• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA LANSIA DI POSBINDU DESA SUKAURIP KECAMATAN BALONGAN INDRAMAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA LANSIA DI POSBINDU DESA SUKAURIP KECAMATAN BALONGAN INDRAMAYU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA LANSIA DI POSBINDU DESA SUKAURIP

KECAMATAN BALONGAN INDRAMAYU

Oleh:

H. Sutangi dan Winantri

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Wiralodra Indramayu

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mempunyai angka kesakitan yang tinggi. Organisasi Kesehatan Dunia WHO menempatkan penyakit kardiovaskular sebagai pembunuh nomor satu di dunia. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada wanita Lansia di Posbindu desa Sukaurip.

Penelitian ini menggunakan desain case control study, yaitu penelitian survey analitik yang menyanngkut bagaimana faktor resiko yang dipelajari dengan menggunakan pendekatan restrospektif. Jumlah responden 92 sampel, terdiri dari 46 kasus dan 46 kontrol.

Faktor yang terbukti sebagai faktor resiko hipertensi adalah dengan nilai p(value) = 0,002 pada α=0,05 dengan Nilai OR = 0,248 ; CI=95% (0,600 – 0,103) Umur, dengan nilai p(value) = 0,002 pada α=0,05 dengan Nilai OR = 0,225; CI=95% (0,632 – 0,103) Pola makan, dan nilai p(value) = 0,043 pada α=0,05. Karena nilai p(value) 0,043 <0,05 dengan nilai OR = 2,917; CI=95% (8,447 – 1,007) pola aktifitas fisik. Sedangkan faktor-faktor yang tidak terbukti sebagai faktor resiko hipertensi yaitu Dengan nilai p(value) = 0,312 pada α=0,05. Karena nilai p(value) 0,312 > 0,05 dengan nilai OR = 1,676 ; CI=95% (4,590 – 0,612) pekerjaan.

Dari hasil penelitian, faktor-faktor yang terbukti sebagai faktor resiko hipertensi adalah Umur, Pola makan dan Pola aktifitas fisik. Sedangkan yang tidak terbukti sebagai faktor resiko hipertensi adalah pekerjaan. Disarankan kepada lansia agar menjaga pola makan, meningkatkan aktifitas fisik dan menjalani pola hidup sehat dan pentingnya mengontrol tekanan darah serta dibutuhkan peran petugas kesehatan untuk memberikan informasi tentang Hipertensi pada Wanita Lansia, mengenai komplikasi dan penanggulangnya.

Kata Kunci: Hipertensi, Umur, Pekerjaan, Pola makan, Pola Aktifitas Fisik.

PENDAHULUAN

Salah satu penyakit degeneratif yang perlu diwaspadai adalah hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit mematikan di dunia. Sebanyak 1 miliar penduduk dunia atau 1 dari 4 otang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 miliar menjelang tahun 2025 (Ratna Dewi Pudiastuti,2011).

Prevalensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-20 %. Lebih banyak menyerang pada usia setengah baya pada golongan umur 55-64 tahun. Hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18% pada tahun 1997, hipertensi dijumpai pada 4.400 per 10.000 penduduk. Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17%-21% dari seluruh populasi orang dewasa artinya 1 diantara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi lebih banyak pada perempuan yaitu 37% dari pada laki-laki hanya 28%. (Misti dkk, 2009).

Pada populasi umum kejadian tekanan darah tinggi tidak terdistribusi secara merata. Hingga usia 55 tahun lebih banyak ditemukan pada Pria. Namun setelah terjadi menopause (biasanya setelah usia 50 tahun), tekanan darah pada wanita meningkat terus, hingga usia 75 tahun tekanan darah tinggi lebih banyak ditemukan pada wanita dari pada pria.

Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat alias mematikan. Laporan Komite Nasional

(2)

Pencegahan, Deteksi, Evaluasi, dan Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan darah yang tinggi dapat meningkatkan tesiko serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.(Ratna Dewi Pudiastuti,2011).

Sebagian besar penyebab hipertensi tak diketahui. Berbagai faktor terkait dengan genetik dan pola hidup, seperti aktivitas fisik yang kurang, asupan makanan asin dan kaya lemak, serta kebiasaan merokok dan minum alkohol berperan dalam hal ini (Depkes, 2011).

