• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR TAHUN. Tim Pengkaji:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR TAHUN. Tim Pengkaji:"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR TAHUN

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI SEBESAR 30%

MELALUI INTENSIFIKASI DAN INTEGRASI TERNAK DAN

TANAMAN DI PROVINSI BENGKULU

Tim Pengkaji:

Dedi Sugandi

Wisri Puastuti

Harwi Kusnadi

Yahumri

Yulie Oktavia

Kementerian Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

Jl. Irian KM 6,5 Bengkulu 38119 Telp. (0736) 23030 Fax (0736) 23030

E-mail:

bptp-bengkulu@litbang/deptan.go.id

2011

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul : Peningkatan Pendapatan Petani

Sebesar 30% Melalui Intensifikasi dan Integrasi Ternak dan Tanaman di Provinsi Bengkulu.

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu.

3. Alamat Unit Kerja : Jalan Irian Km 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DIPA BBP2TP TA. 2011

5. Status Kegiatan : Baru 6. Penanggung Jawab

a. Nama : Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP b. Pangkat/golongan : Pembina Utama/IVb

c. Lokasi : Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. 7. Agroekosistem : Lahan Kering Dataran Rendah Iklim

Basah

8. Jangka Waktu : 1 (satu) tahun

9. Tahun dimulai : 2011

10. Biaya : Rp. 88.534.000 (Delapan Puluh

Delapan Juta Lima Ratus Tiga Puluh Empat Ribu Rupiah).

Mengetahui Kepala Balai,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002

Penanggung Jawab Kegiatan,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga laporan akhir tahun ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Biaya Pengkajian Kompetitif ini bersumber dari Satker Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bogor, dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan petani sebesar 30% melalui intensifikasi dan integrasi ternak dan tanaman. Laporan ini berisi tentang hasil kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan dan dibuat sebagai wujud pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Balai.

Akhirnya Kami sampaikan terima kasih kepada Kepala Balai yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyempurnaan penulisan laporan ini, serta kepada semua pihak yang telah mendukung dan bekerjasama dalam kegiatan pengkajian ini, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Bengkulu, Desember 2011 Penanggung jawab,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi I. PENDAHULUAN ... ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 3 1.3. Keluaran ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

III. METODE PELAKSANAAN... ... 6

3.1. Waktu dan Lokasi Kegiatan ... 6

3.2. Metode Pengkajian Percobaan... ... 6

3.3. Pengamatan Data... ... 7

3.4. Analisis Data... ... 7

IV. HASIL dan PEMBAHASAN ……… ... 8

4.1. Karakteristik Lokasi Pengkajian ... 8

4.2. Optimasi Pemanfaatan Limbah Tanaman Sawit untuk Pakan ... 9

4.3. Peningkatan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Melalui Penggunaan Kompos ... 10

4.4. Peningkatan Pendapatan Petani ... 12

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 12

5.1. Kesimpulan ... 12

5.2. Saran. ... 12

VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN.. ... 13

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Komposisi pakan perlakuan pada pengkajian ternak sapi. ... 6 2. Komposisi pupuk pada pengkajian tanaman kelapa sawit. ... 7 3. Jumlah dan rata-rata pertambahan berat badan sapi per

Perlakuan ... 9 4. Jumlah dan rerata berat TBS setiap pengamatan per perlakuan ... 10

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Hasil uji varian terhadap peubah pertambahan berat badan sapi. ... 17 2. Hasil uji varian terhadap peubah produksi TBS pada tanaman sawit. ... 18 3. Data hasil penghitungan berat badan sapi per perlakuan... 19 4. Data jumlah dan rata-rata hasil penghitungan pertambahan berat

badan sapi per perlakuan.. ... 20 5. Data jumlah dan rata-rata produksi TBS sawit per perlakuan ... 21 6. Foto-foto kegiatan “Pengkajian Peningkatan Pendapatan Petani Sebesar

30% Melalui Intensifikasi dan Integrasi Ternak dan Tanaman di Provinsi Bengkulu” ... 24 7. Data curah hujan harian di Pos Hujan Sukaraja Januari-Oktober

(7)

RINGKASAN

Perkembangan populasi ternak ruminansia di Indonesia menunjukkan hal yang kurang menggembirakan, sehingga produksi daging dan susu nasional saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi terhambatnya pengembangan populasi ternak ruminansia di Indonesia adalah semakin terbatasnya lahan pertanian, baik sebagai basis pengembangan ternak maupun sebagai sumber pakan hijauan, sehingga jumlah dan nilai gizi pakan yang diberikan peternak belum mencukupi kebutuhan gizi, sehingga penampilan sapi belum sesuai dengan potensi genetiknya. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan, perkembangannya cukup pesat terutama di Sumatera dan Kalimantan. Kelapa sawit menghasilkan produk samping baik dari lapangan maupun pabrik yang bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Pengertian Intensifikasi disini adalah mengintensifkan pemeliharaan kelapa sawit dengan memberikan pupuk kimia dan pupuk organik secara teratur, sedangkan untuk sapi diberikan pakan tambahan sehingga tidak hanya mengandalkan rumput alam. Integrasi disini adalah mengintegrasikan pemeliharaan kelapa sawit dan sapi dalam kegiatan terpadu dimana sapi diberi pakan tambahan yang berasal dari limbah pabrik kelapa sawit (solid) sedangkan kelapa sawit dipupuk dengan kotoran sapi yang sudah dikomposkan. Pengkajian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah kelapa sawit sebagai pakan tambahan untuk ternak ruminansia (sapi) yang dapat meningkatkan tambahan berat harian sehingga meningkatkan pendapatan petani lebih cepat dibanding bila sapi hanya diberi pakan tradisional berupa pakan hijauan alami. Pengkajian ini merupakan kegiatan integrasi sapi dan kelapa sawit dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 (tiga perlakuan) yaitu: diberi pakan rumput lapangan+solid 2,5% berat badan, pakan rumput lapangan 50%+pelepah sawit 50%, dan pakan rumput lapangan 50%+pelepah sawit 50%+solid 2,5% berat badan dengan 4 (empat) ulangan. Sebagai kontrol sapi diberi pakan rumput lapangan saja. Sedangkan tanaman kelapa sawit dirancang 2 (dua perlakuan) yaitu: pupuk NPK 75%+kompos 25% dan NPK 50%+Kompos 50%, sedangkan kontrol dengan aplikasi pemupukan NPK 100%. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan sapi perlakuan A, B, C, dan D masing-masing 0,584 kg, 0,411 kg, 0,425 kg, dan 0,667 kg. Pertambahan bobot tertinggi terdapat pada perlakuan D (0,667 kg/hari), sedangkan yang terendah pada perlakuan B (0,411 kg/hari). Sedangkan rata-rata produksi TBS tanaman kelapa sawit perlakuan A, B, dan C masing-masing, 1.828,5 kg/ha/panen, 1.667,5 kg/ha/panen, dan 1.667,5 kg/ha/panen, tertinggi pada perlakuan A dan terendah pada perlakuan B dan C. Tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan pada sapi dan sawit.

