• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akhir I - 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akhir I - 1"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung beberapa tahun terakhir ini begitu pesat pertumbuhan dan perkembangan kawasannya, terutama menyangkut kawasan perdesaan dan perkotaan. Hal ini disebabkan antara lain adanya perubahan kebijakan dasar pemerintahan yang memunculkan paradigma baru perkembangan kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan di daerah Otonomi Daerah dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, bahwa penataan kawasan perdesaan dan perkotaan diselenggarakan untuk mencapai dan meningkatkan fungsi kawasan perdesaan dan perkotaan secara serasi, selaras, dan seimbang antara perkembangan lingkungan dengan tata kehidupan masyarakat.

Perkembangan perdesaan secara keseluruhan telah dilaksanakan melalui berbagai sektor secara terpadu, perumahan pemukiman di perdesaan menjadi

sangat penting sebagai entry point pembangunan perdesaan secara

keseluruhan. Dalam upaya merumuskan kebijakan pembangunan perdesaan, desa dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu:

1. Desa cepat berkembang

2. Desa yang berpotensi untuk berkembang dan atau desa yang sedang berkembang.

3. Desa yang belum berkembang.

Untuk mempercepat pertumbuhan dan pengembangan pemukiman, pemerintah daerah telah merencanakan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di beberapa lokasi.

Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya manusia yang difokuskan pada

(2)

Laporan Akhir I - 2

kemandirian masyarakat sesuai dengan azas Tridaya yang intinya adalah pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan sarana permukiman.

Harapan keberadaan DPP-KTP2D dapat meningkatkan pelayanan dan menjadi pusat pertumbuhan bagi kawasan sekitarnya dengan saling menunjang antara potensi-potensi desa dengan konsep KTP2D guna mempercepat dan mempermudah pembangunan dan pengembangan desa. Keberadaan KTP2D diharapkan mampu melayani desa-desa yang berada di kawasan tersebut sehingga kawasan menjadi lebih mandiri dan saling melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya.

Perkembangan dinamika pembangunan selalu berubah dengan cepat, dan sering kali berada diluar kendali atau diluar rencana tata ruang yang telah digariskan dalam RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah). Oleh sebab itu Pemerintah daerah sudah seharusnya mengawal pembangunan kawasan dengan ketat, dengan berpedoman pada pengembangan kawasan yang berwawasan lingkungan serta berdasarkan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang dirancang secara terpadu dan terintegrasi.

Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) yang terdiri atas desa pusat dan desa hinterland, sebenarnya secara keseluruhan dapat mengait keseluruhan kelompok tersebut yaitu bahwasanya Desa Pusatnya merupakan desa cepat berkembang sedangkan hinterlandnya dari kelompok desa sedang berkembang dan desa belum berkembang.

Diharapkan Kecamatan Tembarak sudah memiliki peta potensi wilayahnya, baik yang sudah dikembangkan, yang sedang dikembangkan dan yang akan dikembangkan, data-data perkembangan ekonomi, prasarana dan sarana yang tersedia sehingga dapat merencanakan desa yang akan dijadikan DPP-KTP2D dan kaitannya dengan desa disekitarnya, sehingga dapat saling mempengaruhi perkembangan kemajuan dengan desa lainnya.

Dengan adanya KTP2D Kawasan Menggoro Kecamatan Tembarak, dapat dijadikan referensi guna perencanaan pengembangan Kawasan Menggoro.

(3)

Laporan Akhir I - 3

1.2. Maksud dan Tujuan 1.2.1. Maksud

Maksud dari kegiatan untuk menyiapkan dokumen perencanaan berupa Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) dengan melakukan pengenalan kawasan pusat pengembangan pedesaan yang dilanjutkan dengan identifikasi lokasi untuk membantu terlaksananya pembangunan yang lebih sistematis, dimana: Desa yang berfungsi

sebagai DPP perlu diberikan perhatian khusus. Dengan

mengintegrasikan penanganan desa pusat (DPP) dengan hinterland (desa pendukung) kedalam suatu sistem pembangunan Kabupaten, maka desa pusat akan berperan sebagai pendorong terbentuknya satu kesatuan sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan.

1.2.2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah :

Mendapatkan kawasan perdesaan yang diiindikasikan dapat dikembangkan menjadi KTP2D dalam suatu kecamatan, lengkap dengan urutan/rangking lokasi yang disusun berdasarkan kajian dan kesepakatan bersama di kecamatan, mengetahui karakteristik kawasan sesuai dengan potensi dominan yang dapat/akan dikembangkan, termasuk untuk mengetahui jenis sumber dan pembangunan yang mendukung pengembangan potensi dominan kawasan serta perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana dasar perdesaan yang dapat mendorong pengembangan potensi tersebut.

1.3. Sasaran

Sasarannya dari kegiatan ini adalah penyusunan dokumen perencanaan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) melalui pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya.

(4)

Laporan Akhir I - 4

1.4. Ruang Lingkup

1.4.1. Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan “Penyusunan Studi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D)” meliputi beberapa tahapan :

a. Persiapan

b. Identifikasi dan Observasi c. Rembug Desa I dan II

d. Survey dan Pengumpulan Data

e. Pengolahan dan Analisis Data

Penyusunan laporan sesuai tahapan, yaitu :

a. Laporan Pendahuluan

b. Laporan Antara c. Laporan Akhir

Rembug Desa di Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) yang dipilih sebagai bentuk aplikasi Peran Serta Masyarakat dalam penyusunan Rencana Tata Ruang dan Program Pembangunan Jangka Menengah.

1.4.2. Lingkup Lokasi

Lokasi kegiatan KTP2D berada di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung.

1.4.3. Jangka Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan kegiatan KTP2D di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak selama 90 (Sembilan puluh) hari kalender.

1.5. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data yang digunakan pada pelaksanaan survey terdiri dari survey data primer dan survey data sekunder.

1.5.1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dilapangan dengan menagamati objek yang menjadi sasaran survey dan dengan melakukan pengukuran variable-variabel fisik, sosial, ekonomi. Adapun teknik yang digunakan dalam memperoleh data primer adalah :

(5)

Laporan Akhir I - 5

1. Observasi lingkungan

a. Karakter umum masyarakat, adat istiadat terutama kebiasaan dalam mengambil keputusan, personil yang ditokohkan, dll

b. Kebiasaan masyarakat dalam berpenghasilan berkaitan dengan

potensi desa baik alam maupun yang sudah disentuh secara artificial.

c. Pemahaman masyarakat tentang kebutuhan infrastruktur

pedesaan terutama dalam menunjang pengembangan

perekonomian.

d. Potensi desa dan orientasi pasar yang dipahami oleh

masyarakat.

e. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap upaya pemerintah termasuk pembangunan fisik dalam pengembangan desanya.

2. Wawancara atau Tanya jawab

Wawancara atau Tanya jawab dilakukan terhadap responden yang dianggap berkaitan dengan materi interaksi wilayah dalam konstelasi lokal dan regional, misalnya responden yang bekerja pada instansi pemerintah daerah, dinas PU dan Bappeda ataupun masyarakat umum yang berkompeten terhadap kelancaran survey ini.

3. Foto

Foto merupakan data visual yang dapat menampilkan kondisi eksisting wilayah kajian dan objek-objek yang menarik dalam bentuk gambar.

1.5.2.Data Sekunder

Data sekunder dapat berupa buku-buku di perpustakaan, instansi-instansi ataupun literatur lainnya. Data ini umumnya sudah terpola sesuai dengan aturan masing-masing instansi, dan untuk memperoleh data yang benar-benar akurat.

Adapun instansi – instansi yang akan di datangi yaitu BAPPEDA Pemerintah Kabupaten Temanggung, aparat desa dan dusun, dll.

(6)

Laporan Akhir I - 6

1.6. Analisis Data

1.6.1. Metode Analisis kependudukan

 Analisis Regresi Linier

Metode analisis yang digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk dimasa yang akan datang. Metode ini cocok untuk wilayah studi, karena perkembangan penduduk menunjukkan perkembangan yang terus menerus meningkat secara linier.

Rumus :

dimana :

P (t+x) : Jumlah penduduk pada tahun t

X : Tambahan tahun terhitung dari tahun dasar

a, b : Konstanta-konstanta yang diperoleh dari pemahaman

dibawah ini.  Kepadatan Penduduk Dimana: Kp = Kepadatan penduduk

p = Jumlah penduduk awal atau tahun ke -0 (jiwa)

A = Luas daerah permukiman (Ha)

1.6.2.Metode analisis skoring

Hasil skoring terhadap Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dan Desa-desa Hinterland dilakukan untuk Penentuan Prioritas Penanganan KTP2D. Untuk lebih jelasnya mengenai analisis skoring penentuan prioritas KTP2D dapat dilihat pada table berikut :

P (t+x) = a + b (x)

(7)
(8)
(9)
(10)

Laporan Akhir I - 10

1.6.3.Metode Analisis SWOT

Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah sebuah singkatan dari, S adalah STRENGHT atau Kekuatan, W adalah WEAKNESS atau Kelemahan, O adalah OPPORTUNITY atau Kesempatan, dan T adalah THREAT atau Ancaman. SWOT ini biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu, sebagai contoh, program kerja.

