• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klt Lampu Uv 254 Dan Uv 366

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Klt Lampu Uv 254 Dan Uv 366"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

LAPORAN LENGKAP FITOKIMIA I

LAPORAN LENGKAP FITOKIMIA I

DAUN BELIMBING

DAUN BELIMBING

( A

( A verr

verr hoa

hoa caram

carambola

bola L

L))

BUAH TARUM

BUAH TARUM

( Indi

( Indi gg ofera

ofera ss uma

umatra

trana

na G

G a

aertn )

ertn )

OLEH : OLEH : KELOMPOK : I (SATU)

KELOMPOK : I (SATU) ASISTEN

ASISTEN : : JUHRIATI, JUHRIATI, S.SiS.Si

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM M

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSARAKASSAR MAKASSAR MAKASSAR 2015 2015 BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang I.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara dengan kekayaan alam yang m

Indonesia merupakan Negara dengan kekayaan alam yang m eimpah. Hampireimpah. Hampir segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di wilayah Negara ini. Sebagian besar sudah segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di wilayah Negara ini. Sebagian besar sudah

(2)

dimanfaatkan sejak nenek moyang kita untuk mengobati berbagai penyakit. dimanfaatkan sejak nenek moyang kita untuk mengobati berbagai penyakit. Tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam penggunaannya dikenal dengan obat Tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam penggunaannya dikenal dengan obat tradisional.

tradisional.

Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organic yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organic yang dibentuk dan di simpan oleh tumbuhan yaitu tentang struktur kimia, biosintesis dibentuk dan di simpan oleh tumbuhan yaitu tentang struktur kimia, biosintesis perubahan dan metabolisme, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari perubahan dan metabolisme, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas segala senyawa organic. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas segala  jenis

 jenis zat zat kimia kimia atau atau nutrient nutrient yang yang diturunkan diturunkan dari dari sumber sumber tumbuhan, tumbuhan, termasuktermasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki defenisi sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki defenisi yang lebih sempit.

yang lebih sempit.

Simplisia adalah bahan alamiah (bahan tumbuhan, bahan hewani, atau Simplisia adalah bahan alamiah (bahan tumbuhan, bahan hewani, atau bahan mineral) yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan bahan mineral) yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali di nyatakan lain,

apapun juga dan kecuali di nyatakan lain, berupa bahan yang telah di keringkan. ( FIberupa bahan yang telah di keringkan. ( FI III, 1979).

III, 1979).

Kegunaan buah tarum sebagai tanaman obat yaitu mengobati penyakit Kegunaan buah tarum sebagai tanaman obat yaitu mengobati penyakit rajasinga atau sipilis, cacingan, epilepsi, dan mengurangi depresi. Sedangkan untuk rajasinga atau sipilis, cacingan, epilepsi, dan mengurangi depresi. Sedangkan untuk sampel daun belimbing dapat mengobati batuk, batuk rejan, rematik, sariawan, sampel daun belimbing dapat mengobati batuk, batuk rejan, rematik, sariawan,  jerawat, panu, penyakit gondo

 jerawat, panu, penyakit gondongan, sakit gigi, darah tinggngan, sakit gigi, darah tinggi, dan diabetes.i, dan diabetes. I.2 Maksud dan Tujuan

I.2 Maksud dan Tujuan I.2.1 Maksud percobaan I.2.1 Maksud percobaan

Mempelajari dan memahami cara penyiapan sampel atau simplisia, cara Mempelajari dan memahami cara penyiapan sampel atau simplisia, cara mengektraksi senyawa aktif simplisia dan mengidentifikasi senyawa aktif simplisia mengektraksi senyawa aktif simplisia dan mengidentifikasi senyawa aktif simplisia secara kromotografi lapis tipis (KLT).

secara kromotografi lapis tipis (KLT). I.2.2 Tujuan percobaan

I.2.2 Tujuan percobaan

(3)

dimanfaatkan sejak nenek moyang kita untuk mengobati berbagai penyakit. dimanfaatkan sejak nenek moyang kita untuk mengobati berbagai penyakit. Tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam penggunaannya dikenal dengan obat Tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam penggunaannya dikenal dengan obat tradisional.

tradisional.

Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organic yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organic yang dibentuk dan di simpan oleh tumbuhan yaitu tentang struktur kimia, biosintesis dibentuk dan di simpan oleh tumbuhan yaitu tentang struktur kimia, biosintesis perubahan dan metabolisme, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari perubahan dan metabolisme, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas segala senyawa organic. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas segala  jenis

 jenis zat zat kimia kimia atau atau nutrient nutrient yang yang diturunkan diturunkan dari dari sumber sumber tumbuhan, tumbuhan, termasuktermasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki defenisi sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki defenisi yang lebih sempit.

yang lebih sempit.

Simplisia adalah bahan alamiah (bahan tumbuhan, bahan hewani, atau Simplisia adalah bahan alamiah (bahan tumbuhan, bahan hewani, atau bahan mineral) yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan bahan mineral) yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali di nyatakan lain,

apapun juga dan kecuali di nyatakan lain, berupa bahan yang telah di keringkan. ( FIberupa bahan yang telah di keringkan. ( FI III, 1979).

III, 1979).

Kegunaan buah tarum sebagai tanaman obat yaitu mengobati penyakit Kegunaan buah tarum sebagai tanaman obat yaitu mengobati penyakit rajasinga atau sipilis, cacingan, epilepsi, dan mengurangi depresi. Sedangkan untuk rajasinga atau sipilis, cacingan, epilepsi, dan mengurangi depresi. Sedangkan untuk sampel daun belimbing dapat mengobati batuk, batuk rejan, rematik, sariawan, sampel daun belimbing dapat mengobati batuk, batuk rejan, rematik, sariawan,  jerawat, panu, penyakit gondo

 jerawat, panu, penyakit gondongan, sakit gigi, darah tinggngan, sakit gigi, darah tinggi, dan diabetes.i, dan diabetes. I.2 Maksud dan Tujuan

I.2 Maksud dan Tujuan I.2.1 Maksud percobaan I.2.1 Maksud percobaan

Mempelajari dan memahami cara penyiapan sampel atau simplisia, cara Mempelajari dan memahami cara penyiapan sampel atau simplisia, cara mengektraksi senyawa aktif simplisia dan mengidentifikasi senyawa aktif simplisia mengektraksi senyawa aktif simplisia dan mengidentifikasi senyawa aktif simplisia secara kromotografi lapis tipis (KLT).

secara kromotografi lapis tipis (KLT). I.2.2 Tujuan percobaan

I.2.2 Tujuan percobaan

(4)

-- Untuk Untuk mengetahui mengetahui cara mencara mengektraksi gektraksi sampel sampel dengan dengan metode metode maserasi, maserasi, dandan sokhlet.

sokhlet.