(8)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia selama periode 2000–2008 mencapai rataan 1,36% per tahun, populasi Indonesia mencapai lebih dari 228 juta jiwa dengan rataan kepadatan mencapai 123 jiwa per km2 (BPS, 2008).

Pertambahan populasi menuntut ketersediaan pangan yang memadai, termasuk produk peternakan (daging dan susu). Disisi lain pertumbuhan ternak ruminansia cenderung melambat (6-8%) per tahun. Sumbangan peternakan terhadap pengadaan daging nasional pada tahun 2002 adalah 1,9 juta ton, sementara kebutuhan pada tahun yang sama 1,95 juta ton (Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2003). Dari angka tersebut terlihat ada kekurangan daging yang perlu diimpor. Kondisi tersebut tidak dapat dipertahankan dan perlu diambil langkah-langkah untuk mengatasinya.

Integrasi usaha peternakan dengan tanaman perkebunan kelapa sawit memberikan dampak yang sangat besar, terutama dalam memperbaiki manajemen pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan pengelolaan sapi yang efektif untuk peningkatan produktivitasnya (Zainudin dan Zahari, 1992; Damanik, 1994). Integrasi tanaman kelapa sawit dan ternak sapi yang dikembangkan oleh PT. Agricinal di Bengkulu memberi manfaat dan nilai tambah bagi karyawan maupun petani plasma yang dibinanya. Disisi lain integrasi tanaman kelapa sawit dan sapi membuka peluang pengembangan agribisnis ternak sapi dan perkebunan sawit yang dapat menjadi sentra bibit sapi dan industri jagung. Dalam jangka panjang hal ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor dan sapi bakalan terutama dari negara Australia yang pada tahun 2003 mencapai sekitar 400 ribu ekor (Puslitbangnak, 2003), member peluang untuk terciptanya lapangan kerja, meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) serta menjaga kelestarian lingkungan melalui pemanfaatan limbah kebun dan pabrik secara optimal ( Soentoro dan Azmi, 2003).

Data tahun 2007 Provinsi Bengkulu mempunyai luas tanaman kelapa sawit rakyat telah mencapai 105.854 ha dengan produksi 1.126.856 ton tandan buah segar (TBS). Petani memakai pupuk Phonska dan dolomite serta pupuk

(9)

kandang yang didatangkan dari provinsi tetangga (Sumatera Barat). Sedangkan jumlah ternak sapi di Provinsi Bengkulu 2009 sebanyak 97.500 ekor. Sapi potong merupakan salah satu komoditas unggulan yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani dan telah berkembang di Kabupaten Seluma. Populasi sapi di Kabupaten Seluma tahun 2009 mencapai 16.000 ekor. Ketersediaan pakan untuk kecukupan konsumsi selama terjadinya proses perkembangan dan penggemukan ternak sapi juga harus terpenuhi dan belum berbasiskan sumberdaya lokal, begitu juga dengan penggalian sumber pakan lokal terutama untuk sapi potong belum dilakukan secara maksimal. Sehingga penyediaan hijauan untuk kebutuhan ternak sapi semakin terbatas dan perlu didukung dengan pemberian pakan melalui pengoptimalan pemanfaatan limbah tanaman sebagai salah satu bahan penyusun pakan yang dapat meningkatkan produktivitas ternak selain pemberian hijauan. Selama ini petani mengandalkan rumput alam yang terdapat disekitar desa dengan disabitkan. Pelepah sawit merupakan sumber pakan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Solid dalam bahasa jawa disebut ” blondho sawit ” adalah limbah padat hasil samping prosesing pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menjadi minyak mentah kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO). Bentuk dan konsistensinya seperti ampas tahu namun berwarna coklat gelap, berbau asam-asam manis, masih mengandung minyak CPO sekitar 1,5%.Pemanfaatan limbah industri sawit berupa solid sebagai pakan ternak sapi memberikan hasil positif dan memberikan peluang kepada masyarakat yang memelihara ternak sapi untuk memanfaatkan solid bagi kecukupan dan kebutuhan pakan ternak sapinya. Akan tetapi solid masih belum banyak dimanfaatkan untuk pakan sapi, terbukti masih banyaknya solid yang dibuang oleh pabrik pengolahan kelapa sawit.

Limbah ternak berupa kotoran sapi belum dimanfaatkan secara efektif untuk memupuk tanaman sawit karena petani lebih menyukai pupuk kimia yang praktis dan mendatangkan hasil yang lebih baik. Apabila hal ini berlangsung terus-menerus akan mengakibatkan tanah menjadi kehilangan unsur hara dan menjadi gersang, sehingga perlu ada upaya perbaikan antara lain dengan penambahan kompos dari kotoran sapi di lahan tanaman kelapa sawit.

(10)

Pengkajian intensifikasi dan integrasi ternak dengan tanaman sawit diharapkan dapat diperoleh manfaat ganda melalui pemanfaatan pupuk kandang untuk tanaman sawit dan optimasi penggunaan limbah tanaman sawit dalam bentuk pelepah daun sawit dan solid untuk pakan. Dampak dari manfaat ganda tersebut akan diperoleh peningkatan produktivitas tanaman maupun ternak yang berujung pada efesiensi penggunaan input dan meningkatnya pendapatan petani.

(11)

I.

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi potong sebagai ternak ruminansia, kebutuhan dasarnya yang utama adalah pakan sumber serat, yang umumnya berasal dari pakan hijauan alam. Sapi memiliki kemampuan untuk mengolah bahan pakan yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manusia menjadi produk sumber pangan dan sandang seperti daging dan kulit (Mathius, 2009).

