PROFIL KESELAMATAN RADIASI BATAN BERDASARKAN
DATA INSPEKSI INTERNAL TAHUN 2002 – 2005
B.Y. Eko Budi Jumpeno Pengkaji Keselamatan Radiasi Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATANABSTRAK
PROFIL KESELAMATAN RADIASI BATAN BERDASARKAN DATA INSPEKSI INTERNAL TAHUN 20022005. Untuk mengetahui sejauh mana para pengelola fasilitas nuklir/radiasi di lingkungan BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) melaksanakan kebijakan pimpinan BATAN tentang keselamatan maka diperlukan suatu perangkat untuk mengaudit dan memverifikasi penyelenggaraan keselamatan di fasilitas tersebut. Sebagai tindak lanjutnya adalah diterbitkannya Keputusan Kepala BATAN No: 356/KA/VIII/1999 tentang Pelaksanaan Inspeksi Teknis Keselamatan Nuklir di Lingkungan BATAN pada tanggal 3 Agustus 1999. Surat Keputusan Kepala BATAN ini menjadi dasar bagi pembentukanTim Inspeksi Keselamatan Nuklir dan penyelenggaraan inspeksi keselamatan nuklir (inspeksi internal) di lingkungan BATAN. Berdasarkan analisis data inspeksi internal keselamatan radiasi di lingkungan BATAN tahun 20022005 diperoleh kesimpulan adanya 6 masalah keselamatan radiasi yang perlu menjadi perhatian para pengelola fasilitas nuklir/radiasi yaitu dokumen perizinan, pengelolaan zat radioaktif dan/atau sumber radiasi lainnya, pemantauan dosis perorangan dan pemeriksaan kesehatan, pemantauan daerah kerja, pengendalian daerah kerja, dan pengelolaan limbah radioaktif. Berdasarkan wawancara dengan para pengelola dan pelaksana di instalasi/fasilitas terungkap adanya 3 kendala yang menghambat pelaksanaan keselamatan radiasi yaitu masalah keterbatasan sarana, masalah keterbatasan jumlah dan pengetahuan/keterampilan personel dan masalah kurang adanya kesadaran personel terhadap masalah keselamatan.
ABSTRACT
RADIATION SAFETY PROFILE OF BATAN BASED ON INTERNAL INSPECTION DATA YEAR 20022005. To ensure that nuclear/radiation facility operators conduct the safety policy of BATAN head, it is necessary to compose team for audit and verification of the radiation safety at the facility.On August 3, 1999, it is published BATAN head decree No.356/KA/VIII/1999 about conducting of internal nuclear safety inspection in BATAN. This decree is reference for composing nuclear safety inspection team and conducting safety nuclear inspection. Based on analysis of the inspection data in 20022005, it is concluded that there are 6 problems in BATAN nuclear/radiation facility in relation with carrying out the radiation safety. Those are license document, management of radioactive/radiation sources, personal dose monitoring and health check up, work area monitoring, work area control and radioactive waste management. Based on interview with the operators at the facilities it is identified some constraints in the implementation of radiation safety, namely limited safety equipments, limited quantity and lack of knowledge/skill of the personnel and also less awareness of personnel to the safety issues.
A. PENDAHULUAN
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) adalah lembaga yang mempromosikan penelitian dan pengembangan (litbang) tenaga nuklir di Indonesia. Sebagai lembaga litbang tenaga nuklir, BATAN memiliki beberapa instalasi nuklir/radiasi; misalnya instalasi reaktor riset dan instalasi irradiator gamma. Sesuai dengan ketentuan nasional maupun internasional, dalam mengoperasikan instalasi nuklir/radiasi tersebut faktor keselamatan harus menjadi perhatian utama. Sejalan dengan kepedulian BATAN di bidang keselamatan, maka pada tanggal 21 Juli 1998 Direktur Jenderal BATAN mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan keselamatan instalasi nuklir dan fasilitas radiasi. Kebijakan tentang keselamatan tersebut berbunyi, “Di seluruh unit kerja di lingkungan BATAN keselamatan
harus menjadi prioritas utama pada seluruh tahap kegiatan dan menjadi pertimbangan utama baik secara organisasi maupun perorangan” Kebijakan ini tentunya perlu mendapatkan
perhatian dari para pengelola instalasi di lingkungan BATAN.
