• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Asuhan Kebidanan IV (PATOLOGI GSR) ENDOMETRIOSIS DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": Asuhan Kebidanan IV (PATOLOGI GSR) ENDOMETRIOSIS DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan IV (PATOLOGI GSR) Dosen : Andi Cahyadi Sari S.ST

ENDOMETRIOSIS

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3

Andi yuliana Mulmaharani (NH04130004)

Asnia Mahmud Kadatua (NH0413026)

Dasriani (NH0413

Desi Natalia (NH0413027)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN

MAKASSAR 2015

(2)

Pertama-tama penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugrah-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan.

Tugas yang berjudul ”Endomentriosis” ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok presentasi mata kuliah Asuhan Kebidanan IV (Patologi GSR).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun demi berkembangnya pengetahuan dan merupakan sumbangan pemikiran penulis untuk para pembaca agar lebih memahami tentang endometriosis

PENULIS

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Manfaat Penulisan... 3 D. Tujuan Penulisan... 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Endometriosis... 4 B. Penyebab Endometriosisi... 5 C. Patofisiologi... 6 D. Klasifikasi Endometriosis... 7

E. Tanda dan Gejala Endometriosis... 8

F. Penanganan Endometriosis... 10

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan... 14

B. Saran ... 15

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertil untuk memperoleh anak.Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan.

Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.

Beberapa wanita terkejut ketika dokter menyebutkan diagnosa endometriosis yang merupakan salah satu penyebab infertilitas, namun tidak mengetahui dengan jelas apa sebenarnya endometriosis tersebut. Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi. Insidensi yang pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi. Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik,

(5)

ditemukan endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak 25%. Diperkirakan prevalensi endometriosis akan terus meningkat dari tahun ketahun. Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia reproduksi, namun telah ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause. Oleh karena itu, untuk setiap nyeri haid baik pada usia remaja, maupun pada usia menopause perlu dipikirkan adanya endometriosis.

Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di semua operasi pelvik. Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang negro, dan lebih sering didapatkan pada wanita-wanita yang berasal dari golongan sosio-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting di dalam terjadinya endometriosis.

Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada infertilitas menurut Ali Badziad, 1992, adalah sebesar antara 20-60 %. Pada infertilitas primer angka kejadian endometriosis yang terjadi sebesar 25%, sedangkan pada infertilitas sekunder angka kejadiannya sebesar 15%. Sedangkan angka kejadian endometriosis yang dilaporkan oleh Speroff adalah 3-10% terjadi

(6)

pada wanita usia produktif, dan antara 25-35 terjadi pada wanita infertil. Sedangkan di Indonesia endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada wanita infertil. Menurut William dan Pratt kejadian Endometriosis pada seluruh laparatomi dari berbagai indikasi ditemukan sebesar 11,87%

Berdasarkan penjelasan di atas besar persentase kasus endometriosis pada wanita mendasari study kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu penyebab dari infertilitas.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dari endometriosis? 2. Apakah penyebab terjadinya endometriosis? 3. Bagaimana klasifikasi dari endometriosis? 4. Apa saja tanda dan gejala endometriosis? 5. Bagaimana penanganan endometriosis? C. MANFAAT PENULISAN

Menambah wawasan mahasiswa tentang “endometriosis” D. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Memenuhi tugas mata kuliah ”Asuhan Kebidanan IV (Patologi GSR)” 2. Untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai endometriosis

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ENDOMETRIOSIS

Endometriosis merupakan kelainan ginekologik jinak yang sering diderita oleh perempuan usia reproduksi yang ditandai dengan adanya glandula dan stroma endometrium diluar letaknya yang normal. Endometriosis pertama kali di definisikan pada pertengahan abad ke-19 (Von Rockitansky,1860). Endometriosis sering didapatkan pada peritoneum pelvic

(7)

tetapi juga didapatkan pada ovarium, ligamentum, sakrouterina, kavum Douglasi, ligamentum latum, ligamentum rotundum, tuba fallopi, rektosigmoid, buli-buli, septum rektovaginalis, ureter dan tempat-tempat ekstraperitoneal seperti serviks, vulva, vagina, tempat-tempat sayatan, pada pusat, paru-paru dan kelenjar limfe, tetapi jarang pada verika urinaria, perikardium, dan pleura. Endometriosis merupakan penyakit yang pertumbuhannya tergantung pada hormon estrogen

Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di dalam miometrium ataupun di luar uterus.

