• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi gaya baru dalam menerapkan demokrasi di negara kita saat ini Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menjadi gaya baru dalam menerapkan demokrasi di negara kita saat ini Indonesia."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pemilihan kepala daerah dengan memilih secara langsung oleh rakyat telah menjadi gaya baru dalam menerapkan demokrasi di negara kita saat ini Indonesia. Hampir tidak ada hentinya pemilihan kepala daerah ini dilaksanakan di negeri ini yang akrab disebut dengan Pilkada. Dalam menegakkan demokrasi, Pilkada semacam ini memberikan wewenang yang besar bagi masyarakat dalam memilih pemimpinnya, di mana masyarakat dapat menetukan pilihan secara langsung sesuai dengan kehendaknya. Sebagai mana yang dikemukakan Prihatmoko, ia mengemukakan bahwa Pillkada langsung merupakan mekanisme demokratis dalam rangka rekrutmen pemimpin di daerah, di mana rakyat secara menyeluruh memiliki hak dan kebebasan untuk memilih calon-calon yang didukungnya, dan calon-calon bersaing dalam suatu medan permainan dengan aturan main yang sama.1

Keadaan semacam itu seharusnya tidaklah harus terjadi karena masyarakat saat ini akan semakin cerdas dalam menentukan pilihannya. Sehingga dalam hal ini peran partai politik lah yang seharusnya diperhatikan dalam memaksimalkan

fungsi-Pilkada saat ini menjadi kegiatan rutinitas lima tahunan, di mana masyarakat seakan dijadikan konsumen ataupun aktor penting yang diperebutkan suaranya bagi para calon pemimpin kepala daerah yang betarung di Pilkada. Masyarakat pun dimanjakan dengan berbagai perhatian dan diberikan impian untuk hidup lebih baik oleh para petarung dalam Pilkada demi kemenangannya.

1 Joko J. Prithatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Yogyakarta, pustaka pelajar. 2005. Hal. 109.

(2)

fungsi partai politik. Adanya pelaksanaan Pilkada langsung di Indonesia yang pertama sekali diterapkan sejak bulan Juni 2005 memang menjadi ujian bagi partai politik untuk lebih terbuka atau membuka diri terhadap dinamika masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sipil sebenarnya ditumbuh kembangkan melalui kemampuan partai politik dalam menarik dukungan dan minat rakyat untuk berpolitik, dalam arti menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan secara langsung.2

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Koirudin bahwa partai politik merupakan salah satu institusi inti dari pelaksanaan demokrasi modern.3

Selain hal tersebut pemimpin juga menjadi salah satu faktor penting lainnya untuk membawa perubahan dan perkembangan suatu bangsa. Pemimpin dalam hal ini adalah kepala daerah. Kepala daerah adalah jabatan politik dan jabatan publik yang bertugas memimpin birokrasi menggerakkan jalannya roda pemerintahan. Kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan kebijakan atas fungsinya yaitu menjadi perlindungan, pelayan publik dan pembangunaan. Istilah jabatan public mengandung pengertian bahwa kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan Demokrasi modern mengandalkan sebuah sistem yang disebut keterwakilan, baik keterwakilan dalam lembaga formal kenegaraan maupun keterwakilan aspirasi masyarakat dalam institusi kepartaian. Upaya menegakkan demokrasi tentulah dibutuh sarana atau saluran politik yang koheren dengan kebutuhan masyarakatnya. Dalam hal tersebut partai politik adalah salah satu sarana yang dimaksud, di mana partai politik mempunyai ragam fungsi, platform, dan dasar pemikiran. Hal itulah yang dapat dijadikan pertimbangan untuk menilai demokrasi tidaknya suatu pemerintahan.

2

Pnenie Chalid (ed), Pilkada Langsung, Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governance, Jakarta, Pertnership Kemitraan, 2005, hal.19-20.

(3)

kebijakan yang terkait langsung dengan kepentingan rakyat, berdampak terhadap rakyat, dan dirasakan oleh rakyat.4

Partai politik saat ini hanya dianggap sebagai suatu jalan menuju tampuk kekuasaan tanpa memandang makna dan fungsi sebuah partai politik sebagai sarana untuk melakukan pendidikan politik, rekrutmen politik, dan sosialisasi politik sudah terlupakan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ramlan Surbakti bahwa terdapat beberapa fungsi dari partai politik, yaitu sosialisasi politik, rekrutmen politik, partisipasi politik, pemadu kepentingan, komunikasi politik, pengendali konflik, dan kontrol politik.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepala daerah lah yang menjadi penentu bagi kemajuan atau pun kemunduran dari kondisi kehidupan masyarakatnya. Namun jika kita perhatikan saat ini ketidakmenentuan menjadi keaadan yang dominan yang dihasilkan para pemimpin. Kepala daerah yang saat ini dilahirkan dari pemilihan langsung oleh rakyatnya ternyata bukan lah secara murni untuk memperjuangkan nasib rakyat. Nasib rakyat hanya diperhatikan sebatas saat menjelang pemilihan kepala daerah saja, setelah pemilihan kepala daerah berlangsung maka mulai ditinggalkan lah nasib rakyat. Ini lah yang selama ini menjadi pemaknaan yang keliru dari partai politik dan pemilihan kepala daerah.