Untuk mengetahui sejauh mana para pengelola fasilitas nuklir/radiasi di lingkungan BATAN telah melaksanakan apa yang menjadi kebijakan pimpinan BATAN tersebut diperlukan suatu perangkat untuk mengaudit dan memverifikasi penyelenggaraan keselamatan di instalasi nuklir/radiasi BATAN.
Berkaitan dengan pelaksanaan audit dan verifikasi penyelenggaraan keselamatan di instalasi nuklir/radiasi BATAN, pada tanggal 3 Agustus 1999 diterbitkan Keputusan Kepala BATAN No: 356/KA/VIII/1999 tentang Pelaksanaan Inspeksi Teknis Keselamatan Nuklir di Lingkungan BATAN. Menurut Surat Keputusan tersebut tugas dan wewenang inspeksi keselamatan nuklir berada pada Kepala Biro Humas, Organisasi dan Pengamanan BATAN (BHOPBATAN). Selanjutnya setiap tahun diterbitkan Keputusan Kepala BATAN tentang Pembentukan Tim Pelaksana Inspeksi Teknis Keselamatatan Nuklir yang pada tahun 2005 Tim Pelaksana Inspeksi Keselamatan Nuklir dibentuk dengan Keputusan Kepala BATAN No: 630/KA/XII/2004 tanggal 30 Desember 2004.
Sampai dengan tahun 2005 inspeksi teknis keselamatan nuklir di lingkungan BATAN dilaksanakan di 16 unit kerja. Inspeksi teknis keselamatan nuklir atau inspeksi internal keselamatan nuklir BATAN mencakup inspeksi keselamatan reaktor, inspeksi keselamatan radiasi dan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja (inspeksi non radiasi). Namun dalam tulisan ini lingkup pembahasannya dibatasi pada inspeksi internal keselamatan radiasi.
B. PENYELENGGARAAN INSPEKSI INTERNAL
Unsurunsur yang diaudit dan diverifikasi pada penyelenggaraan inspeksi internal keselamatan radiasi mengacu kepada peraturan perundangundangan ketenaganukliran yang berlaku di Indonesia; seperti UU No. 10/1997, PP No. 63/2000, PP No. 64/2000, PP No. 26/2003, PP No. 27/2003 dan KeputusanKeputusan Kepala BAPETEN serta peraturan setempat yang dibuat oleh instalasi sendiri (prosedur dan juklak/juknis). Unsurunsur yang diaudit dan diverifikasi ini selanjutnya dituangkan dalam bentuk Panduan Inspeksi Keselamatan Radiasi. Panduan inspeksi ini akan membantu anggota Tim Pelaksana Inspeksi dalam melakukan tugasnya sehingga dapat dijaga standard inspeksi di seluruh instalasi nuklir/radiasi BATAN. Ada 19 unsur utama dalam panduan inspeksi internal keselamatan radiasi BATAN yaitu : 1. Dokumen perizinan (misalnya: izin pemanfaatan zat radioaktif dan izin pembangunan dan pengoperasian irradiator gamma). 2. Dokumen keselamatan (misalnya: juklak pemanfaatan zat radioaktif dan laporan analisis keselamatan reaktor nuklir). 3. Organisasi keselamatan (organisasi proteksi radiasi). 4. Petugas ahli berlisensi (misalnya: lisensi/surat izin bekerja/SIB Petugas Proteksi Radiasi, lisensi operator radiografi dan lisensi operator akselerator/irradiator). 5. Pengelolaan zat radioaktif dan/atau sumber radiasi lainnya (misalnya: inventariasi zat radioaktif/sumber radiasi lainnya dan lokasi penyimpanan zat radioaktif dan sumber radiasi lainnya).
6.
Alat ukur radiasi (misalnya: ketersediaan surveimeter, ketersediaan film badge/TLD, dan sertifikat kalibrasi surveimeter). 7. Peralatan proteksi radiasi (misalnya: tali kuning, tanda radiasi, jas lab, sepatu lab dan sarung tangan). 8. Operasi, pengujian dan perawatan peralatan (misalnya: prosedur keselamatan operasi, logbook pemakaian alat dan prosedur uji kebocoran radiasi).9.
Sistem keselamatan ruang kerja (misalnya: monitor area, sistem interlock dan sistem kendali jalan masuk/keluar).10.
