Kualifikasi Pengetahuan Dan Keterampilan Pekerja Konstruksi
Non-Sertifikasi Berdasarkan SKKNI Pada Proyek Perumahan
Di Wilayah Medan
Artika Ulfa Harahap1 , Syahrizal2
1Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No,.1 Kampus USU Medan
Email : artikaulfahrp@gmail.com
2
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU
Medan Email : syahrizal@usu.ac.id
Abstrak
Salah satu hal yang mempengaruhi keberhasilan dan kelancaran suatu proyek konstruksi adalah pekerja atau tukang pada proyek konstruksi itu sendiri. Tukang yang diharapkan adalah tukang yang berpengetahuan dan terampil. Penyelenggaraan sertifikasi tukang diharapkan dapat menjadikan tukang yang lebih berkualitas dibandingkan tukang yang belum menjalani proses sertifikasi. Namun tukang yang memiliki sertifikat keterampilan masih tergolong sedikit, tetapi bukan berarti kurangnya keahlian dan keterampilan mereka karena bisa saja disebabkan karena proses sertifikasi yang rumit atau terkendala dalam biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan mengetahui tingkat pengetahuan dan keterampilan tukang kayu dan tukang batu non-sertifikasi berdasarkan SKKNI serta faktor terbesar apakah yang menyebabkan tukang tidak mengikuti uji sertifkasi tukang. Penelitian dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner kepada 30 tukang kayu dan 30 tukang batu di 4 proyek perumahan di Wilayah Medan, yaitu Villa Wisata, Johor Riverside, Givency One, dan Karya Kasih Mansion. Hasil survey menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan keterampilan tukang kayu dan tukang batu tergolong baik dan faktor terbesar yang menyebabkan tukang tidak mengikuti uji sertifikasi adalah ketidaktahuan tukang mengenai uji sertifikasi tukang.
Kata Kunci : pengetahuan, keterampilan, tukang kayu konstruksi, tukang batu, non-sertifikasi, SKKNI
Abstract
One of the things that affect the success and smoothness of a construction project is the worker or builder on the construction project itself. The expected workman is a knowledgeable and skilled handyman. Implementation of certification of the artisans is expected to make the carers more qualified than the workers who have not undergone the certification process. However, skilled workers are still relatively small, but that does not mean their lack of skills and skills because it may be due to a complicated or constrained certification process in cost. This study aims to measure and know the level of knowledge and skills of non-certified carpenters and masons based on SKKNI as well as the biggest factor that causes the builders not to follow the certification test. The research was conducted by distributing questionnaires to 30 carpenters and 30 masons in 4 residential projects in Medan, namely Villa Wisata, Johor Riverside, Givency One, and Karya Kasih Mansion. The survey results show that the level of knowledge and skills of the carpenters and masons is quite good and the biggest factor that causes the builders not to follow the certification test is the unknowledge of the workers regarding the certification test.
1. Pendahuluan
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan suatu proyek karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap waktu dan biaya penyelesaian suatu proyek. Seiring berkembangnya kemajuan teknologi yang digunakan dalam usaha jasa konstruksi, dibutuhkan tenaga kerja yang terampil dan berpengetahuan. Umumnya pembagian jenis tukang dilapangan dibagi atas 3 jenis yaitu tukang kayu, tukang batu,dan tukang besi. Masing-masing tukang ini diberikan tugas yang berbeda sesuai dengan bidang yang dikuasainya. Tukang yang terampil dan berpengetahuan memiliki standar kualifikasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kualifikasi keterampilan dan pengetahuan pekerja digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan uraian pekerjaan di proyek sesuai dengan pekerjaannya masing-masing.
Menurut data dari situs Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi Sumatera Utara (LPJKP), jumlah tukang yang memiliki sertifikat keterampilan (SKTK) jumlahnya masih tergolong sedikit. Hal ini bisa saja disebabkan karena kemungkinan proses sertifikasi yang rumit atau kendala biaya dalam proses sertifikasi tersebut. Tukang yang belum memiliki sertifikasi keterampilan belum tentu dikarenakan kurangnya keahlian dan keterampilan mereka dalam pekerjaannya, namun bisa saja disebabkan oleh hal-hal seperti yang telah disebutkan.
