• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL UBI JALAR UNGU (Ipomoeabatatas (L.) Lam) DENGAN METODE 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazil (DPPH) - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL UBI JALAR UNGU (Ipomoeabatatas (L.) Lam) DENGAN METODE 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazil (DPPH) - repository perpustakaan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ubi Jalar Ungu

1. Sistematika Nama

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, klasifikasi tanaman ubi

jalar adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotylodonnae

Ordo : Convolvulales

Famili : Convolvulaceae

Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batatas (L.) Lam

Gambar 2.1 Ubi Jalar Ungu (Depkes, 2008)

2. Nama Lain

Ubi jalar ungu mempunyai nama lain yaitu:

(2)

3. Kandungan Ubi Jalar Ungu

Ubi jalar mengandung sumber karbohidrat yang cukup tinggi.

Karbohidrat yang terkandung dalam ubi jalar terdiri dari monosakarida,

oligosakarida, dan polisakarida (Polatu, 2011), dan termasuk dalam

klasifikasi Low Glycemic index, sehingga cocok untuk penderita diabetes. Selain itu karbohidrat, vitamin (vitamin A, C, B1, dan B12), mineral (Fe,

Ca, dan Na), lemak, protein, abu, kalori, dan serat kasar juga merupakan

kandungan dalam ubi jalar (Jairani, 2011).

Ubi jalar ungu biasa disebut Ipomoea batatas blackie karena memiliki kulit dan daging umbi yang berwarna ungu kehitaman atau ungu

pekat. Pada abad ke 16 di Spanyol pada daerah Tahiti, kepulauan Guam,

Fuji dan Selandia baru, ubi jalar ungu mulai dikenal dan menyebar ke

seluruh dunia terutama negara-negara yang beriklim tropis (Kristiyani,

2012).

Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas var ayumurasaki) memiliki warna ungu yang cukup pekat pada daging dan kulitnya. Warna ungu pada ubi

jalar disebabkan oleh adanya pigmen ungu antosianin yang tinggi

dibandingkan dengan ubi jalar jenis lainya (Susanto, 2014). Pigmen

antosianin pada ubi jalar memiliki kemampuan antioksidan, antimutagen

dan karsinogenik karena antosianin mampu menghalangi laju perusakan

sel radikal bebas akibat polusi, nikotin, dan bahan kimia lainya.

Antosianin merupakan senyawa organik golongan senyawa

Flavonoid yang larut dalam air. Antosianin juga berperan penting dalam

merefleksi dan memperbaiki DNA, yang dapat mengoptimalkan

fungsi-fungsi sel tubuh, selain itu antosianin juga dapat menaikan daya tahan

kapiler serta mereduksi tekanan plasma dan membantu penyerapan vitamin

C (Putri, 2013).

Kadar antosianin pada ubi jalar ungu mencapai 519 mg/100 g berat

basah, sehingga memiliki potensi besar sebagai sumber antioksidan alami

bagi kesehatan (Hardoko et al., 2010). Kandungan nutrisi pada ubi jalar ungu juga lebih tinggi dibandingkan dengan ubi jalar variansi lain,

(3)

Komposisi zat gizi dari ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan

Kandungan antioksidan pada setiap jenis ubi jalar dapat dilihat pada Tabel

2.2

Tabel 2.1Kandungan Gizi ubi jalar ungu

Kandungan Kimiawi Jumlah

Kadar air % 61,64

Kadar abu % 1.62

Kadar protein % 4,40

Kadar lemak % 0,75

Kadar karbohidrat % 93,23

Sumber: (Kristiyani, 2012)

Tabel 2.2Kandungan antioksidan pada ubi jalar

Antioksidan per 100 gr Ubi jalar putih Ubi jalar kuning Ubi jalar ungu

Betakaroten 260 mkg 290 mkg 990 mkg Vitamin C 28,68 mg 29,22 mg 21,43 mg Antosianin 0,06 mg 4,56 mg 110,51 mg

Vitamin A 770mg

Sumber : (Putri, 2013)

B. Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa yang mempunyai

elektron tidak berpasangan. Adanya elektron tidak berpasangan menyebabkan

senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan. Radikal bebas ini akan

merebut elektron dari molekul lain yang ada disekitarnya untuk menstabilkan

diri. Radikal bebas juga dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

(Winarsi, 2007).