Kedisiplinan personel (misalnya: pemakaian film badge/TLD/pendosimeter dan pemakaian surveimeter/monitor kontaminasi).11. Pemantauan dosis perorangan dan pemeriksan kesehatan (misalnya:catatan kartu dosis dan catatan kartu kesehatan).
12. Pemantauan daerah kerja (misalnya: rekaman pemantauan radiasi dan rekaman pemantauan kontaminasi permukaan).
13. Pemantuan kontaminasi peralatan (misalnya: prosedur kerja dekontaminasi peralatan). 14. Pengendalian daerah kerja (misalnya: pemasangan tali kuning dan tanda radiasi serta
pemasangan label radiasi/zat radioaktif pada kontainer zat radioaktif).
15. Pengangkutan zat radioaktif (misalnya: pengangkutan zat radioaktif ke luar/masuk instalasi dan rekaman pengangkutan zat radioaktif ke luar/masuk instalasi).
16. Pengelolaan limbah radioaktif (misalnya: prosedur pengelolaan limbah radioaktif dan rekaman pengelolaan limbah radioaktif).
17. Proteksi lingkungan (misalnya: prosedur pemantauan radioaktivitas lingkungan dan rekaman hasil pemantauan radioaktivitas lingkungan).
18. Rencana penanggulangan keadaan darurat (misalnya: organisasi penanggulangan keadaan darurat dan latihan penanggulangan keadaan darurat).
19. Penyinaran radiasi dan pelayanan kesehatan pada keadaan darurat (misalnya: prosedur dekontaminasi personel terluka dan kartu dosis terpisah).
Pelaksanaan inspeksi internal keselamatan radiasi di instalasi nuklir/radiasi dimulai dengan penyerahan Surat Perintah Inspeksi kepada pengelola instalasi nuklir/radiasi, dilanjutkan dengan entry meeting, audit dan verifikasi kondisi keselamatan radiasi di instalasi dan diakhiri dengan exit meeting. Konfirmasi atas tindak lanjut temuan (finding) tahun sebelumnya dilaksanakan pada entry meeting, sedangkan konfirmasi atas temuan tahun berjalan dilaksanakan pada tahap exit meeting.
C. HASIL PELAKSANAAN INSPEKSI INTERNAL
Penyelenggaraan inspeksi internal di lingkungan BATAN dilaksanakan setelah diterbitkannya Keputusan Kepala BATAN No: 356/KA/VIII/1999 tentang Pelaksanaan Inspeksi Teknis Keselamatan Nuklir di Lingkungan BATAN. Penyelenggaraan inspeksi internal pada awalnya hanya dilaksanakan di instalasi nuklir/fasilitas radiasi yang relatif besar, misalnya pusat reaktor serbaguna, pusat teknologi bahan bakar nuklir dan pusat pengelolaan limbah radioaktif. Namun kemudian meluas ke unit kerja lainnya di lingkungan BATAN yang memiliki instalasi nuklir/fasilitas radiasi.
Hasil penyelenggaraan inspeksi internal keselamatan radiasi di 16 instalasi nuklir/radiasi BATAN tahun 2002 – 2005 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Hasil temuan inspeksi internal keselamatan radiasi tahun 2002 – 2005. No. Unsur yang Diaudit dan Diverifikasi Jumlah Temuan
Tahun 2002 Jumlah Temuan Tahun 2003 Jumlah Temuan Tahun 2004 Jumlah Temuan Tahun 2005 1. Dokumen perizinan 11 11 11 15 2. Dokumen keselamatan 9 7 3 2 3. Organisasi keselamatan 0 6 6 3 4. Petugas ahli berlisensi 1 1 1 2
5. Pengelolaanradioaktif dan/atau zat
sumber radiasi lain 2 16 11 16
6. Alat ukur radiasi 8 8 8 3
7. Peralatanradiasi proteksi 11 6 0 3 8. Operasi, pengujian dan perawatan peralatan 5 9 6 3 9. Sistem keselamatan ruang kerja 7 9 6 3
10. Kedisiplinan personel 5 8 6 7
11. Pemantauanperorangan dosis dan
pemeriksaan kesehatan 8 11 7 11
12. Pemantauan daerah kerja 10 15 10 6 13. Pemantauan kontaminasi peralatan 0 0 0 0 14. Pengendalian daerah kerja 8 20 16 8 15. Pengangkutanradioaktif zat 0 1 1 1 16. Pengelolaan limbah radioaktif 7 7 12 7
17. Proteksi lingkungan 0 1 0 0
18. Rencana penanggulangan
keadaan darurat 3 3 2 2
19, Penyinaran pelayanan kesehatan dan
pada keadaan darurat 0 0 0 0
Dengan melihat Tabel 1 terlihat ada beberapa temuan yang cukup menonjol yang perlu mendapat perhatian. Unsurunsur inspeksi yang menjadi temuan menonjol pada penyelenggaraan inspeksi tahun 2002 – 2004 adalah sebagai berikut: 1. Dokumen perizinan 2. Pengelolaan zat radioaktif dan/atau sumber radiasi lainnya 3. Pemantauan dosis perorangan dan pemeriksaan kesehatan 4. Pemantauan daerah kerja 5. Pengendalian daerah kerja 6. Pengelolaan limbah radioaktif. Temuan inspeksi tahun 2003 mengalami peningkatan yaitu dari 95 temuan menjadi 139 temuan. Temuan tahun 2004 turun secara signifikan dari 139 temuan menjadi 106 temuan dan turun lagi pada tahun 2005 menjadi 92 temuan.
