PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
Karakteristik Biometrika Kerang Simping Amusium pleuronectes dari
Beberapa Daerah di Pantai UtaraJawa Tengah.
Jusup Suprijanto dan Ita Widowati
Jurusan IImu Kelautan, Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Universitas Oiponegoro Semarang
Abstrak
KerangAmusium pleuronectes ditemukan di sepanjang Pantai Utara Jawa Tengah. Kerang ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama kerang kipas-kipas atau simping, sriping. Kerang simping ini merupakan salah satu jenis kerang yang cukup dikenal dan memiliki nilai ekonomis namun belum ada upaya budidaya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik biometrika kerang simping (Amusium pleuronectes) dari Perairan Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan dan Weleri Kendal. Masing-masing lokasi diambil kerang sebanyak 100 individu. Data pengukuran panjang dan berat kerang dianalisa dengan menggunakan regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik biometrika pada bulan Mei 2005 ditemukan pertumbuhan allometri positif di Brebes : 3,18 ; Tegal : 3,32 dan Kendal 3,13. Sedangkan pertumbuhan allometri
negativeditemukan didaerah Pernalanq : 2,74 dan Pekalongan: 2,77.
Kata kunci :Karakeristik biometrika, kerang simping, Amusium pleuronectes
Pendahuluan
Kerang kipas-kipas Amusium pleuronectes merupakan salahsatu dari sekitar 3000
jenis kerang di Indonesia yang belum banyak dimanfaatkan hasilnya. Kerang ini ditemukan di daerah sepanjang pantai utara Jawa Tengah (Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Weleri-Kendal, Semarang) dan pantai sebelah Jawa Timur (Tuban, Pasuruan) (Unpbl.data).
Apleuronectes hidup di daerah intralittoral (Dance, 1993), Jenis kerang ini seperi
saucer scallops atau mud scallops ditemukan pada kedalamam antara 15-50 meter (Williams, 2002). Di Indonesia hewan ini dapat tertangkap pada kedalaman antara 10
-40m atau biasanya pada jarak waktu tempuh 3 jam perjalanan dari pantai dengan kapal motor ternpel, Amusium sp adalah termasuk dalam superfamili Pectinoidea, spesies ini
tersebar di wilayah Indo Pasifik (Dance, 1993). A pleuron.ectes memiliki bentuk simetris
bilateral, pipih, sedikit cembung pada bagian tengah cangkang, dimana cangkang terdiri dari dua bagian yang sama besar. Kedua cangkang dihubungkan oleh "hinge ligament", yang elastis dan terdiri dari protein. Cangkang bagian kiri berwarna merah kecoklatan
sedangkan cangkang bagian kanan berwarna putih. Cangkang A pleuronectes rata dimana guratan garis tahunan tidak nyata seperti pada P maximus. Pada pangkal
.cangkang terdapat sepasang "ear/kuping", kiri dan kanan yang sama besar.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
Hewan ini merupakan hewan makrobenthos, hidup di permukaan bawah air dengan substrat dasar pasir-Iumpur atau campuran pecahan cangkang. Jenis kerang kipas-kipas dapat ditemukan pad a substrat gravel halus, pasir kasar, pasir halus dan lumpur berpasir pada kedalaman 5 - 50 m. A pleuronectes hidup di laut, tidak dipengaruhi oleh muara sungai dan dengan densitas atau kecerahan cukup tinggi. Pecten novazelandiae hidup di substrat lumpur lunak dengan kedalaman 10 - 25 m (Bull, 1991). P maximus, lebih menyukai hidup pad a dasar bersih, pasir gravel halus atau berpasir dengan tambahan kadang-kadang campuran lumpur (Mason, 1983). Sedangkan Chlamys opercularis, sama seperti Pmaximus akan tetapi dapat hidup pula pada dasar gravel yang lebih keras dan dengan banyak kulit kerang (Mason, 1983). Di Bay of St. Brieuc - Perancis, P maxim us hidup pada kedalaman 20 m, sedangkan di Bay of Brest - Perancis pada kedalaman 15 -20 m (Mackie and Ansell, 1993). Namun di Loch Creran, Argyll - Scotlandia, hewan tersebut ditemukan pad a kedalaman 15 - 30 m (Mackie, 1984). Kedalaman, menurut
Mackie dan Ansell (1993) adalah bukan merupakan fa ktor yang penting dalam
menentukan perbedaan-perbedaan yang ada diantara populasi scallop.
