• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAP Sosialisasi Posbindu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SAP Sosialisasi Posbindu"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)POSBINDU PTM

UPTD PUSKESMAS HAURPANGGUNG

Di Susun Oleh:

Ineu Cahyati., A.Md.Keb

(2)

UPTD PUSKESMAS HAURPANGGUNG

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan yang saat ini menjadi tantangan dan perlu dihadapi adalah meningkatnya kasus Penyakit Tidak Menular (PTM). PTM adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh kuman bakteri, termasuk penyakit kronis degenratif seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dll.

Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular akibat gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit tidak menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang 2 terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh penyakit tidak menular, sedangkan di negara-negara maju menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian penyakit tidak menular pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun meliputi: penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan penyakit tidak menular yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan diabetes melitus. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak menular (WHO, 2013).

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010, kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun. Di Indonesia proporsi penyakit menular telah menurun sepertiganya dari 44% menjadi 26,1%, akan tetapi proporsi penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi dari 41,7% menjadi 59,5% (Depkes RI, 2012). Hasil

(3)

Riskesda tahun 2013 menunjukkan terdapat peningkatan angka kejadian PTM terhadap tiga penyakit yaitu Hipertensi dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9.5%, penyakit Diabetes Melitus dari 1,1% tahun 2007 menjadi 2,4%, penyakit stroke dari 0,8 % menjadi 1,2%. Upaya pengendalian PTM melalui Posbindu PTM merupakan salah satu strategi dalam meningkatkan pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat secara mandiri.

Berdasarkan hasil screening pada 65 sampel warga di Dusun Ngentak menunjukkan adanya kecenderungan masyarakat berisiko mengalami hipertensi (31,75%) dengan usia rata-rata di atas 50 tahun, dan sebanyak 30% memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi. Hasil MMD (Musyawarah Masyarakat Desa) menunjukkan bahwa warga antusias terhadap pelaksanaan Posbindu yang ditawarkan oleh mahasiswa. Warga menginnginkan adanya wadah bagi warga agar dapat memeriksakan kesehatannya tanpa harus langsung pergi ke pelayanan kesehatan.

POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu) PTM diselenggarakan berdasarkan masalah PTM yang ada di masyarakat, mencakup upaya promotif, preventif serta konsultasi dan rujukan. Adanya Posbindu PTM dengan memgoptimalkan peran serta masyarakat maka masyarakat dapat secara mandiri melakukan deteksi dini dan pemantauan faktor resiko secara berkala dan terpadu. Oleh karena itu dalam forum ini kami merencanakan sosialisasi tentang Posbindu agar warga lebih memahami konsep Posbindu.

B. Tujuan

a. Umum

Memberikan gambaran dan pemahaman mengenai Pos Pembinaan Terpadu pada calon kader dan peserta sosialisasi (Ibu-ibu PKK) Dusun Ngentak

b. Khusus

Setelah pertemuan 1 x 30 menit kader dan peserta sosialisasi posbindu dapat:

(4)

- Mengetahui pengertian Posbindu

- Mengetahui latar belakang dibentuknya Posbindu

- Mengetahui tujuan pelaksanaan Posbindu

- Mengetahui konsep kegiatan yang dilaksanakan pada Posbindu

C. Sasaran dan Target

Ibu-ibu PKK dan calon kader posbindu D. StrategiPelaksanaan 1. Metode a.Ceramah b.Diskusi c.Tanya Jawab 2. Isi

a.Pendataan peserta sosialisasi dan kader

b.Sosialisasi POSBINDU 3. Waktu dan tempat

a.Hari,Tanggal :

b.Waktu :

c. Tempat :

4. Media

Alat Pengukuran (tensimeter, stetoskop) 5. Materi

- Terlampir

6. Susunan acara

No Waktu Kegiatan Penanggung Jawab 1. 15.00 -15.10 Pembukaan - Salam - Pembacaan susunan acara Pembacaan doa Pembawa Acara 2. 15.10-15.30 Riview keterampilan pengukuran tekanan darah oleh peserta Pembawa Acara 3. 15.30 – Sosialisasi Penyaji

(5)

14.35 Posbindu - pengertian Posbindu - latar belakang Posbindu - tujuan Posbindu - konsep Kegiatan Posbindu 3. 15.36 – 15.55