KTP2D dilakukan dengan mengidentifikasi kondisi wilayah dan karakteristik sosial budaya masyarakat yang ada serta penentuan prioritas penanganan KTP2D untuk merumuskan strategi KTP2D di lokasi penelitian juga digunakan analisis SWOT. Analisis ini akan mengelompokkan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor – faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang merupakan dasar pemikiran alternatif KTP2D Menggoro.

1.7. Tahapan Kegiatan

Dalam melaksanakan kegiatan diatas Konsultan akan memperoleh data dan informasi namun harus diadakan pemeriksaan data tersebut di lapangan. Tahapan kegiatan dalam perencanaan penyusunan KTP2D Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung sebagai berikut :

1. Persiapan penyusunan KTP2D

a. Observasi Masyarakat

b. Pencermatan Potensi Unggulan

c. Penyusunan Profil Kawasan

2. Penyusunan Laporan Pendahuluan

3. Penyusunan RPJM-KTP2D

a. Pendekatan dan Misi Penyusunan RPJM-KTP2D

b. Persiapan Rembug Desa/Sarasehan Kawasan (Rembug Desa I)

c. Tahapan Kegiatan Rembug Desa

d. Keluaran Rembug Desa

4. Penyusunan Laporan Antara

(11)

Laporan Akhir I - 11

6. Penyusunan Laporan Akhir

7. Lampiran

a. Matriks Program

b. Penyusunan RPJM

1.8. Keluaran / Produk Teknis (Output)

Keluaran yang diharapkan dapat dihasilkan dalam pelaksanaan Kegiatan Perencanaan Penyusunan KTP2D Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung ini berupa :

1. Dokumen Perencanaan Penyusunan KTP2D Desa Menggoro di Kecamatan

Tembarak Kabupaten Temanggung.

2. Usulan Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) KTP2D yang dirinci dalam program tahunan.

3. Seluruh dokumen berupa Hard Copy dan Soft Copy dalam bentuk CD (Compact Disk).

(12)

Laporan Akhir I I- 1

BAB II

KONSEP KTP2D

2.1. Pendekatan

2.1.1. Pengertian KTP2D

1. Kawasan Terpilih Pusat pengembangan Desa (KTP2D) adalah satu kesatuan kawasan perdesaan yang terdiri dari desa pusat dan desa-desa lain sebagai desa-desa pendukungnya, yang memiliki keunggulan stategi berupa:

a. Peran kawasan ini bagi pertumbuhan dan pengembangan

potensi kawasan perdesaan lain di sekitarnya.

b. Keuntungan ekonomis (economic scale) guna mengembangkan

potensi andalannya.

c. Memiliki fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta tingkat aksesibilitas yang relatif lebih baik dibandingkan dengan kawasan perdesaan disekitarnya.

2. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) adalah suatu

pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman termasuk sentuhan terhadap rumah tinggal yang mendukung dan memacu pertumbuhan ekonomi kawasan perdesaan secara terarah, terpadu dan berkelanjutan.

3. Penanganan KTP2D merupakan salah satu pendekatan penanganan

perumahan permukiman yang dimaksudkan dapat mengatasi permasalahan terjadinya kawasan kumuh legal perkotaan (slums) dan illegal (squatters) yang disebabkan karena urbanisasi.

4. Penanganan KTP2D akan menyentuh berbagai bidang yang intinya

meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat setempat tanpa harus meninggalkan desanya.

(13)

Laporan Akhir I I- 2

5. Penanganan KTP2D berarti menggarap potensi yang ada baik pada

desa pusat maupun desa hinterlandnya. Untuk itu penetapan KTP2D harus benar-benar selektif.

6. Penanganan KTP2D juga akan menangani peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman perdesaan, baik bagi desa pusat maupun hinterland-nya.

Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) adalah suatu pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman termasuk sentuhan terhadap rumah tinggal yang mendukung dan memacu pertumbuhan ekonomi kawasan perdesaan secara terarah, terpadu dan berkelanjutan.

2.1.2. Misi dari KTP2D adalah :

1. Mengembangkan Potensi Desa di suatu kawasan perdesaan yang telah diindikasikan dapat berkembang, baik pada desa pusat maupun desa hinterlandnya yang menyentuh berbagai bidang, dan pada gilirannya mampu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan masyarakat perdesaan.

2. Pengejawantahan asas Tridaya yang difokuskan pada pemandirian

masyarakat dan pemerintah daerah dalam upaya mengatasi permasalahan di bidang perumahan, permukiman, ekonomi dan sosial.

3. Mendorong dan memperkuat kelembagaan di tingkat masyarakat dalam menjaga keberlanjutan program dan efektifnya koordinasi lintas sektor.

4. Mendorong terjadinya koordinasi dan integrasi program kebijakan pembangunan daerah, dimana keberadaan program KTP2D menjadi bagian dalam mendukung dan merealisasikan kebijakan pembangunan daerah secara lebih konkrit.

5. Mengurangi beban perkotaan yang disebabkan oleh dampak

urbanisasi, seperti kawasan kumuh, perumahan, dan permukiman illegal (squatters), pengangguran, dan lain-lain. Melalui pembangunan perekonomian kawasan perdesaan, sehingga tercipta lapangan kerja yang memberikan penghasilan memadai.

(14)

Laporan Akhir I I- 3

2.1.3. Tujuan KTP2D

Program KTP2D ini dimaksudkan sebagai penyeimbang pembangunan perdesaan dan perkotaan secara umum melalui penanganan perumahan dan permukiman sebagai salah satu entry point. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai melalui KTP2D ini adalah :

1. Mendorong perkembangan kawasan-kawasan strategi dan potensi perdesaan melalui penanganan simpul-simpul pusat kegiatan primer perdesaan secara terarah, intensif, terintegrasi dan menyeluruh.

2. Mengurangi beban permasalahan perumahan permukiman

perkotaan akibat urbanisasi masyarakat perdesaan.

Untuk bisa mencapai tujuan tersebut diatas ditetapkan 2 (dua) sasaran sebagai berikut :

1. Pertama, terkonsentrasinya penanganan perumahan dan

permukiman perdesaan sesuai dengan spesifikasi potensi yang dimiliki oleh suatu kawasan di perdesaan yang telah ditetapkan sebagai pusat pengembangan.

2. Kedua, tersusunnya perencanaan yang visioner, integrative dan menyeluruh pada suatu kawasan di perdesaan yang telah ditetapkan sebagai pusat pengembangan.

Dilihat dari misi, maksud, tujuan dan sasarannya, pada dasarnya KTP2D adalah pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya dominan baik yang belum diolah (eksplor) maupun sumber daya yang tersembunyi berupa sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat sesuai dengan azas TRIDAYA yang intinya adalah pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasaranan dan sarana permukiman. Hal tersebut mencerminkan lokalitas dari program KTP2D ini. Dengan demikian, dalam tahapan penyususnan KTP2D khususnya pada langkah persiapan yaitu penetapan lokasi KTP2D dan perkiraan awal potensi unggulan kawasan, pendekatan yang digunakan adalah

(15)

Laporan Akhir I I- 4

pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal yang berbasis pada konsep “Good Village”.

“Good Village diindikasikan memiliki kemampuan, terutama untuk mengembangkan perekonomian lokal berbasis pada potensi unggulan. Kemampuan lokal tersebut adalah :

1. Kemampuan Berproduksi

a. Adanya perubahan teknologi, misalnya dalam pengolahan

sawah, dulu masih menggunakan tenaga hewan sekarang sudah menggunakan traktor. Pemanfaatan SDA tergantung pada tingkat teknologi yang digunakan dalam masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan perubahan teknologi yang dapat meningkatkan produksi.

b. Adanya basis SDA dan terciptanya multiplier effect sehingga dapat menyediakan tenaga kerja. Tenaga Kerja adalah elemen

dari penduduk yang membantu mempertahankan

keberlangsungan suatu perekonomian dengan jalan

menyediakan suatu kombinasi energi dan intelegensi manusia kepada proses produksi.

c. Adanya pengembangan produk (inovasi) sehingga dapat

meningkatkan produksi, misalnya dalam bidang tambak tidak hanya tambak udang tetapi dikembangkan menjadi tambak jenis-jenis ikan. Adapun inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu inovasi yang berupa turunnya biaya termasuk mengenalkan metode baru dalam pengolahan dan inovasi yang berupa peningkatan produk dengan kualitas baik.