Sedangkan perhatian pada beberapa spesies dari famili Pectinidae di dunia saat ini, terutama disebabkan oleh alasan nilai ekonomis, misalnya di Kanada, Perancis, Jepang, Amerika, Spanyol, Norwegia, Australia, Amerika Latin yaitu di Argentina, Chili-Peruvia, Venezuela, Jepang dan Thailand. Dari segi produksi, menyumbang 38 % dari produksi scallop dunia, disusul oleh China dengan 32 %, Amerika dengan 11 %, Kanada 7 %, Eropa 6 % dan negara-negara lain 6 % (Dorange dan Le Pennec, 1989 ; Lovatelli, 1991; Pena, et.al, 1991; Penchaszadeh, 1991; Zhang, 1991 ; Nugranad and Prornchinda, 1996 dan Thorarinsdottir, 1996). Ukuran komersial untuk scallop bervariasi tergantung dari spesies. Untuk Patinopecten yessoensis, P. magel/anicus, Pecten maximus, P. fumatus dan Argopeten purpuratus, ukuran komersialnya adalah sekitar 100 mm panjangnya. Dan untuk spesies yang kurang komersial, seperti Chlamys opercularis, C. tebuelca dan C. is/andica, ukuran komersialnya adalah sekitar 50-70 mm, dan untuk Argopecten gibbus adalah 40 mm (Thorarinsdottir, 1996).
Nelayan menangkap kerang A pleuronectes sebagai hasil tangkapan ikutan.
Produksi kerang ini belum tercatat di Dinas Perikanan secara baik. Hal ini diduga karena masih sangat kecilnya volume produksi yang dihasilkan para nelayan. Dibanding jenis kerang-kerangan yang lain, A pleuronectes mempunyai ciri khusus yaitu mempunyai otot aduktor yang cukup besar dibanding ukuran tubuhnya, seperti halnya pada species yang tergolong dalam famili Pectinidae, yaitu Pecten maximus dan Placopecten magel/anicus (Roberts, et.al, 1982). Pada individu yang mencapai kelas ukuran ± 8 em, diameter otot aduktor dapat mencapai 3 cm dengan berat otot bisa mencapai 5 gram. Di
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
otot aduktor itulah tersimpan sebagian besar cadangan energinya dalam bentuk glikogen, yang memberikan rasa yang enak.
Masyarakat Indonesia mengkonsumsi daging segarnya, sedangkan cangkangnya banyak dimanfaatkan oleh penduduk pantai di Jawa Timur untuk kerajinan tangan, misalnya lampu hias, pigura foto, pembatas ruangan, dll. Kerang jenis kipas-kipas ini tertangkap oleh nelayan penangkap udang yang menggunakan jenis jaring trawl karena kerang kipas-kipas hidup di dasar perairan maka kerang ini dapat terjaring bersama -sama dengan udang. Menurut informasi nelayan, kelimpahan alami dari kipas-kipas ini telah menurun secara tajam.
Potensi pemanfaatan kerang ini di Indonesia dapat dikembangkan melalui dukungan pemerintah dan pihak swasta. Beberapa upaya pendukung pengetahuan tentang kerang ini telah diupayakan, diantaranya beberapa penelitian pendukung telah
dilakukan untuk mengetahui potensi dan distribusinya, terutama di Jawa Tengah. Kerang A pleuronectes sebagai sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk
dikembangkan di Indonesia, sebagai suatu upaya diversifikasi usaha, yang dapat
memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan ekspor sebagai sektor penambah
devisa negara. Data hasil produksi yang ditemukan pada beberapa pengumpul
menunjukkan perbedaan yang cukup mencolok dengan data yang tercatat di Dinas
Kelautandan Perikanan Propinsi Jawa Tengah.
Datadari Dinas Perikanan Jawa Tengah (2002) menunjukkan hasiltangkapan pada
tahun 1980 adalah 228 ton, padatahun 1984 adalah 182,7ton/th dan sejak itu menurun
menjadi 2,6 ton/th pada 1994; 12,2 ton/th pada 1996 dan 10,3 ton/th pada 1997.
Kemudian meningkat lagi pada tahun 2002 menjadi 65,5 ton/tahun.
Tujuan penelitian jangka pendek ini mencakup pengamatan terhadap calon induk di perairan pamtai utara Jawa Tengah yang selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan
terhadap karakter pertumbuhan calon induk tersebut. Pengamatan akan menggunakan
karakteristik biometrika kerang simping dari beberapa lokasi di Pantai Utara Jawa Tengah.