Selain itu tubuh yang tidak aktif juga merupakan penyebab terjadinya hipertensi. Gerakan fisik misalnya jalan selama 30 menit per hari, jauh lebih baik daripada tidak beraktifitas sama sekali. Latihan fisik yang teratur akan menghasilkan berat badan ideal, tekanan darah ideal, serta meningkatkan HDL kolestrol (Indriyani, 2009).

Hasil Laporan Bulanan Penyakit (LB1) di Puskesmas Balongan, hipertensi menduduki peringkat ke 3 dari 10 besar penyakit di Puskesmas Balongan pada Tahun 2012 dengan jumlah 1.078 (10,07%). Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik muda maupun tua. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak secara langsung membunuh penderitanya, akan tetapi hipertensi memicu munculnya penyakit lain yang mematikan. (Puskesmas Balongan, 2012)

Berdasarkan Latar Belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui Faktor yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah faktor Umur, Pola makan, Pola aktifitas fisik dan pekerjaan berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip kecamatan Balongan kabupaten Indramayu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Posbindu desa Sukaurip Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu dengan desain case control study. Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai kelompok kasus adalah Wanita Lansia yang mengalami Hipertensi. Penelitian dimulai dengan mengidentifikasikan kelompok dengan kasus (Wanita Lansia dengan hipertensi) dengan kelompok bukan kasus atau kontrol, kemudian secara restrosptif (penelusuran ke belakang) diteliti dengan faktor resiko yang mungkin dapat menerangkan apakah kasus dan control terkena paparan atau tidak.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita Lansia anggota Posbindu di desa Sukaurip kecamatan Balongan yaitu 182 Orang. Sampel kasus yaitu anggota Posbindu wanita Lansia penderita hipetensi sedangkan Sampel kontrol yaitu anggota Posbindu Wanita Lansia bukan penderita Hipertensi di desa Sukaurip Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu.

Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan observasi. Metode observasi ini dilakukan untuk mengetahui Tekanan Darah Responden yang diperiksa oleh petugas kesehatan dengan menggunakan Alat

Spyghmomanometer air raksa dan stetoskop, digunakan untuk pengukuran penyakit hipertensi atau

penentuan nilai tekanan darah (systole dan diastole).

Pengolahan data dilakukan agar analisa penelitian dapat menghasilkan informasi yang benar, maka dilakukan langkah-langkah mulai dari editing, coding, selecting, processing sampai proses

cleaning. Digunakan uji Validitas dan Rabilitas pada intrume penelitian. Analisis data yang

digunakan adalah analisis univariat Analisa Univariat dilakukan dengan tujuan untuk melihat karakteristik variabel, yang diduga berhubungan dengan Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada wanita Lansia di Posbindu desa Sukaurip kecamatan Balongan.dan analisis bivariate dilakukan dengan menggunakan tabel silang yang merupakan hasil analisa uji statistic Chi Square (X2) dengan menggunkan α =0,05 dan 95% Confidence Interval (CI), dan besar resiko dihitung dengan menggunkan Odds Rasio (OR).

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah distribusi frekuensi untuk mendapatkan gambaran dari variabel dependen dan variabel independen. Berikut ini hasil distribusi responden berdasarkan umur pada wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip (tabel 1)

Tabel 1. Distribusi Responden berdasakan umur pada wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip Tahun 2013 Katagori Umur Hipertensi Frekuensi Kasus (%) Frekuensi Control (%) 45 -59 tahun 12 (26,09) 27 (58,70) > 60 tahun 34 (73,91) 19 (41,30) Total 46 (100) 46 (100)

Penyakit hipertensi umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapai paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun keatas. Setelah usia 45 tahun terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.

Berdasarkan gamabaran umur pada wanita lansia, secara persentase wanita yang berumur 45-59 tahun terdapatkan 39 responden, diantaranya pada kelompok kasus 12 responden (26,09%), dan pada kelompok kontrol 27 responden (58,70%). Sedangkan wanita yang berumur > 60 tahun terdapatkan 53 responden diantaranya pada kelompok kasus 34 responden (73,91%), dan pada kelompok kontrol 19 responden (41,30%). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa proporsi wanita yang berumur >60 tahun jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan wanita lansia yang berumur 45-59 tahun.