5

Partai politik sebagai suatu organisasi sangat beperan dalam mencetak pemimpin yang berkualitas dan berwawasan nasional dengan tidak hanya berorientasi pada kepentingan partai politik yang diwakilinya.

Salah satu fungsi partai politik yang menarik disorot terkait pelaksanaan Pilkada langsung ini adalah rekrutmen politik.

6

4 Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2005. hal.203.

5 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, Grasindo, hal.161.

6 Firmanzah, Mengelolah Partai Politik, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia,2008, hal. 70.

Hal ini lah yang menjadi alasan diperlukannya sistem rekrutmen politik. Menurut Almond dan Powel,

(4)

mereka mengungkapkan bahwa partai politik mempunyai peran dalam menyeleksi orang-orang berbakat ataupun orang-orang pilihan untuk mengisi posisi-posisi politik tertentu dan selanjutnya memotivasi mereka untuk bekerja dalam kerangka kepentingan serta tuntutan partai politik yang bersangkutan. Miriam Budiardjo pun mengemukakan hal yang sama, bahwa rekrutmen politik menjadi fungsi partai politik untuk mencari orang-orang muda berbakat untuk aktif dalam kegiatan politik.7 Dalam menjalankan fungsi ini setidaknya ada dua cara yang dilakukan partai politik, yaitu secara terbuka dan secara tertutup. Rekrutmen terbuka berarti bahwa seluruh warga negara tanpa kecuali mempunyai kesempatan yang sama untuk direkrut apabila yang bersangkutan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetukan. Sedangkan rekrutmen politik tertutup merupakan suatu proses rekrutmen secara terbatas, di mana hanya individu-individu tertentu saja yang dapat diangkat ataupun direkrut untuk menduduki jabatan politik atau jabatan politik.8

Penyelengaraan pemilihan kepala daerah secara langsung saat ini sudah seharusnya juga membawa dampak baik bagi partai politik. Di mana pilkada semacam ini mampu menjadi motivasi bagi partai politik dalam melaksanakan fungsinya yaitu rekrutmen politik, dalam artian mempersiapkan kader-kadernya

Rekrutmen politik tertutup ini mengindikasikan tidak adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk direkrut partai politik, dengan artian bahwa hanya individu-individu yang dekat dengan penguasa atau pemimpin politiklah yang mempunyai kesempatan untuk masuk dalam partai politik dan menduduki jabatan-jabatan politik. Fungsi partai sebagai rekrutmen politik lah yang menjadi landasan dalam membahas permasalahan ini.

7

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT. Gramedia, 2008,hal,408.

8 Syamsudin Haris (ed), Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Proses Nominasi dan Seleksi

(5)

terbaiknya yang nantinya akan mampu bersaing dalam setiap pemilihan kepala daerah. Sebagaimana yang dikemukakan Eriyanto, bahwa dalam Pilkada langsung semacam ini, kandidat yang mempunyai ketokohan tinggi akan lebih dipilih, tidak peduli berasal dari partai mana. Hal inilah yang menyebabkan betapa pentingnya tahap rekrutmen yang dilakukan oleh partai politik.9

Namun, pada kenyataan yang ada saat ini sering dijumpai partai politik yang melakukan cara praktis dalam menentukan aktor yang dia usung sebagai kepala daerah. Seperti yang dikemukakan Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar Leo Nababan menyatakan strategi partai politik (parpol) merekrut calon pemimpin instan dianggap merusak proses kaderisasi internal. Selain itu, langkah tersebut telah merusak citra parpol sebagai pencetak calon pemimpin. Ia juga mengemukakan munculnya banyak parpol di era reformasi merupakan sebuah kemajuan dalam demokrasi. Namun, sayangnya kebanyakan parpol lupa mempersiapkan infrastruktur yang bisa menjadi pondasi kuat seperti kaderisasi.

Rekrutmen politik atau suatu proses seleksi terhadap calon-calon atau kader partai yang akan ditempatkan dalam jabatan pemerintahan merupakan salah satu fungsi partai politik yang menarik untuk diperhatikan. Rekrutmen politik pada dasarnya menjadi fungsi strategis dalam membesarkan partai politik atau pun menghimpun masyarakat suara dalam memenagkan Pilkada apabila partai-partai politik menjalankan fungsi ini.

10

9Eriyanto, Pilkada dan Penguasaan Partai Politik, Kajian LSI Edisi 03-juli 2007, www.isi.co.id/2007/07.