2. Tinjauan Pustaka
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) merupakan standar kualifikasi pengetahuan dan keterampilan pekerja konstruksi yang diatur oleh pemerintah melalui Kementrian Pekerjaan Umum. SKKNI mengatur standar kualifikasi pengetahuan dan keterampilan pekerja konstruksi untuk menciptakan pekerja yang terampil dan berpengetahuan. Pekerja yang sudah memahami dan menerapkan SKKNI adalah pekerja yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang sudah tersertifikasi oleh pemerintah.
Angket atau Kuisioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai suatu masalah yang ingin diketahui tanpa merasa khawatir bila responden memberi jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.
Analisis deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang ada dengan menggunakan angka-angka untuk mencandarkan karakteristik individu atau kelompok. Analisis ini menilai sifat dari kondisi-kondisi yang tampak. Tujuan dalam penelitian deskriptif kuantitatif dibatasi untuk menggambarkan karakteristik sesuatu sebagaimana adanya. Adapun ciri-ciri penelitian deskriptif kuantitatif sebagai berikut :
1. Cenderung menggunakan satu variabel dalam operasionalnya.
2. Tidak menutup kemungkinan menggunakan dua variabel atau lebih tetapi tidak untuk dihubungkan, dibandingkan, atau dicari sebab-akibat.
3. Analisis data diarahkan pada pencarian mean, persentase atau modus. 4. Kegiatan data dimungkinkan untuk diwakilkan.
5. Analisis data dilakukan sesudah semua data terkumpul.
3. Metode Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian dilakukan dengan metode survey dengan cara menyebarkan kuisioner kepada 30 tukang kayu dan tukang batu untuk mengukur dan mengetahui tingkat pengetahuan dan keterampilan tukang kayu dan tukang batu non-sertifikasi. Tingkat pengetahuan dan keterampilan tukang dinilai dan digambarkan melalui persentase tingkat pemahaman tukang berdasarkan SKKNI dan persentase tingkat penerapan SKKNI oleh tukang. Penelitian dilakukan di 4 proyek yaitu Villa Wisata yang terletak di Jl. Karya wisata, Medan Johor, Karya Kasih Mansion yang terletak di Jl. Karya sehati, Medan Johor, Givency One yang terletak di Jl.Gaperta ujung, Tj. Gusta, Medan Helvetia, Johor Riverside yang terletak di Jl. Karya wisata, Medan Johor.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang digunakan dalam penelitian ini adalah SKKNI Tukang kayu konstruksi tahun 2015 dan SKKNI Tukang pasang batu/bata tahun 2016.
Pengolahan data menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) dengan terlebih dahulu melakukan uji validitas dan uji reabilitas untuk menguji instrumen penelitian, selanjutnya dilakukan penilaian dengan mengukur hasil persentase pemahaman tukang kayu dan tukang batu berdasarkan SKKNI serta penerapan SKKNI oleh tukang kayu dan tukang batu. Pengetahuan dan keterampilan tergolong baik apabila hasil persentase pemahaman dan penerapan SKKNI oleh tukang tersebut >50%.
