihat sebagai perdarahan mikro berbentuk garis atau bercak yang dapat ditemukan pada bagian perifer kapiler pasien skleroderma dan dermatomiositis. Perdarahan monodaktili masih dapat ditemukan pada jari orang sehat, namun perdarahan polidaktili cukup spesifik untuk skleroderma dan dermatomiositis. Adanya gambaran perdarahan menunjukan adanya kerusakan kapiler akibat iskemia dan reperfusi

(fenomena Raynaud).23,30-32

Area avaskular menunjukan adanya kehilangan kapiler sedang hingga berat yang cukup karakteristik untuk skleroderma atau dermatomiositis. Beratnya area avaskular menggambarkan gangguan sirkulasi perifer. Pasien skleroderma dengan kehilangan kapiler berat akan

memperlihatkan adanya ulkus.23,30 / $

capillaries dapat ditemukan pada area hipovaskular. Gambaran ini dapat ditemukan pada skeloris sistemik maupun dermatomiositis dengan kerusakan vaskular hebat yang menimbulkan respons pembuluh darah terhadap

keadaan hipoksia. 30,31

PENUTUP

Dermoskopi kuku mampu mengungkapkan karakteristik morfologi dan kelainan pada struktur kuku untuk membantu penegakan diagnosis. Hasil pemeriksaan dermoskopi dapat membantu mengurangi kebutuhan biopsi,

(9)

namun tetap tidak dapat menggantikan peran histopatologi dalam menegakkan diagnosis. Melakukan pemeriksaan dermoskopi kuku memang tidak mudah, dan interpretasinya membutuhkan pengetahuan memadai mengenai anatomi, '" dokter spesialis kulit dan kelamin diharapkan dapat terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya dalam melakukan pemeriksaan dermoskopi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rich P, Jefferson JA. Overview of nail disorders: UpToDate. 2015. Disitasi 26 Januari 2016. Tersedia di: http://www.uptodate.com/contents/overview-of-nail-disorders.

2. Berker DAR, Baran R. Science of the nail apparatus. Dalam: Baran R, Berker DAR, Holzberg M, Thomas L, penyunting. Baran & Dawber’s Diseases of the Nail and their Management. Wiley: Blackwell; 2012. h. 1-50.

3. Bowling J. Introduction to dermoscopy. Dalam: Bowling J, penyunting. Diagnostic dermoscopy. Blackwell; 2012. h. 1-14.

4. Tosti A, Pirraccini B, Farias D. Nail diseases. Dalam: Micali G, penyunting. Videodermatoscopy in clinical practice. London: Informa Healthcare; 2010. h. 45-51.

5. Tosti A. Dermoscopy of nail pigmentations: UpToDate. 2015. Disitasi 26 Januari 2016. Tersedia di: http://www.uptodate.com/contents/dermoscopy-of-nail-pigmentation.

6. Tosti A. Dermoscopy allows better management of nail pigmentation. Arch Dermatol. 2002;138:1369-70.

7. Menzies SW. Evidence-based dermoscopy. Dermatol Clin. 2013;31:521-4. 8. Marghoob AA, Jaimes N. Overview of dermoscopy: UpToDate; 2015.

Disitasi 20 Januari 2016. Tersedia di: http://www.uptodate.com/contents/ overview-of-dermoscopy.

9. Lencastre A, Lamas A, Sá D, Tosti A. Onychoscopy. Clin Dermatol. 2013;31:587-93.

10. Anonimus. Hair and nails: Skin disease and care. 2015. Disitasi 27 Januari 2016, http://dermatology.about.com/cs/nailanatomy/a/nailanatomy.htm 11. Thomas L, Vaudaine M, Wortsman X, Jemec GBE, Drapé J-L. Imaging

the nail unit. Dalam: Baran R, Berker DAR, Holzberg M, Thomas L, penyunting. Baran & Dawber’s diseases of the nails and their management. Wiley: Blackwell; 2012. h. 101-25.

12. Ronger S, Touzet S, Ligeron C. Dermoscopic examination of nail pigmentation. Arch Dermatol. 2002;138(10):1327-33.

13. Phan A, Dalle S, Touzet S, Ronger-Savlé S, Balme B, Thomas L. Dermoscopic features of acral lentiginous melanoma in a large series of 110 cases in a white population. Br J Dermatol. 2010;162(4):765-71.