-- Untuk mengetahui cara mengidentifikasi komponen kimia atau zat aktif yangUntuk mengetahui cara mengidentifikasi komponen kimia atau zat aktif yang terkandung didalam simplisia secara kromotografi lapis tipis.

terkandung didalam simplisia secara kromotografi lapis tipis.

I.3 Prinsip Percobaan I.3 Prinsip Percobaan 

 EkstraksiEkstraksi 

 MaserasiMaserasi

Penyarian sederhana dengan merendam serbuk simplisia dalam

Penyarian sederhana dengan merendam serbuk simplisia dalam suatu bejanasuatu bejana dengan cairan penyari yang sesuai selama beberapa hari

dengan cairan penyari yang sesuai selama beberapa hari dengan temperatur kamar,dengan temperatur kamar, terlindung dari cahaya matahari sambil di aduk, dimana cairan penyari akan terlindung dari cahaya matahari sambil di aduk, dimana cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel lalu menyari zat aktif, karena menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel lalu menyari zat aktif, karena adanya perbedaan kosentrasi di dalam dan di luar sel maka larutan yang adanya perbedaan kosentrasi di dalam dan di luar sel maka larutan yang kosentrasinya tinggi akan terdesak ke luar sel (terjadi proses difusi). Peristiwa kosentrasinya tinggi akan terdesak ke luar sel (terjadi proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan kosentrasi antara larutan zat aktif tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan kosentrasi antara larutan zat aktif di dalam dan di luar sel.

di dalam dan di luar sel. 

 SokhletasiSokhletasi

Merupakan proses penyarian simplisia secara berkesenambungan dimana Merupakan proses penyarian simplisia secara berkesenambungan dimana cairan penyari di panaskan dan menguap di kondensor melalui pipa samping dan cairan penyari di panaskan dan menguap di kondensor melalui pipa samping dan akan terkondensasi menjadi molekul-molekul cairan yang oleh pendingin balik dan akan terkondensasi menjadi molekul-molekul cairan yang oleh pendingin balik dan kemudian turun untuk menyari simplisia dalam labu alas bulat setelah melalui pipa kemudian turun untuk menyari simplisia dalam labu alas bulat setelah melalui pipa sufon. Proses ini

sufon. Proses ini berlangsung hingga penyarian sempurna.berlangsung hingga penyarian sempurna. 

 PartisiPartisi 

(5)

Pemisahan sebagian terjadi ketika semua zat terlarut mempunyai kelarutan relative yang bebeda didalam dua pelarut yang digunakan. Koefisien distribusi menentukan perbandingan kosentrasi dan zat terlarut di dalam masing-masing pelarut. Senyawa-senyawa yang dipisahkan tetap kontak kedalam kedua pelarut dan terlarut didalam masing-masing pelarut sesuai dengan perbandingan yang ditentukan.

 ECP ( ekstrak cair padat )

Pemisahan zat senyawa aktif dengan menggunakan pelarut non polar, dimana akan diperoleh ektrat yang larut dan tidak larut, yaitu polar dan tidak polar.  Kromotografi lapis tipis (KLT)

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang di tentukan oleh fase dian (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena ada ser ap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen-komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.

 UV  UV 254

Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan nampak berwarna gelap. Penarikan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang nampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke eadaan semula sambil melepaskan energi.

(6)

Pada UV 366 nm, noda akan berfouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang nampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366nm terlihat terang karena adanya silika gel yang digunakan tidak berfuoresensi pada sinar UV 366 nm.

 H2SO4 10%

Noda pereaksi semprot H2SO4  10% adalah berdasarkan kemampuan asam

sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombang akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan (Syahid, 2004).

(7)

Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar (wild crop) tentu saja kandungan kimianya tidak dapat dijamin selalu konstan karena disadari adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi umum dan cara panen, serta proses pascapanen dan preparasi akhir. Walaupun ada juga yang berpendapat bahwa variabel tersebut tidak berakibat besar pada mutu ekstrak nantinya. Variabel tersebut juga dapat dikompensasi dengan penambahan/pengurangan bahan setelah sedikit prosedur analisis kimia dan sentuhan inovasi teknologi farmasi lanjutan sehingga tidak berdampak banyak pada khasiat produksi. Usaha untuk menjaga variabel tersebut dianggap sebagai usaha untuk menjaga mutu simplisia

 Adapun beberapa tahap penyiapan simplisia ( bahan tumbuhan ) 1. Pengumpulan bahan baku (panen )

2. Sortasi basah 3. Pencucian

4. Perajangan pengeringan 5. Sortasi kering

Ekstraksi pelarut menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bahkan di mana tujuan primernya bukanlah analitis namun preparatif, ekstrasi pelarut dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murninya dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-kadang digunakan peralatan yang rumit, namun seringkali hanya diperlukan sebuah corong pisah. Seringkali suatu permisahan ekstrasi pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit.

Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau pengeluaran suatu komponen cairan/campuran dari campurannya. Biasanya menggunakan pelarut diuapkan sampai pada kepekatan tertentu. Ekstraksi memanfaatkan pembagian

(8)

suatu zat terlarut antar dua pelarut yang tidak saling tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain.

Ekstraksi memegang peranan penting baik di laboratorium maupun industri. Di laboratorium, ekstraksi seringkali dilakukan untuk menghilangkan atau memisahkan zat terlarut dalam larutan dengan pelaurt air yang diekstraksi dengan pelarut lain seperti eter, kloroform, atau benzene.

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasidiferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya pembedaan dalam adsorpsi, partisi,kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau kerapatan muatan ion. Atau secara sederhanakromatografi biasanya juga di artikan sebagai teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponen. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip ini.Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampelyang ingin di deteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisika-kimia denganfase gerak (larutan pengembang yang cocok), dan fase diam (bahan berbutir) yang diletakkan pada penyangga berupa plat gelas atau lapisan yang cocok. Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan) lalu hasil pengembangan di deteksi. Zat yang memiliki kepolaran yang sama dengan fase diam akan cenderung tertahan dan nilai Rf-nya palingkecil. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di

(9)

bawah gerakan pelarut pengembang.Pada identifikasi noda atau penampakan noda,  jika noda sudah berwarna dapatlangsung diperiksa dan ditentukan harga R dan F

nya.