Tabel 2. Jumlah unit kerja di mana terdapat temuan pada inspeksi internal keselamatan radiasi tahun 2002 – 2005
No. Unsur yang Diaudit dan Diverifikasi Jumlah Unit KerjaInspeksi
Tahun 2002 Inspeksi Tahun 2003 Inspeksi Tahun 2004 Inspeksi Tahun 2005
1. Dokumen perizinan 6 5 8 8
2. Dokumen keselamatan 7 6 3 1
3. Organisasi keselamatan 0 5 6 3
4. Petugas ahli berlisensi 1 1 1 2
5. Pengelolaanradioaktif dan/atau zat
sumber radiasi lain 2 7 6 9
6. Alat ukur radiasi 4 7 5 3
7. Peralatanradiasi proteksi 5 2 0 3
8. Operasi, pengujian dan perawatan peralatan 3 4 5 3
9. Sistem keselamatan ruang kerja 3 3 4 3
10. Kedisiplinan personel 4 5 6 6
11. Pemantauan dosis
No. Unsur yang Diaudit dan Diverifikasi Jumlah Unit KerjaInspeksi
Tahun 2002 Inspeksi Tahun 2003 Inspeksi Tahun 2004 Inspeksi Tahun 2005
1. Dokumen perizinan 6 5 8 8
pemeriksaan kesehatan
12. Pemantauan daerah kerja 6 10 4 5
13. Pemantauan kontaminasi peralatan 0 0 0 0
14. Pengendalian daerah kerja 3 7 8 5
15. Pengangkutanradioaktif zat 0 1 1 1
16. Pengelolaan limbah radioaktif 3 5 5 5
17. Proteksi lingkungan 0 1 0 0
18. Rencana penanggulangan
keadaan darurat 2 3 2 2
19, Penyinaran pelayanan kesehatan dan
pada keadaan darurat 0 0 0 0 Berdasarkan jumlah unit kerja di mana terdapat temuan, maka unsurunsur temuan inspeksi yang menonjol adalah sebagai berikut: 1. Dokumen perizinan 2. Pengelolaan zat radioaktif dan/atau sumber radiasi lain 3. Pemantauan dosis perorangan dan pemeriksaan kesehatan 4. Pemantauan daerah kerja 5. Pengendalian daerah kerja. Mengacu hasil inspeksi internal keselamatan radiasi sebagaimana ditampilkan pada Tabel 1 dan Tabel 2 maka beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian lebih adalah sebagai berikut :
1. Masalah dokumen perizinan; misalnya izin pemanfaatan zat radioaktif sudah kadaluwarsa, terjadi perubahan nama pengusaha instalasi nuklir tanpa dilakukan revisi izin.
2. Masalah pengelolaan zat radioaktif dan/atau sumber radiasi lainnya; misalnya inventarisasi zat radioaktif/ sumber radiasi tidak ada, logbook pemakaian zat radioaktif/sumber radiasi tidak ada atau ada tetapi tidak diisi, tempat penyimpanan zat radioaktif/sumber radiasi tidak memenuhi persyaratan keselamatan.