Endometriosis adalah pertumbuhan kelenjar endometrium dan stroma yang berasal dari rahim. Pada endometeiosis, lapisan yang menyerupai endometrium tumbuh dan ditemukan diluar rahim.

B. PENYEBAB ENDOMETRIOSIS

Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain: 1. Wanita usia produktif ( 25-40 tahun )

2. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari) 3. Menstruasi yang lama (>7 hari)

4. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah

5. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama. 6. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis

7. Terpapar Toksin dari lingkungan Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.

Teori paling banyak diterima ialah migrasi trans tuba atau menstruasi retrogrand. Menurut teori ini, jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus selama menstruasi ke tuba falopii dan kedalam rongga peritoneum, dan organ-organ lain.

(8)

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:

1. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)

Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam rongga panggul/perut.

2. Teori sistem kekebalan

Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.

3. Teori genetik

Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis.

C. PATOFISIOLOGI

Endometriosis di pengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini di sebabkan adanya gen abnormal yang di turunkan dalam tubuh tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteronyang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.

Faktor penyebab lain berupa toksis dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikro organisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan respon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan se-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal. Jaringan endometrium yang

(9)

Faktor Predisposisi

Jaringan endometrium tumbuh di luar uterus (fragmen endometrial)

Genetik Lingkungan (Sampah)

Jk Progesteron & Estrogen Jar. Endometrium akan nekrosis

Jar. Abnormal pada Pelvis

Gumpalan Darah pada Pelvis Perlekatan

Tubafallopi Ovarium

Infertil Pendarahan Abnormal pada Pelvis

tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut di lemparkan dari infundibulum tuba falopi menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang di kenai endometrioosis. Untuk lebih jelasnya, berikut alur patofisiologi dari endometriosis.

D. KLASIFIKASI ENDOMETRIOSIS

Menurut topografinya, endometriosis dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Endometriosis interna, yaitu endometriosis didalam miometrium, lazim disebut adenomiosis

2. Endometriosis eksternal, yaitu endometriosis diluar uterus, lazim di sebut

“true endometriosis”

Menurut letaknya, endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu

1. Endometriosis genetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya didalam uterus

(10)

2. Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di dinding belakang uterus, diluar tuba dan di ovarium

3. Endometriosis genetalia eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di pelvio peritonium dan di kavum Douglas, rekto sigmoid, dan kandung kencing.

E. TANDA DAN GEJALA ENDOMETRIOSIS 1. Dismenorea

Dismenorea adalah nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid. Dismonorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid yang semakin lama semakin menghebat. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui, tetapi mungkin adanya hubungan dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Nyeri tidak selalu didapatkan pada endometriosis walaupun kelainan sudah luas, sabaliknya kelainan ringan dapat menimbulkan gejala nyeri yang keras.

2. Dispareunia

Dispareunia adalah nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Dispareunia yang merupakan gejala yang sering dijumpai, disebabkan oleh karean adanya endometriosis di kavum Douglasi. Nyeri waktu defekasi, khusunya pada waktu

Defekais yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid, disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid. Kadang-kadang bisa terjadi stenosis dari lumen usus besar tersebut. Endometriosis kandung kencing jarang terdapat, gejala-gejalanya ialah gangguan miksi dan hematuria pada waktu haid.

(11)

Polimenorea adalah panjang siklus haid yang memendek dari panjang siklus haid yang klasik, yaitu kurang dari 21 hari per siklusnya, sementara volume pendarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak dari volume pendarahan haid biasa.

Hipermenorea adalah perdarahan haid yang banyak dan lebih lama dari normal, yaitu 6-7 hari dan ganti pembalut 5-6 kali perhari. Gangguan haid dan siklusnya dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan pada ovarium demikian luasnya sehingga fungsi ovulasi terganggu.

4. Infertilitas

Infertilitas adalah keadaan di mana seseorang tidak dapat hamil secara alami atau tidak dapat menjalani kehamilannya secara utuh.

Tiga puluh sampai empat puluh persen wanita dengan endometriosis menderita infertilitas. Menurut Rubin kemungkinan untuk hamil pada wanita dengan endometriosis ialah kurang lebih separuh wanita biasa. Faktor penting yang menyebabkan infertilitas pada endometriosis ialah apabila mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya.