Diskusi dan tanya jawab

Pembawa Acara Penyaji

4. 15.46-16.00

Penutup Pembawa Acara

7. Kriteria Evaluasi a. Evaluasi persiapan

 Dokumen Satuan Acara Pembelajaran (SAP) sudah dibuat sebelum kegiatan dimulai

 Undangan telah disiapkan dan diedarkan

 Materi telah disiapkan

 Media telah disiapkan

 Alat telah disiapkan (tensimeter, stetoskop)

 Tempat telah disiapkan

 Kontrak waktu telah disepakati

 Mahasiswa hadir tepat waktu b. Evaluasi proses

 Sebanyak 6 orang peserta telah hadir

 Peserta melakukan review keterampilan pengukuran tekanan darah

 Mahasiswa meberikan penjelasan tentang POSBINDU

 Peserta aktif bertanya dan mendengarkan dengan baik

 Mahasiswa dan peserta berdiskusi mengenai tindak lanjut kegiatan POSBINDU

c. Evaluasi hasil

 Beberapa peserta mulai terampil melakukan pengukuran tekanan darah

 Peserta mampu mengikuti kegiatan dengan baik

 Peserta kritis dalam melakukan diskusi dan menjelaskan antusiasme mengenai kegiatan posbindu

(6)

 Peserta menginginkan adanya contoh real kegiatan posbindu (setidaknya sampai pada meja 3)

8. Referensi

Corwi, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta :EGC Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Pintar Kader “Penyelenggaraan Posbindu PTM” Seri 1. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan & Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan Ed. 1.

Jakarta: EGC

Purwanta, Setyarini. S., Oka YN., Lusmilasari. L., & Damayanti. M., R.,. 2010. Block 1.4 Nutrisi Ed. Ketiga. Yogyakarta: PSIK FK UGM

Rahajeng, E. 2007. Posbindu PTM. Jakarta: Kemenkes RI. Suseani, H., Akhmadi, & R. Ibrahim. 2010. Block 1.2

Values and Beliefs Buku Ketrampilan Keperawatan Ed. Ketiga. Yogyakarta: PSIK FK UGM

(7)

MATERI SOSIALISASI

Pengertian

Posbindu singkatan dari Pos Pembinaan Terpadu. Posbindu PTM (Penyakit Tidak Menular) merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor resiko, terutama penyakit tidak menular (PTM) utama yang dilakukan secara terpadu, rutin, dan periodik.

Faktor resiko PTM ini meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas, stress, hipertensi, hiperglikemia, hiperkolestrol, serta menindak lanjuti secara dini faktor resiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

Kelompom PTM utama adalah Diabetes mellitus (DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah (PDJD), penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.

Tujuan

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan deteksi dini, monitoring/ pemantauan dan tindak lanjut faktor resiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan

Sasaran Kegiatan

Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, beresiko, dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas. Di sini mulai sejak anak usia 15 tahun dapat terpantau kondisi kesehatannya baik secara fisik, biologis, psikologis.

Wadah Kegiatan

Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, ditempat

(8)

kerja atau klinik perusahaan, di lembaga oendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di masjdi, gereja, organisasi politik maupun kemasyarakatan.

Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada.

Pelaku Kegiatan

Pelaksanaan posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah ada tau beberapa orang dari masing-masing kelompok atau organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan psobindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor resiko PTM di masing-masing kelompok atau organisasinya. Kriteria kader Posbindu PTM antara lain berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM.

Bentuk KEGIATAN

Posbindu PTM meliputi 10 kegiatan, yaitu:

1.Kegiatan penggalian informasi faktor resiko dengan wawancara sederhana tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktivitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah atngga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan saat pertama akali kunjungan dan berkala sebulan sekali.

2.Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh,

(9)

dan tekanan darah sebauknya diselenggarakan 11 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.

3.Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali bagi yang sehat, sementara yang beresiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia 13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih.

4.Kegiatan pemeriksaan kadar gula dara bagi individu sehat paling sedikit diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor resiko PTM atau penyandang diabetes mellitus paling sedikit 1 tahun sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan atau analis lanoraturium).