3. Pemantauan dosis perorangan dan pemeriksaan kesehatan; misalnya evaluasi dosis perorangan tidak dilakukan sesuai dengan periode evaluasi, kartu dosis tidak diisi atau tidak ada, pemeriksaan kesehatan tidak dilakukan, kartu kesehatan tidak diisi. 4. Masalah pemantauan daerah kerja; misalnya pengukuran/rekaman laju paparan radiasi tidak ada atau tidak lengkap, pengukuran/rekaman tingkat kontaminasi permukaan dan pengukuran/rekaman tingkat kontaminasi udara tidak ada atau tidak lengkap. 5. Masalah pengendalian daerah kerja; misalnya pemasangan tali kuning dan tanda radiasi serta pemasangan label bahaya radiasi/kontaminasi pada wadah/kontainer/tempat penyimpanan zat radioaktif/sumber radiasi tidak dilakukan.
6. Masalah pengelolaan limbah radioaktif; misalnya rekaman hasil pengelolaan limbah radioaktif tidak ada atau tidak lengkap, tempat penyimpanan sementara limbah tidak memenuhi persyaratan keselamatan.
Tabel 3. Tindak lanjut temuan inspeksi internal keselamatan radiasi tahun 2003 2005.
No. Unsur yang Diaudit dan Diverifikasi
Tindak Lanjut Tahun 2003 Terhadap Temuan Tahun 2002 Tindak Lanjut Tahun 2004 Terhadap Temuan Tahun 2003 Tindak Lanjut Tahun 2005 Terhadap Temuan Tahun 2004 Jumlah Persen (%) Jumlah Persen (%) Jumlah Persen (%)
1. Dokumen perizinan 9 81,8 10 90,9 8 72,7
2. Dokumen keselamatan 6 66,7 6 85,7 3 100
3. Organisasi keselamatan 0 4 66,7 6 100
4. Petugas ahli berlisensi 0 0 0,0 1 100
5. Pengelolaan zat radioaktif dan/atau sumber radiasi
lain 2 100,0 10 62,5 7 63,6
6. Alat ukur radiasi 4 50,0 6 75,0 5 62,5
7. Peralatan proteksi radiasi 10 90,9 5 83,3 0
No. Unsur yang Diaudit dan Diverifikasi Tindak Lanjut Tahun 2003 Terhadap Temuan Tahun 2002 Tindak Lanjut Tahun 2004 Terhadap Temuan Tahun 2003 Tindak Lanjut Tahun 2005 Terhadap Temuan Tahun 2004 Jumlah Persen (%) Jumlah Persen (%) Jumlah Persen (%)
1. Dokumen perizinan 9 81,8 10 90,9 8 72,7
9. Sistem keselamatan ruang kerja 4 57,1 5 55,6 4 66,7
10. Kedisiplinan personel 5 100,0 8 100,0 5 83,3
11. Pemantauanpersonel dan pemeriksaan dosis
kesehatan 7 87,5 8 72,7 6 85,7
12. Pemantauan daerah kerja 7 70,0 11 73,3 7 70,0
13. Pemantauan kontaminasi peralatan 0 0 0
14. Pengendalian daerah kerja 8 100,0 15 75,0 15 93,8
15. Pengangkutanradioaktif zat 0 1 100,0 0
16. Pengelolaanradioaktif limbah 4 57,1 4 57,1 9 75,0
17. Proteksi lingkungan 0 1 100,0 0
18. Rencana penanggulangan keadaan darurat 3 100,0 1 33,3 1 50,0 19, Penyinaran pelayanan kesehatan dan
pada keadaan darurat 0 0 0
TOTAL 73 76,8 102 73,4 83 78,3
Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 3, dapat dikatakan bahwa secara kuantitas jumlah tindak lanjut inspeksi meningkat dari 73 tindak lanjut pada tahun 2003 menjadi 102 tindak lanjut pada tahun 2004 dan turun lagi menjadi 83 tindak lanjut pada tahun 2005, namun dari segi persentasi menurun dari 76,8 % menjadi 73,4 % pada tahun 2004 , tetapi naik menjadi 78,3 % pada tahun 2005. Secara umum kondisi keselamatan radiasi di instalasi nuklir/fasilitasi radiasi BATAN adalah cukup baik dan dalam kurun waktu tahun 20022005 terlihat adanya peningkatan kinerja keselamatan yang nyata.