10 Dalam Okezone.com. Kaderisasi Parpol Terancam Gagal. www.okezone.com. Kamis, 11 September 2008.

Hal tersebut dengan kata lain dapat menandakan bahwa kebanyakan para calon kepala daerah bukan lahir dari kaderisasi partai politik yang berjenjang melainkan

(6)

berasal dari kalangan birokrasi, pengusaha dan partai politik terkadang lebih memilih figur yang berasal dari kader partai politik lain ketimbang dari kadernya sendiri. Hal semacam itu dapat terjadi dilakukan karena adanya tujuan yang telah melekat dalam partai politik yaitu mengambil bagian ataupun dapat dikatakan memenangkan perebutan kekuasaan. Partai politik memaknai Pilkada langsung ini sebagai sebuah jalan dalam mencapai tujuannya tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad Nyarwi, bahwa terdapat beberapa makna penting kemenangan Pilkada bagi partai politik yaitu: pertama, sebagai kata kunci awal di dalam memperebutkan kekuasaan eksekutif di masing-masing daerah. Setidaknya, arena eksekutif inilah nantinya bisa menjadi mesin yang ampuh dalm menjalankan kebijakan dan visi-visi politik masing-masing paratai politik. Kedua, sebagai peluang bagi partai politik dalam proses pembelajaran para kader politiknya. Hal ini terutama bagi partai politik yang selama proses Pilkada cendrung mendorong para kadernya untuk maju sebagai kandidat. Ketiga, sebagai arena untuk menjaring para kader potensial yang popular.11

Kota Medan pada Rabu 12 Mei 2010 melakasanakan Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang merupakan wujud dari demokrasi, di mana masyarakat kota Medan mempunyai hak dalam menentukan pemimpin kotanya. Partai Demokrat merupakan salah satu partai politik yang ikut ambil bagian dalam pertarungan perebutan jabatan nomor satu di lembaga eksekutif Kota Medan. Kesempatan Partai Ddemokrat untuk ikut serta dalam pilkada tersebut diperoleh berdasarkan pada UU NO. 32 Tahun 2004 tentang Pemerinthan Daerah pasal 59 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Partai politik atau gabungan partai politik dapat mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan perolehan sekurang-kurangnya 15% (lima belas

11Ahmad Nyarwi, Siasat Partai Politik dan Strategi Pencalonan , Kajian LSI Edisi 03-juli 2007, www.isi.co.id/2007/07.

(7)

persen) dari jumlah kursi DPRD atau 15% (lima belas persen) dari akumulasi perolehan suara sah dalam Pemilihan Umum anggota DPRD di daerah yang bersangkutan”. Partai Demokrat sendri diketahui dalam pemilu legislatif DPRD Medan, Partai Demokrat mampu meraih 16 kursi dari 50 kursi anggota DPRD Medan yang ada.12

Dalam rangka menghadapi Pilkada Kota Medan tersebut, Partai Demokrat pun melaksanakan proses rekrutmen calon walikota dan wakil walikota. Terdapat beberapa nama bakal calon yang melakukan pendekatan, sebagaimana yang dikemukakan Koordinator tim 9 DPC Partai Demokrat Kota Medan Parlindungan Sipahutar, diantaranya Akhwan Ismadi, Amin Daulay, Safwan Khayat, Bahdin Nur Tanjung dan Maulana Pohan.

Dengan demikian Partai Demokrat mempunyai 32% dari jumlah kursi DPRD Medan dan berhak untuk mendaftarkan pasangan calon Walikota Kota Medan dalam Pilkada Kota Medan 2010.

13

Penetapan calon walikota dan wakil walikota Medan dari partai Demokrat terlihat tidak mudah. Pendaftaraan Denni Ilham bersama Dianto ke KPU 10 Februari 2010 sebagai pasangan calon walikota dan wakil walikota Kota Medan, menjadi pemicu selisih paham antara DPP Partai Demokrat dengan DPC Partai Demokrat Sementara terdapat dua nama bakal calon walikota maupun wakil walikota yang berasal dari kalangan internal Partai Demokrat sendiri yakni Denni Ilham Panggabean yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Kota Medan dan nama bakal calon berikutnya yakni Nurhasanah sebagai bakal calon wakil Walikota Medan.

12 Dalam hariansib.com.

13

Dalam Skala Indonesia.com, Ketua Partai Demokrat Medan Denni Ilham Dinonaktifkan,

Pencalonannya Menjadi Walikota Medan Ditarik dari KPU.

(8)

Kota Medan yang diketuai oleh Denni Ilham.14 Mereka keduanya merupakan kader Partai Demokrat yang didukung sepenuhnya oleh Dewan Pengurus Anak Cabang Partai Demokrat Kota. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Atan Gultom Ketua DPAC Medan Kota mewakili DPAC se Kota Medan, “Kami atas nama DPAC Partai Demokrat Se- Kota Medan, mendukung sepenuhnya pasangan Denni dan Dianto MS (DEDI) untuk menjadi Walikota dan Wakil Walikota priode 2010 – 2015, yang akan di gelar tanggal 12 Mei 2010 nanti. Dukungan ini murni dari DPAC, tidak ada bentuk paksaan apapun atau intimidasi dari siapapun. Karena, menurut kami, pasangan DEDI ini layak untuk mengambil posisi tersebut”. Selain itu ia juga mengemukakan bahwa Para DPAC secara tegas menolak balon Walikota dan Wakilnya diluar dari pada pengurus maupun kader partai Demokrat sendiri. Sebab, kalau bukan dari kalangan pengurus dan kader partai,artinya partai ini sudah tidak jelas lagi arahnya. Pasangan DEDI adalah, merupakan kader partai terbaik,yang telah membesarkan partai Demokrat di Kota Medan. Jadi, wajib hukumnya kepada seluruh kader dan simpatisan partai Demokrat untuk mensukseskan dan memenangkan pasangan DEDI menjadi Walikota dan Wakil Walikota Medan.15

