• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN PILADANG (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN PILADANG (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

Tuan dan Nyonya. Dosen Sekolah Tinggi Farmasi Perintis Indonesia Padang yang telah mendidik penulis selama ini. Seluruh Staf, Analis dan Karyawan Sekolah Tinggi Farmasi Perintis Indonesia Padang, yang telah banyak memberikan bantuan selama masa perkuliahan dan penyelesaian penelitian ini.

DAFTAR TABEL

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beberapa penelitian telah menggunakan daun piladang (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) sebagai bahan uji untuk penentuan aktivitas antibakteri (Mpila et al, 2012), antimalaria (Lisdawati et al, 2008) dan antelmintik (Ridwan, 2006). Berdasarkan penelusuran literatur, belum ada penelitian tentang komponen fitokimia dan antioksidan daun piladang (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd), sehingga dalam penelitian ini profil kromatografi lapis tipis dan aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi daun piladang (Solenostemon) scutellarioides (L.) Codd) diselidiki.

Perumusan Masalah

Piladang memiliki kandungan kimia seperti minyak atsiri, fenol, tanin, lemak, fitosterol, kalsium oksalat dan zat peptik. Komposisi bahan kimia yang bermanfaat antara lain alkaloid, etil salisilat, logam eugenol, timol karvakrol dan mineral (Dalimartha, 2008).

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Nama Daerah

Morfologi Tanaman

Segi empat batang dengan alur yang agak dalam pada setiap sisi, berbulu, banyak bercabang, berwarna ungu kemerahan. Permukaan daunnya agak berkilat dan mempunyai bulu halus yang panjang dengan panjang 7-11 cm, lebar 3-6 cm dan berwarna perang-ungu hingga hitam-ungu.

Tempat Tumbuh

Tumbuhan piladang memiliki batang perdu, tegak atau rebah pada pangkalnya dan merambat dengan tinggi sekitar 30-150 cm, dan termasuk dalam kategori tumbuhan basah yang batangnya mudah patah. Helaian daun tunggal, helaian daun berbentuk hati, pangkal membulat atau melengkung menyerupai bentuk hati dan setiap ujungnya dihiasi lekukan tipis yang bersambung serta ditopang oleh tangkai daun dengan panjang tangkai daun 3-4 cm yang memiliki warna beraneka ragam. dan ujung daun meruncing dan menyirip.

Tinjauan Kimia

Herba tanaman piladang yang memiliki sifat kimia aromatik, sedikit pahit, rasa dingin, memiliki komponen kimia sebagai berikut: daun dan batangnya mengandung minyak atsiri, fenol, tanin, lemak, fitosterol, kalsium oksalat dan tanin. Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil atau gugus gula, sehingga akan larut dalam pelarut polar seperti metanol, etanol, butanol dan air. Adanya gula yang terikat pada flavonoid ini cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air, dan.

Ekstraksi adalah pemisahan bagian tumbuhan aktif dari senyawa tidak aktif atau inert dengan menggunakan pelarut menurut prosedur tertentu. Tambahkan 5 – 10 ml air suling dan kloroform (1:1) ke dalam ekstrak etanol, kemudian kocok kuat-kuat dan biarkan selama waktu tertentu hingga terbentuk 2 lapisan. Biarkan selama 30 menit, absorbansi diukur pada panjang gelombang maksimum dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visible (Harbone, 1987).

Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat molekul relatif tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein (Harbone, 1987). Kelarutan: Sangat larut dalam air dan etanol, sedikit larut dalam etanol absolut, larut dalam aseton, praktis tidak larut dalam benzena, kloroform dan eter. Sampel diekstraksi dengan pelarut polar selama beberapa hari dengan maserasi, kemudian ekstrak dipekatkan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.

Gambar 1. Struktur kimia flavonoid (C 6 -C 3 -C 6 ) (Achmad, 1986)  Flavonoid  merupakan  salah  satu  metabolit  sekunder  yang  terdapat  pada  tanaman hijau
Gambar 1. Struktur kimia flavonoid (C 6 -C 3 -C 6 ) (Achmad, 1986) Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau

Tinjauan Farmakologi

  • Sumber Radikal Bebas (Setiati, 2003)
  • Antioksidan
  • Metoda Pengujian Aktifitas Antioksidan
  • Spektrofotometri UV-Visibel (Dachriyanus, 2004)
  • Ekstrak

Radikal bebas adalah atom atau senyawa yang kehilangan pasangan elektronnya, misalnya atom oksigen normal (02) memiliki 4 pasangan elektron, mereka berusaha mengambil elektron dari senyawa lain (Kumalaningsih, 2006). Proses metabolisme sehari-hari merupakan proses biokimia yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang bersifat sementara karena dengan cepat diubah menjadi senyawa yang tidak berbahaya di dalam tubuh. Radikal bebas dapat masuk dan terbentuk di dalam tubuh melalui pernapasan, kondisi lingkungan yang tidak sehat, dan makanan berlemak.