Tabel 2. Distribusi Responden berdasakan pekerjaan pada wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip Tahun 2013 Katagori Pekerjaan Hipertensi Frekuensi Kasus (%) Frekuensi Control (%) Bekerja 8 (17,39) 12 (26,09) Tidak Bekerja 38 (82,61) 34 (73,91) Total 46 (100) 46 (100)

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa kelompok pekerjaan responden pada penderita hipertensi, responden yang bekerja sebanyak 8 orang (17,39%), dan yang paling banyak berada pada responden yang bekerja sebanyak 38 (82,61%). Sedangkan kelompok pekerjaan responden pada yang bukan penderita hipertensi, responden yang bekerja sebanyak 12 (26,09%), dan yang paling banyak berada pada responden yang tidak bekerja sebanyak 34 (73,91%).

Hampir semua orang mengalami sress berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja lembur) dan jenis pekerjaan yang harus memberikan penilaian atas penampilan kerja

(4)

bawahannya atau pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi manusia. Sress pada pekerjaan cenderung menyebabkan hipertensi berat. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa proporsi wanita lansia yang bekerja jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan wanita lansia yang tidak bekerja.

Gambaran distribusi frekuensi Pola Makan pada Wanita Lansia dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Distibusi Frekuensi Responden Menurut Pola Makan pada Wanita lansia di Posbindu Desa Sukaurip Tahun 2013

Katagori Pola makan Hipertensi Frekuensi Kasus (%) Frekuensi Control (%) Mendukung 36 (78,26) 22 (47,83) Tidak Mendukung 10 (21,74) 24 (52,17) Total 46 (100) 46 (100)

Pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Sedangkan yang dimaksud pola makan sehat dalam penelitian ini adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Dalam pola makan disini yang dimaksud adalah pola konsumsi makanan yang mengandung natrium tinggi, makanan yang tinggi lemak, berkafein dan beralkohol maupun makanan siap saji.

Berdasarkan tabel 3 tentang gambaran pola makan pada wanita Lansia, secara persentase terdapatkan 58 responden dengan pola makan mendukung, diantaranya pada kelompok kasus 36 responden (78,26%), dan pada kelompk kontrol 22 responden (47,83%). Sedangkan dari 34 responden dengan pola makan tidak mendukung, di antaranya pada kelompok kasus sebanyak 10 responden (21,74%), dan pada kelompok kontrol 24 responden (52,17%).

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa proporsi wanita lansia yang pola makan mendukung jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan wanita lansia yang pola makan tidak mendukung. Akibat proses menua, seseorang mengalami penurunan sensitifitas indera pengecapan dan perasa yang mengakibatkan berkurangnya nafsu makan. Hal tersebut mengakibatkan penggunaan bumbu masak atau garam dalam jumlah yang lebih banyak (Arisman, 2004 dan Suhendra, 2011). Diketahui pula bahwa lansia yang konsumsi natriumnya berlebih cenderung menderita hipertensi.

Tabel 4. Distibusi Frekuensi Responden Menurut Pola Aktifitas Fisik pada Wanita Lansia di Posbindu Desa Sukaurip Tahun 2013

Variabel Pola Aktifitas Fisik Hipertensi

Frekuensi Kasus (%) Frekuensi Control (%)

Ada Aktifitas 14

(30,43)

6 (13,04)

Tidak Ada Aktifitas 32

(69,57) 40 (86,96) Total 46 (100) 46 100

Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa pada kelompok kasus sebanyak 14 responden (30,43%) yang melakukan aktifitas, dan 32 responden (69,57%) yang tidak melakukan aktifitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi wanita lansia yang melakukan aktifitas lebih banyak

(5)

dari pada proporsi wanita lansia yang tidak melakukan aktifitas. Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 6 responden (13.04%) yang melakukan aktifitas, dan 40 responden (86,96%) yang tidak melakukan aktifitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi wanita lansia yang melakukan aktifitas lebih sedikit daripada proporsi wanita lansia yang tidak melakukan aktifitas. Aktifitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan system penunjangnya. Selama beraktifitas, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energy untuk menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Supariasa, 2001). Berolahraga teratur baik untuk menambah kekuatan jantung dalam memompa darah yang berefek pada pengontrolan tekanan darah, dan cukup dilakukan dengan olahraga ringan atau sedang sehari tiga hinga lima kali dalam seminggu dan minimal 30 menit (Sutanto, 2010).