5. Nyeri perut bagian bawah dan didaerah panggul yang progresif

6. Nyeri ketika buang air besar atau kecil (disuria), khususnya pada saat menstruasi. Disebabkan karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid. Nyeri yang dirasakan tidak berhubungan dengan tingkat keparahan endometriosis

7. Subfertilitas apabila mobilitas tuba terganggu karena fibriosis dan karena perlekatan jaringan disekitarnya.

F. PENANGANAN ENDOMETRIOSIS 1. Pencegahan

Bila disminorea yang berat terjadi pada seorang pasien muda, kemungkinana bermacam-macam tingkat sumbatan pada aliran haid harus

(12)

dipertimbangkan.kemungkinan munculnya suatu tanduk rahim yang tumpul pada rahimbikornuata atau sebuah sumbatan septum rahim atau vaginal harus diingat.dilatasi serviks untuk memungkinkan pengeluaran darah haid yang lebih mudah pada pasien dengan tingkat disminorea yang hebat.

Kemudian, adapula pendapat dari Meigs. Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Maka dari itu perkawinan hendaknya jangan ditunda terlalu lama dan diusahakan secepatnya memiliki anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian tidak hanya merupaka profilaksis yang baik untuk endometriosis, melainkan juga mrnghindari terjadinya infertilitas sesudah endometrium timbul. Selain itu juga jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau kerokan saat haid, karena dapat mengalirkan darah haid dari uterus ke tuba fallopi dan rongga panggul

2. Observasi

Pengobatan ini akan berguna bagi wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang agak berumur, pengawasan ini bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. Dalam masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.

3. Pengobatan Hormonal

Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan lingkungan hormone rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium

(13)

yang normal ataupun jaringan endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan peritoneum.

Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan endomeetriosis.

Terapi endometriosis tergantung pada keparahan penyakit dan kebutuhan pasien. Pilihan terapi hebat dan mempertahankan kesuburan, dan manajemen penanganan terapi nyeri sendiri. Terapi hormonal / terapi obat menggunakan obat dengan mekanisme kerja menekan pengeluaran hormon estrogen menggunakan GnRH antagonis, pil kontrasepsi, progestin, danazol, antiprogesteron dan obat pereda nyeri

4. Pembedahan

Adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya endometriosis. Oleh karena itu pada waktu pembedahan,harus dapat menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini , pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil

(14)

pembedahan untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan.

5. Radiasi

pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan.

(15)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di dalam miometrium ataupun di luar uterus.

Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain: Wanita usia produktif ( 25-40 tahun ),wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari),menstruasi yang lama (>7 hari), peningkatan jumlah estrogen dalam darah, keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama. memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis, terpapar toksin. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut: teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur), teori sistem kekebalan, teori genetik.

Menurut topografinya, endometriosis dapat digolongkan menjadi dua yaitu :Endometriosis interna dan endometriosis eksternal. Menurut letaknya, endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: endometriosis genetalia interna, endometriosis eksterna, dan endometriosis genetalia eksterna.

Tanda dan gejala endometriosis yaitu dismenorea, dispareunia, polimenorea dan hioermenorea, infertilitas, nyeri perut bagian bawah dan didaerah panggul yang progresif, nyeri ketika buang air besar atau kecil, dan subfertilitas.

(16)

Penanganan endometriosis, yaitu : pencegahan, observasi, pengobatan hormonal, pembedahan, dan radiasi.

B. SARAN

Makalah yang kami susun dan sekarang sedang berada dalam genggaman pembaca yang budiman ini, jauh dari kata sempurna untuk itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini selanjutnya

.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba dkk. 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. EGC: Jakarta. Nugroho, Taufan. 2012. Obsgyn Obstetri dan Ginekologi Untuk Kebidanan dan

Kebidanan. Nuha Medika: Yogyakarta

(17)

Prawihardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo: Jakarta

Saminem. 2009. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Konsep dan Praktik. Jakarta: EGC. http://asuh.wikia.com/wiki/Infertilitas http://id.wikipedia.org/wiki/Endometriosis http://makalah-asuhan-kebidanan.blogspot.co.id/2011/04/askep-endometriosis.html http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.co.id/2011/11/asuhan-kebidanan-semester-v-askeb-iv.html http://makalah-asuhan-kebidanan.blogspot.co.id/2010/11/endometriosis.html

Referensi

Dokumen terkait