Sumber radikal bebas yang ada dalam tubuh manusia dapat berasal dari dalam tubuh (endogen) maupun dari luar tubuh (eksogen), yaitu. Radikal bebas yang terbentuk dari proses di luar tubuh dapat disebabkan oleh obat-obatan, radiasi matahari, asap rokok, asap kendaraan bermotor, gas, pestisida, dan bahan tambahan makanan. Tubuh manusia menghasilkan antioksidan, namun jumlahnya seringkali tidak mencukupi untuk menetralisir radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh (Sofia, 2006; Hernani dan Rahardjo, 2005).

Metode yang biasa digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan suatu zat adalah radikal bebas diphenylpicrylhydrazyl (DPPH). DPPH merupakan radikal bebas yang stabil dan aktif dengan cara menggeser elektron bebas dalam suatu molekul, sehingga molekul tersebut tidak sereaktif radikal bebas lainnya. DPPH merupakan radikal bebas yang dikomersialkan, berupa serbuk ungu kehitaman, cepat teroksidasi oleh suhu dan udara, mudah larut dalam metanol (Molyneux, 2004).

Gambar 3. Struktur DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) (Molyneux, 2004).
Gambar 3. Struktur DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) (Molyneux, 2004).

Metoda Ekstraksi

  • Fraksinasi (Djamal, 2010)
  • Kromatrografi ( Djamal, 2010)

Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana menggunakan pelarut dengan cara dikocok atau diaduk beberapa kali pada suhu ruang. Simplisia yang akan diekstrak ditempatkan dalam wadah atau container bermulut lebar dengan larutan penyaring yang telah ditentukan. Pengukuran kadar abu akan memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal mulai dari proses awal hingga pembentukan ekstrak.

Prinsip penentuan kadar abu adalah pemanasan pada suhu dimana senyawa organik dan turunannya dihancurkan dan diuapkan, hanya menyisakan unsur mineral dan anorganik. Pengukuran ini terdiri dari penentuan kadar abu total dan penentuan kadar abu tidak larut asam (Depkes RI, 2000). Skrining fitokimia adalah pemeriksaan kualitatif terhadap kandungan kimia untuk menentukan golongan senyawa dalam suatu tanaman.

Fraksinasi adalah proses pemisahan senyawa-senyawa yang terdapat dalam bahan alam berdasarkan perbedaan sifat kelarutannya pada kondisi tertentu. Untuk proses fraksinasi berdasarkan tingkat kepolarannya, umumnya digunakan pelarut: n-heksana untuk menarik zat non polar: etil asetat atau kloroform untuk memisahkan senyawa yang bersifat semi polar dan senyawa yang termasuk golongan polar yang difraksinasi dengan butanol. Kromatografi adalah teknik yang digunakan untuk memisahkan komponen dalam campuran kompleks (bahan alami).

Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

  • Waktu dan Tempat Penelitian
    • Pengambilan dan Identifikasi Sampel
    • Pembuatan Ekstrak Daun Piladang
    • Fraksinasi Ekstrak Etanol Daun Piladang
  • Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Piladang
    • Pembuatan Larutan Uji dari Ekstrak Total dan Fraksi (n-heksan, Etil Asetat dan Butanol) Asetat dan Butanol)
    • Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metoda DPPH (Mosquare, dkk 2007) dkk 2007)

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun piladang (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd), DPPH, methanol, n-hexane, ethyl acetate, butanol, FeCl3, vitamin C, H2SO4 10%, Dragendorff, pelat KLT silica gel. PF 254, etanol 70% dan air suling. Sampel yang diuji dalam penelitian ini adalah daun piladang (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) yang diperoleh di kota Padang Panjang. Pemeriksaan kandungan kimiawi metabolit sekunder dilakukan pada ekstrak daun piladang dimana ditimbang 0,5 g ekstrak kental manis kemudian ditambahkan akuades sebanyak 5 ml dan kloroform (1:1), kemudian dikocok kuat-kuat dan didiamkan selama beberapa menit. beberapa saat hingga terbentuk dua lapisan yaitu lapisan air dan lapisan kloroform.

Teteskan 1-2 tetes lapisan encer pada plat tetes, tambahkan sedikit serbuk logam Mg dan beberapa tetes HCl(P), munculnya warna kuning jingga hingga merah menandakan adanya senyawa flavonoid. Ekstrak daun piladang (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) mengelompokkan senyawa berdasarkan tingkat kepolaran yang berbeda sesuai dengan fraksinasi. Larutan uji berupa larutan masing-masing ekstrak dan fraksi ditotolkan dalam tabung kapiler pada pelat KLT.

Vitamin C ditimbang sebanyak 10 mg dan dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 10 ml sampai tanda batas (Keinanen, 1996). Pembuatan larutan uji dari ekstrak total dan fraksi (n-heksana, etil asetat dan butanol) asetat dan butanol) asetat dan butanol). Masing-masing ekstrak total, fraksi etil asetat dan fraksi butanol daun piladang ditimbang sebanyak 10 mg dan dilarutkan dengan etanol-aquadest (1:1) dalam labu ukur 10 ml.