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan mengetahui hubungan dan besar risiko dari masing-masing faktor risiko (variabel independen) dan kejadian Hipertensi (variabel dependen) dengan menggunakan uji Chi Square. Dikatakan bermakna jika nilai p ≤ 0,05 dan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05.

Tabel 5. Ringkasan hasil Uji Chi square dan Odds Ratio dari Faktor Umur dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Lansia di Posbindu desa Sukaurip Kecamatan Balongan

Variabel Umur HIPERTENSI OR P – Value

Confidence Interval 95% Hipertensi Tidak Hipertensi Upper Lower 45-59 tahun 12 27 0,24 0,002 0,600 0,103 > 60 tahun 34 19 Total 46 46

Berdasarkan tabel 5 diketahui hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian hipertensi pada wanita lansia. Hasil analisa melalui Uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% (p = 0,05) yaitu Dengan nilai p(value) = 0,002 pada α=0,05. Karena nilai p(value) 0,002 <0,05 yang berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor resiko umur dengan kejadian Hipertensi pada wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip. Nilai OR = 0,248 ; CI=95% (0,600 – 0,103) yang berarti bahwa wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip yang umurnya > 60 tahun beresiko untuk terkena Hipertensi 0,248 lebih besar daripada wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip yang umurnya 45-59 tahun. Semakin bertambahnya umur, semakin tinggi resiko terkena hipertensi.

Tabel 6. Ringkasan hasil Uji Chi square dan Odds Ratio dari Faktor Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Lansia di Posbindu desa Sukaurip Kecamatan Balongan Tahun

2013

Variabel Pekerjaan HIPERTENSI OR P – Value

Confidence Interval 95% Hipertensi Tidak Hipertensi Upper Lower Bekerja 8 12 1,676 0,312 4,590 0,612 Tidak Bekerja 38 34 Total 46 46

Berdasarkan tabel 6 diatas, pada variabel pekerjaan diperoleh bahwa diantara 46 responden penderita hipertensi yang bekerja terdapat 8 responden (17,39%), dan yang tidak bekerja terdapat 38 responden (82,61%). Sedangkan dari 46 responden yang bukan penderita

(6)

responden (73,91%). Dengan nilai p(value) = 0,312 pada α=0,05. Karena nilai p(value) 0,312 > 0,05 yang berarti menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor resiko pekerjaan dengan kejadian Hipertensi pada wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip. Nilai OR = 1,676 ; CI=95% (4,590 – 0,612) yang berarti bahwa wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip yang bekerja beresiko untuk terkena Hipertensi 1,676 lebih besar daripada wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip yang pola makannya tidak bekerja.

Tabel 7. Ringkasan hasil Uji Chi square dan Odds Ratio dari Faktor Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Lansia di Posbindu desa Sukaurip Kecamatan

Balongan

Variabel Pola Makan HIPERTENSI OR P – Value

Confidence Interval 95% Hipertensi Tidak Hipertensi Upper Lower Mendukung 36 22 0,225 0,002 0,632 0,103 Tidak Mendukung 10 24 Total 46 46

Berdasarkan tabel 7 hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada wanita lansia. Hasil analisa melalui Uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% (p = 0,05) yaitu Dengan nilai p (value) = 0,002 pada α=0,05. Karena nilai p (value) 0,000 <0,05 yang berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor resiko pola makan dengan kejadian hipertensi pada wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip. Nilai OR = 0,225 ; CI=95% (0,632 – 0,103) yang berarti bahwa wanita lansia di desa sukaurip yang pola makannya mendukung beresiko untuk terkena hipertensi 0,225 lebih besar daripada wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip yang pola makannya tidak mendukung.

Menurut Williams (1991) dalam Aisyiyah (2009) dan Cahyono (2008), pada penderita hipertensi maupun non hipertensi, pengaturan, pencegahan maupun perbaikan pola makan, salah satunya dapat dilakukan dengan mengurangi konsumsi natrium sebanyak 1.500 mg/hr (2/3 sendok teh sehari). Karena setiap individu memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap jumlah natrium yang dikonsumsinya didalam tubuh.

Dari hasil questioner diketahui bahwa rata-rata wanita lansia baik yang menderita hipertensi maupun yang tidak hipertensi masih tinggi dalam mengkonsumsi garam, bumbu masak atau penyedap disetiap pengolahan bahan makanan disertai mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar natrium tinggi (seperti konsumsi mie instan, ikan asin dan ikan teri, dll) lemak, kafein, manisan, kering dalam jangka waktu yang dekat.