Pemisahan KLT dikembangkan oleh Ismailoff   dan Schraiber   pada tahun (1938). Tekniknya menggunakan penyokong fase diam berupa lapisan tipis sepreti lempeng kaca, aluminium atau plat inert. Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai factor resensi (Rf)

Pada fase diam, jika dilihat mekanisme pemisahan, fase diam dikelompokkan:

a. Kromatogarfi serapan (Silika gel, alumina, keiselguhr)

 b. Kromatografi partisi (Selulosa, keiselguhr, silika gel)

c. Kromatografi penukar ion (Penukar ion selulosa, resina penukat ion)

d. Kromatografi gel (Sephadex, Biogel)

KLT mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:

a. Waktu pemisahan lebih cepat

 b. Sensitive, artinya meskipun jumlah cuplikan sedikit masih dapat dideteksi.

c. Daya resolusinya tinggi, sehingga pemisahan lebih sempurna.

KLT sebagai salah satu metode instrumental yang sering digunakan, karena mempunayi keuntungan antara lain sebagai berikut :

1. Peralatan yang diperlukan sedikit

2. Waktu analisis yang cepat

3. Hasil pemisahan lebih baik 4. Daya pemisahan tinggi

5. Pengerjaannya sederhana dan mudah

6. Harganya terjangka

(10)

1. Ekstraksi cara dingin

Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud akibat proses pemanasan. Ekstraksi dingin antara lain:

a. Maserasi merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut diam atau dengan pengocokan pada suhu ruangan. Pada dasarnya metode ini dengan cara merendam sampel dengan sekali-kali dilakukan pengocokan. Pengocokan dapat dilakukan dengan menggunakan alat rotary shaker   dengan kecepatan sekitar 150 rpm. Umumnya perendaman dilakukan 24 jam dan selanjutnya pelarut diganti dengan pelarut baru. Namun dari beberapa penelitian melakukan perendama hingga 72 jam. Selama proses perendaman, cairan akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Kemudian zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar.

Peristiwa tersbut terus berulang hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan antara larutan di luar sel dengan larutan di dalam sel. Keuntungan cara ekstraksi dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang sederhana. Namun metode ini juga memiliki kekurangan, yaitu cara pengerjaannya yang lama dan ekstraksi yang kurang sempurna.

b. Perkolasi merupakan cara ekstraksi yang dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui bahan sehingga komponen dalam bahan tersebut tertarik ke dalam pelarut. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosis, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). Hasil perkolasi disebut perkolat. Perkolasi banyak digunakan untuk mengekstraksi komponen dari bahan tumbuhan. Pada proses perkolasi, terjadi

(11)

partisi komponen yang diekstraksi, antara bahan dan pelarut. Dengan pengaliran pelarut secara berulang-ulang, maka semakin banyak komponen yang tertarik.

Kelemahan dari metode ini yaitu diperlukan banyak pelarut dan waktu yang lama, sedangkan komponen yang didapat relatif tidak banyak. Keuntungannya adalah tidak memerlukan pemanasan sehingga teknik ini baik untuk substansi termolabil (yang tidak tahan terhadap panas).

2. Ekstraksi cara panas

Metode ini melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses ekstraksi dibandingkan cara dingin. Metodenya antara lain:

a. Reflux merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada titik didih pelarut tersebut, selama waktu tertentu dan sejumlah palarut tertentu tertentu dengan adanya pendinginan balik (kondensor). Umumnya dilakukan tiga kali sampai lima kali pengulangan proses pada residu pertama agar proses ekstraksinya sempurna.

Prosedur:

Bahan + pelarut -> dipanaskan -> pelarut menguap -> pelarut yang menguap didinginkan oleh kondensor -> jatuh lagi -> menguap lagi karena panas -> dan seterusnya.

Proses ini umumnya dilakukan selama 1 jam.

b. Soxlet adalah proses ekstraksi dimana sampel yang akan diekstraksi ditempatkan dalam suatu timbel yang permeabel terhadap pelarut dan diletakkan di atas tabung destilasi, dididihkan dan dikondensaasikan di atas sampel. Kondesat akan jatuh ke dalam timbel dan merendam sampel dan diakumulasi sekeliling timbel. Setelah sampai batas tertentu, pelarut akan kembali masuk ke dalam tabung destilasi secara otomastis. Proses ini berulang terus dengan sendirinya di dalam alat terutama dalam

(12)

peralatan Soxhlet yang digunakan untuk ekstraksi lipida. Sampel yang bisa diperiksa meliputi pemeriksaan lemak,trigliserida,kolesterol.

c. Digesti adalah proses ekstraksi dengan pengadukan kontinu pada temperature tinggi dari temperatu ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperature 40 -50 °C. d. Infudasi adalah ekstraksi dengan cara perebusan, dimana pelarutnya adalah air

pada temperature 96-98 °C selama 14-20 menit. Pembagian partisi ada dua yaitu :

a. Ekstraksi cair - cair adalah suatu metode ekstraksi yang menggunakan corong pisah sehingga biasa juga disebut dengan ekstraksi corong pisah.

b. Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut didalam 2 macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut air. Hal tersebut memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dapat terlarut dalam air dan adapula senyawa yang dapat larut dalam pelarut organik.

II.2 Uraian Bahan

a. Etanol (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : AETHANOLUM Nama lain : Alkohol, etanol RM / BM : C6H6O / 46

n : Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap, rasa

panas dan bau khas.

(13)

anan : Dalam wadah tertutup rapat dan terindung dari cahaya matahari Kegunaan : Sebagai pereaksi

b. Air suling (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA Nama Lain : Air suling, Aquadest RM/BM : H2O/18,02

Rumus bangun : H - O - H

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak mempunyai bau Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Pelarut

c. Asam sulfat (FI edisi III, hal 58)

Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM Nama lain : Asam sulfat

Rumus molekul : H2SO4

Berat molekul : 98,07

: cairan kental seperti minyak, korosit, tidak berwarna, jika ditambahkan ke dalam air menimbulkan panas.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. Kegunaan : Zat tambahan

d. Methanol (FI edisi III, hal 706)

Nama resmi : METANOLUM Nama lain : methanol

Rumus molekul : CH2OH

(14)

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau khas

: Dapat bercampur dengan air membentuk cairan jernih tidak berwarna.

e. Kloroform

Nama : CHLOROFORMUM

Nama lain : Kloroform

Berat molekul : 119,38 g/mol Rumus molekul : CHCl3

: Cairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau khas; rasa manis dan membakar.

: Larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah larut dalam etanol mutlak, dalam eter, dalam sebagian besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.

nan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca, terlindung dari cahaya.

Kegunaan : Sebagai eluen.

f. Etil asetat

Nama resmi : ACIDUM ACETIKUM Nama lain : Cuka

Berat molekul : 60,05 g/mol Rumus molekul : C2H4O2

: Cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam, tajam

: Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%), dan dengan gliserol.

(15)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. Kegunaan : Sebagai eluen.

g. N-hexan (FI edisi III : 1159 )

Nama : N-HEXANA

Berat molekul : 86.18 g/mol Rumus molekul : C6H14

Pemerian : cairan tak berwarna, dapat dibakar.

: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol mutlak, dapat bercampur dengan eter, dengan kloroform, dengan benzena dan dengan sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri.

nan : jauhkan dari nyala api, dan simpan di tempat sejuk dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : sebagai eluen.

h. N-butanol (FI edisi III : 663 )

Nama : N-BUTANOL

Rumus molekul : C4H9OH

Pemerian : cairan jernih tidak berwarna

: Larut dalam 11 bagian air pada suhu 15,5o

nan : simpan di tempat sejuk dalam wadah tertutup rapat. Kegunaan : sebagai pelarut

(16)

II.3 URAIAN TANAMAN

II.3.I KLASIFIKASI TANAMAN Tanaman tarum

Kingdom : plantae

Sub kingdom : tracheobionta Super divisi : spermatophyte Kelas : magnoliopsida Sub kelas : rosidae

Ordo : fabales

Famili : fabaceae Genus : indigofera

Spesies : Indigofera sumatrana Gaertn Tanaman belimbing

Kingdom : plantae

Subkingdom : tracheabionta Super divisi : spermathopyta Divisi : magnoliophyta Kelas : magnoliopsida Sub kelas : rosidae

Ordo : geraniales Famili : oxalidaceae Genus : avverrhoa

(17)

II.2.2 morfologi tanaman a. Tanaman belimbing

Belimbing Manis ( Averrhoa carambola L.) tumbuh dalam bentuk pohon. Batang jelas terlihat, berkayu (lignosus), berbentuk silindris, permukaan batang kasar, batang berwarna coklat tua. Percabangan dikotom, arah tumbuh cabang ada yang condong ke atas ada yang mendatar.

Daun (folium) Tergolong daun majemuk menyirip gasal

(imparipinnatus). Pada suatu daun majemuk terdiri at as beberapa bagian yaitu: a) Ibu tangkai daun ( petiolus communis),

b) Tangkai anak daun ( petiololus), dan c)  Anak daun (foliolum).

b. Tanaman buah tarum

Tarum dari bahasa Sunda, nila, atau indigo (Indigofera, suku polong-polongan atau Fabaceae) merupakan tumbuhan penghasil warna biru alami. Orang Jawa menyebutnya sebagai tom. Penggunaan zat pewarna pakaian ini terutama dilakukan dalam pembuatan batik atau tenun ikat tradisional dari Nusantara. Zat pewarna indigo, sebagai produk dari tumbuhan ini, juga merupakan komoditas dagang yang penting.

Tarum digunakan untuk berbagai jenis tumbuhan penghasil warna biru, kebanyakan dari marga Indigofera. Tarum yang sejati adalah Indigofera sumatrana. Warna biru indigo diperoleh dari rendaman daun (dalam jumlah banyak). Akar tarum atau tarum areuy yang juga sering dipakai orang adalah Marsdenia tinctoria.

Warna biru dihasilkan dari perendaman daun selama semalam. Setelah semalam akan terbentuk lapisan di atas yang berwarna hijau atau biru. Cairan ini lalu direbus, lalu dijemur hingga kering.

(18)

Tumbuhan ini sangat baik karena menyuburkan tanah dan dapat menahan erosi.

II.2.3 Khasiat

1. Daun belimbing wuluh.

 Adapun khasiat dari belimbing wuluh adalah sebagai berikut: a. Pengobatan jerawat

Untuk mengobati jerawat siapkan 3 buwah belimbing wuluh segar. Cuci hingga bersih. Buah diparut dan diberi sedikit garam. Tempelkan pada kulit yang berjerawat. Lakukan 2 kali sehari. Atau siapkan 6 buah belimbing wuluh dan 1/2 sendok teh bubuk belerang, digiling halus lalu diremas dengan 2 sendok makan air jeruk nipis. Ramuan ini dipakai untuk menggosok dan melumas muka yang berjerawat. Lakukan 2-3 kali sehari.

b. Pengobatan Tekanan Darah Tinggi

Siapkan 3 buah belimbing wuluh dan biji sari gading 25gr yang sudah dicuci bersih. Biji sari gading ditumbuk halus. Masukan kedalam panci berisi 4 gelas air dan rebuslah bersama belimbing wuluh. Dinginkan lalu saring sebelum diminum. Cukup diminum 1 gelas sehari. Buah yang besar dan berwarna hijau diparut, ambil air nya dan diminum. Atau bisa juga dengan cara menyiapkan 3 buah belimbing wuluh yang dicuci lalu dipotong-potong seperlunya, direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tinggal tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, Minum setelah makan pagi.

c. Obat batuk

Caranya: Daun, bunga, buah yang masing-masing sama banyaknya direbus dalam air yang mendidih selama 1/2 jam, dan minum air nya. Untuk batuk pada anak,

(19)

ambilah 25 kuntum bunga belimbing wuluh, 1 jari rimpang temugiring, 1 jari kulit kayu manis, 1 jari rimpang kencur, 2 butir bawang merah, 1/4 genggam pegagan, 1/4 genggam daun saga, 1/4 genggam daun inggu, 1/4 genggam daun sendok, dicuci dan dupotong-potong seperlunya, direbus dengan 5 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin lalu disaring, diminum dengan madu seperlunya. sehari 3 kali 3/4 gelas.