Namum, pada kenyataanya keputusan Denni Ilham untuk mendaftarkan diri sebagai calon walikota Medan mendapat tentangan dari DPP Partai Demokrat. Berdasarkan Anggaran Dasar Partai Demokrat pasal 16 ayat (5) yang menggariskan bahwa “DPP Partai Demokrat yang mempunyai wewenang dalam menetapkan calon bupati, calon wakil bupati, calon walikota, dan calon wakil walikota atas usul Dewan Pimpinan Cabang melalui Dewan Pimpinan Daerah”. Dapat dikatakan pendaftaran

14Ibid,. 15

Dalam DNABerita.com, DPAC Partai Demokrat se- Kota Medan Dukung “DEDI”. www.dnaberita.com.Sabtu 13/02/2010.

(9)

Denni Ilham ke KPU Medan yang telah ia lakukan bukanlah berdasarkan atas keputusan DPP Partai Demokrat mekipun ia telah mendapat dukungan dari DPAC se Kota Medan.

Keadaan semakin mengejutkan ketika DPP Partai Demokrat membuat keputusan bahwa yang menjadi pasangan calon walikota dan calon wakil walikota yang diusung Partai Demokrat dalam Pilkada Kota Medan adalah Rahudman dan Eldin yang diketahui bukan berasal dari kader Partai Demokrat. Denni Ilham yang sempat mendaftarkan diri pun kemudian menarik pendaftarannya dan di nonaktifkan sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Kota Medan. Melihat hal tersebut terlihat bahwa kader bukan lah menjadi priyoritas penting bagi Partai Demokrat dalam mempertimbangkan penetapkan calon kepala daerah. Kader partai seperti Denni Ilham yang yang juga menjabat sebagai Ketua Demokrat ternyata tidak menjamin ia akan mulus melangkah menjadi calon walikota Kota Medan. Suara dari para DPAC Partai Demokrat yang mendukung pencalonan Denni Ilham pun seakan diabaikan. DPP Partai Demokrat yang mempunyai kewenangan atas penetapan calon kepala daerah ternyata lebih memilh pasangan Rahudman dan Eldin.

Keputusan pencalonan Rahudman dan Dzulmi Eldin yang bukan berasal dari Partai Demokrat tersebut merupakan fenomena yang menarik untuk dibahas dalam mengetahui mekanisme perekrutan calon kepala daerah yang dilakukan oleh Partai Demokrat. Keputusan DPP Partai Demokrat yang lebih memilih Rahudman dari pada Denni Ilham yang merupakan kader Partai Demokrat sebagai calon walikota itu pun menimbulkan pertannyaan, seperti faktor apa saja yang menjadi alasan Partai Demokrat lebih memilih Rahudman yang bukan berasal dari kader Partai Demokrat? Hal tersebut menjadi menarik untuk dibahas karena posisi Partai Demokrat yang mengalami peningkatan perolehan suara dalam pemilu legislatif khususnya di Kota

(10)

Medan ternyata terlihat masih belum memberikan kepercayaan diri lebih bagi Partai Demokrat untuk memajukan kader-kadernya sendiri sebagai calon kepala daerah Kota Medan.

Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan kajian terhadap Rekrutmen Calon Kepala Daerah: Studi Terhadap Rekrutmen Calon Walikota dan Wakil Walikota dari Partai Demokrat Dalam Rangka Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010.

1.2.Rumusan Masalah

Bedasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mekanisme perekrutan calon kepala daerah Kota Medan yang dilakukan oleh Partai Demokrat?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan bagi Partai Demokrat dalam merekrut Rahudman Harahap menjadi calon kepala daerah dalam Pilkada Kota Medan 2010?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui mekanisme perekrutan calon Kepala Daerah Kota Medan 2010 oleh Partai Demokrat.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan bagi Partai Demokrat dalam menetapkan Rahudman menjadi calon Kepala Daerah Kota Medan.

(11)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kreatifitas dan mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis serta sebagai media bagi penulis untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah.

2. Penelitian ini dapat memperkaya kajian ilmiah tentang mekanisme perekrutan calon kepala daerah yang dilakukan oleh Partai Demokrat pada Pilkada Kota Medan 2010.

3. Menambah informasi bagi partai politik ataupun masyarakat tentang mekanisme perekrutan calon kepala daerah serta faktor-faktor yang menjadi kriteria partai politik dalam menetapkan seseorang menjadi calon kepala daerah.