Materi dan Metode
Pengambilan sampel kerang simping dilakukan di tempat pengumpul di lima kabubaten di daerah pantai utara jawa tengah yaitu, kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, dan Kendal. Lokasi pengambilan sample kerang adalah para pengepul di setiap kota.
Pada kerang dilakukan pengukuran morfometri pada cangkang kerang yaitu panjanq (mm) serta berat total (=gram). Morfometri dapat digunakan untuk menduga
r
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
pertumbuhan kerang, dimana pertumbuhan itu sendiri dapat diukur dari dua hal, yaitu
pertumbuhan cangkang dan jaringan lunaknya (Franklin, dkk, 1980; Moraga 1989 ;
Mariani, dkk, 2002 dan Gimin,dkk, 2004). Korelasi pengukuran pertumbuhan secara
matematis dihitung menggunakan regresi linier :
Y =aXb
Nilai b adalah koefisien allometri yang merefleksikan pertumbuhan relatif dimana
bila nilai b = 3 maka pertumbuhan disebut isometri yaitu pertumbuhan dimensi kerang
mempunyai proporsi yang sarna. Sedangkan bila nilai b< 3 (allometri negatif) atau b>3
(allometri positif) maka pertumbuhan tidak pada proporsi yang sarna.
Hasil dan Pembahasan
Kerang A pleuronectes diperoleh dari perairan sampling di lima lokasi,
berdasarkan pengukuran panjang eangkang dan juga berat kerang maka diperoleh
beberapa karakteristik dan data distribusi.
p
Gambar 1. Photo kerang A pleuronectes tampak seeara makroskopis diukur P =
panjang
Rerata panjang eangkang A pleuronectes untuk kebutuhan induk diatas 50 mm ( 5
em ) terdistribusi seperti terlihat pada Grafik histogram dibawah. Terlihat bahwa kerang
yang berukuran diatas 80 mm sangat sedikit sedangkan yang berukuran 70-79 mm
cukup mendominasi hampir disetiap bulan pengambilan sampel.
Perkembangan dari kerang muda menjadi kerang dewasa terjadi pada ukuran 50
-60 mm. Pada ukuran eangkang 50 - 55 mm, P. meximus dan C. opercularis berumur
sekitar 2 tahun dan benang bisus mulai tidak tampak. Pada kondisi yang demikian, kedua
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
Analisa pertumbuhan antara panjang cangkang dengan berat pada beberapa
bivalvia telah dilakukan, diantaranya oleh Moraga (1984); Mariani, dkk, (2002) dan Gimin,
dkk (2004).
Data pengukuran panjang dan berat kerang dianalisa dengan menggunakan regresi
linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik biometrika pada bulan
Mei 2005 ditemukan pertumbuhan allometri positif di Brebes : 3,18 ; Tegal : 3,32 dan
Kendal3,13. Sedangkan pertumbuhan allometri negative ditemukan di daerah Pemalang
:2,74 dan Pekalongan: 2,77.
Hasil penelitian pada kerang ini menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang
cangkang terhadap berat total adalah pola pertumbuhan allometrik positif (b>3). Hal ini
berarti bahwa pertumbuhan berat lebih cepat daripada pertumbuhan panjang. Pola
pertumbuhan allometri negatif (b<3) juga ditemukan di dua daerah pengamatan. Pola
pertumbuhan pada bulan Mei berdasarkan pengamatan beberapa tahun sebelumnya
terlihat konstan yaitu dengan pola allometri positif (Tabel 1).
Tabel. 1Karakteristik Biometrika Kerang SimpingA pleuronectes pada Bulan Mei 2001,
Mei2002, Mei 2003 di perairan pantai Utara Jawa Tengah.
Kendal Pekalongan No. Waktu Mei2001 Mei2002 Mei2003 b 3,3424 3,0731 3,2812 r Allometri b r Allometri
0,9664 Positif 3,1386 0,8895 Positif
0,8228 Positif 3,3773 0,9728 Positif
0,9634 Positif 3,1386 0,8895 Positif
1. 2. 3.
Berdasarkan data analisa regresi linier yang dilakukan pada bulan Mei tahun 2001,
2002 dan 2003 di Kendal dan Pekalongan, ditemukan kerang dengan pola pertumbuhan
allometripositive.
Berat dan Indeks kegemukan kerang erat hubungannya dengan siklus reproduksi
kerang, karena nilai indeks kegemukan dapat mewakili tingkat kematangan gonad
kerang. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1977-1978 tentang perubahan ukuran
berat otot dan gonad kerang di Newhaven menunjukkan bahwa komposisi dari daging
kerang dipengaruhi oleh perubahan musim yang berhubungan dengan perkembang
biakan kerang (Franklin dkk,1980). Kerang yang gonadnya telah matang atau telah
mengalami proses reproduksi memiliki indeks kegemukan yang relatif lebih besar dan
sebaliknya bila indeks kegemukan rendah kerang tersebut belum melakukan siklus
reproduksi atau belum mengalami kematangan gonad.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
Indeks kegemukan sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan daging kerang.
Indeks kegemukan berbanding lurus dengan berat daging dan berbanding terbalik
dengan berat total. Variasi ukuran berat daging dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan
kerang, dimana produk daging yaitu berat otot dan gonad biasanya bertambah dengan
pertambahan ukuran cangkang kerang (Franklin dkk,1980).
Berat daging merupakan berat keseluruhan isi dalam cangkang kerang yakni
termasuk otot gonad dan organ dalam lainnya. Berat total merupakan berat keseluruhan
kerang (berat cangkang + berat daging). Semakin besar berat daging akan semakin
besar pula nilai indeks kegemukan, dan sebaliknya semakin kecil berat daging akan
semakin kecil pula indeks kegemukannya.
Pada P maximus, variasi peningkatan berat otot aduktor, proses gametogenesis
yang cukup tajam sering terjadi setelah musim panas dimana kerang P. maximus
melakukan pemijahan (Mason, 1983). Variasi penurunan berat otot aduktor terjadi pada
peralihan musim gugur ke musim dingin, hal ini disebabkan suplai makanan di alam
sedikit dansuhu perairan turun.
Menurut pengamatan Widowati dkk (1999), dimana terjadi fluktuasi berat basah
gonad, otot aduktor dan visceral mass padaA pleuronectes dari perairan Pekalongan
Jawa Tengah yang disebabkan oleh pola perkembangan gonad dan aktifitas pemijahan.
Berat basah meningkat setelah terjadi pemijahan dan menurun ketika cadangan
makanan digunakan sebagai sumber energi pada perkembangan tingkat kematangan
gonad tinggi. Epp dkk (1988) juga menemukan bahwa indeks kondisi dan berat jaringan
gonad, otot aduktor, kelenjar pencernaan dan other tissue sangat berpengaruh dalam
perkembangan gonad.
Aktifitas reproduksi yang diekspresikan dengan nilai indeks otot pada penelitian ini,
dari hasilnya diduga bahwa otot berperan penting pada aktifitas reproduksi kerang. Hal ini
sesuaidengan peran fisiologis otot pada aktifitas reproduksi kerangjenis scallops lainnya
(Mackie, 1984). PadaA pleuronectes ,diduga bahwa kondisi tingkat kematangan gonad
yang matang, dimana nilai indeks gonad tinggi, terlihat nilai indeks ototnya menurun. Hal
ini berartitransfer energi hasil metabolisme yang tersimpan di dalam otot dimanfaatkan
untuk kepentingan pematangan sel gametnya. Sumber energi lainmasih dapat diperoleh
melaluitransfer langsung darisaluran pencernaan menuju gonad (Widowati, dkk., 2000).
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan, kerang simping A pleuronectes di perairan Pantai Utara Jawa
Tengah, pada bulan Mei 2005 ditemukan pertumbuhan :
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
2. allometri negatif yaitu b<3 di Pemalang : 2,74 dan Pekalongan: 2,77
3. terlihat adanya pola pertumbuhan allometri positif pada bulan yang sama berdasarkan data pengamatan pada bulan Mei 2001,2002 dan 2003.
Ucapan Terima Kasih
Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya dengan tidak menyebutkannya satu persatu, diucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi pada kegiatan sampling penelitian Penelitian Hibah Bersaing IX Th 2000-2002 an. Dr.lr.lta Widowati, DEA dan Hibah Bersaing XI Th 2003-2004 an. Ir.Jusup Suprijanto,DEA
Daftar Pustaka
Bull, M.F, 1991.New Zealand scallops, Pecten novaezelandiae Reeve. In: Estuarine and marine bivalve mollusk culture. (Ed) W.Menzel. CRC Press, Inc.362 p.
Dance,S.P.,1993. L'oeil nature. Les coquillages. Bordas. Paris. 256 p.