d. Pengobatan Diabetes

Sementara unutuk anda yang menderita diabetes, siapkan 6 buah belimbing wuluh, lalu dilumatkan, direbus dengan 1 gelas air sampai airnya tinggal setengah, Saring, minum 2 kali sehari.

e. Pengobatan Gondongan

Caranya: Setengah genggam daun belimbing wuluh ditumbuk dengan 3 bawang putih. Kompreskan pada bagiyan gondongan. 10 ranting muda belimbing wuluh berikit daunya dan 4 butir bawang merah setelah dicuci bersih lalu ditumbuk halus. Balurkan ketempat yang sakit.

f. Rematik

Caranya: Segenggam daun belimbing wuluh dicuci, tumbuk sampai halus, tambahkan kapur sirih, gosokan kebagiyan yang sakit itu. 100 gr daun muda belimbing wuluh, 10 biji cengkih dan 15 biji merica dicuci lalu digiling halus, tambahkan cuka secukupnya sampai menjadi adonan seperti bubur. Oleskan adonan bubur tadi ketempet yang sakit. Atau bisa juga dengan cara menyiapan 5 buah belimbing wuluh, 8 lembar daun kantil (Michelia Champaca L.), 15 biji cengkih, 15 butir lada hitam, di cuci lalu ditumbuk halus, diremas dengan 2 sendok makan air

(20)

 jeruk nipis dan 1 sendok makan minyak kayu putih. Dipakai untuk menggosok dan mengurut bagiyan tubuh yang sakit. Lakukan dengan 2-3 kali sehari.

g. Pegal linu

Caranya: Satu genggam daun belimbing wuluh yang masih muda, 10 biji cengkih, 15 biji lada, digiling halus lalu ditambahkan cuka secukupnya. Lumukan ke tempat yang sakit.

h. Panu

Caranya: Sepuluh buah belimbing wuluh dicuci lalu digiling halus, tambahkan kapur sirih sebesar biji asam, diremas sampai rata. Ramuan ini dipakai untuk menggosok kulit yang terasa panu. Lakukan 2 kali sehari.

Kunci Determinasi Tumbuhan Belimbing:

1a-2a-3b-4b-5-6b-7a-8b-9a-10b-11b-12b-13a-14a,15a-16b-117a-18b-19b-20a-21a- 22a-23a-24a-25a-26a-27b-28b-29a-30a-31b-32b-33a-34b-35b-36a-37b-38a-39b-40a-41a-42b-43a-44a-45b-46a-47b-48b-49a-50b-51a-52b-53b-54b-55a-56a-57a. 2. Buah tarum

 Adapun khasiat dari buah tarum sebagai berikut : a. mengobati raja singa atau sipilis

Di siapkan daun tarum secukupnya, dan air bersih 3 gelas, dengan cara membuat di ambil daun tarum secukupnya, lalu cuci hingga bersih. Setelah bersih kemudian tambahkan tiga gelas air bersih. Lalu rebus sampai mendidih. Setelah mendidih  jangan langsung diangkat, biarkan terlebih dahulu beberapa saat sampai airnya

kira-kira tinggal satu gelas. Baru kemudian angkatlah, dinginkan dan saring. b. Mengobati gondong

(21)

Di siapkan daun tarum 2 genggam, kemudian dicuci hingga bersih lalu ditumbuk sampai lumat. Balurkan ramuan pada bagian yang sakit.

c. Mengobati cacingan

Di siapkan daun tarum secukupnya, dan air bersi 3 gelas, dengan cara membuat ambil daun tarum secukupnya, lalu cuci hingga bersih. Kemudian tambahkan tiga gelas air bersih, lalu rebus sampai mendidih, biarkan beberapa saat sampai airnya kira-kira tinggal satu gelas. Kemudian angkat, dan dinginkan kemudian saring,

d. Mengobati ayan atau epilepsi

Di siapkan daun tarum secukupnya dan air bersih 3 gelas, dengan cara membuat, Cuci hingga bersih daun tarum, kemudian rebus menggunakan tiga gelas air bersih sampai mendidih. Setelah mendidih jangan langsung diangkat, biarkan beberapa saat sampai airnya tinggal satu gelas. Angkat, dinginkan dan saring. Minum ramuan herbal tarum sekaligus.

e. Mengurangi depresi

Di siapkan daun tarum secukupnya, dan air bersih 3 gelas, dengan cara membuat, ambil daun tarum secukupnya, lalu cuci hingga bersih. Tambahkan tiga gelas air bersih lalu rebus sampai mendidih. Setelah mendidih biarkan terlebih dahulu beberapa saat sampai airnya tersisa satu gelas. Baru kemudian angkat, dinginkan dan saring, Minum ramuan herbal tarum sekaligus.

Kunci Determinasi Tanaman Tarum:

1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11a-67a-68a………..16.

BAB III

(22)

III.1. Alat dan Bahan

III.1.1 Alat-alat yang digunakan

 Alat-alat yang digunakan yaitu: batang pengaduk, blender kering, botol semprot, cawan porselin, chamber, corong pisah, cutter, gunting, gelas kimia, gelas ukur, kamera digital, klem, kondensor, labu alas bulat, lampu UV 254 nm, lampu UV 366 nm, oven, parang, pisau cutter, penggaris, pensil, pisau/ pipa kapiler, pinset, refluks, sasak ukuran 60 x 40 cm, soxhlet, statif dan toples kaca, timbangan analitik, vial.

III.1.2 Bahan-bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan yaitu: aluminium foil, alkohol 70 %, aquadest, buah tarum, cawan porselin, daun belimbing, eluen,ekstrak larut heksan daun belimbing, ekstrak larut heksan buah tarum, ekstrak larut air daun belimbing, ekstrak larut air buah tarum, ekstrak methanol daun belimbing, ekstrak methanol buah tarum, ekstrak larut butanol daun belimbing, ekstrak larut butanol, isolasi bening, kapas, kertas, koran, kertas saring, lakban, lempeng silica gel F 254, metanol, n-hexan, n-butanol jenuh air, pulpen, spidol, tanaman utuh atau perwakilan bagian-bagian tanaman, tissue roll,

III.2 Cara Kerja

1. Penyiapan Sampel - Sampel disortasi basah

- kemudian dicuci pada air mengalir lalu diangin-anginkan hingga kering pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung,

- sampel dirajang, untuk sampel buah tarum dihaluskan menggunakan blender kering, 2. Ekstraksi

(23)

a. Metode maserasi daun belimbing - Disiapkan alat dan bahan

- Sampel ditimbang 100 g, kemudian dimasukkan ke dalam toples

- Ditambahkan methanol sedikit demi sedikit untuk membasahkan dibiarkan beberapa menit sampai terbasahi semua.