Hal ini sependapat dengan Sutanto (2010), Cahyono (2008) dan Hull (1996) memaparkan bahwa kesukaan, rasa atau kenikmatan terhadap makanan berpengaruh terhadap pemilihan makanan. Makanan asin dan siap saji dapat meningkatkan nafsu makan seseorang karena rasanya yang gurih. Sehingga jika seseorang menyukai dan terbiasa mengkonsumsi makanan sumber natrium seperti ikan asin, maka akan cenderung mengkonsumsinya terus-menerus. Gray (2005) memaparkan bahwa dengan melakukan perubahan gaya hidup seperti diet garam akan menurunkan risiko menderita tekanan darah tinggi.

Tabel 8. Ringkasan hasil Uji Chi square dan Odds Ratio dari Faktor Pola Aktifitas dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Lansia di Posbindu desa Sukaurip Kecamatan

Balongan Variabel Pola Aktifitas Fisik

HIPERTENSI OR P - Value Confidence Interval 95% Hipertensi Tidak Hipertensi Upper Lower Ada Aktifitas 32 40 2,917 0,043 8,447 1,007

(7)

Total

46 46

Berdasarkan tabel 8, hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada wanita lansia. Hasil analisa melalui Uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% (p = 0,05) yaitu Dengan nilai p(value) = 0,043 pada α=0,05. Karena nilai p(value) 0,043 <0,05 yang berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor resiko pola aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip. Nilai OR = 2,917 ; CI=95% (8,447 – 1,007) yang berarti bahwa wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip yang tidak ada aktifitas fisik beresiko untuk terkena hipertensi 2,917 lebih besar daripada wanita lansia di Posbindu desa sukaurip yang ada pola aktifitas fisik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Sanusi (2002) diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik dengan hipertensi. Tidak terdapatnya hubungan dapat dimungkinkan karena olahraga yang dilakukan lansia masih belum sepenuhnya dengan mekanisme yang baik. Maksudnya adalah pada saat mereka melakukan olahraga, jenis, waktu, intensitas serta frekuensinya kurang tepat atau terlalu lama sehingga tidak sesuai dengan standar kesehatan.

Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa jenis-jenis olahraga yang biasa dilakukan lansia adalah berolah raga jalan kaki, dan berolahraga jenis lain meliputi bersepeda dan bertani atau lainnya. Hal ini sependapat dengan Cahyono (2008) bahwa berolahraga memiliki beberapa keuntungan yaitu: dapat menurunkan frekuensi denyut nadi, kelebihan lemak dan berat badan, serta menormalkan tekanan darah.

Cahyono (2008) memaparkan bahwa olahraga yang tidak sesuai dengan standar kesehatan tidak akan memberikan efek kesehatan. Selain itu, olahraga isotonik yang memanfaatkan gerakan kaki seperti jalan lebih baik daripada olahraga isometrik yang memanfaatkan tangan seperti angkat beban. Karena efek dari olahraga isotonik adalah meningkatkan ketahanan pernafasan jantung atau menekan menyempitnya pembuluh darah. Sedangkan olahraga isometrik kurang menguntungkan pada sistem pernafasan jantung atau dapat meningkatkan tekanan darah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Secara umum dapat disimpulkan bahwa kejadian hipertensi dipengaruhi oleh faktor umur, pola makan dan pola aktifitas fisik, sedangkan pekerjaan tidak berpengaruh pada kejadian hipertensi pada wanita lansia di Posbindu desa Sukaurip.

Disarankan kepada Posbindu agar memantau jumlah kunjungan lansia yang datang untuk memeriksakan kesehatannya di Posbindu desa Sukaurip, melakukan pendekatan terhadap kepala desa atau lurah dan tokoh-tokoh masyarakat untuk memperoleh dukungan dalam pembinaan pencegahan penyakit hipertensi pada lansia dalam rangka penggalangan pengaturan pola makan (pengurangan konsumsi natrium serta peningkatan konsumsi buah dan sayur), 5) Menganjurkan kepada lansia untuk mengontrol tekanan darahnya di Posbindu minimal tiga sampai 12 bulan sekali bagi yang sudah berada pada ambang pre-hipertensi. Sekaligus untuk mengkonsultasikan agar tetap melakukan diet garam rendah secara teratur serta konsumsi buah dan sayur setiap harinya.