Perkembangan kelapa sawit yang pesat di Indonesia didukung oleh kondisi tanah dan iklim yang memang sesuai untuk tanaman kelapa sawit yang merupakan salah satu keuntungan komparatif Indonesia dalam mengembangkan perkembangan dan industri minyak kelapa sawit (Elizabeth dan Ginting, 2003).

Kebun kelapa sawit menghasilkan hasil sampingan berupa pelepah beserta daun serta limbah pabrik berupa solid dan tandan kosong. Produk utama proses ekstraksi buah kelapa sawit (crude palm oli/CPO), sementara hasil ikutan yang diperoleh berupa tandan kosong, serat perasan, sapi dan sawit (solid), dan sapi dan sawit kering (solid heavy phase) berwarna kecoklatan yang dihasilkan dari cairan limbah sawit dengan menggunakan filter membran keramik dengan maksud meminimalkan polusi limbah cair dari industri kelapa sawit yang mencemari lingkungan (Sinurat et al., 2008). Liwang (2003) melaporkan bahwa produksi minyak sawit yang dihasilkan adalah 4 ton per tahun. Jumlah tersebut diperoleh dari + 16 ton tandan buah segar (TBS) (Jalaluddin et al., 1991). Dari setiap 1.000 TBS diperoleh hasil ikutan sejumlah 230 kg tandan kosong, 294 kg lumpur sawit dan 180 kg serat perasan. Jumlah produk samping tanaman dan hasil ikutan olahan kelapa sawit tersedia dalam jumlah yang banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal (Mohammad et al., 1986), khususnya sebagai bahan dasar ransum ruminansia (Jalaluddin et al., 1991b; Noel, 2003). Kandungan nutrisi Solid berdasarkan hasil analisis proksimat laboratorium nutrisi ternak Fakultas Peternakan Universitas Bengkulu, adalah berupa; Bahan Kering (BK) 49,57%., Protein Kasar (PK) 10,16%., Lemak Kasar (LK) 12,90%., Serat Kasar (SK) dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) sebesar 23,17%.

Hasil pengamatan pada PT. Agrisinal menunjukkan bahwa setiap pohon kelapa sawit TM dapat menghasilkan 22 pelepah per tahun (Diwyanto et al.,

(12)

2004) dengan rataan berat pelepah per buah mencapai 7 kg. Jumlah ini setara dengan 20 ribu kg (22 x 130 pohon x 7 kg) pelepah segar yang dihasilkan dalam satu tahun untuk setiap satu hektar kebun kelapa sawit. Jumlah ini diperoleh dengan asumsi bahwa semua bagian pelepah dapat dimanfaatkan dan total bahan kering yang dihasilkan dalam setahun 5.214 kg. Dengan asumsi bahwa luas perkebunan kelapa sawit yang telah berproduksi 5 juta ha (Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008), maka jumlah bahan kering pelepah yang tersedia untuk dimanfaatkan sebagai sumber pakan serat/hijauan adalah sejumlah 26,4 juta ton. Komposisi nutrisi pelepah sawit berdasarkan hasil analisis laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan FP USU (2005), adalah berupa; Protein Kasar (PK) 6,5%., Lemak Kasar (LK) 4,47%., Serat Kasar (SK) 32,55%, Bahan Kering (BK) 93,4%, TDN 56%. Dilihat dari kandungan serat kasar, maka pelepah daun sawit dapat dijadikan sebagai sumber pengganti serat kasar. Pelepah daun sawit dapat menggantikan rumput sampai 80 persen tanpa mengurangi laju pertumbuhan bobot badan sapi yang sedang tumbuh. Pelepah dapat diberikan dalam bentuk segar atau diproses terlebih dahulu menjadi silase (Siti, 2011).

Menurut Mathius et al., (2003) menyatakan bahwa kurangnya jumlah dan nilai gizi yang diberikan petani menyebabkan pertumbuhan sapi tidak dapat berkembang sesuai dengan potensi genetiknya. Selanjutnya Wan Zahari et al.,

(2003) melaporkan bahwa pemberian pelepah sebagai bahan dasar pakan untuk jangka waktu yang panjang menghasilkan kualitas karkas yang baik.

(13)

II.

METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Lokasi Pengkajian

Kegiatan pengkajian integrasi sapi dan kelapa sawit dilaksanakan di Desa Lokasi Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. Waktu pelaksanaan pengkajian dimulai Bulan September 2011 sampai Desember 2011.

3.2. Metode Pengkajian Percobaan

Pengkajian intensifikasi dan integrasi ternak dan tanaman menggunakan ternak sapi Bali jantan dan tanaman kelapa sawit (Gambar 2). Hal ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya dimana sapi tersebut telah lama beradaptasi dengan lingkungan setempat dan digunakan untuk berbagai program pengembangan ternak sapi di Provinsi Bengkulu.

Integrasi sapi dan kelapa sawit diawali dengan pengkajian optimasi pemanfaatan limbah tanaman untuk pakan sapi yang dirancang melalui pendekatan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga jenis perlakuan dan diulang sebanyak 4 ulangan. Komposisi pakan perlakuan pada pengkajian tersebut disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi pakan perlakuan pada pengkajian ternak sapi.

No Perlakuan Pakan Lapangan (%) Rumput Sawit (%) Pelepah (% Berat Badan) Solid

1. A 100 - 2,5

2. B 50 50 -

3. C 50 50 2,5

4. D (Kontrol) 100 - -

Jumlah pakan yang diberikan setiap hari sebanyak 10% dari berat badan sapi. Sedangkan pakan tambahan diberikan dalam bentuk solid. Masing-masing perlakuan dilaksanakan oleh 4 petani kooperator. Jadi, jumlah petani kooperator sebanyak 16 orang.

Kegiatan kedua adalah peningkatan produktivitas kelapa sawit melalui penggunaan pupuk kompos dari kotoran ternak sapi. Rancangan pengkajian seperti berikut : Tanaman kelapa sawit yang dimiliki petani kooperator diberi

(14)

perlakuan pupuk kompos secara bertingkat yang dikombinasikan dengan pupuk kimia dengan rancangan pengkajian seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi pupuk pada pengkajian tanaman kelapa sawit.