- Diadkan methanol hingga 1300 ml sampai semua sampel terendam

- Toples kemudan ditutup dengan aluminium foil kemudian ditutup rapat dengan penutupnya

- Di diamkan selama 3 x 24 jam sambil sesekali di aduk

- Ekstrak kemudian di saring ke dalam mangkok dengan menggunakan kertas saring lalu diuapkan hingga di peroleh ekstrak kental/ kering.

b. Metode soxletasi buah tarum - Disiapkan alat dan bahan

- Ditimbang sampel 30,52 g

- Sampel kemudian dimasukan kedalam tabung yang sebelumnya telah dilapisi kertas saring

- cairan penyari methanol dimasukan kedalam labu alas bulat -  Alat soxletasi di rangkaikan

- Dilakukan metode soxletasi hingga cairan berawarna bening, selama 24 siklus

- Ekstrak kemudian di saring ke dalam mangkok dengan menggunakan kertas saring lalu diuapkan hingga di peroleh ekstrak kental/ kering.

3. Partisi Ekstrak Cair-Cair (ECC) daun belimbing, buah tarum dan batang kiti-kiti - Disiapkan alat dan bahan

(24)

- Ekstrak methanol ditimbang sebanyak 1 g

- Ekstrak kemudian dilarutkan dengan 15 ml hexan dan dimasukan ke dalam corong pisah

- Ekstrak yang tidak larut disuspensikan dengan 5 ml aquadest dan dimasukan kedalam corong pisah

- Corong pisah dikocok hingga homogen dan didiamkan selama beberapa saat hingga terbentuk 2 fase, ekstrak yang larut hexan berada diatas sedangkan ekstrak yang larut air (tidak larut hexan) berada di bawah.

- Ekstrak yang larut hexan kemudian di tampung dan ekstrak yang larut air dimasukan kembali dan ditambahkan 15 ml hexan yang baru, penggantian pelarut hexan yang baru dilakukan sebanyak 3 kali.

- Ekstrak yang larut hexan kemudian diuapkan, lalu di timbang dan dimasukan ke dalam vial.

- Ekstrak yang larut air kemudian ditambahkan pelarut n-butanol jenuh air sebanyak 15 ml didalam corong pisah dan kemudian dikocok.

- Kemudian corong pisah didiamkan hingga terbentuk 2 fase

- Kemudan lapisan kedua pelarut yang terbentuk ditampung ke dalam dua wadah yang berbeda.

- Kemudian ekstrak n-butanol dan ekstrak larut air diuapkan hingga terbentuk ekstrak kental

- kemudian ekstrak kental di timbang dan di masukan ke dalam vial

- Kemudian dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

4. Cara Kerja Kromatografi Lapis Tipis (KLT) a. Penyiapan Lempeng silika gel

(25)

- Lempeng silica gel F 254 yang berukuran 20 x 20 cm, di potong dengan ukuran 7 cm x 2 cm.

- Lempeng yang telah dipotong tersebut di aktifkan dalam oven pada suhu 1100 C.

b. Penjenuhan chamber 

-Disiapkan dua buah chamber yang bersih lengkap dengan penutupnya.

-Chamber (1) diisi dengan eluen dengan kepolaran yang rendah, hexan : etil asetat = 5:1

-Chamber (2) diisi dengan eluen dengan kepolaran yang tinggi, kloroform : methanol = 4:1

-Kemudian dimasukan potongan kertas saring yang panjangnya melebihi tinggi chamber kemudian ditutup

-Dibiarkan hingga eluen naik pada kertas saring hingga melewati penutup kaca (chamber telah jenuh)

c. Penotolan sampel pada lempeng -Disiapkan alat dan bahan

-Ekstrak n-heksan dilarutkan dengan kloroform, ekstrak awal (methanol) dilarutkan dalam campuran kloroform dan methanol dengan perbandingan 1:1, ekstrak larut air (tidak larut heksan) dilarutkan dalam methanol dan air dengan perbandingan 1:1, ekstrak n-butanol dilarutkan dengan methanol.

-Ekstrak diambil dengan menggunakan pipa kapiler, kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah disiapkan.

-Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk menguapkan pelarutnya. d. Pengelusian sampel pada lempeng

(26)

- Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng silica gel, maka lempeng tersebut dapat dikeluarkan

e. Penampakan noda pada UV 254 nm dan UV 366 nm

-Setelah proses KLT selesai dilakukan, maka lempeng silica gel di letakkan di bawah lampu UV 254 nm dan 366 nm,

-kemudian di amati noda yang tampak, lalu di foto dan digambar pada kertas kalkir yang ukurannya di sesuaikan dengan ukuran lempeng silica gel.

f. Penampakan noda H2SO4 10 %

-Setelah penampakan noda pada UV, dilakukan juga penampakan noda dengan menggunakan asam sulfat 10 %.

-Lempeng silica gel disemprotkan dengan asam sulfat 10 %,

-lalu dipanaskan dengan pemanas listrik hingga tampak noda yang terbentuk.

-Kemudan noda gambar dan di foto pada kertas kalkir yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran lempeng silica gel.

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

IV.1 Data Pengamatan - Eluen Hexan : Etil ( 5 : 1 )

NO Sampel

Warna ekstrak

Ekstrak Noda Rf 

(27)

1 Daun belimbing hijau kehitaman  Awal Ekstrak butanol 1 0,08 cm 2 0,47 cm 3 0,85 cm 4 0,94 cm Ekstrak hexan 1 0,07 cm 2 0,175 cm 3 0,35 cm 4 0,54 cm 5 0,70 cm 6 0,94 cm Larut air  - -2 Buah tarum Coklat kehitaman Ekstrak  Awal 1 0,7 cm 2 0,42 cm 3 0,59 cm Ekstrak butanol 1 0,10 cm Ekstrak hexan 1 0,17 cm 2 0,29 cm 3 0,56 cm 4 0,77 cm Larut air  1 0,.07 cm

- Eluen Kloroform : Metanol ( 4 : 1 )

No Sampel Warna ekstrak Ekstrak Noda Rf 

Ekstrak  Awal 1 0,75 cm Ekstrak butanol 1 0,17 cm 2 0,26 cm 3 0,73 cm

(28)

1 Buah tarum Biru tua 4 0,87 cm Ekstrak hexan - -Larut air  1 0,15 cm 2 0,22 cm 3 0,68 cm IV.2 Perhitungan a. Perhitungan nilai Rf 

Dik : Panjang lempeng = 7 cm Batas atas lempeng = 0,5 cm Batas bawah lempeng = 0,8 cm Dit : Rf = .... ?