Serangan radikal bebas terhadap molekul sekelilingnya dapat

menyebabkan reaksi berantai dan kemudian menghasilkan senyawa radikal

baru. Hal ini akan menimbulkan kerusakan jaringan atau sel, penyakit

degeneratif hingga kanker. Berbagai gangguan akibat kerja radikal bebas

adalah gangguan fungsi sel, kerusakan struktur sel, molekul yang tidak

teridentifikasi oleh sistem imun. Semua gangguan tersebut memicu timbulnya

berbagai macam penyakit (Winarsih, 2007).

Tahapan reaksi pembentukan reaksi radikal bebas secara umum melalui

3 tahapan yaitu tahap inisiasi merupakan awal pembantukan radikal bebas,

(4)

terminasi merupakan bereaksinya senyawa radikal dengan radikal lain atau

dengan penangkapan radikal sehingga potensi propagasinya rendah.

Radikal bebas dalam tubuh pada dasarnya berperan dalam pemeliharaan

kesehatan karena sifatnya yang reaktif untuk bereaksi dengan molekul asing

yang masuk ke dalam tubuh. Ketidak seimbangan antara radikal bebas dengan

molekul antioksidan dalam tubuh dapat memyebabkan terganggunya sistem

metabolisme, hal ini diakibatkan karena sifat radikal bebas yang dapat

menyerang lipid, DNA, dan protein komponen sel dan jaringan (Ulfa, 2016).

Endogen dan eksogen adalah sumber radikal bebas yang terdapat dalam

tubuh. Radikal bebas endogen merupakan sumber radikal bebas yang berasal

dari tubuh sendiri yang terbentuk dari sisa proses metabolisme (protein,

karbohidrat dan lemak pada mitokondia), proses inflamasi, reaksi antara besi

logam transisi dalam tubuh. Contoh radikal bebas endogen yaitu :

1. Autoksidasi

Autoksidasi merupakan produk dari proses metabolisme aerobik.

Ketokolamin, hemoglobin, mioglobin merupakan asal dari molekul yang

mengalami autoksidasi yang akan menghasilkan redukisi dari oksigen

diradikal dan pembentukan kelompok reaktif oksigen.

2. Oksidasi enzimatik

Xanthine oxidase prostaglandin synthese, lypoxygenase, amino acid oxidase, aldehyd oxidase merupakan sistem enzim yang mampu menhasilkan radikal bebas.

3. Respiratory burst .

respiratory burst adalah terminologi yang menggambarkan proses sel fagosit menggunakan oksigen dalam jumlah yang besar selama

fagositosi.

Radikal bebas ekstrogen merupakan sumber radikal bebas yang

berasal dari luar tubuh seperti oabat-obatan, radiasi, dan asap rokok.

a. Radiasi

Radioterapi merupakan radiasi yang memungkinkan terjadinya

kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Radikal primer

(5)

dan radiasi partikel seperti partikel neutron, partikel elektron, photon)

dengan cara memindahkan energi pada komponen seluler seperti air.

b. Obat-obatan

Antibiotik kelompok quinoid, obat kanker (bleomycin, anthracyclines dan methotrexate) yang memiliki aktifitas pro-oksidan merupakan beberapa obat yang dapat meningkatkan produksi radikal

bebas dalam bentuk meningkatkan tekanan oksigen, hal tersebut terjadi

karena bereaksi bersaman hiperoksia yang dapat mempercepat tingkat

kerusakan.

c. Asap rokok

Asap tembakau menghabiskan antioksidan intraseluler dalam sel

paru melalui mekanisme yang diikatkan terhadap tekanan oksidan.

Oksidan dalam rokok mempunyai jumlah yang cukup untuk berperan

terjadinya kerusakan saluran nafas.

C. Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan,

membersihkan, menahan pembentukan ataupun memadukan efek spesies

oksigen dan nitrogen reaktif. Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai

struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal

bebas dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas.

Berdasarkan mekanisme kerjanya antioksidan dibedakan menjadi tiga

kelompok, yaitu :

a. Antioksidan Primer

Antioksidan primer merupakan antioksidan yang bekerja dengan

cara mencegah terbentuknya radikal bebas yang baru dan mengubah

radikal bebas menjadi molekul yang tidak merugikan. Contohnya adalah

BHT (Butylated Hidroxy Toluen), PG (Propil Galat), dan TBHQ ( Tert-butyl hidroxyquinone).

b. Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder merupakan suatu senyawa yang dapat

(6)

terjadinya reaksi oksidasi terutama logam-logam seperti Fe, Cu, Pb, dan

Mn. Antioksidan sekunder berfungsi menangkap radikal bebas serta

mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar. Contoknya seperti vitamin E, vitamin C dan betakaroten.

c. Antioksidan tersier

Antioksidan tersier merupakan enzim yang dapat memperbaiki

sel-sel jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Enzim tersebut

seperti metionin sulfaksidan reduktase yang dapat memperbaiki DNA

dalam inti sel yang bermanfaat untuk memperbaiki DNA pada penderita

kanker.

Berdasarkan sumbernya, antioksidan terbagi menjadi antioksidan alami

dan antioksidan sintetik. Antioksidan sintetik seperti BHA (Butyl Hidroxy Anisol), profil galat dan BHT (Butylated Hydroxytoluene), namun penggunaan antioksidan sintetik dibatasi karena dapat bersifat karsinogenek.

Antioksidan alami umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang

dapat berupa golongan flavonoid,turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol,

dan asam-asam organik polifungsional. (Apriandi, 2011; Susilowati, 2010).

Antioksidan didalam sel di bedakan menjadi 2 kelompok yaitu

antioksidan enzimatik (primer) dan nonenzimatik (sekunder). Antioksidan

enzimatik disebut juga sebagai antioksidan pencegah yang bekerja dengan

cara mencegah terbentuknya senyawa radikal bebas baru. Antioksidan

enzimatik meliputi enzim superoksida dismutase (SOD), Catalase (CAT), dan glutation peroksidase (GSH-Px).Mekanisme kerja antioksidan ensimatik yaitu mengkatalisir pemusnahan radikal bebas dalam sel. Antioksidan

pemutus rantai adalah molekul kecil yang dapat menerima atau memberi

elektron adari atau keradikal bebas sehingga membentuk senyawa yang stabil.

Antioksidan non enzimatik disebut juga antioksidan pertahanan

preventif yang bekerja dengan cara memotong atau menangkap reaksi

oksidasi berantai dari radikal bebas sehingga tidak akan bereaksi. Mekanisme

non enzimatik terdiri dari (1) Glutathlone yang merupakan antioksidan yang sangat penting dan banyak terdapat di sitiplasma, (2) Bilirubin yaitu

(7)

yang merupakan antioksidan yang kuat dan (4) koenzim Q yang berperan

sebagai antioksidan yang larut di dalam membran lemak. Selain itu vitamin

C, β-karoten, flavonoid, albumin yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Salah satu komponen flavonoid dari tumbuh-tumbuhan yang dapat berfungsi

sebagai antioksidan adalah zat pewarna alami yang di sebut antosianin

(Winarsih, 2007).

Antioksidan berperan penting untuk menjaga kesehatan, yaitu mampu

mengurangi resiko berbagai penyakit kronis. Hal ini disebabkan karena

antioksidan mampu menangkap radikal bebas yang dihasilkan oleh tubuh

secara alami. Tubuh yang normal memiliki sistem pertahanan alami yang

dapat menetralisir radikal bebas agar tidak berkembang menjadi penyakit

yang berbahaya. Hal ini terjadi karena faktor-faktor yang dapat meningkatkan

radikal bebas sehingga sistem pertahanan tubuh tidak mampu menetralisir

radikal bebas, faktor-faktor tersebut seperti polusi, peptisida, sinar violet serta

asap rokok.