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH

Pembuatan larutan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) 35 µg/mL DPPH 10 mg dilarutkan dengan etanol dalam labu ukur 100 mL sampai tanda batas, kemudian dipipet 17,5 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml kemudian tambahkan etanol sampai tanda batas sehingga konsentrasinya menjadi 35 µg/ml (Waterhouse, 1999).

Nilai konsentrasi hambat (IC50) 50% dapat diperoleh dari persamaan regresi y = a + bx dengan memasukkan angka 50 ke dalam y sehingga diambil nilai x sebagai IC50.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan

Bagian tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari daun piladang (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) sebanyak 2,105 g. Daun piladang segar dicuci terlebih dahulu kemudian diangin-anginkan di ruangan yang tidak terkena sinar matahari langsung. Tujuan penghalusan atau pengecilan ukuran daun piladang adalah untuk memperbesar luas kontak daun piladang dengan pelarut ekstraksi sehingga pelarut dapat lebih cepat meresap ke dalam sampel dan mengoptimalkan proses ekstraksi.

Serbuk daun piladang kering sebanyak 240 g dimaserasi selama 5 hari dengan pelarut etanol 70% sebanyak ± 5,5 L, maserasi dilakukan sebanyak 3 kali dengan sesekali dikocok untuk mempercepat kesetimbangan. Ekstrak kental etanol daun piladang dikarakterisasi dengan beberapa parameter yaitu organoleptik, rendemen, susut kering, kadar abu dan skrining fitokimia. Ekstrak dan fraksi daun piladang diperiksa profil KLT menggunakan pelat silika gel PF 254 dengan tiga jenis eluen dengan kepolaran yang berbeda yaitu eluen A, eluen B dan eluen C.

Berdasarkan profil KLT ekstrak dan fraksi daun piladang, eluen A dan eluen B memberikan profil yang baik dibandingkan dengan eluen C. Penentuan aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi daun piladang dengan spektrofotometer UV-tampak diawali dengan penentuan panjang gelombang maksimum dari DPPH. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi daun piladang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.  Ekstrak  Etanol  Daun  Piladang,  Fraksi  n-heksan,  Fraksi  Etil  asetat  dan  Fraksi Butanol dengan Eluen Metanol : Etil Asetat pada Perbandingan  5 : 5 (C)
Tabel 5. Ekstrak Etanol Daun Piladang, Fraksi n-heksan, Fraksi Etil asetat dan Fraksi Butanol dengan Eluen Metanol : Etil Asetat pada Perbandingan 5 : 5 (C)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa aktivitas antioksidan tertinggi diperoleh pada fraksi etil asetat, diikuti oleh total ekstrak, fraksi butanol dan fraksi n-heksana. Kemiripan aktivitas antioksidan sampel terhadap perbandingan vitamin C yang dinyatakan dalam mg berat sampel versus mg asam askorbat dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Saran

Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Edisi I, Depkes RI Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta. Lisdawati V, Daroham M, Sukmayanti A, Yun AN, 2008, Karakterisasi fisik dan kimiawi daun miana (Plectranthus scutellarioides (l.)bth.) dan buah sirih (Piper betle l.) dari herbal antimalaria lokal untuk wilayah Sulawesi Utara, Badan Penelitian dan Pengembangan Media Litbangkes Kesehatan. Wiyono, 2012, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Miana (Coleus atropurpureus [L.] Benth) terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa In-Vitro, Skripsi S1, FMIPA UNSRAT, Manado.

Pourmorad FSJ, Hosseinimehr N, Shahabimajd, 2006, Aktivitas Antioksidan, Kandungan Fenolik dan Flavonoid dari Tanaman Obat Iran Pilihan yang Sama. Ridwan, 2006, Kandungan kimia ekstrak daun Miana (Coleus (L.) Benth) bermacam-macam dan efek antelmintiknya terhadap cacing pita pada ayam. Tahir T, Wijaya K, Widianingsih, D, 2003, Terapan Hansch Assay untuk Aktivitas Antioksidan Senyawa Turunan Flavon/Flavonolol, Seminar Departemen Kemometrik-Kimia. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Voight R, 1995, Buku Ajar Teknologi Kefarmasian, Edisi V, Soindani Noerono Soivadhi Preventif, Gadjah Mala University Press, Sahibkarta.

Gambar

Gambar 1. Struktur kimia flavonoid (C 6 -C 3 -C 6 ) (Achmad, 1986)  Flavonoid  merupakan  salah  satu  metabolit  sekunder  yang  terdapat  pada  tanaman hijau
Gambar 3. Struktur DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) (Molyneux, 2004).
Gambar 4. Bagan Spektrofotometer UV-Visibel  Keterangan :
Tabel 5.  Ekstrak  Etanol  Daun  Piladang,  Fraksi  n-heksan,  Fraksi  Etil  asetat  dan  Fraksi Butanol dengan Eluen Metanol : Etil Asetat pada Perbandingan  5 : 5 (C)
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Zat aktif yang ditemukan seperti Gambar 1 dan tabel I Mekanisme daya larut dari fraksi air dan fraksi etil asetat terhadap batu ginjal kalsium diduga melalui pembentukan senyawa