No Perlakuan Pupuk Pupuk NPK (%) Kompos Kotoran Sapi (%)

1. A 75 25

2. B 50 50

3. C (Kontrol) 100 0

3.3. Pengamatan Data.

Pengamatan ternak sapi Bali dilakukan terhadap data pertambahan bobot badan harian (PBBH) (Lampiran 3). Untuk mendapatkan data tersebut, dilakukan pengukuran panjang badan dan lingkar dada dengan menggunakan alat ukur yang dapat dikonversi terhadap bobot badan ternak (lampiran 4). Pengamatan tanaman sawit dilakukan pada produksi kelapa sawit. Data yang diambil merupakan hasil penimbangan panen sawit yang dilakukan setiap 20 hari sekali, kemudian dibandingkan pada masing-masing perlakuan (Lampiran 5). Pengamatan dirancang selama 4 bulan.

3.4. Analisis Data.

Analisis data untuk perlakuan dilakukan dengan uji statistik beda nyata, menggunakan analisis uji lanjut DMRT dan juga ditampilkan analisis secara deskriptif. Analisis pendapatan dilakukan dengan cara menghitung selisih dari penerimaan dan pengeluaran kedua jenis usaha dalam jangka waktu satu periode pemeliharaan ternak sapi dan untuk kelapa sawit dilakukan selama satu tahun pemeliharaan.

(15)

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Lokasi Pengkajian.

Desa Lokasi Baru merupakan desa baru hasil pemekaran dari Desa Talang Benuang di Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma. Luas wilayah Desa Lokasi Baru mencapai 503 ha dengan topografi dataran. Perbatasan desa di sebelah utara dengan Desa Talang Benuang, sebelah timur dengan Desa Suka Maju, sebelah selatan dengan Desa Dermayu dan sebelah barat dengan Desa Suka Sari. Jumlah penduduk Desa Lokasi Baru 2010 mencapai 1.453 jiwa dengan 713 KK. Dari 503 ha seluas 232 ha dimanfaatkan sebagai lahan pertanian persawahan, perkebunan karet dan sawit serta lahan tidur, 155 ha digunakan sebagai pemukiman dan 166 ha lain-lain. Iklim dalam setahun ada 2 macam yaitu kemarau dan hujan.

Wilayah Desa Lokasi Baru terdiri dari 2 dusun yaitu Dusun Sumber Rukun dan Dusun Sumber Rejo. Mata pencaharian penduduk desa antara lain petani, pedagang, buruh tani, PNS, honorer, guru, dan tenaga medis. Desa Lokasi Baru juga dikenal dengan ternaknya antara lain ayam/itik dengan jumlah 890/150 ekor, kambing 140 ekor, sapi PO 105 ekor dan sapi Bali 175 ekor.

Ternak sapi menjadi andalan bagi masyarakat Desa Lokasi Baru untuk meningkatkan kesejahteraan. Hal ini ditunjukkan dengan seringnya sapi keluar masuk desa baik bangsa sapi PO maupun Bali. Pemeliharaan sapi ditujukan untuk pengembangan dan penggemukan. Kandang dibuat terpisah dengan rumah penduduk. Sapi dikeluarkan dari kandang pada siang hari dan masuk kandang lagi pada malam hari. Pakan yang diberikan berupa rumput lapang. Sedangkan pakan tambahan yang diberikan berupa dedak padi dan solid. Akan tetapi intensitas pemberiannya tidak secara rutin. Pelepah sawit dimanfaatkan untuk pakan sapi pada saat panen dan pada saat tidak sempat mencari rumput.

Tanaman sawit sudah menjadi sumber pendapatan bagi warga di samping tanaman karet. Umur rata-rata tanaman sawit sudah di atas 10 tahun. Pemberian pupuk kimia dilakukan sekali setahun dengan jenis pupuk urea dan SP 36 dengan dosis yang rendah. Pemberian pupuk organik hanya diberikan dalam bentuk pupuk kandang belum diolah menjadi kompos. Pemberian pupuk

(16)

organik dilakukan setiap 4 bulan sekali dengan dosis pupuk kandang rata-rata 25 kg setiap tanaman.

4.2. Optimasi Pemanfaatan Limbah Tanaman Sawit Untuk Pakan. Dari pengkajian optimasi pemanfaatan limbah tanaman sawit untuk pakan diperoleh data rata-rata pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi Bali yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata pertambahan bobot badan harian sapi bali per perlakuan. No Perlakuan Rata-rata (kg) Rata-rata/hari (kg)

1 A 40,87 0,584

2 B 28,80 0,411

3 C 29,76 0,425

4 D 46,68 0,667

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pertambahan bobot badan sapi perlakuan A, B, C, dan D masing-masing 0,584 kg/hari, 0,411 kg/hari, 0,425 kg/hari, dan 0,667 kg/hari. Pertambahan bobot tertinggi terdapat pada perlakuan D (0,667 kg/hari), sedangkan yang terendah pada perlakuan B (0,411 kg/hari). Namun Dari hasil uji varian (uji F) menunjukan tidak berbeda nyata antar perlakuan pada taraf 5% pada peubah penambahan bobot badan sapi (Lampiran 1). Gambaran ini menunjukkan bahwa pelepah sawit dan solid dapat digunakan sebagai pakan alternatif sebagai pengganti rumput, hal ini sejalan dengan pernyataan Suryani (2011) bahwa pelepah daun sawit dapat menggantikan rumput sampai 80 persen tanpa mengurangi laju pertumbuhan bobot badan sapi yang sedang tumbuh. Dugaan kandungan serat kasar yang tinggi pada pelepah daun sawit mempengaruhi pertambahan bobot badan sapi. Sejalan dengan pendapat Sutardi (1980) bahwa kandungan serat kasar yang tinggi mempengaruhi kecernaan bahan pakan.

(17)

Sedangkan solid sebagai pakan tambahan perlu diolah untuk meningkatkan nutrisi. Menurut Ilham (2009) bahwa kandungan nutrisi lumpur sawit (solid) tidak terlalu tinggi dan kaya kadar serat, sehingga diperlukan teknologi pengolahan lumpur sawit, diantaranya melalui pembuatan pakan blok, ammoniasi dan fermentasi. Proses fermentasi meningkatkan nilai gizi lumpur sawit antara lain : protein kasar dari 11,9% menjadi 22,7%, protein sejati dari 10,4% menjadi 17,1%, energi metabolis (TME) dari 1593 Kkal menjadi 1717 Kkal/ kg, asam amino metionin dari 0,14% menjadi 0,16%, lisin dari 0,31 % menjadi 0,36% serta menurunkan serat kasar dari 29,8% menjadi 18,6%, ADF dari 44,3% menjadi 33,9% dan NDF dari 62,8% menjadi 54 % (Sinurat, 2007).