2. Kemampuan Mengembangkan Kegiatan

a. Adanya peningkatan akses pada pasar; b. Penyediaan sarana dan prasarana;

1) Jaringan transportasi; 2) Jaringan irigasi; 3) Air bersih; 4) Listrik; 5) Pasar;

(16)

Laporan Akhir I I- 5

c. Peningkatan pelayanan kesehatan;

3. Kemampuan Meningkatkan Sumber Daya Manusia

a. Adanya peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan

kemampuan dalam suatu masyarakat. Hal ini untuk menciptakan kesempatan kerja agar angkatan kerja dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

b. Adanya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan

melalui kemampuan berfikir masyarakat melalui materi dasar hitung-menghitung, membuat perbandingan, mengeluarkan ide, membuat keputusan dengan kendala tertentu.

c. Meningkatkan fungsi fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Fasilitas pendidikan atau mengembangkan intelektual dan fasilitas untuk mengembangkan fisik masyarakat.

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah merupakan strategi memanfaatkan dan mengkombinasikan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan tantangan) yang ada sebagai potensi dan peluang yang dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi wilayah akan barang dan jasa yang merupakan fungsi dari kebutuhan baik secara internal maupun eksternal wilayah. Faktor internal ini berupa sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya teknologi, sedangkan faktor eksternal dapat berupa peluang dan ancaman yang

muncul seiring dengan interaksinya dengan wilayah lain.

Pengembangan wilayah sebagai hubungan yang harmonis antara sumber daya alam, manusia dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan dalam memberdayakan masyarakat, seperti terlihat pada gambar 2.1.

(17)

Laporan Akhir I I- 6

Gambar 2.1.

Hubungan antar elemen pembangunan

Teknologi

SDA SDM

Pengembangan wilayah mengacu pada perubahan produktivitas wilayah, yang diukur dengan peningkatan populasi penduduk, kesempatan kerja, tingkat pendapatan, dan nilai tambah industri pengolahan. Selain definisi ekonomi, pengembangan wilayah mengacu pada pengembangan sosial, berupa aktivitas kesehatan, pendidikan, kualitas lingkungan, kesejahteraan dan lainnya.

2.2.2 Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic Development)

Konsep pengembangan Local Economic Development (LED), merupakan

konsep pengembangan wilayah yaitu pembuatan Networking (jaringan) antara aktor (Stakeholder) yang ada di pusat (Centre) dengan aktor yang ada di pinggiran atau pedesaan (Hinterland).

Definisi Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic Development).

World Bank

Pembangunan Ekonomi Lokal adalah proses dimana pemerintah Lokal dan organisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang, memelihara aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan.

International Labour Organization (ILO)

Pembangunan Ekonomi Lokal adalah proses pertisipatif yang mendorong kemitraan antara dunia usaha dan pemerintah dan masyarakat pada wilayah tertentu, yang memungkinkan kerjasama

Pengembangan wilayah

(18)

Laporan Akhir I I- 7

dalam perencanaan dan pelaksanaan strategis pembangunan secara umum, dengan menggunakan sumber daya Lokal dan keuntungan kompetitif dalam konteks global, dengan tujuan akhir menciptakan lapangan pekerjaan yang layak dan merangsang kegiatan ekonomi.

 A. H. J. Helming

Pembangunan Ekonomi Lokal adalah suatu proses dimana kemitraan yang mapan antara pemerintah daerah, kelompok berbasis masyarakat, dan dunia usaha mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan merangsang (pertumbuhan) ekonomi pada suatu wilayah tertentu. Menekankan pada kontrol lokal, dan penggunaan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik.

Bank Dunia, ILO, Blakery dan Bradshow

Pembangunan Ekonomi Lokal adalah usaha mengoptimalkan sumber daya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal dan organisasi masyarakat untuk mengembangkan ekonomi pada suatu wilayah.

Dengan demikian Pembangunan Ekonomi Lokal merupakan upaya pemberdayaan masyarakat ekonomi dalam suatu wilayah dengan bertumpuan kepada kekuatan lokal, baik itu kekuatan nilai lokasi, sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, kemampuan managemen kelembagaan (capacity of institutions) maupun aset pengalaman.

Adapun definisi Pembangunan Ekonomi Lokal tersebut memfokuskan pada :

1. Peningkatan kandungan lokal.

2. Melibatan stakeholder secara substansial dalam suatu kemitraan strategis.

3. Peningkatan ketahanan dan kemandirian ekonomi.

4. Pembanguanan keberlanjutan.

5. Pemanfaatan hasil pembangunan oleh sebagian besar masyarakat lokal.

(19)

Laporan Akhir I I- 8

7. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai secara inklusif.

8. Penguatan kapasitas dan peningkatan kualitas sumber daya

manusia.

9. Pengurangan kesenjangan antar golongan masyarakat, antar sektor dan antar daerah.

10. Pengurangan dampak negative dari kegiatan ekonomi terhadap lingkungan.

Inti dari teori pembangunan ekonomi lokal adalah bagaimana cara menumbuhkan wiraswasta lokal, menumbuhkan /pendayagunaan lembaga-lembaga pada tingkat lokal dan institusi lokal, yang harus diberdayakan adalah :

1. Lembaga keuangan (dapat memberikan kredit/pinjaman pada

masyarakat lokal).

2. Lembaga pelatihan/balai pelatihan (memberikan

keterampilan-keterampilan yang potensial untuk membangun daerah tersebut). 3. Penelitian (hasil dari penelitian harus dikoordinasikan dengan

lembaga lainnya).

4. Lembaga pemasaran.

2.2.3 Agropolitan

Agropolitan adalah suatu konsep pembangunan berdasarkan aspirasi masyarakat bawah yang tujuannya tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi juga mengembangkan segala aspek kehidupan sosial.

Konsep agropolitan adalah sebuah kebijakan pemerintah pusat yang merupakan pendekatan terpadu dari beberapa departemen bidang ekonomi untuk pembangunan di pedesaan khususnya pertanian dengan melengkapi infrastruktur, memperluas akses terhadap kredit usaha untuk meningkatkan pendapatan petani dan mendorong pertumbuhan industri guna meningkatkan nilai tambah sektor pertanian.

(20)

Laporan Akhir I I- 9

Konsep agropolitan memandang bahwa pembangunan wilayah ditujukan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-desa hinterland atau wilayah sekitarnya melalui pengembangan ekonomi, yang tidak terbatas sebagai pusat pelayanan sektor pertanian, tetapi juga pembangunan sektor secara luas usaha pertanian (on farm dan off farm), industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan, dan lain-lain.

Dalam hal ini dukungan infrastruktur sangat diperlukan untuk mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor produksi pertanian (Dep.Kimpraswil, 2003).

Kebijakan-kebijakan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan wilayah dengan pendekatan agropolitan sehingga dapat meningkatkan kinerja pembangunan ekonomi daerah.

1. Meningkatkan produktifitas sektor pertanian di wilayahnya sendiri melalui :

a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia: peningkatan menejemen pelayanan pendidikan, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan dll.

b. Pembangunan infrastruktur transportasi darat dalam rangka memperkuat aksesbilitas masyarakat.

2. Kerjasama antar kecamatan melalui interaksi sosial

3. Kebijakan dalam meningkatkan pertumbuhan sektor keuangan.

4. Kebijakan dalam meningkatkan pertumbuhan sektor industri melalui upaya kerja sama antar wilayah kecamatan.

5. Kebijakan dalam menekan laju angkatan kerja atau angka pengangguran.

2.3. Konsep Lokasi KTP2D

Kawasan Terpilih Puat Pengembangan Desa (KTP2D) pada dasarnya merupakan program pengembangan kawasan perdesaan untuk dapat menciptakan keseimbangan wilayah antara kawasan perdesaan dan perkotaan. Program Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) dalam penanganannya menyentuh dan manggarap potensi lokal dalam

(21)

Laporan Akhir I I- 10

berbagai bidang, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat setempat tanpa harus meninggalkan desanya, mengoptimalkan fungsi kawasan perdesaaan dalam menampung kegiatan masyarakat serta meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman.

Dalam menentukan lokasi KTP2D perlu memperhatikan keterkaitannya dengan Sistem Perwilayahan Pembangunan yang ada. Sistem Perwilayahan Pembangunan diidentikkan dengan struktur tata ruang wilayah, yang bertujuan untuk mengenali perwujudan ruang yang ada sekarang, kecenderungan perkembangannya serta permasalahan pengembangan

wilayah yang memiliki dimensi keruangan. Sistem perwilayahan

pengembangan berisikan unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuk ruang yang meliputi: sistem pusat-pusat permukiman, sistem sarana dan prasarana utama secara menyeluruh tentang keadaan pusat-pusat pertumbuhan wilayah serta jangkauan pelayanannya serta hubungannya antara pusat-pusat pertumbuhan wilayah (growth pole models). Pertimbangan tersebut untuk lebih menfokuskan program KTP2D pada wilayah-wilayah prioritas perlu penanganan melalui program KTP2D sehingga tujuan dan sasaran dari program ini dapat dicapai secara maksimal.

Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam penetapan lokasi KTP2D terkait dengan Sistem Perwilayahan adalah sebagai berikut:

1. KTP2D tidak memiliki Ciri Perkotaan

Kawasan perdesaan adalah sasaran dari program KTP2D ini, dengan demikian wilayah-wilayah yang mencirikan kawasan perkotaan bukan merupakan alternative lokasi KTP2D. berdasarkan Undang-undang Penataan Ruang No. 4 Tahun 1992, ciri kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Selain itu, perlu memperhatikan pula perkembangan wilayah-wilayah tersebut, hal ini mengingat bahwa pada umumnya wilayah-wilayah yang diindikasikan

(22)

Laporan Akhir I I- 11

mengalami perkembangan yang sangat cepat adalah merupakan ciri suatu perkotaan.

2. KTP2D bukan merupakan Pusat Pemerintahan dan Daerah hinterland-nya.

Terkait dengan batasan dan ruang lingkup KTP2D, khususnya pada tahapan identifikasi, maka penetapan lokasi KTP2D perlu memperhatikan pusat-pusat pemerintahan dan daerah hinterland-nya, seperti ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan. Hal tersebut mengingat biasanya pada

pusat-pusat pemerintahan telah memiliki program-program

pembangunan, sehingga dapat menimbulkan tumpang tindihnya program yang pada akhirnya tujuan dan sasaran program KTP2D ini tidak tercapai secara maksimal.

Pada umumnya di daerah-daerah sekitar pusat-pusat pemerintah perkembangannya cenderung mengikuti bahkan tergantung pada pusat

pemerintahan, sehingga daerah-daerah yang terpengaruh oleh

perkembangan pusat pemerintahan tersebut daerah hinterland pusat pemerintahan yang biasanya memiliki jarak relative dekat dan eksesibilitas yang tinggi dengan pusatnya.

3. Lokasi KTP2D belum memiliki Program Penanganan Perdesaan

Pemerintahan baik pusat maupun daerah telah memiliki program penanganan khusus bagi kawasan perdesaan. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka KTP2D yang dijalankan tidak terjadi tumpang tindih kepentingan dari tiap-tiap program. Program tersebut diantaranya IDT, Agropolitan dan KTP2D yang sudah ada. Dengan demikian wilayah yang diindikasikan telah memiliki program penanganan perdesaan bukan merupakan alternative lokasi KTP2D.

4. KTP2D merupakan Satu Kesatuan Kawasan Perdesaan

Lokasi KTP2D adalah satu kesatuan kawasan perdesaan, yang terdiri dari Desa Pusat Pertumbuhan dan desa hinterlandnya. Pada umumnya desa-desa tersebut memiliki ikatan, baik secara ekonomi, sosial dan budaya. Sehingga batasan wilayah bagi lokasi KTP2D dapat merupakan suatu batasan fisik dan fungsional.

(23)

Laporan Akhir I I- 12

Setelah memperhatikan sistem perwilayahan dan aspek-aspek lainnya yang terkait, kegiatan identifikasi lokasi KTP2D selanjutnya perlu memperhatikan struktur dan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D). Struktur KTP2D terdiri atas desa pusat pertumbuhan dan desa hinterland.

1. Penetapan Desa Pusat Pertumbuhan

Desa Pusat Pertumbuhan merupakan urat nadi ekonomi bagi masyarakat di kawasan pedesaan dan sebagai bagian integral dalam konstelasi pembangunan daerah terutama dalam siklus aliran barang dan jasa serta pemasaran hasil produksi, dalam rangka menciptakan pemerataan pembangunan terutama bagi masyarakat kawasan pedesaan untuk meningkatkan kualitas hidup dan lingkungannya.

Dari perkembangannya Desa Pusat Pertumbuhan merupakan desa yang sangat berkembang yaitu desa-desa yang pertumbuhan ekonominya lebih maju dibanding desa-desa sekitarnya. Umumnya desa-desa ini melayani desa-desa hinterland-nya dan mempunyai tingkat aksesibilitas yang relative mudah ke kawasan yang lebih tinggi ordenya. Kegiatan ekonomi di desa ini biasanya beragam dan tidak terlalu tergantung pada sektor primer serta mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana permukiman yang lebih lengkap.

2. Penentuan Desa Hinterland

Desa hinterland terdiri dari beberapa desa sekitar desa pusat dan mempunyai ikatan sosial, ekonomi, dan budaya. Pada dasarnya desa yang berbatasan langsung dengan desa pusat merupakan hinterland. Desa hinterland dapat berupa desa yang sedang berkembang yaitu desa yang tergantung dan mengandalkan sektor primer saja, yaitu pertanian, namun mempunyai potensi untuk berkembang lebih maju. Umumnya desa sedang berkembang ini mempunyai akses yang lebih tinggi dengan kawasan perkotaan ataupun dengan desa-desa lainnya. Biasanya kegiatan ekonomi masyarakatnya sudah menunjukkan diversifikasi dan tidak semata-mata bergantung pada sektor primer atau agraris saja.

Hinterland efektif diukur dari tingkat atau intensitas terjadinya interaksi baik sosial, ekonomi maupun ikatan budaya. Secara mudah dapat dilihat

(24)

Laporan Akhir I I- 13

dari arah orientasi pelayanan pemenuhan primer desa pusat kepada desa pendukungnya.

2.4. Kriteria Lokasi KTP2D

Berdasarkan konsep lokasi KTP2D di atas, maka selanjutnya perlu ditetapkan kriteria-kriteria lokasi KTP2D. Kriteria lokasi KTP2D terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu :

1. Kriteria Umum

Kriteria umum adalah kriteria lokasi KTP2D yang akan menghasilkan alternatif-alternatif lokasi KTP2D. Kriteria-kriteria tersebut adalah : a. Lokasi KTP2D merupakan bagian dari sistem perwilayahan pada suatu

kabupaten.

b. Merupakan kawasan yang mencirikan kawasan perdesaan.

c. Lokasi KTP2D merupakan kawasan perdesaan diluar pusat-pusat pemerintahan dan daerah hinterlandnya.

d. Lokasi KTP2D merupakan satu kasatuan kawasan perdesaan, sehingga

terbentuk suatu sinergi dari faktor sosial, ekonomi, budaya yang saling mendukung.

2. Kriteria Khusus

Kriteria khusus adalah kriteria yang akan digunakan didalam menetapkan Desa Pusat Pertumbuhan dari sektor alternative lokasi KTP2D yang sudah terpilih berdasarkan kriteria umum, sebagai berikut:

a. Kemampuan berproduksi

1) Produksi

 Produktivitas komoditi

 Nilai tambah komoditas

 Sistem pengelolaan komoditas/jasa

2) Pasar

 Jangkauan pemasaran

 Keberadaan jaringan pemasaran komoditas/jasa

 Aglomerasi antar sektor

3) Tenaga Kerja

(25)

Laporan Akhir I I- 14

 Spesifikasi tenaga kerja (keberagaman keterampilan yang terlibat dalam sistem produksi komoditas/jasa)

 Sistem pengelolaan komoditas/jasa

 Prosentase penduduk desa bekerja di sektor utama

b. Kemampuan mengembangkan kegiatan

1) Prasarana Air Bersih

 Pelayanan air bersih

2) Prasarana Persampahan

 Pola pembuangan sampah

3) Prasarana Jalan

 Jarak antar desa dengan ibukota kabupaten

 Moda angkutan desa dengan ibukota kabupaten

 Jarak antar desa dengan ibukota kecamatan

 Moda angkutan desa dengan ibukota kecamatan

 Jarak antar desa dengan ibukota kabupaten terdekat

 Moda angkutan desa dengan ibukota kabupaten terdekat

 Kualitas jalan

4) Sarana Kesehatan

 Jenis sarana kesehatan

 Akses ke puskesmas terdekat

5) Sarana Pendidikan

 Jenis sarana pendidikan

 Lembaga keterampilan

6) Sarana Perekonomian

 Jenis sarana perdagangan

 Lembaga perkreditan/koperasi

 Lembaga keuangan informal

7) Sarana transportasi

 Keberadaan angkutan umum

c. Kemampuan meningkatkan SDM

1) Pendidikan

(26)

Laporan Akhir I I- 15

2) Keterampilan

 Keterampilan tenaga kerja 3) Karakteristik penduduk

 Jumlah penduduk dan Kepadatan penduduk

Aspek yang harus diperhatikan dalam penetapan lokasi KTP2D terkait dengan sistem perwilayahan adalah sebagai berikut :

1. KTP2D merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan

Lokasi KTP2D adalah satu kesatuan kawasan perdesaan yang terdiri dari desa pusat pertumbuhan dan desa-desa hinterlandnya. Pada umumnya desa-desa tersebut memiliki ikatan, baik secara ekonomi, sosial dan budaya.

2. KTP2D tidak memiliki ciri perkotaan

Kawasan perdesaan adalah sasaran dari program KTP2D, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005).

Ciri kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

3. KTP2D bukan merupakan pusat pemerintahan.

Terkait dengan batasan dan ruang lingkup KTP2D, khususnya pada tahapan identifikasi, maka penetapan lokasi KTP2D perlu memperhatikan pusat-pusat pemerintahan dan daerah hinterland-nya, seperti ibukota Kabupaten dan ibukota Kecamatan.