1.5. Kerangka Teori

Dalam membahas permaslahan ini digunakan beberapa konsep teori sebagai berikut:

1.5.1. Rekrutmen Politik

Mochtar Mas’oed mengemukakan bahwa rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksi rakyat untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkn diri untuk jabatan tertentu, pendidikan dan ujian.16

16 Hesel Nogi Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi, Yogyakarta: Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia & Lukman Offset, 2003, hal. 188.

Peran dan fungsi partai politik tersebut Juga secara detail dijelaskan oleh Ramlan Surbakti. Ia mengemukakan bahwa fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun

(12)

berdasarkan ideology tertentu. Cara yang digunakan oleh suatu partai politik dalam sistem politik demokrasi untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan adalah ikut serta dalam pemilihan umum. Ketika melaksanakan fungsi itu partai politik dalam sistem politik demokrasi melaksanakan tiga kegiatan, yaitu meliputi seleksi calon-calon, kampanye, dan melaksanakan fungsi pemerintahan (legislatif/ yudikatif). Apabila kekusaan untuk memerintah telah diperoleh maka partai politik itu beperan pula sebagai pembuat keputusan politik. Partai politik yang tidak mencapai mayoritas di badan perwakilan rakyat akan beperan sebagai pengontrol terhadap partai mayoritas.

Ramlan Surbakti juga mengemukakan bahwa rekrutmen politik adalah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem sistem politik pada utmen umumnya dan pemerintahan pada khususnya. Fungsi ini semakin besar posisinya manakala partai politik itu merupakan partai politik tunggal seperti dalam sistem politik totaliter, atau manakala partai politik ini merupakan partai mayoritas dalm badan perwakilan rakyat sehingga berwenang membentuk pemerintahan dalam sistem politik demokrasi. Fungsi rekrutmen merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan hidup sistem politik akan terancam.17

(13)

1.5.2. Sistem Rekrutmen Politik

Menurut Nazaruddin Syamsudin, sistem rekrutmen politik dibagi menjadi dua cara18

• Pertama, rekrutmen terbuka yaitu dengan menyediakan dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, melalui pertimbangan-pertimbangan yang objektif rasional, di mana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan baik jabatan politik maupun administrasi atau pemerintahan.

:

• Kedua, rekrutmen tertutup yaitu adanya kesempatan untuk masuk dan dapat menduduki posisi politik tidaklah sama bagi setiap warga negara, artinya hanya individu-individu tertentu yang dapat direkrut untuk menempati posisi dalam politik maupun pemerintah. Dalam sistem yang tertutup ini orang yang mendapatkan posisi elite melalui cara-cara yang tidak rasional seperti pertemanan, pertalian keluarga dan lain-lain.

Sistem rekrutmen politik bakal calon yang diberlakukan partai politik berbeda-beda, antara lain sistem pemilihan tertutup dan dan sistem konvensi: 1. Sistem Pemilihan Tertutup

Sistem pemilihan tertutup adalah sistem rekrutmen bakal calon yang dilakukan hanya oleh pengurus partai politik dangan berbagai variasi sistem. Istilah variasi sistem merujuk pada mekanisme penentuan akhir bakal calon yang akan mengikuti kompetisi pilkada langsung atau menjadi calon.

(14)

partai politik yang demokrasi, umumnya menetapkan bahwa penentuan akhir pencalonan adalah pengurus partai politik setempat. Sedangkan partai-partai politik konservatif, dengan sistem kepemimpinan yang bergantung pada figure, pencalonan akhir pada ditentukan oleh pengurus pusat.

2. Sistem Konvensi

Sistem rekrutmen politik yang sangat popular di negara-negara demokrasi adalah sistem konvensi. Sistem ini dilakukan dengan cara pemilihan pendahuluan terhadap bakal calon dari partai politik oleh pengurus dan atau anggota partai, sebagaimana dilakukan partai Golkar dalam pemilu presiden atau wakil presiden 2004. Kelebihan dari sistem ini terletak pada pengembangan atau peningkatan popularitas bakal calon melalui proses kampanye internal partai dan pendidikan politik yang ditawarkan. Sistem politik sangat efektif bagi partai kader, dan sebaliknya kurang efektif bagi partai massa.19

Sedangkan menurut Miftah Thoha bahwa terdapat tiga sistem yang sering digunakan dalam proses rekrutmen, yaitu:20

• Sistem Patronik (patronage sistem)

Sistem patronik dikenal sebagai sistem kawan, karena dasar pemikirannya dalam proses rekrutmen berdasarkan kawan, di mana dalma mengangkat seseorang untuk menduduki jabatan, baik dalam bidang pemerintahan maupun politik dengan pertimbangan yang bersangkutan masih kawan dekat, sanak famili dan ada juga karena asal daerah yang sama. Sistem kawan ini juga didasarkan atas dasar perjuangan politik karena memiliki

19

Joko. J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung Filosofi, Sistem dan Problema di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hal. 238-239.