Dengan demikian kedepan penelitian ini perlu dilanjutkan guna diperolehnya hasil yang optimal dari pemanfaatan limbah daun sawit sebagai bahan pakan alternatif pengganti rumput.

4.3 Peningkatan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Melalui Penggunaan Pupuk Kompos.

Dari hasil penimbangan diperoleh jumlah dan rata-rata berat produksi Tandan Buah Segar (TBS) masing-masing perlakuan. Hasil penimbangan tandan buah sawit disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata berat TBS tanaman kelapa sawit setiap pengamatan (panen) per perlakuan.

No Perlakuan Rata2/btg (kg) Rata2/ha (kg)

1 A 15,9 1.828,5

2 B 14,5 1.667,5

3 C 14,5 1.667,5

Rata-rata hasil penimbangan tandan buah sawit perlakuan A, B, dan C masing-masing 1.828,5 kg/ha/panen, 1.667,5 kg/ha/panen, dan 1.667,5 kg/ha/panen (Tabel 4). Dari hasil penimbangan, produksi TBS kelapa sawit tertinggi pada perlakuan A dan terendah pada perlakuan B dan C. Dari hasil uji varian (uji F) menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan pada taraf 5% pada peubah produksi TBS kelapa sawit (Lampiran 2). Hal ini menunjukan bahwa, pupuk yang diaplikasikan pada tanaman sawit belum menunjukan pengaruhnya terhadap peningkatan produktivitas tanaman sawit, hal ini diduga akibat belum optimalnya penyerapan hara pupuk yang

(18)

diaplikasikan pada tanaman sawit dan penelitian baru dilakukan selama 3 bulan. Kondisi seperti ini akan berdampak pada tingkat pelarutan hara pupuk dalam tanah tidak optimal, sehingga tidak dapat diserap oleh akar tanaman yang ada di bawahnya.

Disamping itu, karakteristik tanaman kelapa sawit sangat membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Kekurangan air dapat menurunkan produksi sebanding dengan besarnya defisit air yang terjadi karena air berfungsi sebagai pelarut terhadap pupuk yang diberikan sehingga tanaman dapat menyerap nutrisi yang terdapat pada pupuk tersebut. Menurut Lumbangaol (2010), air sangat berpengaruh terhadap banyaknya nutrisi yang dapat diserap oleh tanaman. Bila dihubungkan dengan pupuk yang akan diaplikasikan maka curah hujan (air) dengan jenis pupuk yang diaplikasikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu pengamatan pada kegiatan ini masih akan dilakukan hingga akhir kegiatan selama 12 kali periode panen kedepan.

4.4. Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Intensifikasi dan Integrasi Ternak Sapi Bali dan Tanaman Kelapa Sawit.

Pendapatan petani melalui usaha ternak sapi belum menunjukan gambaran yang dapat meningkatkan pendapatan petani karena dari pengamatan pertambahan bobot badan sapi harian yang diberi 3 perlakuan A, B, dan C tidak berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 3), demikian juga dengan pendapatan dari hasil perlakuan produktivitas tanaman sawit belum menunjukan gambaran yang lengkap selama satu tahun dengan frekuensi panen sebanyak 18 kali, sementara pengamatan produksi TBS tanaman kelapa sawit baru dilakukan sebanyak 6 kali (4 bulan). Namun demikian intensifikasi dan integrasi ternak dengan tanaman sudah dapat diperoleh dengan menekan biaya produksi dari kedua jenis usaha sebagai dampak optimasi pemanfaatan limbah tanaman untuk pakan ternak, dan penggunaan limbah ternak untuk sumber pupuk tanaman.

(19)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pelepah daun sawit dan solid dapat digunakan sebagai pengganti rumput untuk pakan ternak, baik diberikan tunggal maupun campuran.

2. Hasil pengamatan pertambahan bobot badan sapi tertinggi terdapat pada perlakuan D (0,667 kg/hari), sedangkan yang terendah pada perlakuan B (0,411 kg/hari), namun secara statistik tidak ada perbedaan yang nyata.

3. Penggunaan pupuk organik (kompos) dari kotoran ternak, belum menunjukan hasil yang memadai karena waktu pelaksanaan pengamatan belum sesuai, namun dari data sementara menunjukan indikasi ke arah peningkatan produksi.

4. Pendapatan petani melalui usaha ternak, belum mengalami kenaikan yang signifikan karena dari hasil analisis pertambahan bobot badan sapi harian yang diberi 3 perlakuan tidak menunjukan perbedaan yang nyata, demikian juga peningkatan produksi tanaman kelapa sawit belum menunjukan hasil yang memuaskan karena pengamatan produksi TBS tanaman kelapa sawit baru dilakukan sebanyak 6 kali periode panen dari target 18 kali dalam satu tahun.

5.2. Saran

1. Untuk meningkatkan kualitas dan kandungan nutrisi pada pelepah maupun solid kelapa sawit perlu pendekatan teknologi pengayaan nutrisi.

2. Untuk mengetahui peningkatan pendapatan petani kelapa sawit, akan dilakukan pengamatan produksi TBS kelapa sawit sampai Bulan Juli 2012.

3. Pencairan anggaran yang sangat terlambat menyebabkan hasil pengkajian tidak optimal, sehingga perlu pembenahan manajemen dan perencanaan yang lebih baik.

(20)

VI.

KINERJA HASIL PENGKAJIAN

Kegiatan pengkajian integrasi sapi dan kelapa sawit dilaksanakan di Desa Lokasi Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. Waktu pelaksanaan pengkajian dimulai Bulan September 2011 sampai Desember 2011. Tahapan pelaksanaan kegiatan telah dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan pendapatan petani sebesar 30% melalui intensifikasi dan integrasi ternak dan tanaman di Provinsi Bengkulu. Kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi kegiatan pengkajian optimasi pemanfaatan limbah tanaman sawit untuk pakan dan pengkajian peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit melalui penggunaan pupuk kompos.

Pengkajian optimasi pemanfaatan limbah tanaman sawit untuk pakan dilaksanakan dengan kegiatan penggemukan sapi Bali selama 2,5 bulan dengan memanfaatkan pelepah sawit dan solid yang merupakan limbah sawit. Sapi Bali yang digunakan merupakan sapi milik peternak dengan jumlah 16 ekor untuk 4 perlakuan. Hasil yang dicapai menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata perlakuan pakan terhadap pertambahan bobot badan sapi dari 4 perlakuan.