4. Desa tertinggal tidak dapat menjadi bagian dari KTP2D

Sesuai dengan konsep dasar pembentukan KTP2D, maka desa yang dikategorikan tertinggal tidak dianjurkan menjadi salah satu hinterland, karena hampir dipastikan bahwa pemenuhan kebutuhan pada desa tersebut akan menyedot sumber dana dan perhatian yang diperuntukkan

(27)

Laporan Akhir I I- 16

bagi kawasan garapan, sehingga dapat diperkirakan akan menarik turun klasifikasi kawasan.

2.5. Penentuan DPP (Desa Pusat Pertumbuhan) dan Hinterland

Setelah memperhatikan sistem perwilayahan dan aspek-aspek lainnya yang terkait, kegiatan identifikasi lokasi KTP2D selanjutnya perlu memperhatikan struktur dari Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D). Struktur KTP2D terdiri atas pusat pertumbuhan dan desa hinterland.

1. Desa Pusat Pertumbuhan (DPP)

Desa pusat pertumbuhan merupakan urat nadi ekonomi bagi masyarakat di kawasan pedesaan dan sebagai bagian integral dalam konstelasi pembangunan daerah terutama dalam siklus aliran barang dan jasa serta pemasaran hasil produksi, dalam rangka menciptakan pemerataan pembangunan terutama bagi masyarakat kawasan pedesaan untuk meningkatkan kualitas hidup dan lingkungannya.

Dari perkembangannya Desa Pusat Pertumbuhan merupakan desa yang sangat berkembang yaitu desa-desa yang pertumbuhan ekonominya lebih maju dibanding desa-desa sekitarnya.

2. Penentuan Desa Hinterland

Desa hinterland terdiri dari beberapa desa sekitar desa pusat dan mempunyai ikatan sosial, ekonomi, dan budaya. Pada dasarnya desa yang berbatasan langsung dengan desa pusat merupakan desa hinterland. Desa hinterland dapat berupa desa yang sedang berkembang yaitu desa yang tergantung dan mengandalkan sektor primer saja, yaitu pertanian namun mempunyai potensi untuk berkembang lebih maju. Umumnya desa sedang berkembang mempunyai akses yang tidak terlalu tinggi dengan kawasan perkotaan ataupun dengan desa-desa lainnya. Hinterland efektif diukur dari intensitas terjadinya interaksi untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan dan ikatan budaya.

(28)

Laporan Akhir I I- 17

2.6. Struktur Ruang KTP2D

2.6.1. Desa Pusat Pertumbuhan

Guna mempercepat pertumbuhan dan pengembangan permukiman, Pemerintah Kabupaten Temanggung telah merencanakan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di beberapa lokasi. Penetapan DPP dengan memperhatikan banyak faktor, antara lain potensi ekonomi kawasan, jumlah penduduk, sarana dan prasarana dasar serta potensi ekonomi lain yang belum tergali yang diperkirakan akan mampu meningkatkan kawasan menjadi lebih mandiri dan berkembang. Salah satu Desa yang direncanakan menjadi DPP adalah Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung.

2.6.2. Desa Hinterlands

Desa hinterlands adalah desa yang berada di sekitar DPP Desa Menggoro dan memiliki interaksi relatif intens dengan DPP Desa Menggoro. Berdasarkan kajian, desa hinterlands meliputi 5 Desa yang berbatasan dengan Desa Menggoro yaitu Desa Greges (Sebelah Utara), Desa Tawangsari dan Desa Purwodadi ( Sebelah Barat), Desa Wonokerso (Sebelah Timur), Desa Botoputih (Sebelah Selatan).

Gambar 2.2.

Model Interaksi DPP dengan hinterlands

Batas KTP2D

Desa Pusat/DPP

(29)

Laporan Akhir III - 1

BAB III

PENGENALAN WILAYAH

PERENCANAAN KTP2D

3.1. Kecamatan Tembarak

3.1.1. Kondisi Fisik Kecamatan Tembarak 1. Letak Geografis

Kec. Tembarak adalah salah satu dari 20 kecamatan di wilayah Kabupaten Temanggung, Jarak dari Kota Temanggung 8 Km dengan luas 2.684,10 Ha. Dengan rincian lahan sawah 752,68 Ha dan bukan lahan sawah 1.931,42 Ha. Dalam pembagian wilayah administratif, Kec. Tembarak terbagi menjadi 13 desa, 75 dusun, 223 rukun tetangga, 65 rukun warga dengan jumlah kepala desa sebanyak 13 orang, perangkat desa 183 orang.

Tabel 3.1.

Banyaknya Dusun, Rukun Warga dan Rukun Tetangga Dirinci Per Desa di Kecamatan Tembarak

Tahun 2010

S

S

Sumber : Kecamatan Tembarak Dalam Angka, Tahun 2011

No Desa Dusun Rukun Warga

(RW) Rukun Tetangga (RT) 1 Wonokerso 11 11 21 2 Tembarak 3 3 8 3 Menggoro 10 9 25 4 Purwodadi 11 5 22 5 Kemloko 9 9 33 6 Tawangsari 7 5 17 7 Greges 3 3 9 8 Botoputih 8 8 26 9 Gandu 2 2 18 10 Banaran 2 2 9 11 Drono 1 3 12 12 Krajan 2 2 7 13 Jragan 5 4 16 Jumlah 75 65 223

(30)

Laporan Akhir III - 2

Batas-batas wilayah administrasi Kecamatan Tembarak sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Tlogomulyo dan Temanggung

Sebelah Selatan : Kecamatan Selopampang

Sebelah Barat : Kecamatan Tlogomulyo

Sebelah Timur : Kecamatan Kranggan

2. Demografi

Kecamatan Tembarak dengan jumlah penduduk pada Tahun 2012 sebanyak 29.731 jiwa yang terdiri dari 14.987 Laki-laki, 14.026 perempuan, kepadatan penduduk pada Tahun 2011 sebanyak 1.055 per Km2. Angka Kelahiran Kasar (CBR) pada Tahun 2011 sebesar 49,00 jiwa, sedangkan Angka Kematian Kasar (CDR) 32,00 jiwa, Jumlah KK pada Tahun 2012 sebanyak 7.837 KK dengan rata-rata penduduk per rumah tangga sebanyak 3-4 orang per rumah tangga. Jumlah penduduk berusia 5 tahun keatas yang menamatkan perguruan tinggi hanya 311 jiwa, Tamat Akademi / Sarjana Muda sebesar 309 jiwa, Tamat SLTA sederajat sebesar 2.727 jiwa, Tamat SLTP sederajat 4.645 jiwa, Tamat SD sederajat sebesar 5.683 jiwa, tidak/belum Tamat SD sebesar 5.683 jiwa.Jumlah penduduk menurut mata pencaharian masih didominasi oleh sektor pertanian yaitu 11.295 jiwa, yang bekerja pada sektor industri hanya 222 jiwa, sektor bangunan 456 jiwa, pedagang 1.422 jiwa, yang bekerja pada sektor angkutan sebesar 237 jiwa, Jasa dan sektor lainnya 1.388 jiwa.

3. Penggunaan Lahan Kawasan Tembarak

Wilayah Kecamatan Tembarak ditinjau dari penggunaan lahan terbagi menjadi 2 yaitu sawah dan lahan bukan sawah. Lahan sawah meliputi sawah dengan irigasi teknis, setengah teknis, sederhana, irigasi non PU, dan tadah hujan. Sedangkan lahan bukan sawah meliputi ladang, perkebunan, permukiman, industri, dan hutan.

(31)

Laporan Akhir III - 3

Tabel 3.2.

Luas Penggunaan Lahan Menurut Jenisnya Dirinci Per Desa di Kecamatan Tembarak

Tahun 2010 Desa Lahan Sawah (Ha) Lahan Bukan Sawah Jumlah (Ha) Prosentase (%) 1. Wonokerso 148,19 56,17 204,36 7,86 2. Tembarak 71,57 49,23 120,80 4,64 3. Menggoro 143,59 41,45 185,04 7,11 4. Purwodadi 118,51 87,13 205,64 7,91 5. Kemloko - 807,71 807,71 27,86 6. Tawangsari 26,82 135,42 162,23 6,24 7. Greges 126,00 28,32 154,32 5,93 8. Botoputih 56,00 172,95 228,95 8,80 9. Gandu - 113,85 113,85 4,38 10. Banaran - 66,43 66,43 2,55 11. Drono - 100,60 100,60 3,87 12. Krajan 15,00 111,08 126,08 4,85 13. Jragan 47,00 161,10 208,10 8,00 Jumlah 752,68 1931,42 2684,10 100,00

Sumber : Kecamatan Tembarak Dalam Angka, Tahun 2011

3.1.2. Potensi Kecamatan Tembarak

Potensi yang dimiliki Kecamatan Tembarak terkait dengan upaya masyarakatnya demi peningkatkan ekonomi masyarakat, sector pertanian dan sector peternakan sebagai sector andalan atau motor penggerak pembangunan.