Dinas Perikanan, 2002. Statistik Perikanan TK I Propinsi Jawa Tengah "Buku Tahun
1978-1997. Din.Perik.TK IJateng.
Dorange, G and M. Le Pennec, 1989. Ultrastructural study of oogenesis and oocytic
degeneration inPecten maximus fromthe Bay of Saint Brieuc. Mar. BioI., 103:
339-348.
Epp, J.,V. M. Bricelj and R.E. Malouf, 1988. Seasonal Partitioning and Utilization Energy Reserves in Two Age Classes of The Bay Scallop Argopecten irradians (L). State University of New York, Stony Brook, New York. J. Exp Mar. BioI. Ecol. 121: 113
-136.
Franklin, A, GoO. Pickett and P. M. Connor. 1980. The scallop an its fishery in England
and Wales. Laboratory leaflet No.51.Lowestoft
Gimin,R; R.Mohan; L.V. Thinh and AD.Griffiths. 2004.The relationship of shell dimensions and shell volume to live weight and soft tissue weight in the mangrove
clam, Po/ymesoda erosa (Solander, 1786) from Northern Australia. NAGA. World Fish Center Quarterly.27(3&4): 32-35.
Lovatelli, A, 1991. The production of the scallop.
in :
World Animal Science. C : Production of aquatic animals. C. E Nash (Ed). Elsevier Science Publishers BV.:p: 161-171.Mackie, G.L. 1984. Bivalves. In : Wilbur, K.M dkk (Eds.), The Mullusca, Volume 7 Reproduction, Academic press, Inc.p.351- 418.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
Mackie, L.A and A.D Ansell, 1993. Differences in reproductive ecology in natural and transplanted populations of Pecten maximus: evidence for the existence of separate stocks. J. Exp. Mar. BioI.Ecol. 169: 57-75.
Mariani,S; F.Piccari and ED.Matthaeis. 2002. Shell morphology in Cerastoderma spp. (Bivalvia: Cardiidae) and its significance for adaptation to tidal and non-tidal coastal habitats. J.Mar BioIAss, UK,82 : 483-490.
Mason, J, 1983. Scallop and queen fisheries In the British Isles. Fishing News Books, Farnham, U.K. 144 p.
Moraga, D, 1989. Polymorphisme enzymatiques de populations naturelles et experimentalles de la Palourde Europenne (Ruditapes decussatus). These de doctorat de 3eme cycle. Universite de Bretagne Occidentale.Brest. 114 p
Nugranad, J and K Promochinda, 1996. Experiment on hatchery seed production of the scallop Chlamys senatorius Gmelin. Proceeding of the 6th workshop of the Tropical
Marine Mollusc Program. Hylleberg, J and K. Ayyakannu (Eds.) Phuket Marine Biological Center Special Publication. 16 :365.
Pena, J.B, S. Mestre and A. Farias, "1991. Pectinid settlement on artificial collecter in Castellon, East Spain In 1990. 8th Internat. Pectinid Workshop, Cherbourg-France. (Abstract).
Penchaszadeh, P. E., 1991. Pectinid fisheries In latin American. 8th Internat. Pectinid Workshop, Cherbourg-France. (Abstract).
Roberts, D.S., Soemodihardjo dan W. Kastoro, 1982. Shallow water Marine Molluscs of North West Java. LON-LiPI. Jakarta. 172 p.
Thorarinsdottir, GG, 1996. The feasibility of suspended culture of scallops (Pectinidae). In: Proceeding of the 6 th workshop of the Tropical Marine Mollusc Program. Hylleberg, J & K Ayyakannu (Eds.) Phuket Marine Biological Center Special Publication 16 :39-46.
Widowati, I; J. Suprijanto dan D. Suprapto. 2000. Analisa Kualitatif Reproduksi Kerang Kipas-Kipas Amusium pleuronectes dari Weleri-Kendal, Jawa Tengah. Maja/ah IImu Kelautan 26 (VIII): 127-130. (ISSN 0853 -7291).
Widowati, I;Widiastuti H.N, dan G. Hidayat, 1999. Variasi komposisi biokimia dan berat jaringan lunak Amusium sp dari perairan Pekalongan - Jawa Tengah. Majalah IImu Kelautan. 16(IV) : 180-183.
Williams, LE. 2002. Queensland's fisheries resources. Current condition and recent trens 1988-2000. Departement of Primary Industries'. Brisbane.
Zhang, F. 1991. The rise of the bay scallop culture in China. 8th Internat. Pectinid Workshop, Cherbourg-France. (Abstract).