Pengkajian peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit melalui penggunaan pupuk kompos dilaksanakan dengan kegiatan pemupukan tanaman sawit dengan memanfaatkan kotoran sawi yang dikomposkan. Tanaman sawit yang digunakan 60 batang untuk 3 perlakuan sehingga masing-masing perlakuan 20 batang. Pengamatan dilakukan pada saat panen TBS setiap 20 hari sekali. Hasil uji varian (uji F) menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan pada taraf 5% pada peubah produksi TBS kelapa sawit.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2008. Badan Pusat Stasistik Indonesia.

Damanik, K., 1994. Integrasi Ternak Domba dengan Perkebunan Kelapa Sawit.

Prospek dan Tantangannya. Prosiding Ruminansia Kecil. Pengolahan dan

Komunikasi Hasil Penelitian Sei. Putih. Sub Balitnak Sei. Putih.

Direktoral Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2002. Integrasi Ternak dengan Perkebunan Kelapa Sawit. Departemen Pertanian.

Direktoral Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2008. Buku Statistik Peternakan 2003. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Direktoral Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2007. Statistik Perkebunan Kelapa Sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.

Diwiyanto, K., D. Sitompul, I.Manti, I-Wayan Mathius, dan Soentoro, 2004.

Pengkajian Pengembangan Usaha Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi.

Pros. Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Departemen Pertanian Bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu dan PT. Agrisinal. Bengkulu 9-10 September 2003. hal: 11-22.

Elizabeth, J., dan S.P. Ginting, 2003. Pemanfaatan Hasil Samping Industri Kelapa

Sawit Sebagai Bahan Pakan Ternak Sapi Potong. Pros. Lokakarya Nasional

Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Departemen Pertanian Bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu dan PT. Agrisinal. Bengkulu 9-10 September 2003. hal: 110-119.

Jalaluddin, S., Z.A. Zelan, N. Abdullah, and Y.H.Ho, 1991a. Recent Developments

in the Oil PalmBy-Product Based Ruminant Feeding System, MSAP,

Penang, Malaysia pp: 35-44.

Jalaluddin, S., Z.A. Zelan, N. Abdullah, and H.Kudo, 1991b. Strategies for Animal Improvement in Southeast Asia. In Utilization of Feed Resources in

Relation to Utilization and Physiology of Ruminant in the Tropics. Trop.

Agric. Res. Series. No. 25: 67-76.

Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, 2005. Departemen Peternakan, FP USU, Medan.

Laboratorium Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu.

Liwang, T., 2003. Palm Oil Mill Management. Buroptrop Bull No 29:38.Palm Oil Mill Management. Butotrop Bull No 29:38.

(22)

Lumbangaol, P., 2010. Pedoman Pembuatan Dosis Pupuk Kelapa Sawit.

Rekomendasi Pupuk Kelapa Sawit.

Mathius. I-W., J.E. van Eys, M. Rangkuti, N.Thomas, and W.L. Johnson, 1984.

Karakteristik Sistem Pemeliharaan Ternak Ruminansia Kecil di jawa Barat.

Aspek Makanan. In. Pros. Domba dan Kambing di Indonesia. Puslitbangnak-Deptan.Bogor Indonesia. p:37-41.

Mathius, I-W., 2009. Produk Samping Industri Kelapa Sawit dan Teknologi Pengayaan Sebagai Bahan Pakan Sapi yang terintegrasi. Dalam: Sistem Integrasi Ternak Tanaman: Padi-Sawit-Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian 2009. Fagi et al., (Eds).

Mathius, I-W., Azmi, A.R. Setioko, B.P. Manurung, D.M. Sitompul, dan Rochman, 2004. Pemanfaatan Produk Samping Tanaman Kelapa Sawit sebagai

Bahan Dasar pakan Sapi. Laporan Akhir Penelitian Peternakan. Proyek

PAATP dan Bagian Proyek Penelitian Peternakan Ciawi-Bogor. Badan Litbang Pertanian.

Mohammad, H., H.A. Halim, and T.M. Ahmad, 1986. Availability and Potential of

Oil Palm Trunk and Fronds up to the 2000. Palm Oil Research of Malaysia

(PORIM) 20:1-17.

Noel, J.M., 2003. Product and by-product. Burotrop 19:8.

Puslitbangnak, 2003. Laporan Tahunan Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 2003.

Sinurat. A.P., 2007. http: //www.sinartani.com/index.php?option= com_ content &view =article&id=2712&catid= 315:kebun&Itemid =573 diakses pada tanggal 30 Juni 2011.

Sinurat, A.P., T. Purwadaria, D. Zainuddin, N. Bermawie, M. Rizal and M. Raharjo, 2008. Utilization of plant bioactives as feed additives for laying hens. Procs. The Ist Int. Symp. On Temulawak ( Curcuma xanthorhiza

Roxb). Biopharmaca Research Center, Bogor Agricultural University. pp

283-286.

Siti, 2011. http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/06/23/41269/ bptpsumut ujidaundan_pelepah_kelapa_sawit_jadi_pakan_ sapi,diakses tanggal 1 Juli 2011.

Soentoro dan Azmi, 2003. Pengkajian Model Agribisnis Sapi melalui Sistem Integrasi dengan Perkebunan Kelapa Sawit. Laporan Kegiatan BPTP-Bengkulu. (tidak dipublikasikan)

(23)

Soeparno dan Sumadi, 1991. Pertambahan berat badan, karkas dan omposisi kimia daging sapi, kaitannya dengan bangsa dan macam pakan

penggemukan. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati. Vol. 2 No. 1. hal:

7-12.

Sutardi, T., 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I. Departemen Ilmu Makanan Ternak Fakultas Pertanian, IPB Bogor.

Wan Zahari, M., O.B. Hassan, H.K. Wang, and Liang, 2003. Utilization of Oil Palm

Frond based Diets for Beef Cattle Production in Malaysia. Asian-Aust. J.

Anim. Sci. 16 (4); 625-634.

Zainudin, A.T., and M.W. Zahari, 1992. Research and Nutrition and Feed

Resources to enhance Livestock Production in Malaysia. Proc. Utilization

of Feed Resources in Relation to Nutrition and Physiology of Ruminants in the Tropics. Trop. Agric. Res Series No 25: 9-25.