(15)

satu aliran politik, ideology dan keyakinan yang sama tanpa memperhatikan keahlian dan keterampilan.

• Sistem Merita (merit sistem)

Sistem ini berdasarkan atas jasa kecakapan seseorang dalam usaha mengangkat atau menduduki padaa jabatan tertentu sehingga sistem ini lebih bersifat objektif karena atas dasar pertimbangan kecakapan. Dengan dasar pertimbangan seperti ini, maka acapkali sistem ini di Indonesia dinamakan sistem jasa. Penilaian objektif tersebut pada umumnya ukuran yang dipergunakan ialah ijazah pendidikan, sistem seperti ini sering disebut dengan “spoil sistem”.

• Sistem Karir (career sistem)

Sistem ini sudah lama dikenal dan dipergunakan secara luas untuk menunjukkan pengertian suatu kemajuan seseorang yang dicapai lewat usaha yang dilakukan secara dini dalam kehidupannya baik dunia kerja maupun politik.

Sistem rekrutmen politik memiliki keberagaman yang tiada terbatas, namun pada dasarnya ada dua cara khusus seleksi pemilihan, yaitu melalui kriteria universal dan kriteria partikularistik. Pemilihan dengan kriteria universal merupakan seleksi untuk memainkan peranan dalam sistem politik berdasarkan kemampuan dan penampilan yang ditunjukkan lewat tes atau ujian prestasi. Sedangkan yang dimaksud dengan kriteria partikularistik adalah pemilihan yang bersifat primordial yang didasarkan pada suku, agama, ras, keluarga, almamater atau factor status.

Terkait dengan itu maka untuk menciptakan rekrutmen yang sehat berdasarkan sistem politik yang ada sehingga membawa pengaruh pada elit

(16)

politik terpilih membutuhkan adanya mekanisme yang dapat menyentuh semua lapisan, golongan serta kelas sosial masyarakat.

Oleh karena itu, Seligman dalam Kebijakan Politik yang Membumi memandang rekrutmen sebagai suatu proses yang terdiri dari21

• Penyaringan dan penyaluran politik yang mengarah pada (pemenuhan syarat calon).

:

• Pencalonan atau proses dua tahap yang mensyaratkan inisiatif dan penguatan.

• Seleksi, yakni pemilihan calon elite politik yang sebenarnya.

Rekrumen politik diharapkan agar memperhatikan mekanisme berlaku karena penting dalam hal pengambilan keputusan atau pembuatan kebijaksanaan. Pada umumnya elit politik yang direkrut biasanya orang-orang yang memiliki latar belakang sosial, budaya disamping memiliki kekuatan ekonomi yang memadai menjadi persyaratan. Walaupun prosedur-prosedur yang dilaksanakan oleh tiap-tiap sistem politik berbeda satu dengan yang lainnya, namun terdapat suatu kecendrungan bahwa individu-individu yang berbakat yang akan dicalonkan menduduki jabatan-jabatan politik maupun jabatan pemerintahan.

Putnam juga mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam proses seleksi elit politik, yaitu:22

1. Keahlian teknis, dimana keahlian ini sangat dibutuhkan untuk melaksanakan peranan-peranan politik yang rumit dalam kaitannya dengan peranan dalam proses sosial.

21Ibid, hal. 190. 22Ibid, hal. 158

(17)

2. Keahlian berorganisasi dan persuasi, dimana keahlian ini sangat penting untuk pembuatan keputusan politik atau kebijaksanaan pemerintah yang umumnya dilakukan oleh kaum elit, karenanya dibutuhkan keterampilan negoisasi atau mobilisasi orang atau pejabat yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya.

3. Loyalitas dan reliabilitas politik yang menyangkut derajat kepercayaan politik dari berbagai kekuatan atau golongan masyarakat, karena hal ini akan sangat membantu dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

1.5.3. Rekrutmen Calon Kepala Daerah

Tidak semua anggota ataau pengurus partai politik atau warga Negara dapat menjadi calon kepala daerah. Kedudukan kepala daerah, baik Gubernur, Bupati, dan Walikota, membutuhkan kompetisi tertentu yang menunjukkan kapasitas dan kapabilitas agar dapat memimpin pemerintahan dengan baik. Karena itulah sebelum memasuki kompetisi dalam Pilkada langsung, lazimnya partai-partai politik melakukan rekrutmen bakal calon. Rekrutmen bakal calon menjadi calon oleh partai politik atau gabungan partai, dikenal dengan seleksi partai yang merupakan seleksi tahap kedua setelah sistem dalam rangkaian proses rekrutmen politik.