5.Kegiatan pemeriksaan kolestrol total dan trigliserid, bagi individu sehat disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor resiko PTM 6 bulan sekali dan penderita dislipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3 bulan sekali. Untuk pemeriksaan gula darah dan kolestrol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan yanga da di lingkungan kelompok masyarakat tersebut.

6.Kegiatan pemeriksaan IVA(Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah positif IVA dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulang setelah 6 bulan, jika hasil negative dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil positif dilakukan tindakan oleh bidan/dokter terlatih.

7.Kegiatan pemeriksaan kadar alcohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi kelompok pengemudi umum dilakukan oleh tenaga kesehatan.

(10)

8.Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksaanaan posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor resiko kurang bermanfaat jika masyarakat tidak mengetahu cara mengendalikannya.

9.Kegiatan fisik atau olah raga bersama, dilakukan rutin tiap minggu minimal.

10.Kegiatan rujukan ke fasilitas kesehatan dasar di wilayahnya.

Pengelompokan Tipe Posbindu

Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut yang dapat dilakukan oleh Posbindu PTM, maka dapat dibagi menjadi 2 kelompok Tipe Posbindu PTM, yaitu: 1. Posbindu PTM Dasar

Meliputi pelayanan deteksi dini faktor risiko sederhana, yang dilakukan dengan wawancara melalui penggunaan instrument untuk identifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga dan yang telah menderita sebelumnya, perilaku beresiko, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, IMT, dll.

2. Posbindu PTM Utama

Meliputi pelayanan Posbindu PTM Dasar ditambah pemeeiksaan gula darah, kolestrol total dan trigliserdi, pemeriksaan klinis payudara, pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), pemeriksaan kadar alcohol pernafasan dan tes amfetamin urin bagi kelompok pengemudi umum, dengan pelaksana tenaga kesehatan terlatihdi desa/kelurahan, kelompok masyarakat, lembaga/institusi. Untuk penyelenggraan Posbindu PTM utama dapat dipadukan dengan Pos Kesehatan Desa atau Kelurahan siaga aktif, maupun di kelompok masyarakat/lembaga/institusi yang tersedia tenaga kesehatan tersebut sesuai dengan kompetensinya.

(11)

Kemitraan

Dalam penyelenggaraab Posbindu PTM pada tatanan desa/kelurahan perlu dilakukan kemitraan dengan forum desa/kelurahan siaga, industry, dan klinik swasta untuk mendukung implementasi dan pengembangan kegiatan. Kemitraan forum desa/kelurahan siaga aktif, pos kesehatan desa/kelurahan serta klinik swasta bermanfaat bagi Posbindu PTM untuk komunikasi dan koordinasi dalam mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah. Dukungan dapat berupa sarana/prasarana lingkungan yang kondusif untuk menjalankan pola hidup sehat missal fasilitas olah raga atau sarana pejalan kaki yang aman dan sehat. Melalui klinik desa siaga dapat dikembangkan system rujukan dan dapat diperoleh bantuan teknis medis untuk pelayanan kesehatan. Kemitraan dengan industry khusunya industry farmasi bermanfaat pendanaan dan fasilitas alat. Misal glukanometer, tensimeter. Jika dengan klinik swasta bermanfaat memperoleh bantuan tenaga untuk pelayanan medis atau alat kesehatan lainnya.

Langkah Pengembangan Posbindu

1. Idnetifikasi kebutuhan dan sumber daya masyarakat (pengumpulan data dan informasi mengenai kasus PTM, sarana pendukung dan ketersediaan SDM kelompok potensial pelaksana Posbindu)

2. Sosialisasi dan advokasi sehingga diperoleh dukungan dan komitmen dalam penyelenggaraan Posbindu

3. Pelatihan tenaga pelaksana Posbindu PTM disesuaikan dengan sumber daya dan jenis Posbindu yang akan diselenggarakan.

Kegiatan Kader Pelaksana Posbindu PTM

Setelah kader pelaksana dilatih langkah yang dilakukan:

1. Melaporkan kepada pimpinan organisasi/lembaga atau pimpinan eilayah

(12)

2. Mempersiapkan dan melengkapi sarana dibutuhkan 3. Menyusun rencana kerja

4. Memberikan informasi kepada sasaran

5. Melaksanakan wawancara, pemeriksaan, pencatatan, dan rujukan bila diperlukan setap bulan

6. Melaksanakan konseling

7. Melaksanakan penyuluhan berkala

8. Melaksanakan kegiatan aktifitas fisik bersama 9. Membangun jejaring kerja

10.Melakukan konsultasi dengan petugas bila diperlukan. Pelaksanaan Posbindu PTM

1. Waktu Penyelenggaraan

Diselenggarakan sebulan sekali, bila diperlukan dapat lebih dari satu kali dalam sebulan untuk kegiatan pengendalian faktor resiko PTM lainnya, misalnya olah raga bersama atau sarasehan. Hari dan waktu fleksibel sesuai dengan kesepakatan.