Peny :

Jarak tempuh pelarut = panjang lempeng – (Batas atas+batas Bawah) = 7 cm – (0,5 cm + 0,8 cm)

= 7 cm – 1,3 cm = 5,7 cm

 Daun belimbing ( Eluen Hexan : Etil )

a. Ekstrak awal Noda 1 = 0,8 cm

= 0,14 cm b. Ekstrak butanol

(29)

 =0,08 cm Noda 2 = 2,7 cm = 0,47 cm Noda 3 = 4,9 cm = 0,85 cm Noda 4 = 5,4 cm = 0,94 cm c. Ekstrak hexan Noda 1 = 0,4 cm = 0,07 cm Noda 2 = 1 cm = 0,175 cm Noda 3 = 2 cm = 0,35 cm Noda 4 = 3,1 cm = 0,54 cm Noda 5 = 4 cm = 0,70 cm Noda 6 = 5,4 cm = 0,94 cm d. Larut air 

Tidak terdapat noda

 Buah tarum ( Eluen Hexan : Etil )

a. Ekstrak awal Noda 1 = 1 cm

(30)

= 0,7cm Noda 2 = 2,4 cm = 0,42 cm Noda 3 = 3,4 cm = 0,59 cm b. Ekstrak butanol Noda 1 = 0,6 cm = 0,10 cm c. Ekstrak hexan Noda 1 = 1 cm = 0,17cm Noda 2 = 1,7 cm = 0,29 cm Noda 3 = 3,2cm = 0,56 cm Noda 4 = 4,4 cm = 0,77 cm d. Larut air  Noda 1 = 0,4 cm = 0,07 cm

 Buah tarum (Eluen Kloroform : Metanol)

a. Ekstrak awal Noda 1 = 4,3 cm

(31)

b. Ekstrak butanol Noda 1 = 1 cm = 0,17 cm Noda 2 = 1,5 cm = 0,26 cm Noda 3 = 4,2 cm = 0,73 cm Noda 4 = 5 cm = 0.87 cm c. Ekstrak hexan

Tidak ada noda d. Larut air  Noda 1 = 0,9 cm = 0,15 cm Noda 2 = 1,3 cm = 0,22cm Noda 3 = 3,9 cm = 0,68 cm

b. Perhitungan tingkat kepolaran Diketahui:

Konstanta dielektrik (Kd) hexan = 2,0 Konstanta dielektrik (Kd) etil asetat = 6,0 Konstanta dielektrik (Kd) kloroform = 4,8 Konstanta dielektrik (Kd) metanol = 33

(32)

Penyelesaian:

- Hexan : etil asetat (5:1) - Kloroform : methanol (4:1)

(33)

BAB V PEMBAHASAN

Sampel diambil dari habitat aslinya yaitu di dusun Saluttowa,Desa Parigi, Kec Tinggi Moncong, Kab Gowa. Cara pengambilan sampel daun yaitu dengan cara memetik daun kelima dari pucuk hingga ke bawa, dipetik langsung pada bagian tangkai tersebut yang belum menguning atau rusak . Pemetikan ini dilakukan pada pukul 9 pagi sampai 12 siang karena pada saat ini terjadi fotosintesis maksimal dimana terjadi pembentukan zat-zat aktif (senyawa metabolit primer maupun sekunder). Sedangkan untuk sampel buah diambil dengan cara memetik langsung sampel yang telah matang tapi belum masak betul.

Setelah dipetik sampel kemudian disortasi basah dengan cara dicuci dengan air mengalir, untuk menghilangkan kotoran yang melekat. Setelah itu sampel dikeringkan dan dipotong kecil sampai derajat halus 4/18. Sampel tidak boleh dipotong kecil pada saat dikeringkan, hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan dan kehilangan komponen kimia . Cara pengeringan yaitu dengan diangin-anginkan , dan tidak dikeringkan dibawah sinar matahari langsung untuk menghindari kerusakan komponen kimia. Pengeringan dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi enzimatis, dimana reaksi ini terjadi jika simplisia mengandung air lebih dari 10%. Selain itu proses pengeringan itu dimaksudkan untuk mencegah tumbuhnya  jamur dan mencegah pembusukan bila simplisia disimpan dalam jangka waktu yang lama. Setelah sampel kering, dilakukan sortasi kering yaitu dengan menghilangkan kotoran-kotoran yang bercampur pada sampel. Selanjutnya dilakukan ekstraksi untuk menarik komponen kimia yang terkandung pada sampel. Pemilihan metode ekstraksi disesuaikan dengan sifat fisika kimia dari sampel. Metode ekstraksi untuk sampel daun belimbing ( Averrhoa carambola) adalah maserasi karena sampel

(34)

mamiliki tekstur yang lunak sehingga dapat dengan mudah ditembus oleh cairan penyari, Proses penyarian sampel terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi larutan zat aktif dalam sel dan cairan penyari diluar sel, sehingga larutan zat aktif akan berdifusi keluar sel sampai terjadi keseimbangan. Dengan metode ini dapat mencegah kerusakan zat aktif yang tidak tahan terhadap pemanasan yang mungkin terkandung dalam sampel, cara mengekstraksi sampel yaitu dengan merendam sampel dalam suatu wadah dengan menggunakan pelarut metanol. Metanol merupakan pelarut yang bersifat semipolar sehingga dapat menarik komponen polar dan non polar dalam sampel. Penyarian dilakukan selama 3 hari dengan beberapa kali pengadukan. Setelah itu cairan penyari dipisahkan dan diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental. Sedangkan untuk sampel buah tarum (Indigovera sumatrana) metode ekstraksi yang digunakan adalah soxhletasi karena sampel ini memiliki tekstur yang lunak dan tidak tahan panas. Keuntungan metode soxhletasi adalah cairan penyari yang dibutuhkan sedikit langsung didapatkan hasil yang pekat. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi ini adalah metanol.