(24)

Lampiran 1: Hasil uji varian terhadap peubah pertambahan berat badan sapi

Statistix 8.0 12/11/2011, 7:02:59 PM

Randomized Complete Block AOV Table for BERAT Source DF SS MS F P ULANGAN 3 86.116 28.7052 PERLAKUAN 3 72.384 24.1279 1.53 0.2731 Error 9 142.134 15.7927 Total 15 300.634 Grand Mean 9.4444 CV 42.08

Tukey's 1 Degree of Freedom Test for Nonadditivity Source DF SS MS F P Nonadditivity 1 31.433 31.4326 2.27 0.1702 Remainder 8 110.702 13.8377

Relative Efficiency, RCB 1.12 Means of BERAT for PERLAKUAN PERLAKUAN Mean

A 11.669 B 11.467 C 7.200 D 7.441

Observations per Mean 4 Standard Error of a Mean 1.9870 Std Error (Diff of 2 Means) 2.8100

(25)

Lampiran 2: Hasil uji varian terhadap peubah produksi TBS pada tanaman sawit Statistix 8.0

12/11/2011, 7:04:32 PM

Randomized Complete Block AOV Table for PRODUKSI Source DF SS MS F P ULANGAN 19 1172.55 61.7133 PERLAKUAN 2 25.32 12.6593 0.36 0.6980 Error 38 1325.26 34.8753 Total 59 2523.13 Grand Mean 14.961 CV 39.47

Tukey's 1 Degree of Freedom Test for Nonadditivity Source DF SS MS F P Nonadditivity 1 66.37 66.3708 1.95 0.1708 Remainder 37 1258.89 34.0241

Relative Efficiency, RCB 1.25 Means of PRODUKSI for PERLAKUAN PERLAKUAN Mean

A 14.499 B 15.879 C 14.504

Observations per Mean 20 Standard Error of a Mean 1.3205 Std Error (Diff of 2 Means) 1.8675

(26)

Lampiran 3: Data Jumlah dan rata-rata hasil penghitungan pertambahan berat badan sapi per perlakuan

No Perlakuan A Pertambahan Berat badan sapi (kg) Jumlah

(kg) Rata-rata I II III IV 1. Sapi 4 23.16 31.28 2.20 5.01 61.65 15.41 2. Sapi 12 6.45 1.92 1.40 8.85 18.62 4.66 3. Sapi 14 17.13 27.08 11.16 7.31 62.68 15.67 4. Sapi 15 4.35 24.67 4.84 9.90 43.76 10.94 Rata-rata 12.77 21.24 4.90 7.77 186.71 46.68

No Perlakuan B Pertambahan Berat badan sapi (kg) Jumlah

(kg) Rata-rata I II III IV 1. Sapi 1 2.72 5.50 4.59 19.74 12.55 8.14 2. Sapi 2 2.38 0.83 4.64 16.18 24.03 6.01 3. Sapi 3 21.23 3.86 22.83 10.26 58.18 14.55 4. Sapi 7 28.49 13.16 2.93 24.14 68.72 17.18 Rata-rata 13.71 5.84 8.75 12.58 163.48 40.87

No Perlakuan C Pertambahan Berat badan sapi (kg) Jumlah

(kg) Rata-rata I II III IV 1. Sapi 9 2.68 2.20 8.22 10.74 23.84 5.96 2. Sapi 10 7.17 2.43 1.77 9.98 21.35 5.34 3. Sapi 13 2.31 5.20 9.39 8.44 25.34 6.33 4. Sapi 16 5.79 12.73 15.42 10.73 44.67 11.17 Rata-rata 4.49 5.64 8.70 9.97 115.20 28.80

No Perlakuan D Pertambahan Berat badan sapi (kg) Jumlah

(kg) Rata-rata I II III IV 1. Sapi 5 21.92 14.10 6.06 6.14 48.22 12.06 2. Sapi 6 2.73 2.41 9.62 8.76 23.52 5.88 3. Sapi 11 17.75 3.82 2.83 10.43 34.83 8.71 4. Sapi 8 0.00 2.26 4.52 5.70 12.48 3.12 Rata-rata 10.60 5.65 5.76 7.76 119.05 29.76

(27)

Lampiran 4: Data hasil penghitungan berat badan sapi per perlakuan

No Perlakuan A Berat badan sapi (kg)

I II III IV V 1. Sapi 4 159.29 182.45 213.73 215.93 220.94 2. Sapi 12 111.35 117.8 119.72 121.12 129.97 3. Sapi 14 163.34 180.47 207.55 218.71 226.02 4. Sapi 15 173.69 178.04 202.71 207.55 217.45 Rata-rata 151.92 164.69 185.93 190.83 198.60

No Perlakuan B Berat badan sapi (kg)

I II III IV V 1. Sapi 1 211.52 214.24 219.74 224.331 244.07 2. Sapi 2 247.11 249.49 250.32 254.96 271.14 3. Sapi 3 154.39 175.62 179.48 202.31 212.57 4. Sapi 7 192.45 220.94 234.1 237.03 261.17 Rata-rata 201.37 215.07 220.91 229.66 242.24

No Perlakuan C Berat badan sapi (kg)

I II III IV V 1. Sapi 9 206.64 209.32 211.52 219.74 230.48 2. Sapi 10 160.76 167.93 170.36 172.13 182.11 3. Sapi 13 224.83 227.14 232.34 241.73 250.17 4. Sapi 16 167.9 173.69 186.42 201.84 212.57 Rata-rata 190.03 194.52 200.16 208.86 218.83

No Perlakuan D I II Berat badan sapi (kg) III IV V

1. Sapi 5 205.03 226.95 241.05 247.11 253.25 2. Sapi 6 220.98 223.71 226.12 235.74 244.5 3. Sapi 11 98.68 116.43 120.25 123.08 133.51 4. Sapi 8 216.98 216.98 219.24 223.76 229.46 Rata-rata 185.41 196.02 201.67 207.42 215.18

(28)

Lampiran 5: Data jumlah dan rata-rata produksi TBS sawit per perlakuan.