D. INSPEKSI EKSTERNAL OLEH BAPETEN
Selain menerima inspeksi internal, instalasi nuklir/fasilitas radiasi BATAN juga menerima inspeksi eksternal keselamatan radiasi yang diselenggarakan oleh BAPETEN. Sebagai Badan Pengawas, BAPETEN menjalankan fungsi pengawasan melalui peraturan, perizinan dan inspeksi. Di instalasi nuklir/fasilitas radiasi BATAN, BAPETEN melaksanakan inspeksi kepada pengusaha instalasi yang biasanya dipegang oleh Kepala Unit Kerja. Laporan tertulis hasil inspeksi eksternal di instalasi nuklir/fasilitas radiasi BATAN hanya disampaikan kepada Pengusaha Instalasi/Kepala Unit Kerja. Sehingga Tim Inspeksi Internal tidak memiliki hak/wewenang untuk mendapatkan data tersebut. Namun dari wawancara yang dilakukan Tim Pelaksana Inspeksi Internal dengan PPR atau manajemen instalasi/fasilitas diperoleh informasi bahwa hasil inspeksi eksternal tidak jauh berbeda dengan laporan hasil inspeksi internal. Menurut PPR atau manajemen instalasi/fasilitas, laporan hasil inspeksi internal tidak jarang lebih detil termasuk rekomendasi dan solusi yang disarankan.
Namun secara umum terdapat perbedaan antara inspeksi eksternal dan inspeksi internal, yaitu :
Pertama, anggota Tim Inspeksi BAPETEN dikenal sebagai Inspektur BAPETEN, sedangkan anggota Tim Pelaksana Inspeksi Keselamatan Radiasi BATAN (inspeksi internal) tidak disebut inspektur, hanya disebut anggota tim inspeksi saja. Namun wewenang dan tugasnya tidak jauh berbeda. Perbedaannya terletak pada kewenangan untuk menutup instalasi yang menurut hasil audit dan verifikasi tidak memenuhi kaidah keselamatan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundangundangan. Anggota Tim Pelaksana Inspeksi Keselamatan Radiasi BATAN tidak memiliki kewenangan itu.
Kedua, inspeksi eksternal memiliki fungsi legal/law enforcement artinya memiliki fungsi menegakkan peraturan perundangundangan dengan kewenangan memberikan sanksi (sanksi administratif), sedangkan inspeksi internal lebih bersifat pembinaan. Dengan demikian dalam inspeksi internal selain melaksanakan audit dan verifikasi, maka temuan (finding) yang ada didiskusikan untuk mencari pemecahan yang paling optimal. Tim Pelaksana Inspeksi diharapkan dapat membantu memecahkan masalah keselamatan di instalasi. Tim dapat menjadi penghubung di antara instalasi di BATAN dalam menjalin kerja sama untuk memecahkan masalah keselamatan yang dihadapi masingmasing instalasi/unit kerja.
Ketiga, laporan inspeksi eksternal tidak disampaikan kepada Pimpinan BATAN dan hanya disampaikan kepada PIN. Sedangkan laporan inspeksi internal disampaikan secara resmi kepada Pimpinan BATAN selain kepada PIN. Dengan demikian Pimpinan BATAN dapat mengetahui gambaran keselamatan nuklir di BATAN melalui laporan hasil inspeksi internal.
E. BUDAYA KESELAMATAN TERKAIT KESELAMATAN RADIASI
Pengukuran dan pengkajian terhadap pelaksanaan budaya keselamatan dalam suatu instalasi nuklir/fasilitas radiasi tidak mudah, karena menyangkut sikap atau karakter dan perilaku manusia. Diperlukan parameter dan batasan yang jelas serta metode pengukuran yang benar. Data laporan hasil inspeksi internal keselamatan radiasi tidak dapat dipakai untuk menjastifikasi sudah/belum terciptanya budaya keselamatan karena tidak mencakup semua parameter yang diperlukan untuk mengukur budaya keselamatan dalam instalasi/fasilitas. Dalam Buku Panduan Inspeksi Keselamatan Radiasi BATAN diuraikan unsurunsur yang diaudit dan diverifikasi pada instalasi nuklir/fasilitas radiasi di lingkungan BATAN. Unsur Kedisiplinan Personel sangat berdekatan dengan budaya keselamatan di instalasi/fasilitas. Data hasil inspeksi internal terlihat bahwa temuan untuk unsur ini adalah 5 temuan pada tahun 2002, 8 temuan pada tahun 2003, 6 dan 7 temuan pada tahun 2004 dan 2005. Namun jastifikasi telah atau belum terselenggaranya budaya keselamatan di BATAN tidak dapat dinyatakan berdasarkan data hasil inspeksi internal.
F. KENDALA PENYELENGGARAAN KESELAMATAN RADIASI
Penyelenggaraan keselamatan radiasi di instalasi nuklir/radiasi memang tidak murah terutama jika dikaitkan dengan mahalnya fasilitas dan sarana atau peralatan keselamatan. Namun demikian bukan berarti bahwa keselamatan radiasi tidak dapat dibentuk walaupun fasilitas dan peralatannya terbatas. Upayaupaya untuk menumbuhkan perilaku dan sikap keselamatan di antara pekerja radiasi dapat dilakukan tanpa membutuhkan biaya yang mahal, misalnya dengan sosialisasi dan latihan terus menerus agar selalu mengikuti prosedur apabila memasuki area kerja meskipun di area itu potensi bahaya radiasinya relatif rendah. Di sini komitmen dan konsistensi untuk menerapkan manajemen keselamatan diuji tindakannya secara nyata.Berdasarkan wawancara di lapangan pada saat pelaksanaan inspeksi internal terungkap adanya beberapa kendala dalam upaya penyelenggaraan keselamatan radiasi di instalasi/fasilitas yaitu:
1. Keterbatasan sarana, misalnya alat tidak ada atau rusak, alat belum terkalibrasi, jumlah peralatan tidak mencukupi, ruang untuk penyimpanan/pemakaian zat radioaktif tidak ada atau tidak memadai. Kondisi ini sangat mengganggu pelaksanaan atau pengawasan keselamatan, misalnya pada pemantauan daerah kerja atau pengawasan personel di lokasi kendali jalan masuk.
2. Keterbatasan jumlah dan keterampilan/pengetahuan personel khususnya petugas proteksi radiasi (PPR). Keterbatasan jumlah personel terutama dirasakan oleh unit kerja yang memiliki instalasi/fasilitas yang luas dan besar. Keterbatasan keterampilan/pengetahuan berdampak pada tidak terlaksananya program keselamatan secara optimal, misalnya tidak terlaksanakannya pencatatan kartu dosis.
3. Kurang adanya kesadaran personel instalasi/fasilitas mengenai keselamatan, misalnya masuk medan radiasi tidak memakai monitor perorangan, makan dan minum di lab. radioaktif serta meletakkan material radioaktif di sembarang tempat. Kurangnya kesadaran akan keselamatan membuat prosedur keselamatan atau bahkan peraturan peraturan keselamatan yang sudah ada diabaikan begitu saja.
Di antara ketiga kendala yang teridentifikasi tersebut, masalah kurang adanya kesadaran akan keselamatan adalah hal yang sangat memerlukan perhatian karena menyangkut sikap dan perilaku seseorang terkait dengan masalah keselamatan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan dalam pelaksanaan inspeksi keselamatan radiasi tahun 2002 2005 terdapat 6 hal menonjol yang perlu menjadi perhatian manajemen dan pelaksana lapangan berkaitan dengan penyelengaraan keselamatan radiasi di instalasi nuklir/radiasi BATAN yaitu: 1. Masalah dokumen perizinan 2. Masalah pengelolaan zat radioaktif dan/atau sumber radiasi lainnya 3. Pemantauan dosis perorangan dan pemeriksaan kesehatan. 4. Masalah pemantauan daerah kerja 5. Masalah pengendalian daerah kerja 6. Masalah pengelolaan limbah radioaktif.
Secara keseluruhan penyelenggaraan keselamatan radiasi, tanggapan dan tindak lanjut atas rekomendasi Tim Inspeksi Internal di instalasi nuklir/ fasilitas radiasi BATAN cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari data temuan inspeksi dan tindak lanjut atas rekomendasi Tim terhadap temuan tersebut.
Berdasarkan wawandara dengan para pengelola dan pelaksanan instalasi/fasilitas di lapangan terungkap adanya 3 kendala yang menghambat penyelenggaraan keselamatan radiasi yaitu masalah keterbatasan sarana, masalah keterbatasan jumlah dan pengetahuan/keterampilan personel serta masalah kurangnya kesadaran personel akan keselamatan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
BHOP, Panduan Inspeksi Keselamatan Radiasi BATAN, BHOPBATAN, Jakarta (2004).2.
JUMPENO, B.Y.E.B. Inspeksi Keselamatan Nuklir BATAN., Diktat Pelatihan Inspeksi Keselamatan Instalasi Nuklir dan Fasilitas Radiasi. PusdiklatBATAN, Jakarta (2004).3.
JUMPENO, B.Y.E.B. Kajian Hasil Temuan Inspeksi Internal Keselamatan Radiasi DiFasilitas Batan Tahun 2003, Makalah Seminar Budaya Keselamatan Tahun 2004,
P2TKNBATAN, Jakarta (2004).
4.
BHOP, Laporan Hasil Inspeksi Keselamatan Nuklir BATAN 2002 2005, BHOP – BATAN, Jakarta (20022005).5.
BATAN, Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Nuklir di Lingkungan Badan TenagaDISKUSI DAN TANYA JAWAB
Penanya: Otto P Ruslanto ( PTKMR BATAN ) Saran:
Penyampaian data pada presentasi tidak menggambarkan keadaan sebenarnya karena terlalu global, sehingga dapat juga mengaburkan dalam pengambilan kesimpulan. Perbaikan yang dilakukan pusatpusat dalam upaya menyelesaikan temuan tidak dapat tergambar. Perlu disampaikan pula bahwa inspeksi yang dilakukan secara internal adalah inspeksi teknis. Berbeda dengan inspeksi BAPETEN yang terfkait pengawasan maka temuan dari tim inspeksi teknis jauh lebih detail karena akan digunakan untuk perbaikan intern. Penanya: Ami Kesumaningtyas ( FKM UI ) Pertanyaan: a.Apakah dalam inspeksi yang dilakukan melibatkan tim dari luar BATAN? b.Apakah ada penanggulangan atau solusi mengenai kendala – kendala yang ada di PTKMR BATAN? Bagaimana upayaupaya untuk menguasainya? Jawaban: a.Tidak, Karena namanya inspeksi internal maka hanya melibatkan personal dari BATAN. b.Ada. Tim inspeksi memberikan rekomendasi dan membantu untuk menginformasikan
pihakpihak terkait dari BATAN. Contoh: kita membuat dabase status PPR dan kebutuhan PPR BATAN sebagai masukan penyelenggaraan dikat PPR dan rekualifikasi PPR oleh BATAN. Penanya: Endang Murniaty ( P2STPFRZR BAPETEN ) Pertanyaan: a.Temuan inspeksi internal 20022005 tersebut menonjol salah satunya adalah masalah pengelolaan atau inventarisasi sumber. Hasil temuan inspeksi BAPETEN tahun 2006 masalah inventarisasi sumber memang masih amburadul (tidak baik). Salah satu contoh
ada sumber radioaktif yang tidak diketahui pemiliknya (ada di gudang limbah). Bagaimana usaha untuk memperbaiki atau mengatasi temuantemuan yang sama dari tahun ke tahun (temuan yang berulang tahun)?
Jawaban:
a.Tim inspeksi hanya berwenang memberikan rekomendasi dan cara praktis dalam pengelolaan sumber radioaktif. Pelaksanaan terhadap rekomendasi dan penerapan cara yang kita rekomendasikan tergantung pada komitmen masing – masing fasilitas radiasi. Penanya: Aris Sanyoto ( BAPETEN ) Pertanyaan: a.Mengapa trend temuan inspeksi sama dari tahun ke tahun? b.Benarkah BATAN kekurangan SDM dan pengetahuan? Jawaban: a.Temuan sudah direkomendasikan tetapi belum dilaksanakan oleh fasilitas. b.Sebaran SDM ( PPR ) BATAN tidak merata sehingga ada 1 fasilitas kelebihan SDM PPR di fasilitas lain kekurangan PPR. Penanya: Warodi ( PT. IKPP Serang ) Pertanyaan:
a.Sepengetahuan kami masih jarang petugas BAPETEN atau BATAN mengadakan kunjungan ke perusahaan untuk memberi pengarahan atau penyuluhan mengenai keselamatan radiasi.
Jawaban:
a.Untuk inspeksi ke instansi pengguna nuklir di Indonesia adalah wewenang BAPETEN. Mungkin dikomunikasikan dengan BAPETEN.