4. Hasil dan Analisa
1. Hasil Persentase Pemahaman Tukang Kayu Berdasarkan SKKNI
Tabel 4.31 Persentase tingkat pemahaman tukang kayu berdasarkan SKKNI
No Petanyaan Sangat Paham Paham Kurang
Paham
Tidak Paham 1 Pemahaman tentang keselamatan
dan kesehatan kerja (K3)
16.7% 56.7% 26.7% -
2 Identifikasi gambar kerja 26.7% 60% 13.3% -
3 Melakukan komunikasi timbal balik ditempat kerja
36.7% 63.3% - -
4 Menggunakan peralatan manual dan peralatan listrik
10% 86.7% 3.3% -
5 Melaksanakan pekerjaan persiapan konstruksi kayu
23.3% 76.7% - -
6 Membuat komponen konstruksi kayu
26.7% 56.7% 16.7% -
7 Memasang perancah dan bekisting kayu
40% 56.7% 3.3% -
8 Memasang rangka dan penutup plafon
13.3% 70% 16.7% -
9 Merakit kuda-kuda dan memasang rangka atap
23.3% 56.7% 20% -
10 Memasang dan menyetel kusen, daun pintu dan jendela
53.3% 46.7% - -
11 Merakit dan memasang tangga serta railing kayu
13.3% 33.3% 50% 3.3%
12 Merakit dan memasang konstruksi kayu
13.3% 60% 23.3% 3.3%
13 Memasang lantai parket 3.3% 30% 53.3% 13.3%
14 Merakit dan memasang dinding kayu
13.3% 73.3% 10% 3.3%
Rata-rata 23.37% 59.96% 16.90% 1.66%
Dari tabel 4.31 didapat total tukang kayu yang merasa paham (%sangat paham + %paham) sebesar 81.43%. Sedangkan total tukang kayu yang merasa tidak paham (%kurang paham + %tidak paham) sebesar 18.56% 2. Hasil Persentase Penerapan SKKNI Oleh Tukang Kayu
Tabel 4.33 Persentase tingkat penerapan SKKNI oleh tukang kayu
No Petanyaan Sangat Diterapkan Diterapkan Kurang Diterapkan Tidak Diterapkan 1 Pemahaman tentang keselamatan
dan kesehatan kerja (K3)
23.3% 53.3% 23.3% -
2 Identifikasi gambar kerja 30% 40% 30% -
3 Melakukan komunikasi timbal balik ditempat kerja
26.7% 73.3% - -
4 Menggunakan peralatan manual dan peralatan listrik
20% 80% - -
5 Melaksanakan pekerjaan persiapan konstruksi kayu
6 Membuat komponen konstruksi kayu
16.7% 73.3% 6.7% 3.3%
7 Memasang perancah dan bekisting kayu
40% 56.7% 3.3% -
8 Memasang rangka dan penutup plafon
16.7% 73.3% 10% -
9 Merakit kuda-kuda dan memasang rangka atap
30% 63.3% 6.7% -
10 Memasang dan menyetel kusen, daun pintu dan jendela
53.3% 46.7% - -
11 Merakit dan memasang tangga serta railing kayu
13.3% 30% 33.3% 23.3%
12 Merakit dan memasang konstruksi kayu
13.3% 43.3% 23.3% 20%
13 Memasang lantai parket 3.3% 20% 36.7% 40%
14 Merakit dan memasang dinding kayu
3.3% 56.7% 16.7% 23.3%
Rata-rata 22.37% 56.19% 13.57% 7.85%
Dari tabel 4.33 didapat total tukang kayu yang telah menerapkan SKKNI (%sangat diterapkan+ %diterapkan) sebanyak 78.56% sedangkan total tukang kayu yang belum menerapkan SKKNI (%kurang diterapkan + %tidak diterapkan) sebanyak 21.42%.