(32)

Laporan Akhir III - 4

1. Dari pertumbuhan kawasan komoditas tanaman pangan, beberapa

jenis komoditas yang menjadi andalan adalah: Padi, Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Kacang Tanah. Untuk Tanaman sayuran antara lain: Kacang Panjang, Bawang Putih, Bawang Merah, Kentang, Kobis, Lombok, Sawi, Kacang Merah. Untuk Buah-buahan antara lain: Rambutan, Jambu Biji, Pepaya, Pisang.

2. Tanaman Perkebunan antara lain: Kopi Arabika, Kopi Robusta, Cengkeh, Kelapa, Jahe, Kapulogo, Kunyit, Tebu, Melinjo, Tembakau, Panili.

3. Peternakan antara lain: Sapi Potong, Kambing, Domba, Kelinci, Ayam Buras, Ayam Ras Itik, Entok, Angsa.

4. Perikanan antara lain: Karper, Nila, Lele, Tawes, Gabus, Udang, Kodok.

3.1.3. Profil dan Karakteristik Masyarakat Kecamatan Tembarak 1. Karakteristik Masyarakat Menurut Mata Pencaharian

Mayoritas mata pencaharian penduduk di Kecamatan Tembarak bergerak dibidang pertanian. Dari jumlah penduduk sebesar 28.185 jiwa sebanyak 19.595 jiwa atau 69% yang bekerja sebagai petani, 527 jiwa peternak atau sebesar 2%, bangunan 456 jiwa atau 2%, perdagangan 1422 jiwa atau 5%, lain-lain 6185 jiwa atau 22%.

Gambar 3.1. Mata pencaharian masyarakat kecamatan Tembarak

89% 2% 2% 7%

MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT

KECAMATAN TEMBARAK TAHUN 2012

Petani Peternak Bangunan Perdagangan

(33)

Laporan Akhir III - 5

2. Karakteristik Masyarakat Menurut Pendidikan

Sebagian besar penduduk Kecamatan Tembarak memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah. Rata-rata pendidikan masyarakat adalah Tamatan SD, dan sebagian kecil lulusan SMA dan Perguruan Tinggi. banyak masyarakat yang berpendapatan rendah sehingga tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. 3. Karakteristik Masyarakat Menurut Sosial Budaya

Mayoritas masyarakat memeluk agama Islam atau 99% dan fasilitas sarana ibadahnya tersedia di semua desa. Sedangkan sisanya atau 1% memeluk agama lain, yaitu memeluk agama kristen katholik, kristen protestan dan hindu tetapi untuk fasilitas sarana ibadah tersebut tidak tersedia di kecamatan tembarak.

3.1.4. Kondisi Sarana dan Prasarana Wilayah Kecamatan Tembarak

1.

Sarana dan Prasarana Transportasi Kecamatan Tembarak

Dalam menunjang aktifitas menuju dan keluar dari Kecamatan Tembarak, maka sarana dan prasarana transportasi menjadi penting kaitannya dengan kemudahan mobilitas yang dilakukan masyarakat. Sebagai Kecamatan yang memiliki lingkup daerah yang begitu luas, beberapa jenis prasarana transportasi seperti jalan desa maupun jalan antar desa sudah tersedia dengan kondisi yang cukup memadai bagi masyarakat. Sarana transportasi yang tersedia masih berupa transportasi antar desa yang sudah tersedia di Kecamatan Tembarak. Berikut ini merupakan sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Tembarak.

Keberadaan moda transportasi umum seperi angkutan desa, maupun truk digunakan masyarakat sebagai sarana mobilitas dan untuk perpindahan barang. Keberadaan jalan desa ataupun jalan antar desa yang sudah ada, namun beberapa diantaranya masih terkondisi belum dapat diakses secara nyaman. Pembangunan jalan antar desa kebanyakan terkondisi lebih baik dari pada jalan desa dikarenakan lebih bersifat operasional bagi para pengguna.

(34)

Laporan Akhir III - 6

2.

Sarana Permukiman/Perumahan Kecamatan Tembarak

Dalam perkembangannya, permukiman dan perumahan yang berada di Kecamatan Tembarak mengikuti keberadaan pusat kegiatan baik itu berupa pusat kegiatan wilayah maupun lokal. Pola permukiman dan perumahan yang telah ada saat ini, berusaha untuk berada pada lokasi yang mampu menjangkau kebutuhan masing-masing individu maupun keluarga. Sarana permukiman dan perumahan yang sudah ada saat ini berupa pembangunan rumah masyarakat Kecamatan Tembarak yang 40% sudah menggunakan tembok/batu bata.

Masih dapat ditemukan juga beberapa rumah yang

pembangunannya menggunakan bahan semi permanen/campuran. Kepadatan permukiman maupun perumahan yang ada di Kecamatan Tembarak cukup merata, karena sebagian besar desa-desa yang ada sedang mengalami pertumbuhan untuk pengembangan masing-masing desa.

Listrik telah masuk ke seluruh desa di Kecamatan Tembarak dan sepenuhnya berasal dari PLN. Termasuk penerangan jalan utama desa maupun antar desa sebagian didukung listrik PLN dan sebagian lagi diusahakan sendiri oleh masyarakat. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Tembarak masih menggunakan kayu bakar untuk aktivitas masak memasaknya.

Kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan relatif tinggi. Hal ini terbukti dari pengelolaan sampah yang umumnya dimasukkan ke dalam lubang atau dibakar. Sedangkan pengelolaan MCK, masyarakat umumnya memiliki jamban sendiri atau jamban bersama ataupun jamban umum. Demikian pula halnya dengan pemanfaatan sungai yang melintasi hampir seluruh desa di Kecamatan Tembarak ini. Air sungai tidak digunakan untuk keperluan masak-memasak ataupun MCK. Sebagian desa memanfaatkan air sungai untuk mengairi sawah.

(35)

Laporan Akhir III - 7

3.

Sarana Perdagangan, Jasa dan Industri Kecamatan Tembarak Sarana perdagangan yang ada di Kecamatan Tembarak adalah Pasar Gondang , sebagai sarana transaksi dari sektor perdagangan

yang sangat menunjang kegiatan perekonomian untuk

meningkatkan serta menambah tingkat pendapatan/kesejahteraan masyarakat.

4.

Perdagangan dan Jasa

Perdagangan dan jasa merupakan sektor perekonomian yang penting di Kecamatan Tembarak. Arus barang dan jasa di Kecamatan Tembarak menunjukkan adanya aktivitas yang tinggi dan mencakup daerah yang cukup luas. Komoditas perdagangan meliputi berbagai kebutuhan barang kebutuhan konsumsi sehari-hari, hasil produksi pertanian seperti tanaman pangan, sayuran, palawija, buah-buahan serta hasil ternak dan perikanan. Pusat kegiatan perdagangan pada Kecamatan Tembarak sebagian besar berpusat pada sekitar kawasan pusat perekonomian seperti pasar dan pertokoan. Pasar Gondang adalah pusat kegiatan perdagangan dan jasa di Kecamatan Tembarak.

Aktivitas jasa di Kecamatan Tembarak antara lain pelayanan perbankan dan koperasi. Lokasi bank yang beroperasi sebagian besar di Desa Menggoro yang merupakan pusat kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Tembarak. Sarana perdagangan dan jasa merupakan potensi untuk pengembangan sektor perdagangan dan jasa di wilayah Kecamatan Tembarak dengan lebih mengoptimalkan jangkauan pelayanan dan pemanfaatan sarana pendukung.

Industri yang dikembangkan di Kecamatan Tembarak berupa industri makanan. Keberadaan industri ini mampu meningkatkan potensi warga Kecamatan Tembarak untuk menjual produk asli Kecamatan Tembarak dan meningkatkan pendapatan daerah.

(36)

Laporan Akhir III - 8

5.

Sarana Kesehatan Kecamatan Tembarak

Sarana kesehatan yang berada di Kecamatan Bulu-Kledung, sebagian besar berupa Posyandu. Kecamatan Tembarak hanya memiliki 1 Puskesmas. Keberadaan puskesmas, puskesmas pembantu, poliklinik, dan balai pengobatan sangat jarang ditemukan di Kecamatan Tembarak.

Tabel 3.3.

Sarana Kesehatan di Kecamatan Tembarak

Jenis Sarana Kesehatan Kecamatan Tembarak Jumlah (Unit) Puskesmas 1 Puskesmas Pembantu - Poliklinik/Balai Pengobatan - Poskesdes 6 Posyandu 69

Sumber: Kecamatan Tembarak Dalam Angka, Tahun 2011

Posyandu hampir dapat ditemukan di setiap desa, dengan jumlah yang cukup menjangkau kebutuhan pengobatan dan kesehatan masyarakat. Keberadaan posyandu ini merupakan indikator pemerataan sarana kesehatan bagi masyarakat Kecamatan Tembarak.

6.

Sarana Pendidikan Kecamatan Tembarak

Sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Tembarak sebagian besar berupa SD dan TK. Keberadaan SLTA dan SLTP sangat jarang ditemukan di masing-masing desa di Kecamatan Tembarak.

Tabel 3.4.