Bagi Masyarakat Setempat diharapkan melakukan pengaturan pola makan dengan pencegahan terhadap kebiasaan mengkonsumsi makanan sumber natrium ataupun berbagai bumbu masak, lemak, manisan dan kafein.

DAFTAR PUSTAKA

Ade Jumaroh.2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Keparahan Hipertensi.

Indramayu: Stikes.

(8)

Cahyono, Suharja. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Jakarta: Kanisius. http://rinawangjadi.pdf

Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Laksana Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat Penyendalian Penyakit Tidak Menular depkes RI. http://rinawangjadi.pdf.

Gray, Houn. 2005. Kardiologi Edisi IV. Jakarta: Erlangga. http://rinawangjadi.pdf.

Hul, Halison. 1996. Penyakit Jantung, Hipertensi, dan Nutrisi. Jakarta: Bumi Aksara. http://rinawangjadi.pdf.

Misti, dkk. 2009. Faktor-faktor kejadian hipertensi pada perempuan usia 20-5 0tahun.

Bengkulu.(fetpugm.com/index.php?option=com_content&view=article7id=145:factor- faktor-kejadian-hipertensi-pada-perempuan-usia-20-50-tahun-di-kota-bengkulu&catid=48;penelitian&itemid).

Puskesmas Balongan. 2012. Data 10 Penyakit terbesar di Puskesmas Balongan Indramayu. Ratna Dewi Pudiastuti. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika

Ratna Dewi Pudiastuti. 2013. Penyakit Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika

Sianturi G. 2003. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan. www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1046314663;16713,24k.

Suhendra. 2011. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-Laki 40 Tahun Keatas. Indramayu: Unwir

Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. http://rinawangjadi.pdf.

Susanto. 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta: CV. Andi. http://rinawangjadi.pdf.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Responden berdasakan pekerjaan pada wanita lansia di Posbindu desa  Sukaurip Tahun 2013  Katagori  Pekerjaan  Hipertensi Frekuensi Kasus  (%)  Frekuensi Control (%)  Bekerja  8  (17,39)  12  (26,09)  Tidak Bekerja  38  (82,61)  34  (73,
Tabel 3. Distibusi Frekuensi Responden Menurut Pola Makan pada Wanita lansia di Posbindu  Desa Sukaurip Tahun 2013
Tabel 5. Ringkasan hasil Uji Chi square dan Odds Ratio dari Faktor Umur dengan Kejadian  Hipertensi pada Wanita Lansia di Posbindu desa Sukaurip Kecamatan Balongan
Tabel 7. Ringkasan hasil Uji Chi square dan Odds Ratio dari Faktor Pola Makan dengan  Kejadian Hipertensi pada Wanita Lansia di Posbindu desa Sukaurip Kecamatan

Referensi

Dokumen terkait

Pentingnya penanaman karakter kebangsaan secara dini terhadap siswa sekolah dasar merupakan sikap yang harus selalu dikembangkan. Karakter kebangsaan melalui lagu-lagu karya Ibu Soed

Keupayaan sistem ini tidak terhad kepada pemaparan peta digital sahaja sebaliknya ia boleh kerja-kerja analisis. Sebagai contoh, pemaparan lokasi monumen bersejarah di sekitar

Hasil dari metode DPPH umumnya dibuat dalam bentuk IC 50 ( Inhibitor concentration 50 ), yang didefinisikan sebagai konsentrasi larutan substrat atau sempel yang

Metode pengumpulan data yang dilakukakn peneliti yaitu dengan menggunakan metode wawancara, Observasi, dan Dokumentasi hal ini dilakukan karena peneliti ingin

PC (Program Counter) : untuk menyimpan alamat (address) lokasi dari main memory yang berisi instruksi yang sedang diproses.. MAR (Memory

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatakan motivasi belajar dan hasil belajar IPS siswa kelas VII

Penyakit peradangan hati atau lebih dikenal dengan hepatitis merupakan penyakit endemik di Indonesia.Sulit untuk mengetahui insiden pasti penyakit hepatitis karena

1) All the animals from control and all the treated dose groups up to 500 mg/kg survived throughout the dosing period of 28 days. 2) No signs of toxicity were observed in