3. Hasil Persentase Tingkat Pemahaman Tukang Batu Berdasarkan SKKNI
Tabel 4.32 Persentase tingkat pemahaman tukang batu berdasarkan SKKNI
No Petanyaan Sangat Paham Paham Kurang
Paham
Tidak Paham 1 Pemahaman tentang keselamatan
dan kesehatan kerja (K3)
33.3% 50% 16.7% -
2 Menyiapkan material dan peralatan pekerjaan pasangan bata
36.7% 63.6% - -
3 Menyiapkan tata letak area pekerjaan
20% 73.3% 6.7% -
4 Membuat mortar untuk pasangan bata
26.7% 56.7% 16.7% -
5 Melaksanakan pekerjaan struktur dinding bata
30% 70% - -
6 Membuat pilar pasangan bata 20% 76.7% 3.3% -
7 Membuat pasangan bata lengkung 23.3% 43.3% 3.33% -
8 Membuat pasangan bata dekoratif 23.3% 40% 36.7% -
Rata-rata 26.66% 59.20% 14.8% -
Dari tabel 4.32 dapat dilihat total tukang batu yang paham SKKNI (%sangat paham+ %paham) sebesar 85.63%, sedangkan total tukang batu yang tidak paham (%kurang paham+%tidak paham) sebanyak 85.63% 4. Hasil Persentase Tingkat Penerapan SKKNI Oleh Tukang Batu
Tabel 4.34 Persentase tingkat penerapan SKKNI oleh tukang batu
No Petanyaan Sangat Diterapkan Diterapkan Kurang Diterapkan Tidak Diterapkan 1 Pemahaman tentang keselamatan
dan kesehatan kerja (K3)
16.7% 53.3% 26.7% 3.3%
2 Menyiapkan material dan
peralatan pekerjaan pasangan bata
26.7% 70% 3.3% -
3 Menyiapkan tata letak area pekerjaan
4 Membuat mortar untuk pasangan bata
26.7% 53.3% 6.7% 13.3%
5 Melaksanakan pekerjaan struktur dinding bata
26.7% 70% 3.3% -
6 Membuat pilar pasangan bata 26.7% 60% 13.3% -
7 Membuat pasangan bata lengkung 3.3% 50% 33.33% 13.3%
8 Membuat pasangan bata dekoratif 3.3% 43.3% 46.7% 6.7%
Rata-rata 17.51% 61.24% 16.6% 4.58%
Dari tabel 4.34 didapat total tukang batu yang telah menerapkan SKKNI (%sangat diterapkan+%diterapkan) sebanyak 78.75%. Sedangkan total tukang batu yang merasa belum menerapkan SKKNI (%kurang diterapkan +%tidak diterapkan) sebanyak 21.24%.
5. Faktor Yang Menyebabkan Tukang Tidak Mengikuti Uji Sertifikasi Tukang
Dari hasil pnegumpulan data kuisioner yang dibagikan kepada 30 orang tukang kayu dan 30 orang tukang batu non-sertifikasi didapat beberapa faktor yang menyebabkan tukang tidak mengikuti uji sertifkasi tukang. Faktor terbesar tukang tidak mengikuti uji sertifikasi tukang adalah ketidaktahuan tukang mengenai uji sertifikasi tukang. (Gambar 4.2)
Gambar 4.2 Faktor penyebab tukang tidak mengikuti uji seritifikasi tukang 6. Pengaruh Usia Terhadap Pengetahuan Tukang
Pengetahuan tukang kayu pada usia 55-64 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan tukang kayu pada kategori usia lainnya (Gambar 4.3)
Gambar 4.3 Pengaruh usia terhadap pengetahuan tukang kayu
Begitu juga dengan tukang batu, pengetahuan tertinggi ada pada ketegori usia tukang batu 55-64 tahun. (Gambar 4.4)
50.00% 36.67%
13%
Penyebab Tukang Tidak Mengikuti Uji Sertifikasi Tukang Tidak Mengetahui Kendala Biaya Proses yang Dirasa Rumit
78.57% 78.03% 80.43%
95.71%
25-34 Tahun 35-44 Tahun 45-54 Tahun 55-64 Tahun Tukang kayu
Pengetahuan
Gambar 4.4 Pengaruh usia terhadap pengetahuan tukang batu 7. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Pengetahuan Tukang
Pengalaman kerja berpengaruh terhadap pengetahuan tukang. Pengetahuan tertinggi ada pada tukang kayu dengan pengalaman kerja 21-30 tahun. Itu mrnunjukkan bahwa semakin lama pengalaman kerja tukang semakin tinggi pengetahuannya. (Gambar 4.5 dan Gambar 4.6)
Gambar 4.5 Pengaruh pengalaman kerja terhadap pengetahuan tukang kayu
Gambar 4.6 Pengaruh pengalaman kerja terhadap pengetahuan tukang batu
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Persentase tingkat pemahaman SKKNI oleh tukang kayu non-sertifikasi sebesar 81.43% dan persentase tingkat penerapan SKKNI oleh tukang kayu sebesar 78.56%. Pengetahuan dan keterampilan tukang kayu non-sertifikasi tergolong baik karena persentase pemahaman dan penerapan SKKNI > 50%.