Sarana Pendidikan di Kecamatan Tembarak

Jenis Sarana Pendidikan Kecamatan Tembarak Jumlah (Unit) SLTA 4 SLTP 6 SD 22 TK 17 TPA -

Lembaga Pendidikan Agama -

(37)

Laporan Akhir III - 9

7.

Sarana Air Bersih Kecamatan Tembarak

Sarana air bersih yang ada di Kecamatan Tembarak sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Tembarak untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari seperti sumber air minum, mencuci, maupun MCK. Sarana air bersih yang banyak ditemukan di Kecamatan Tembarak sebagian besar berupa mata air dan sistem PDAM .

Tabel 3.5.

Sarana Air Bersih di Kecamatan Tembarak Jenis Sarana Air Bersih Kecamatan Tembarak

Jumlah (Unit) Sumur Pompa - Sumur Gali 748 Mata Air 5.185 Hidran Umum - Sistem PDAM 914 Embung - Perpipaan -

Sumber: Kecamatan Tembarak Dalam Angka, Tahun 2011

Masyarakat Kecamatan Tembarak merasa kebutuhan air bersihnya sudah tercukupi, Kabupaten Temanggung sebagai wilayah yang kaya akan ketersediaan sumber daya air tentunya kebutuhan air bersih di setiap bagian wilayahnya telah tercukupi.

3.1.5. Sektor Produksi

Sektor produksi di Kecamatan Tembarak didominasi dua sub sektor yaitu sub sektor tanaman pangan dan sub sektor perkebunan. Produk unggulan sektor di produksi di Kecamatan Tembarak didominasi oleh padi dan jagung. Produksi pangan menurut jenisnya dirinci Per Desa di Kecamatan Tembarak dapat dilihat pada tabel berikut :

(38)

Laporan Akhir III - 10

Tabel 3.6.

Produksi Panen Menurut Jenisnya dirinci Per Desa di Kecamatan Tembarak Tahun 2010

Desa

Padi Jagung Ketela

Pohon Produksi (ton) 1 Wonokerso 1.554,00 26,00 - 2 Tembarak 460,00 75,00 6,00 3 Menggono 300,00 - - 4 Purwodadi 640,00 - - 5 Kemloko - 1.680,00 - 6 Tawangsari 105,00 - - 7 Greges 756,00 - - 8 Botoputih 230,00 64,00 - 9 Gandu - 98,00 3,10 10 Banaran - 123,00 - 11 Drono - 97,00 - 12 Krajan 8,00 - - 13 Jragan - 2,20 - Jumlah 4.053,00 2.165,20 16,30

Sumber : Kecamatan Tembarak Dalam Angka, Tahun 2011

Sedangkan untuk produksi sayuran yaitu cabai dan kubis, untuk buah-buahan yaitu kelengkeng, rambutan dll. Hasil tanaman perkebunan dominan adalah tembakau. Di Kecamatan Tembarak juga terdapat usaha peternakan besar, peternakan kecil, antara lain peternakan sapi dan kambing terdapat di semua desa di Kecamatan Tembarak, ayam buras, itik. Pada semua desa di Kecamatan Tembarak juga mempunyai industri kecil dan industri rumah tangga seperti watung/toko/kios dan terdapat 17 restoran/rumah makan/warung makan.

(39)

Laporan Akhir III - 11

3.2. Desa Menggoro

3.2.1. Kondisi fisik Desa Menggoro 1. Kondisi Geografis

Desa Menggoro merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung, jarak dari Kota Temanggung 8,50 Km, sedangkan dari Kecamatan Tembarak 0,20 Km. Dengan Ketinggian 590 m dari permukaan Laut. Secara administrasi, Desa Menggoro dibatasi oleh :

Sebelah Utara : Desa Greges Kecamatan Tembarak

Sebelah Selatan :Desa Kacepit Kecamatan Selopampang

Sebelah Timur : Desa Tembarak Kecamatan Tembarak

Sebelah Barat : Desa Tawangsari Kecamatan Tembarak

Desa Menggoro terdapat 10 Dusun yaitu : a. Dusun Kauman terdiri dari 3 RT b. Dusun Ngabean terdiri dari 3 RT

c. Dusun Nolobangsan Timur terdiri dari 3 RT d. Dusun Nolobangsan Barat terdiri dari 3 RT e. Dusun Kamal Barat terdiri dari 2 RT f. Dusun Sragan terdiri dari 2 RT g. Dusun Jlamprang terdiri dari 3 RT h. Dusun Jetis terdiri dari 3 RT i. Dusun Ngenden terdiri dari 1 RT j. Kamal Timur terdiri dari 3 RT 2. Penggunaan Lahan

Luas lahan Desa Menggoro yaitu 185,04 Ha, dengan rincian 143,59 Ha Lahan sawah dan 41,45 Ha lahan bukan sawah. Luas lahan sawah pengairan (Irigasi) yang secara Teknis 130,00 sedangkan setengah teknis 13,59. Sedangkan untuk penggunaan lahan bukan sawah dirinci menurut jenisnya lahan untuk bangunan/pekarangan 25,54 Ha, 0,60 Ha merupakan kolam/empang, 12,00 Ha perkebunan Negara/rakyat sedangkan untuk lahan lainnya 3,31 Ha.

(40)

Laporan Akhir III - 12

3. Demografi

Jumlah Penduduk Desa Menggoro tahun 2011 sebesar 3.176 jiwa, dengan 863 KK, jumlah penduduk laki-laki 1.555 jiwa sedangkan perempuan 1.621 jiwa.

3.2.2. Ketersediaan Prasarana dan Sarana Permukiman Desa Menggoro 1. Sarana dan Prasarana Transportasi

Sarana dan prasarana transportasi sangat penting untuk kemudahan mobilitas yang dilakukan masyarakat. Berikut ini merupakan sarana dan prasarana yang ada di Desa Menggoro:

Tabel 3.7.

Jenis Sarana dan Prasarana Transportasi Desa Menggoro

Sumber: Potensi Desa Menggoro, Tahun 2011

Desa Menggoro terdiri dari 10 Dusun, jalan penghubung antar dusun tersebut menggunakan jalan aspal dan jalan trasah. Kondisi jalan antar dusun dan jalan utama Desa Menggoro dalam kondisi relatif baik.

Akses jalan dari lahan pertanian ke pasar sebagian menggunakan jalan trasah dalam kondisi kurang terawat (di lahan pertanian) dan

Jenis Sarana dan Prasarana Transportasi Baik km(unit) Rusak km (unit) 1. Jalan Desa/Kelurahan

Panjang jalan macadam 1 km 1 km

Panjang jalan tanah - 1 km

2. Jalan Antar

Desa/Kelurahan/Kecamatan

Panjang jalan macadam 0,5 km -

3. Jalan Kabupaten yang melewati Desa/Kelurahan

Panjang jalan aspal 1 km -

4. Jembatan Desa / Kelurahan

Jumlah Jembatan besi 2 unit -

(41)

Laporan Akhir III - 13

relatif baik didalam dusun atau antar dusun, hal ini dapat menghambat pergerakan distribusi penjualan hasil pertanian ke pasar dari sisi waktu tempuh dan biaya operasional kendaraan meningkat. Sedangkan pergerakan di jalan utama menuju pasar dalam kondisi aspal baik.

2. Sarana Pendidikan Desa Menggoro

Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Menggoro sebagian berupa TK, SD, SLTP (MTs), dan SLTA.

Tabel 3.8.

Sarana Pendidikan di Desa Menggoro

Sumber: RPJM Desa Menggoro, Tahun 2011

Permasalahan yang dihadapi untuk sarana pendidikan di Desa Menggoro adalah gedung TK yang tidak layak serta kurangnya fasilitas yang memadai.

3. Sarana Kesehatan Desa Menggoro

Dalam rangka memenuhi kebutuhan dibidang kesehatan telah ada posyandu sejumlah Sembilan tempat namun peran aktif kader masih perlu ditingkatkan dan sarana pendukung yang ada seperti puskesmas yang ada di desa sangat membantu masyarakat ekonomi menengah dalam pengobatan.

Dalam pemberian kartu Askes Gaskin telah diadakan pendataan secara selektif sehingga bantuan tersebut dapat disalurkan bagi warga yang benar-benar tidak mampu.

Jenis Sarana Pendidikan

Kecamatan Tembarak Jumlah

Murid

Jumlah Guru

SMU ISLAM SUDIRMAN 133 20

MTs MENGGORO 28 9

SDN 1 MENGGORO 102 11

SDN 2 MENGGORO 143 13

(42)

Laporan Akhir III - 14

Tabel 3.9.

Sarana Kesehatan di Desa Menggoro

Jenis Sarana Kesehatan Desa Menggoro

Jumlah (Unit)

Puskesmas 1

Rumah Bersalin 2

Apotik 1

Posyandu 9

Sumber : Profil Desa Menggoro, Tahun 2011

Permasalahan yang dihadapi untuk sarana kesehatan belum mempunyai gedung Posyandu (masih menumpang) dan peralatan belum lengkap.