A. Perlakuan A (Pupuk NPK-Tanpa Kompos)

Pohon ke- Produksi TBS/panen (kg) Jumlah/ pohon (kg) rata2 / pohon (kg) 1 2 3 4 5 6 1 35 0 48 0 12 0 95 15.8 2 42 21 0 11.5 0 0 74.5 12.4 3 48 30 0 0 10 0 88 14.7 4 51 0 43.5 0 34 0 128.5 21.4 5 0 60 0 63 0 0 123 20.5 6 30 32 0 0 23 0 85 14.2 7 60 0 33 28 0 0 121 20.2 8 0 35 100 42 0 0 177 29.5 9 0 42 0 58 0 0 100 16.7 10 0 20 0 0 33 0 53 8.8 11 0 15 0 0 15 29 59 9.8 12 0 7 0 0 6 22 35 5.8 13 0 10 0 0 16 0 26 4.3 14 40 0 40 0 35 0 115 19.2 15 14 15 0 30 0 0 59 9.8 16 26 17 0 0 28 0 71 11.8 17 0 35 5 0 13 0 53 8.8 18 41 22 0 35 0 0 98 16.3 19 0 68 0 0 21 22 111 18.5 20 17 0 42 0 0 9 68 11.3 Jumlah 404 429 311.5 267.5 246 82 1.740 Rata-rata 20.2 21.5 15.6 13.4 12.3 4.1 290

(29)

B. Perlakuan B ( 75% NPK + 25% Kompos)

Pohon ke- Produksi TBS/panen (kg) Jumlah/ pohon (kg) rata2/ pohon (kg) 1 2 3 4 5 6 1 27 0 45 0 0 41 113 18.8 2 0 22 0 43 33 0 98 16.3 3 0 15 0 43 0 0 58 9.7 4 27 0 49 0 30 21 127 21.2 5 0 0 38 36.5 7 0 81.5 13.6 6 0 65 17 0 24 0 106 17.7 7 0 10 17 14 0 35 76 12.7 8 0 20 91 0 44 0 155 25.8 9 0 43 0 24 0 35 102 17.0 10 56 0 17 0 23 0 96 16.0 11 0 51 0 0 0 21 72 12.0 12 19 17 0 0 16 27 79 13.2 13 0 34 0 15 0 0 49 8.2 14 0 25 20 0 13 0 58 9.7 15 49 0 57 20 0 0 126 21.0 16 0 30 0 32 0 31 93 15.5 17 29 11 0 27 8 0 75 12.5 18 0 44 26 0 0 27 97 16.2 19 0 45 41 0 14 61 161 26.8 20 0 12 24 47 0 0 83 13.8 Jumlah 207 444 442 301.5 212 299 1.905,5 Rata-rata 10.4 22.2 22.1 15.1 10.6 15.0 317.6

(30)

C. Perlakuan C (50% NPK + 50% Kompos)

Pohon ke- Produksi TBS/panen (kg) Jumlah/ pohon (kg) rata2/ pohon (kg) 1 2 3 4 5 6 1 35 0 21 0 0 18 74 12.3 2 42 15 0 44 0 23 124 20.7 3 48 11 0 7 8 0 74 12.3 4 51 0 162.5 46 0 0 259.5 43.3 5 0 22 5 0 13 0 40 6.7 6 30 0 40 27 0 0 97 16.2 7 60 8 0 51 0 27 146 24.3 8 0 34 23 0 15 0 72 12.0 9 0 25 0 23 6 0 54 9.0 10 0 35 0 0 35 0 70 11.7 11 0 39 75 0 14 0 128 21.3 12 0 37 0 0 34 0 71 11.8 13 0 12 36 0 0 48 96 16.0 14 40 23 0 0 38 0 101 16.8 15 14 10 0 17 0 0 41 6.8 16 26 0 20 0 0 16 62 10.3 17 0 30 0 0 35 0 65 10.8 18 41 0 0 28 0 0 69 11.5 19 0 17 0 18 20 0 55 9.2 20 17 10 0 0 15 0 42 7.0 Jumlah 404 328 382.5 261 233 132 1.740,5 Rata-rata 20.2 16.4 19.1 13.1 11.7 6.6 290.1

(31)

Lampiran 6: Foto-foto kegiatan “Pengkajian

Peningkatan Pendapatan Petani

Sebesar 30% Melalui Intensifikasi dan Integrasi Ternak dan

Tanaman di Provinsi Bengkulu”

.

Gambar 1. Peneliti BPTP sedang menentukan sampel tanaman dan membuat design penelitian pada tanaman sawit.

Gambar 2. Sampel tanaman sawit umur 15 tahun dan sampel sapi Bali yang digunakan dalam penelitian.

Gambar 3. Peneliti dan petani kooperator sedang menimbang dan menghitung hasil panen TBS pada sawit, mengukur lingkar dada dan panjang badan sapi.

(32)

Gambar 4. Petani kooperator sedang menimbang dan mengangkut hasil panen TBS pada sawit.

Gambar 5. Sapi sedang diberi makan cacahan pelepah, daun sawit dan solid; contoh solid yang digunakan dalam penelitian.

Gambar 6. Piringan yang dibuat pada tanaman sawit sebagai acuan tempat pemberian pupuk dan Penjab/Kepala Balai (Dr. Dedi Sugandi) sedang melihat keragaan tanaman sawit dan sapi.

Gambar

Tabel 3. Rata-rata pertambahan bobot badan harian sapi bali per perlakuan.
Gambar  2.  Sampel  tanaman  sawit  umur  15  tahun  dan  sampel  sapi  Bali  yang  digunakan dalam penelitian
Gambar 5. Sapi sedang diberi makan cacahan pelepah, daun sawit dan solid;

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dicari bahan sumber β-karoten alami lain yang dapat digunakan secara kombinasi dengan MBM dalam ransum pakan untuk meningkatkan kualitas warna yuwana kakap merah sebagai

Seorang pekerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, bagitu juga sebaliknya (Budiono, 2003). Pada

Masa pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Walikota paling lama 3 (tiga) bulan kalender,

Sedangkan brand image merupakan asosiasi konsumen terhadap suatu brand yang didapat dari ; pengalaman langsung menggunakan merek tersebut, informasi yang didapat konsumen dari

Efektlf untuk mengontrol perdarahan setelah persalinan atau setelah keguguran pada kehamllan muda dengan cara menyebabkan uterus berkontraksl Digunakan sebagal

Program Studi Doktor Teknik Geodesi dan Geomatika adalah pendidikan akademik yang merupakan keberlanjutan (integrasi) dari program magister, serta menitikberatkan pada

Keramba Jaring Apung memiliki nilai produktivitas perairan yang paling tinggi hal tersebut dapat dikarenakan bahan organik yang terdapat di keramba jaring apung

Berdasrakan analisis bivariat uji hubungan menggunakan Chi Square, diperoleh nilai p-value 0,058, Karena p value > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada