• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan - SIMAKIP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "laporan - SIMAKIP"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

Hiperurisemia adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan kadar asam urat di atas normal sehingga dapat menyebabkan penumpukan kristal asam urat di dalam jaringan. Xantin oksidase merupakan enzim yang berperan dalam mengkatalisis oksidasi hipoksantin menjadi xantin dan asam urat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat kayu secang terhadap penghambatan enzim xantin oksidase.

Sedangkan fraksi n-heksan dan etil asetat kayu secang diperoleh IC50 masing-masing sebesar 51.331,32 µg/ml dan 9.236 µg/ml. Hasil ini menunjukkan bahwa fraksi n-heksan kayu secang memiliki potensi yang lebih kecil dalam menghambat aksi xantina oksidase secara in vitro dibandingkan dengan fraksi etil asetat.

PENDAHULUAN

Caesalpinia sappan L.) digunakan secara empiris sebagai bahan pengobatan asam urat. Kulit kayu secang mengandung berbagai zat antara lain brazilin, alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, fenilpropana dan terpenoid. Kandungan lain dari kayu sapan adalah brasilein gallic acid, delta-a phellandrene, oscimene, resin dan resorcin (Pertamawati dan Hardhiyuna 2015). Penelitian kulit batang sapan (Caesalpinia sappan L.) yang dilakukan oleh Pertamawati dan Hardhiyuna (2015) menyatakan bahwa kayu sapan memiliki kemampuan sebagai anti asam urat.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian untuk menguji aktivitas antihiperurisemia fraksi n-heksana dan etil asetat kayu secang dalam menghambat enzim xantin oksidase secara in vitro. Permasalahan dari penelitian ini adalah apakah fraksi n-heksan dan etil asetat kayu secang memiliki aktivitas antihiperurisemia secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antihiperurisemia fraksi n-heksana dan etil asetat kayu secang (Caesalpinia sappan L.) dalam menghambat enzim xantin oksidase secara in vitro.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia farmasi sebagai informasi bahwa penggunaan fraksi n-heksana dan etil asetat kayu secang memiliki aktivitas antihiperurisemia secara in vitro yang dapat menghambat xantin oksidase dan dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya untuk pengobatan penyakit asam urat. Penelitian penemuan obat dari kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) untuk menemukan senyawa antihiperurisemia yang poten dan selektif sangat mendesak untuk dilakukan.

TINJAUAN PUSTAKA

Secara empiris digunakan sebagai bahan untuk mengobati asam urat (Pertamawati dan Mutia 2015) Efek farmakologis tanaman secang antara lain menghentikan pendarahan, pembersih darah, khelasi, penangkal racun dan obat antiseptik (Hariana 2007). Sifat kelarutan asam urat adalah sukar larut dalam air dan mudah larut dalam asam sulfat pekat (O'Neil et al. 2006). Xantin yang dihasilkan oleh metabolisme hipoksantin dan guanosin dimetabolisme dengan bantuan enzim xantin oksidase menjadi asam urat.Tidak hanya enzim xantin oksidase, tetapi juga enzim Hypoxanthine-guanine Phosphorisyl Transferase, yang biasa disebut HGPRT, terlibat dalam metabolisme purin.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kadar asam urat dalam darah dan merupakan faktor risiko terjadinya hiperukemia. Faktor-faktor tersebut adalah peningkatan sintesis asam urat, penurunan eliminasi asam urat, dan kombinasi dari kedua faktor tersebut. Pengobatan hiperurisemia dapat dilakukan dengan meningkatkan ekskresi asam urat atau dengan menghambat enzim xantin oksidase.

Oleh karena itu, konsentrasi serum hipoksantin dan xantin meningkat sementara kadar asam urat menurun, sehingga xantin dan hipoksantin ini lebih mudah larut dalam urin dan diekskresikan melalui sistem ekskresi. Xantin oksidase mampu mengoksidasi hipoksantin menjadi xantin kemudian menjadi asam urat, dengan kata lain enzim xantin oksidase berperan penting dalam konversi basa purin menjadi asam urat.

Gambar 2.2. Metabolisme asam urat (Dipiro 2014)
Gambar 2.2. Metabolisme asam urat (Dipiro 2014)

METODE PENELITIAN

Konsep metode penelitian ini adalah sebagai berikut: melakukan studi pustaka terhadap kayu secang, menentukan kayu secang, mengekstraksi kayu secang, melakukan uji organoleptik, fraksionasi kayu secang dan melakukan skrining fitokimia melalui KLT, melakukan percobaan in vitro xanthine oxidase oxidase pada uji penghambatan fraksi obat-enzim yang ada pada semua opurinol fraksi antihiperenzim. Berdasarkan metode ini dapat diketahui secara langsung apakah fraksi gubal dapat menghambat enzim xantin oksidase yang berperan dalam mengkatalisis reaksi pembentukan asam urat, dengan parameter IC50 dibandingkan dengan IC50 allopurinol. Hasil skrining fitokimia diperoleh dari fraksi n-heksan dan etil asetat kayu secang yang berperan dalam penghambatan xantin oksidase.

Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah serbuk kayu secang (Caesalpinia sappan L.) yang diperoleh dari BALITRO Bogor dan juga ditentukan di LIPI Cibinong Bogor 70% etanol. Uji Aktivitas Fraksi Etil Asetat dan Fraksi N-Heksan Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Inhibisi Enzim Xantin Oksidase Secara In Vitro. Uji Aktivitas Fraksi Etil Asetat, N-Hexane, Alkohol 70% Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Penghambatan Enzim Xanthine Oxidase pada Vivo 2.

Kandungan Molecular Docking Flavonoid Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Enzim Xanthine Oksidase Sebagai Antihiperurisemia - Uji Aktivitas Antihiperurisemia pada Fraksi. Kayu secang (Caesalpinia sappan L.) diperoleh dari BALITRO, Bogor. Setelah mendapatkan simplisia, ditentukan di Herbarium Bogor, Balitbang Botani-Pustrisia Biologi LIPI-Bogor. Proses determinasi bertujuan untuk mengidentifikasi spesies dan memastikan kebenaran proses simplisia, melalui proses simplisia, melalui proses simplisia, melalui proses simplisia. Kayu secang yang telah ditentukan kemudian disortir. Setelah itu, simplisia dicacah, dicuci dan dikeringkan. Setelah kering, simplisia dibuat menjadi serbuk. Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 kg, kemudian diekstrak dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator kental hingga diperoleh evaporator kental.

Penelitian organoleptik meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau dan rasa ekstrak air kayu secang (Depkes RI 2000). Lapisan residu etanol yang dipisahkan dengan n-heksan kemudian difraksinasi dengan pelarut etil asetat dengan perbandingan 1:1 dalam corong pisah, kemudian dihomogenkan dengan cara dikocok hingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan etil asetat dan etanol. Lapisan etil asetat yang dipisahkan dari etanol disebut fraksi etil asetat, masing-masing fraksi diuapkan secara putar kemudian diuapkan pada suhu 50oC.Hasilnya digunakan untuk pengujian selanjutnya (Nurshiam 2016).

Sebelumnya, 2 µl substrat xanthine, 46 µl buffer dan 2 µl enzim xanthine oxidase dicampur pada microplate kemudian diinkubasi selama 20 menit pada suhu 25°C. Sebelumnya, 2 µl substrat xanthine, 2 µl larutan allopurinol, 44 µl buffer, kemudian ditambahkan 2 µl enzim xanthine oxidase dan dicampur pada masing-masing microplate, kemudian diinkubasi selama 20 menit pada suhu 25 °C. Sebelumnya, 2 µl substrat xantin, 2 µl enzim xantin oksidase dan 44 µl buffer ditambahkan ke dalam 2 µl larutan fraksi n-heksana dan etil asetat dengan konsentrasi 10.000 µg/ml dan dicampurkan pada masing-masing lempeng mikro.

Gambar 3.1. Alur Langkah Penelitian Studi Pustaka
Gambar 3.1. Alur Langkah Penelitian Studi Pustaka

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji penapisan fitokimia dilakukan pada fraksi n-heksan pohon secang untuk mengetahui kandungan senyawa pada fraksi n-heksan pohon secang yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.3. Hasil uji potensi fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat Kayu Secang dalam menghambat xantin oksidase. Larutan uji fraksi n-heksana kayu secang diuji untuk mengetahui aktivitas penghambatan enzim fraksi n-heksana kayu secang.

Uji penapisan fitokimia dilakukan terhadap fraksi n-heksana dan etil asetat gubal untuk mengetahui kandungan kedua senyawa tersebut. Hal ini membuktikan bahwa senyawa yang terkandung dalam fraksi n-heksan kayu secang adalah saponin, alkaloid dan terpenoid menurut literatur (Depkes 2000). Hasil uji penapisan fitokimia fraksi n-heksana gubal diketahui adanya kandungan alkaloid, saponin dan terpenoid.

Hasil penapisan fitokimia fraksi etil asetat kayu secang yang diduga memiliki daya hambat xantin oksidase adalah saponin, flavonoid, alkaloid, tanin dan terpenoid. Hasil yang diperoleh pada uji KLT menunjukkan adanya saponin (Rf 0,51), alkaloid (Rf 0,30) dan terpenoid (Rf 0,45) pada fraksi n-heksana kayu secang. Berdasarkan uji KLT, fraksi n-heksana kayu secang cenderung memiliki kepolaran yang rendah atau non polar.

Flavonoid terdapat pada fraksi etil asetat gubal dengan nilai Rf 0,27 dengan fase gerak n-heksan : etil asetat (5:5) menghasilkan bercak ungu pada sinar UV 366 nm, bercak ungu pada sinar UV 366 nm, menunjukkan jenis flavonoid yang umumnya adalah flavon atau flavanol (Hanani 2015). Beberapa pengujian dalam penelitian ini adalah blanko kontrol, allopurinol sebagai kontrol pembanding dan fraksi n-heksana kayu sekang sebagai larutan uji. Uji fraksi n-heksana kayu sapan untuk mengetahui aktivitas penghambatan enzim akibat pemberian fraksi n-heksana kayu sapan sebagai penghambat enzim xantin oksidase.

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi fraksi n-heksana gubal, semakin rendah penyerapan H2O2 dan meningkatkan daya hambat. Hasil peningkatan persentase inhibisi fraksi n-heksana gubal berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi fraksi n-heksana gubal. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas penghambatan enzim xantina oksidase fraksi etil asetat gubal relatif rendah, sehingga tidak rasional untuk dikembangkan menjadi sediaan obat.

Tabel 4.1. Hasil Ektraksi dan Fraksinasi Kayu Secang
Tabel 4.1. Hasil Ektraksi dan Fraksinasi Kayu Secang

KESIMPULAN DAN SARAN

LUARAN YANG DICAPAI

Potensi fraksi kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap penghambatan xanthine oxidase dalam menurunkan kadar asam urat. Pada penelitian sebelumnya, xantin oksidase dapat dihambat oleh ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) (Pertamawati dan Mutia 2015). Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit kayu secang dapat menghambat aktivitas enzim xantin oksidase hingga 56,47%, sedangkan allopurinol dapat menghambat aktivitas enzim xantin oksidase hingga 87,47% (Pertamawati dan Mutia 2015).

Pengujian organoleptik dilakukan untuk mengetahui karakteristik kayu sapan berupa bentuk, bau, rasa dan warna. Ekstrak kental kayu secang berwarna kuning kecokelatan, berbau khas, dan rasanya agak pahit dan asin (Kementerian Kesehatan 2012). Pengujian organoleptik dilakukan untuk mengetahui karakteristik kayu secang berupa bentuk, bau, rasa dan warna yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan uji KLT, fraksi n-heksana kayu sapon cenderung memiliki kepolaran yang rendah atau non polar karena senyawa saponin memiliki nilai Rf sebesar (0,51). Dimetil sulfoksida (DMSO) ditambahkan pada larutan induk fraksi n-heksan pohon secang, penambahan DMSO pada larutan induk dimaksudkan untuk mempercepat kelarutan (Wahyudi et al. 2017). Fraksi N-heksana kayu secang berpotensi sebagai penghambat enzim xantin oksidase dilihat dari persentase penghambatannya lebih besar dari 50% yaitu 51,54% pada konsentrasi 100.000.

Nilai IC50 menunjukkan bahwa konsentrasi fraksi n-heksana kayu secang sebesar 51.331,32 µg/ml dapat memberikan efek penghambatan sebesar 50% terhadap aktivitas enzim xantin oksidase (Yanti et al. 2016). Pada konsentrasi tertinggi 100.000 µg/ml, daya hambat enzim xantin oksidase fraksi etil asetat kayu sapan hanya sebesar 52,57% dan nilai IC50 fraksi etil asetat kayu sapan sebesar 9.141 µg/11 ml (T potensial). Jika dibandingkan dengan fraksi etil asetat kayu saponin, daya hambat allopurinol lebih tinggi karena allopurinol merupakan obat sintetik untuk pengobatan asam urat (Hidayat R 2009).

Penelitian sebelumnya oleh Pertamawati et al (2015) menunjukkan bahwa ekstrak kayu secang mampu menghambat enzim xantin oksidase dengan laju inhibisi sebesar 58,92% dengan konsentrasi tertinggi 1500 µg/ml. Fraksi n-heksan kayu secang mampu menghambat aktivitas xantina oksidase dengan IC µg/ml sedangkan fraksi etil asetat IC50 sebesar 9,141 µg/ml. Hasil ini menunjukkan bahwa fraksi n-heksana kayu secang memiliki potensi yang lebih kecil dalam menghambat aksi xantina oksidase secara in vitro dibandingkan dengan fraksi etil asetat.

Tabel 1. Identifikasi Senyawa Kimia (Depkes RI 2000)
Tabel 1. Identifikasi Senyawa Kimia (Depkes RI 2000)

Gambar

Gambar 2.1. Kayu Secang (BPOM RI 2008)
Gambar 2.2. Metabolisme asam urat (Dipiro 2014)
Gambar 2.4.Road Map Penelitian
Gambar 3.1. Alur Langkah Penelitian Studi Pustaka
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Indah (2019) ekstrak maserasi kulit batang kayu manis dengan pelarut n-Heksan, etil asetat dan etanol pada konsentrasi 2.5%, 5%, 10% dan 20% memiliki potensi sebagai