14. Thomas L, S SD. Dermoscopy provides useful information for the management of melanonychia striata. Dermatol Ther. 2007;20(1):3-10. 15. Zalaudek I, Kreusch J, Giacomel J, Ferrara G, Catricalà C, Argenziano

G. How to diagnose nonpigmented skin tumors: a review of vascular structures seen with dermoscopy. J Am Acad Dermatol. 2010;63(3):361-74. 16. Hirata SH, Yamada S, Almeida FA. Dermoscopy of the nail bed and matrix

to assess melanonychia striata. J Am Acad Dermatol. 2005;53(5):884-6. 17. Hirata SH, Yamada S, Almeida FA. Dermoscopic examination of the nail

bed and matrix. Int J Dermatol. 2006;45:28-30.

18. Koga H, Saida T, Uhara H. Key point in dermoscopic differentiation between early nail apparatus melanoma and benign longitudinal melanonychia. J Dermatol. 2011;38:45-52.

19. Chiacchio ND, Farias DCd, Piraccini BM. Consensus on melanonychia nail plate dermoscopy. An Bras Dermatol. 2013;88(2):309-13.

20. Castro LGM, Loureiro W, Neto JPD. Guidelines of the Brazilian Dermatology Society for diagnosis, treatment and follow up of primarycutaneous melanoma - Part I. An Bras Dermatol. 2015;90(6):851-61.

21. Thomas L, Phan A, Pralong P, Poulalhon N. Special locations dermoscopy facial, acral, and nail. Dermatol Clin. 2013;31:615-24.

22. Lesort C, Debarbieux S, Duru G, Dalle S, Poulhalon N, Thomas L. Dermoscopic features of onychomatricoma: a study of 34 cases. Dermatol. 2015;231:177-83.

23. Dogan S, Akdogan A, Sahin S. Can end organ damage in scleroderma be predicted based on nail fold dermatoscopy findings? J Dermatol. 2011;38:416-8.

24. Oztas M. Clinical and dermoscopic progression of subungual hematomas. Int Surg. 2010;95(3):239-41.

25. Piraccini BM, Bruni F, Starace M. Dermoscopy of non-skin cancer nail disorders. Dermatol Ther. 2012;25:594-602.

26. Piraccini BM, Balestri R, Starace M, Rech G. Nail digital dermoscopy in the diagnosis of onychomycosis. JEADV. 2013;27:509-13.

+<=>>Q>[ "\ onychopathies: descriptive analysis of 500 cases. Int J Dermatol. 2012;51:483-96.

28. Yadav TA, Khopkar US. Dermoscopy to detect signs of subclinical nail involvement in chronic plaque psoriasis: a study of 68 patients. Indian J Dermatol. 2015;60(3):272-5.

29. Nakamura R, Broce AAA, Palencia DPC, Ortiz NIA, Leverone A. Dermoscopy of nail lichen planus. International J Dermatol. 2013;52:684-7.

]^_$Q[ ` tissue diseases. J Dermatol. 2011;38:66-70.

31. Ohtsuka T. Dermoscopic detection of nail fold capillary abnormality in patients with systemic sclerosis. J Dermatol. 2012;39:331-5.

32. Muroi E, Hara T, Yanaba K. A portable dermatoscope for easy, rapid examination of periungual nailfold capillary changes in patients with systemic sclerosis. Rheumatol Int. 2011;31:1601-6.

Referensi

Dokumen terkait

Antara berikut, negeri manakah yang melaksanakan pelantikan ketua negeri seperti maklumat di atas?. I II III IV A B

Jadi bahwa metode demonstrasi merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda

dan faktor psikologis. Tetapi relevan dengan persoalan reinforcement , maka tinjauan mengenai faktor-faktor intern ini akan dikhususkan pada faktor-faktor psikologis.

Digidoy yang berbasis di Medan juga membuat mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU lebih memahami budaya dan gaya bahasa yang diangkat dari web comic tersebut Hal

Inbox berusaha menyajikan berita terbaik, namun demikian Inbox tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Inbox dan penulis

Manfaat teoretik hasil penelitian dan pengembangan ini adalah memperkaya khasanah praktikum inovatif yang ada dan memberikan ide-ide berupa prinsip-prinsip dasar

Pada tahap analisis, KD dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara analisis sistem dengan pemakai sistem tentang data yang mengalir di sistem, yaitu tentang data yang

Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilaksanakan sejak usia dini, dalam hal ini melalui program pendidikan anak usia dini (PAUD), yaitu