62.50% 87.50% 85.43% 87.50% 93.75% 1-24 Tahun 25-34 Tahun 35-44 Tahun 45-54 Tahun 55-64 Tahun Tukang Batu Pengetahuan Usia 91.22% 83.87% 77.14% 64.29% 21-30 Tahun 11-20 Tahun 1-10 Tahun > 1 Tahun TukangKayu Pengetahuan Pengalaman Kerja 62.50% 81.61% 90.75% 93.75%
> 1 Tahun 1-10 Tahun 11-20 Tahun 21-30 Tahun
Tukang Batu
Pengetahuan
2. Persentase tingkat pemahaman SKKNI oleh tukang batu sebesar 85.63% dan persentase tingkat penerapan SKKNI oleh tukang batu sebesar 78.75%. Tingkat pengetahuan dan keterampilan tukang batu non-sertifikasi tergolong baik karena persentase pemahaman dan penerapan SKKNI > 50%
3. Faktor terbesar penyebab ketidakikutsertaan tukang dalam uji sertifikasi adalah ketidaktahuan tukang mengenai uji sertifikasi tukang. Ini menunjukkan bahwa kurangnya sosialiasi atau pengarahan tentang uji sertifikasi tukang yang diadakan oleh pemerintah.
4. Usia berpengaruh terhadap pengetahuan tukang. Kategori usia yang memiliki pengetahuan tertinggi ada pada kategori usia Tukang 55-64 Tahun.
5. Pengalaman kerja berpengaruh terhadap pengetahuan tukang, semakin lama pengalaman kerja tukang tersebut, semakin tinggi pula pengetahuannya.
6. Saran
1. Perlunya dilakukan sosialisasi uji sertifikasi yang diadakan oleh pemerintah.
2. Perlunya memberikan pelatihan pengetahuan dan keterampilan kepada tukang yang ada dilapangan secara berkala.
3. Sebagai masukan kepada LPJK dan kontraktor agar lebih memperhatikan pengetahuan dan kualitas pekerjaan pekerja dengan acuan standar kompetensi tukang berdasarkan SKKNI.
7. Daftar Pustaka
Husen, Abrar. 2010. Manajemen Proyek: Perencanaan,Penjadwalan & Pengendalian Proyek.Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung
Situmorang, Syafrizal Helmi. Muslich Lutfi. 2014. Analisis Data Untuk Riset Manajemen dan Bisnis. Medan: USU Press
Herjanto, E. 2007. Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo
Ervianto, W. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). Yogyakarta : Andi
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia : Tukang Pasang Bata. 2016
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia : Tukang Kayu Konstruksi. 2015
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. 2012
Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Jurnal dan Skripsi :
Rahmatullah dan Nanik Estidarsani. 2016. Kualifikasi Pengetahuan dan Keterampilan Tukang Kayu Konstruksi Non-Sertifikasi Berdasarkan SKKNI pada Proyek di Wilayah Surabaya. Surabaya: Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan Vol 3 Nomer 3/JKPTB/16 69-79
Satria Herdananda dan Drs.Didiek Purwadi, M.Si. 2016. Kualifikasi Pengetahuan dan Keterampilan Tukang Pasang Batu Non-Sertifikasi Berdasarkan SKKNI pada Proyek Perumahan Sederhana di Wilayah Sidoarjo.Surabaya : Jurnal Rekayasa Teknik Sipil Vol 1 Nomer 1/rekrat/16 15-23
Yuliana Candra. 2009. Studi Pemahaman dan Penerapan Standar Kompetensi Keterampilan Kerja Tenaga Kerja pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi : Info – Teknik Vol 10 N0.1
Nur Yekti Merryardani dan Leo Willyanto. 2008. Kajian Relevansi Pemberlakuan Standar Sertifikasi Keterampilan Mandor dan Tukang pada Proyek Konstruksi Indonesia. Bandung : Manajemen Rekayasa Konstruksi Institut Teknologi Bandung