Dalam melaksanakan rekrutmen bakal calon, partai politik memberlakukan sistem atau mekanisme yang berbeda-beda, antara lain sistem pemilihan tertutup dan sistem konvensi.23

(18)

1. Sistem pemilihan tertutup

Sistem pemilihan tertutup adalah sistem rekrutmen bakal calon yang dilakukan hanya oleh pengurus partai politik dengan berbagai variasi sistem. Istilah ini “variasi sistem” merujuk pada mekanisme penentuan akhir bakal calon yang mengikuti kompetisi pilkada langsung atau yang akan menjadi calon. Partai-partai politik yang demokratis, dengan sistem kepemimpinan demokratis pula, umumnya menetapkan bahwa penentu akhir pencalonan adalah pengurus partai politik setempat. Sedangkan partai-partai politik konservatif, dengan sistem kepemimpinan yang bergantung pada figure, pencalonan akhir ditentukan oleh pengurus pusat.

2. Sistem konvensi

Sistem rekrutmen calon yang sangat popular di negara-negara demokrasi adalah sistem konvensi. Sistem konvensi dilakukan dengan cara pemilihan pendahuluan terhadap bakal calon dari partai politik oleh pengurus dan atau anggota partai. Kelebihan sistem konvensi terletak pada pengembangan atau peningkatan popularitas bakal calon melalui prose kampanye internal partai dan pendidikan politik yang ditawarkan (debat public, penyampaian visi dan misi, dan lain-lain). Sistem konvensi sangat efektif bagi partai kader, dan sebaliknya kurang efektif bagi partai massa.

Karena popularitas sangat penting dalam Pilkada langsung, maka proses seleksi atau rekrutmen bakal calon oleh partai politik merupakan dinamika tersendiri. Proses tersebut merupakan kampanye pendahuluan yang akan mendapat publikasi luas. Karena itulah, belakangan sangat jarang ditemukan partai politik yang menggunakan sistem partai politik tertutup murni. Partai-partai berlomba-lomba membuka kesempatan bagi seluruh warga untuk menjadi bakal

(19)

calon yang dipublikasikan secara luas melalui media massa. Selain itu, partai politik juga mengubah mekanisme rekrutmen dengan melakukan semacam uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) kepada bakal calon. Kendati demikian, mekanisme dan kriteria yang ditetapkan sesungguhnya tetap memberi kesempatan yang lebih besar kepada pengurus dan/ atau anggota partai politik itu sendiri.

1.5.4. Pemilihan Kepala Daerah Langsung24

David Easton, teoritis pertama yang memperkenalkan pendekatan sistem dalam politik, menyatakan bahwa suatu sistem selalu memiliki sekurungnya 3 sifat. Ketiga sifat tersebut adalah (1) terdiri dari banyak bagian-bagian, (2) bagian-bagian itu saling berinteraksi dan saling tergantung, (3) mempunyai perbatasan yang memisahkannya dari lingkungan yang juga terdiri dari sistem-sistem lain.

Sebagai satu sistem, sistem pilkada langsung mempunyai bagian-bagian yang merupakan sistem sekunder atau sub-sub sistem. Bagian-bagian tersebut adalah

electoral regulation, electoral process, dan electoral law enforcement. Electoral Regulation segala ketentuan atau aturan-aturan mengenai pilkada langsung yang berlaku, bersifat mengikat dan menjadi pedoman bagi penyelenggara, calon dan pemilih dalam menunaikan peran dan fungsi masing-masing. Electoral Process dimaksudkan seluruh kegiatan yang terkait secara langsung dengan pilkada yang merujuk pada ketentuan perundang-undangan baik yang bersifat legal maupun teknikal. Electoral Law Enforcement yaitu penegakan hukum terhadap aturan-aturan pilkada baik politis, administrative atau pidana.

(20)

Atas dasar itu, sistem pilkada langsung merupakan sekumpulan unsur-unsur yang melakukan kegiatan atau menyusun skema atau tata cara melakukan proses untuk memilih kepala daerah. Sebagai suatu sistem, sistem pilkada memiliki ciri-ciri antara lain bertujuan memilih kepala daerah setiap komponen yang terlibat dan kegiatan yang mempunyai batas, terbuka, tersusun dari berbagai dari kegiatan yang merupakan sub sistem, masing-masing kegiatan saling terkait dan tergantung dalam suatu rangkaian utuh, memiliki mekanisme kontrol, dan mempunyai kemampuan mengatur dan menyesuaikan diri.

1.5.5. Jenis Sistem Pencalonan

Dalam pilkada langsung dikenal dengan dua jenis sistem pencalonan dalam pilkada langsung yaitu :25

1. Sistem Pencalonan Terbatas

Sistem pencalonan terbatas adalan sistem pencalonan yang hanya membuka akses bagi calon-calon dari partai politik. Paradigma berpikir yang dianut sistem pencalonan terbatas adalah bahwa hanya partai-partai politik saja yang memiliki sumber daya manusia yang layak memimpin pemerintahan atau hanya partai-partai politik yang menjadi sumber-sumber kepemimpinan. Sistem pencalonan terbatas dikenal sebagai salah satu ciri demokrasi elitis, yang biasa dianut dinegara-negara otoritarian dan sosialis. Misalnya, sistem ini pernah digunakan Uni Soviet tahun 1990-an sehingga seluruh kepala daerah adalah pengurus partai komunis.