Ekstrak kental yang diperoleh kemudian diekstraksi kembali dengan metode ekstraksi cair-cair dengan menggunakan corong pisah. Ekstraksi ini menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur dimana komponen kimia tersebut akan terdistribusi pada kedua fase pelarut sesuai derajat kelarutannya. Ekstrak yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 1 gram kemudian diekstraksi cair-cair menggunakan pelarut heksan dan butanol. Hal ini dilakukan untuk memisahkan komponen yang polar dan non polar dari sampel, dimana komponen nonpolar akan larut dalam heksan dan komponen polar akan larut dalam air. Ekstraksi dilakukan tiga kali agar penyarian betul-betul sempurna sehingga komponen polar dan nonpolar dapat terpisah dengan baik. Lapisan air dikeringkan kemudian

(35)

ditambahkan butanol jenuh air sehingga komponen polar akan larut dalam butanol dan dan komponen yang sangat polar akan larut dalam air. Pelarut n-butanol harus  jenuh air agar dapat dipisahkan antara komponen yang larut air dan yang larut

butanol sehingga pemisahan berlangsung sempurna.

Ekstrak heksan dan ekstrak metanol dilarutkan dalam campuran kloroforom dan methanol dengan perbandingan 1:1. Ekstrak butanol dilarutkan dengan methanol,ekstrak air dilarutkan dalam campuran methanol dan air dengan perbandingan 1:1. Keempat ekstk tersebut kemudian ditotolkan pada lempeng KLT yang telah diaktifkan. Pengaktifan lempeng bertujuan mengurangi kandungan air dari lempeng karena lempeng bersifat higroskopis. Jika lempeng mengandung air maka proses elusi tidak berjalan baik. Lempeng diaktifkan dengan menggunakan hot plate selama 5 menit. Setelah sampel ditotol, kemudian dielusi dengan eluen dalam chamber yang telah dijenuhkan. Eluen yang digunakan ada dua macam yaitu eluen polar dan eluen nonpolar, untuk eluen yang pertama digunakan perbandingan hexan : etil (5:1), kemudian eluen yang kedua digunakan perbandingan kloroform : methanol (4:1). Eluen yang digunakan dalam proses elusi merupakan kombinasi dari dua macam pelarut, hal ini dimaksudkan untuk mencapai semua tingkat kepolaran sehingga eluen ini dapat mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda serta untuk memudahkan pencarian kromatogram yang bagus. Jika pada penampakan noda belum diperoleh pemisahan yang baik atau noda terlalu ke atas atau ke bawah maka dapat diubah perbandingan kombinasinya. Selain itu ekstrak yang ditotolkan tidak boleh terlalu pekat untuk mencegah terbentuknya noda berekor. Masalah/ penyebab yang menyebabkan ketidak satbilan noda pada lempeng KLT yaitu ekstrak terlalu pekat, ekstrak bersifat asam atau basa, senyawa bersifat polar, dan chamber yang tidak jenuh.

(36)

Setelah lempeng dielusi, maka dikeluarkan dari chamber dan dikeringkan kemudian diamati dibawah sinar UV 254 nm dan 366nm. Identifikasi noda berdasarkan flouresensi yang diberikan oleh senyawa terhadap energi atau panjang gelombang yang diberikan, sehingga memberi warna yang karakteristik. Hal ini disebabkan karena adanya gugus kromofor pada senyawa itu yaitu gugus yang mengabsorbsi pada daerah ultraviolet dan daerah sinar tampak. Adanya perbedaan kemampuan menyerap energi pada gelombang yang diberikan menyebabkan perbedaan intensitas warna yang tampak sebagai noda.

Pada lampu UV 254 nm lempeng yang digunakan menggunakan indikator florosensi sehingga bila dikenai sinar UV lempeng akan berflorosensi dan noda akan tampak lebih gelap. Sedangkan pada lampu UV 366 nm yang berflorosensi adalah senyawa yang terkena sinar UV dan dapat ditangkap oleh mata, umumnya warna noda yang teramati pada pada lampu UV 366 nm adalah warna ungu, sebab warna ungu merupakan warna yang memiliki panjang gelombang yang paling panjang dibandingkan dengan warna-warna lain sehingga dapat terlihat pertama kali. Penampakan noda juga dapat dilihat dengan cara penyemprotan H2SO4  10%.

Penampakan noda ini disebabkan karena gugus OH yang dimiliki H2SO4 sehingga

berfungsi sebagai auksokrom, dimana auksokrom ini dapat menyebabakan pergeseran batokromik yaitu pergeseran ke arah panjang gelombang yang lebih panjang. Konsentrasi H2SO4  yang digunakan adalah 10% karena jika terlalu pekat

maka dapat berbahaya bagi kita. Selain itu bila terlalu pekat cairan sulit keluar jika disemprot.

(37)

BAB VI PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan :

1. Tahap penyiapan simplisia adalah pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan dan sortasi kering.

2. Metode ekstraksi untuk daun belimbing adalah maserasi dan buah tarum adalah soxletasi.

3. Partisi ekstrak untuk ekstrak daun belimbing dan buah tarum adalah ekstraksi cair-cair

4. Pada uji kromatografi lapis tipis didapatkan perbedaan pada nilai Rf dan noda yang terbentuk dalam bentuk berekor 

5. Pada profil KLT daun belimbing dengan eluen hexan : etil (5:1) terjadi penampakan noda pada ekstrak awal 1 noda, ekstrak butanol 4 noda, ekstrak hexan 6 noda, dan ekstrak larut air tidak terdapat noda.

6. Pada profil KLT buah tarum dengan eluen hexan : etil (5:1) terjadi penampakan noda pada ekstrak awal 3 noda, ekstrak butanol 1 noda, ekstrak hexan 4 noda, dan ekstrak larut air 1 noda. Sedangkan untuk eluen kloroform : methanol (4:1) terjadi penampakan noda untuk ekstrak awal 1 noda, ekstrak butanol 4 noda, ekstrak hexan tidak ada noda, dan ekstrak larut air 3 noda.

VI.2 Saran

(38)

DAFTAR PUSTAKA

1. Wijaya, Kusuma Hembing, (1996), “Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia”, Jilid IV, Pustaka Kartini, Jakarta. 109-111.

Referensi

Dokumen terkait