D. Aktivitas Antioksidan

Radikal bebas yang umumnya digunakan sebagai model dalam

penelitian antioksidan atau peredam radikal bebas adalah DPPH. Metode

DPPH (2,2-diphenil-1-picrylhydrazil) merupakan metode yang sederhana, mudah, cepat peka, serta hanya memerlukan sedikit sempel. DPPH adalah

senyawa radikal bebas stabil kelompok nitrit oksida. Senyawa yang

mempunyai ciri-ciri padatan berwarna ungu kehitaman, larut dalam pelarut

etanol/metanol. DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar

dan sering di gunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa

senyawa atau ekstrak bahan alam. Pada Metode ini, DPPH berperan sebagai

radikal bebas akan bereaksi dengan senyawa antioksidan, sehingga DPPH

akan berubah menjadi diphenilpycrilhydrazine yang bersifat non-radikal yang tidak barbahaya (Green, 2004).

Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron akan

menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH. Jika semua elektron pada

(8)

dari ungu menjadi kuning terang dan absorbansinya pada panjang gelombang

517nm akan hilang.

Perubahan tersebut dapat diukur dengan spektrofotometer, dan

diplotkan terhadap konsentrasi. Penurunan intensitas warna yang terjadi

disebabkan oleh berkurangnya ikatan rangkap terkonjugasi pada DDPH. Hal

ini dapat terjadi apabila adanya penangkapan satu elektron oleh zat

antioksidan, menyebabkan tidak adanya kesempatan elektron tersebut untuk

beresonansi.

Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan

metode peredaman radikal bebas DPPH berdasarkan prinsip kerjanya pada

sempel (mengandung senyawa bersifat antioksidan) yang dapat meredam

radikal bebas (DPPH). Mekanisme reaksi antara DPPH dengan senyawa

penangkap radikal bebas adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Reaksi DPPH dari senyawa peredam radikal bebas

Hasil dari metode DPPH umumnya dibuat dalam bentuk IC50 (Inhibitor concentration 50), yang didefinisikan sebagai konsentrasi larutan substrat atau sempel yang akan menyebabkan tereduksi aktivitas DPPH sebesar 50%.

Semakin besar aktivitas antioksidan makan nilai IC50 akan semakin kecil.

Suatu senyawa antioksidan dinyatakan baik jika nilai IC50 semakin kecil

Gambar

Gambar 2.1 Ubi Jalar Ungu (Depkes, 2008)
Tabel 2.2Kandungan antioksidan pada ubi jalar
Gambar 2.2 Reaksi DPPH dari senyawa peredam radikal bebas

Referensi

Dokumen terkait

terhadap empat variasi umbi Ipomoea batatas (L.) Lam sehingga diketahui ubi jalar yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi, juga diketahui kandungan fenolik dari

Demikian juga, penentuan OT fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas dilakukan dengan cara mengukur absorbansi larutan DPPH yang telah dicampur dengan

Dari hasil uji kualitatif diperoleh hasil bahwa larutan uji dapat meredam radikal bebas DPPH yang ditandai dengan memudarnya warna dari larutan DPPH dari warna ungu hingga menjadi

Menyatakan Bahwa skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Kecipir ( Psophocarpus tetragonolobus L) dengan Metode DPPH

Penulisan skripsi ini berjudul “Aktiv itas Antioksidan Ekstrak Etanol Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine palmifolia L.Merr) Dengan Metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) ”..

Sebelum melakukan pengukuran absorbansi fraksi Etil Asetat ekstrak Etannol daun Afrika ( Vernonia amygdalina Del) dengan larutan DPPH menggunakan spektrofotometer

Selanjutnya menghubungkan nilai probit dan nilai log konsentrasi yang diperoleh dalam 1 grafik utuh, dimana nilai log konsentrasi dijadikan sebagai sumbu X dan nilai probit

Minyak atsiri, ekstrak air, ekstrak etanol dari batang kecombrang dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH radikal bebas untuk diperoleh nilai IC 50 dengan dilakukan