(21)

2. Sistem Pencalonan Terbuka

Sistem pencalonan terbuka memberikan akses yang sama bagi anggota atau pengurus partai-partai politik dan anggota komunitas atau kelompok-kelompok lain dimasyarakat, seperti organisasi masa, organisasi sosial, professional, usahawan-usahawan, LSM, bintang film dan intelektual, jurnalis, dan sebagainya. Paradigm sistem pencalonan terbuka adalah bahwa sumber daya manusia berkualitas tersebar dimana-mana dan sumber kepemimpinan dapat berasal dari latar belakang apapun. Sumber daya manusia memiliki kesempatan berkembang dan bertumbuh secara sama di sector sosial, bisnis, dan akademik. Sistem pencalonan terbuka semakin populer dengan berkembangnya industrialiasasi sehingga wajar dianut oleh Negara-negara demokrasi mapan, yang notabene Negara industri dengan tingkat ekonomi maju atau sangat maju, seperti Amerika Serikat, Prancis, Jerman dan sebagainya. Pilkada di Republik Rusia saat ini, misalnya, sudah mengakomodasikan sistem pencalonan terbuka. Demikian pula dengan pencalonan untuk anggota parlemen.

1.6.Metodologi Penelitian

Dalam rangka memperoleh data, maka setiap penlitian senantiasa diperlukan metodologi penelitian yang disesuaikan dengan permasalahan yang akan diteliti guna mendapatkan data dan informasi yang mendukung untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi secara jelas, baik arah dan ruang lingkupnya. Oleh karena itu perlu ditentukan langkah-langkah yang diambil melalui metode penelitian. Dengan metodologi penelitian maka permasalahan yang akan diteliti diharapkan akan lebih mudah untuk diungkapkan, dirumuskan secara objektif, rasional dan sistematik. Adapun metode penelitian ini adalah sebagai berikut:

(22)

1.6.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskritif. Penelitian deskritif merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada, di mana data yang ada dikumpul kemudian diklasifikasikan dan selanjutnya dianalisa.26 Pada dasarnya penelitian dengan menggunakan jenis penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, kemudian ditarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi atuapun variable tertentu.27

1.6.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan.

1.6.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan cara:

a. Observasi atau pengamatan secara langsung yaitu mengamati setiap perkembangan objek penelitian secara langsung dan meninjau lokasi yang menjadi objek penelitian serta mencata hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

26 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995, hal. 40.

27 Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif, Surabaya: Airlangga University Perss, 2001, hal. 48.

(23)

b. Interview atau wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui pertanyaan-pertanyaan pada sampel terpilih, guna mendapatkan jawaban langsung yang mendukung pemecahan masalah dalam penelitian ini.

2. Library research methods atau metode penelitian kepustakaan sumber-sumber yang diambil berasal dari buku, majalah, surat kabar, dan literature lainnya, dengan demikian diharapkan diperoleh data skunder sebagai kerangka kerja teoritis.

1.6.4. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul sebagai masukan baik dari observasi, interview, dan library research maka diadakan penganalisaan data yang ada. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kulitatif di mana data yang diperoleh merupakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati dari lapangan.

(24)

1.7.Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

BAB I ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metede penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini digambarkan secara umum tentang lokasi penelitian.

BAB III : PENYAJIAN dan ANALISIS DATA

Bab III ini berisi penyajian dan analisi data yang diperoleh dari lapangan yaitu obsevasi dan wawancara serta sumber-sumber lainnya baik buku dan literature yang terkait dengan penelitian.

BAB IV : PENUTUP

BAB IV ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian serta berisi saran-saran yang bersangkutan dengan penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Melalui kegiatan pembelajaran Project Basic Learning, peserta didik diharapkan mampu untuk : 1) merancang proposal kegiatan pameran; 2) merancang gambar ruang untuk pemeran karya

Dengan demikian auditor dengan akreditasi FSC yang berasal dari pihak ke tiga dituntut untuk bertanggung jawab bahwa audit telah dilakukan sesuai dengan persyaratan yang ada,

Segala puji syukur penulis hanturkan atas rahmat dan hidayah yang telah Allah SWT limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul SKI berbasis kronologis dengan menggunakan model The Meaningfull Instructional Design MID yang mengedepankan

Sedangkan apabila dampak penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan secara langsung dialami oleh lebih dari satu kabupaten/kota dalam satu provinsi, maka

Dari delapan ketrampilan di atas, yang paling penting bagi seorang guru adalah bagaimana guru menerapkan keterampilan tersebut sehingga proses pembelajaran dapat berjalan

Informasi berupa faktor- faktor tempat tumbuh (habitat) dan keragaman genetik populasi merupakan informasi mendasar yang perlu diketahui untuk tujuan tersebut. Oleh

Berdasarkan hasil yang terlihat pada Tabel 7 dan 8 di atas dengan menggunakan uji akar unit ADF tanpa trend baik pada lag 0 maupun lag 4, terlihat bahwa data