4. Sarana Air Bersih

Desa Menggoro merupakan dataran pada ketinggian 590 meter dari ketinggian permukaan laut. Dengan kondisi geografis daerah pegunungan ini sangat mendukung ketersediaan air baik berupa aliran sungai maupun mata air. Pemanfaatan sumber potensi ketersediaan air tersebut khususnya untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga, secara umum dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sarana penyediaan air bersih secara individual dan secara komunal. Beberapa jenis sarana penyediaan air bersih individual misalnya sumur gali, sumur pantek maupun pemanfaatan mata air yang lain.

Sarana air bersih yang ada di Desa Menggoro sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari seperti sumber air minum, mencuci, maupun MCK. Sarana air bersih yang banyak ditemukan di Desa Menggoro sebagian besar berupa PAH dan sumur gali.

(43)

Laporan Akhir III - 15

Tabel 3.10.

Sarana Air Bersih di Desa Menggoro

No. Jenis Jumlah Pengguna

(KK)

Jumlah (Unit)

1. Sumur Gali 150 Keluarga 115

2. Pelanggan PAM 196 Keluarga 1

3. Sumur Pompa 82 Keluarga -

4. Perpipaan Air Kran

199 Keluarga 1

5. Mata Air 235 Keluarga 20

Sumber : Tingkat Perkembangan Desa, 2011

Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Menggoro dalam ketersediaan atau pemenuhan air bersih di musim kemarau mengalami kekurangan air bersih.

5. Sarana Perdagangan dan Jasa

Sarana perdagangan yang ada di Desa Menggoro adalah Pasar Gondang dan Pasar Jumat Pahing, sebagai sarana transaksi dari

sektor perdagangan yang sangat menunjang kegiatan

perekonomian untuk meningkatkan serta menambah tingkat pendapatan/kesejahteraan masyarakat. Berikut ini adalah pasar yang berada di wilayah Desa Menggoro :

Tabel 3.11. Pasar Desa Menggoro

No Nama Pasar Jumlah

Kios Jumlah Los Jumlah Toko 1. Pasar Gondang 35 100 7 2. Pasar Jumat Pahing 5 30 0

(44)

Laporan Akhir III - 16

Gambar 3.2. Kondisi Pasar Gondang Desa Menggoro

Gambar 3.3.

Akses Jalan Utama Pasar Gondang Desa Menggoro

Persoalan yang dihadapi terkait dengan letak Pasar Gondang yang letaknya kurang strategis yang terlalu dekat dengan jalan raya mengakibatkan kurangnya lahan parkir sehingga menyulitkan pedagang dan pembeli yang akan melakukan aktifitas jual beli dan kondisi pasar yang terlalu sempit sehingga sulit untuk ditata dan kondisi kebersihannyapun terabaikan. Di Desa Menggoro juga terdapat pasar Jumat Pahing yang banyak dikeluhkan oleh

(45)

Laporan Akhir III - 17

masyarakat masalah kondisi bangunan fisiknya. Persoalan yang dihadapi antara lain :

a. Kondisi pasar kurang layak sehingga kenyamanan berkurang bagi pedagang maupun pembeli di pasar.

b. Kurangnya lahan parkir untuk menampung kendaraan

sehingga parkir di badan jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas.

c. Kondisi jalan yang kurang baik terutama pada musim hujan sehingga perlu perbaikan jalan dan pemasangan rabat beton. 6. Sarana Drainase

Drainase di daerah pedesaan berupa saluran air untuk menampung dan mengalirkan air hujan yang diletakkan di pinggir kanan kiri jalan. Di Desa Menggoro jalan utama desa dalam kondisi yang cukup baik akan tetapi perlunya peningkatan saluran drainase pada semua ruas jaringan jalan ditiap dusun yang tidak memiliki saluran drainase. Drainase yang sudah ada ditiap dusun di Desa Menggoro masih perlu pembenahan karena sarana drainase yang seharusnya untuk mengalirkan air hujan digunakan warga untuk mengalirkan air limbah rumah tangga sehingga terkesan kumuh dan bau.

7. Sarana Irigasi

Lahan pertanian Desa Menggoro seluas 141,199 Ha/m² memiliki kondisi lahan yang cukup baik, akan tetapi saluran irigasi banyak yang perlu pembenahan/perbaikan karena banyak yang kurang berfungsi dengan baik. Pendangkalan sungai mengakibatkan terhambatnya aliran air irigasi bila musim kemarau. Panjang saluran sekunder yang ada 2.580 m dengan kondisi saluran sekunder yang rusak ± 25 m. Saluran irigasi tersier yang rusak sepanjang 7 m dari panjang keseluruhan 5.000 m.

3.2.3. Profil dan Karakteristik Masyarakat Desa Menggoro

Berdasarkan data jumlah penduduk tahun 2012, jumlah penduduk Desa Menggoro sebanyak 3.176 jiwa yang terdiri jumlah laki-laki 1.555 jiwa dan jumlah perempuan 1.621 jiwa.

(46)

Laporan Akhir III - 18

1. Karakteristik Masyarakat Menurut Mata Pencaharian

Berdasarkan data dari buku Potensi Desa Menggoro mayoritas mata pencaharian penduduk desa bergerak dibidang pertanian. Dari jumlah penduduk sebesar 3.176 jiwa sebanyak 1.767 jiwa yang bekerja sebagai petani. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.6. berikut :

Tabel 3.12.

Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase

1. Petani 2.123 91% 2. PNS 60 3% 3. Pedagang dan pengrajin 59 2% 4. Buruh 22 1% 5. lain-lain 78 3%

Sumber : Profil Desa Menggoro, Tahun 2012

Gambar 3.4. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sumber : Profil Desa Menggoro, Tahun 2012 89% 2% 2%

7%

MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT KECAMATAN

TEMBARAK TAHUN 2012

(47)

Laporan Akhir III - 19

2. Karakteristik Masyarakat Menurut Pendidikan

Sebagian besar penduduk Desa Menggoro memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah. Rata-rata pendidikan masyarakat adalah Tamatan SD, dan sebagian kecil lulusan SMA dan Perguruan Tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat karena banyak masyarakat yang berpendapatan rendah sehingga tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Karena tingkat pendidikan yang rendah maka banyak masyarakat yang bekerja sebagai buruh.

3. Karakteristik Masyarakat Menurut Sosial Budaya

Mayoritas masyarakat Desa Menggoro memeluk agama Islam dan fasilitas sarana ibadahnya tersedia di semua dusun. Ada juga masyarakat menggoro yang memeluk agama kristen dan katholik, tetapi untuk fasilitas sarana ibadah tersebut tidak tersedia di Desa Menggoro.

3.2.4. Kondisi Perekonomian dan Potensi Desa Menggoro 1. Komoditas pertanian, perkebunan dan perikanan

a. Eksisting

Komoditas pertanian di Desa Menggoro meliputi padi, cabai, kubis, brokoli, terong. Komoditas unggulan Desa Menggoro adalah padi dengan produksi 8 ton/Ha dengan luasan lahan 30 Ha.

Tabel 3.13.

Komoditas Pertanian di Desa Menggoro

No Komoditas Luas (Ha) Produksi

(ton/Ha) 1. Padi 30 8 2. Cabai 5 6 3. Kubis 1 20 4. Brokoli 2 15 5. Terong 1 8

Gambar

Gambar 3.4. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Tabel 4.2. Faktor-faktor Kekuatan (Strenght)
Tabel 4.4. Faktor-faktor Peluang (Opportunity)

Referensi

Dokumen terkait

Media yang digunakan dalam perancangan aplikasi ini adalah media Smartphone android berupa apps. Agar aplikasi tersebut bisa diakses oleh pemakai smarphone android,

Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia- Nya saya dapat menyelesaiakan tugas akhir saya yang berjudul “Tanggapan Mahasiswa Terhap

Unsur kualitas pelayanan yang memiliki nilai rata-rata yang termasuk dalam kategori tingkat kinerja pelayanan tinggi yaitu kejelasan petugas pelayanan, kemampuan

Data diolah dengan Metode Weighted Mean Score (WMS). Hasil penelitian menunjukkanbahwa waste “terjadi penambahan jenis pekerjaan” memiliki frekuensi tertinggi,

Tuan Haji Shafai bin Ghazali, penolong pengarah Kanan, Bahagian pembangunan jabatan Kerja Raya Negeri Kedah, Bangunan Sultan Abdul Halim, jalan Sultan Badlishah, 05502

Dalam melaksanakan suatu kegiatan pastinya memiliki kendala-kendala yang dihadapi. Hal ini juga yang terjadi di Cabang Rutan Lhoknga. Sejauh ini Cabang Rutan Lhoknga

Perlu diketahui bahwa dari beberapa petikan wawancara di atas sebagian besar dari masyarakat adalah merupakan pemohon akta kelahiran baru. Sehingga dapat ditarik

Beberapa rumpun kambing/domba yang telah ditetapkan Pemerintah sebagai rumpun ternak berdasarkan wilayah sebaran asli geografis kambing/domba antara lain kambing