2. Tempat

Lokasi mudah dijangkau dan nyaman bagi peserta. Biasanya dilakukan di salah satu rumah warga, balai desa/kelurahan, kios pasar, ruang perkantoran, ruang khusus di sekolah, atau tempat tertentu swadaya masyarakat.

3. Pelaksanaan kegiatan

Posbindu dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yang disebut system 5 meja, namun dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut berupa pelayanan deteksi dini dan tindak lanjut sederhana serta monitoring terhadap faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk rujukan ke puskesmas. Uraian setiap langkah pelaksanaanya, sebagai berikut:

(13)

Pembagian peran kader Posbindu PTM idealnya sebagai berikut, namun sebaiknya setiap kader memahami semua

peranan tersebut, pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kesepakatan.

No Peran Kriteria dan Tugas

1 Koordinator Ketua dari perkumpulan dan penanggungjawab kegiatan serta berkoordinasi terhadap puskesmas dan para Pembina terkait di

wilayahnya

2 Kader Penggerak Anggota perkumpulan yang aktif berpengaruh dan komunikatif

bertugas menggerakan masyarakat, sekaligus melakukan wawancara dalam penggalian informasi

3 Kader Pemantau Anggota perkumpulan yang aktif dan komunikatif bertugas melakukan pengukuran faktor resiko PTM 4 Kader

Konselor/Edukator

Anggota perkumpulan yang aktif, komunikatif dan telah menjadi

panutan dalam penerapan gaya hidup sehat, bertugas melakukan

(14)

konseling, edukasi, motivasi serta menindaklanjuti rujukan dari

puskesmas

5 Kader Pencatat Anggota perkumpulan yang aktif dan komunikatif bertugas melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dan melaporkan kepada

coordinator posbindu PTM 4. Pembiayaan

Dalam mendukung terselenggaranya Posbindu PTM, diperlukan pembiayaan yang memadai baik dana mandiri dari perusahaan, kelompok masyarakat/lembaga atau dukungan dari pihak lain yang peduli terhadap pengelolaan PTM di wilayah masing-masing. Puskesmas dapat memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang potensial. Pembiayaan ini mendukung dan memfasilitasi Posbindu PTM, salah satunya melalui pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan.

Pembiayaan bersumber daya dari masyarakat dapat melalui Dana Sehat atau mekanisme pendanaan lainnya. Dana juga bias didapat dari lembaga donor yang umumnya didapat dengan mengajukan proposal/usulan kegiatan.

Pihak swasta menyelenggarakan posbindu PTM di lingkungan kerja sendiri maupun berperan dalam psobindu di wilayah kerjanyadalam bentuk kemitraan melalui CSR (Corporate Social Responsbillity)/ Tanggung jawab Sosial Perusahaan. Pemerintah daerah setempat berkewajiban melakukan pembinaan agar posbindu PTM tetap tumbuh dan berkembang melalui dukungan kebijakan termasuk pembiayaan secar berkesinambungana.

Dana terkumpul dari berbagai sumber dapat dipergunakan untuk mendukung kegiatan Posbindu PTM seperti:

a. Biaya operasional Posbindu PTM

b. Pengganti biaya perjalanan kader

(15)

d. Biaya pembelian bahan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

e. Biaya penyelenggaraan pertemuan

f. Bantuan biaya rujukan bagi yang membutuhkan

g. Bantuan biaya duka bila ada anggota yang mengalami kecelakaan atau kematian

5. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dilakukan oleh kader. Petugas Puskesmas mengambil data hasil kegiatan posbindu PTM yang digunakan untuk pembinaan, dan melaporkan ke instansi terkait secara berjenjang. Untuk pencatatan digunakan:

a. Kartu Menuju Sehat (KMS) FR-PTM

Pada pelaksanaan pemantauan, kondisi faktor resiko PTM harus diketahui oleh yang diperiksa dan yang memeriksa. Alat untuk memantau yaitu berupa KMS FR-PTM. KMS ini disimpan oleh setiap individu dan jika akan memeriksan individu dapat menggunakan KMS tersebut. Tujuan agar individu dapat mawas diridan melakukan tindak lanjut, sesuai saran tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan kondisi peserta Psobindu.

b. Buku Pencatatan Hasil Kegiatan Posbindu PTM

Buku pencatatan diperlukan mencatat identitas dan keterangan lain mencakup nomor KTP/ Kartu Identitas lainnya, nama. Umur, dan jenis kelamin. Buku ini berguna untuk konfirmasi lebih lanjut jika suatu saat diperlukan.

6. Tindak Lanjut Hasil Posbindu PTM

Tujuan dari diselenggarakan Psobindu PTM agar faktor resiko PTM dapat dicegah dan dikendalikan secara rutin dapat selalu terjaga pada kondisi normal atau tidak masuk dalam kategori buruk, namun jika berada dalam kondisi

(16)

buruk, faktor resiko harus dikembalikan pada kondisi normal. Tidak semua cara pengendalian faktor resiko PTM, harus dilakukan dengan obat-obatan.

Pada tahap ini, resiko PTM dapat dicegah dan dikendalikan dengan diet yang sehat, aktifitas fisik yang cukup dan gaya hidup yang sehat seperti berhenti merokok, pengelolaan stress, konselor/educator, pengetahuan dan ketrampilan masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan faktor resiko PTM dapat ditingkatkan.

7. Rujukan Posbindu

Apabila pada kunjungan berikutnya (setelah 3 bulan) kondisi faktor resiko tidak mengalami perubahan (tetap pada kondisi buruk), atau sesuai dengan criteria rujukan, maka untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik harus dirujuk ke Puskesmas atau Klinik bersangkutan. Meskipun sudah mendapatkan pengobatan yang diperlukan, ksaus yang telah dirujuk tetap dianjurkan untuk melakukan pemantauan faktor resiko PTM di Posbindu PTM.

Keterangan alur:

Pelaksanaan posbindu PTM dimulai dengan layanan pendaftaran dilanjutkan dengan wawancara dan pengukuran faktor resiko PTM. Kader posbindu PTM akan melakukan konseling dan edukasi terhadap permaslahan kesehatan yang

(17)

dijumpai pada peserta posbindu PTM termasuk melaksanakan system rujukan ke Puskesmas bila diperlukan sesuai dengan criteria. Hasil pelaksanaan Posbindu PTM tercatat secara tertib dan diberikan kepada petugas Puskesmas atau unsure pembinaan lainnya yang memerlukan sebagai bahan informasi.

DAFTAR HADIR PENYULUHAN

(18)

Garut, 201

Pelaksana Penyuluhan

Referensi

Dokumen terkait

Dan hasil penelitian menunjukkan semua variabel independen yaitu motivasi kerja pelatihan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja dengan nilai “R” sebesar

Interaksi yang terjadi di antara para pemain game online bisa menjadi salah satu faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi kecanduan terhadap game online

Terdapat empat makna hasil penelitian yaitu pengalaman kehidupan penderita TB paru terindikasi buruk, makna hidup penderita TB paru adalah penderitaan, hambatan kehidupan yang

Seiring dengan kebutuhan pembangunan perkotaan yang dikeluarkan Pemerintah Kota Jambi, maka salah satu upaya penting yang dilakukan adalah dengan pemahaman persepsi dan

Keputusan Panitera Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 002.A/SK/PAN/I/2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 03 Tahun

Jadi, hipotesis yang diajukan diterima dan sangat signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi positif terhadap

Hasil penelitian adalah: (1) profil wajib belajar 9 tahun dapat terlihat dari sisi kependudukan, pembangunan pendidikan, data pokok, pemerataan, mutu, efisiensi,

1) Word of Mouth adalah suatu informasi yang tidak dipengaruhi atau independen dan terpercaya (ketika informasi itu didapatkan dari seorang teman atau keluarga akan terpercaya