• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Sistem Kontrak Konvensional dan Sistem Performance Based Contract (PBC) Pada Proyek Pemeliharaan Jalan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Sistem Kontrak Konvensional dan Sistem Performance Based Contract (PBC) Pada Proyek Pemeliharaan Jalan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kontrak konvensional dengan kontrak sistem Performance Based Contract (PBC) dan mengidentifikasikan faktor-faktor yang dapat menjelaskan kesiapan penyedia jasa dan pengguna jasa konstruksi untuk diterapkannya PBC. Metode pengumpulan data menggunakan data skunder dan primer, data primer diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada responden yang terpilih dari pengguna jasa dan penyedia jasa sebanyak 60 responden yang berada di kota Banda Aceh dan Aceh besar. Pengolahan data menggunakan studi literatur untuk mengetahui perbedaan antara kontrak konvensional dan PBC yang disajikan dalam bentuk tabulasi. Metode statistik digunakan dalam mengolah data hasil pengumpulan data kuisioner. Hasil pengolahan data didapat bahwa sistem PBC sudah banyak penyempurnaan dari kontrak konvensioanal tetapi belum tersosialisasi dan belum bisa diterapkan di Indonesia karena kurangnya sumber daya. Kesiapan industri penyedia jasa dan dalam penerapan PBC untuk pemeliharaan jalan di Propinsi Aceh relatif belum memadai, hal ini terlihat dengan minimnya pengetahuan tentang kontrak berbasis kinerja dan masih perlu dilakukan pembenahan-pembenahan guna mempersiapkan penerapan kontrak berbasis kinerja. Faktor-faktor pendukung untuk penerapan kontrak PBC perlu dikembangkan dan diterapkan secara maksimal guna menggali potensi dan peluang di dalam penerapan kontrak berbasis kinerja untuk ruas-ruas jalan yang memenuhi persyaratan teknis. Faktor-faktor kendala yang dihadapi dalam penerapan PBC dirasakan masih terlalu besar dengan tingkat resiko yang tinggi sehingga perlu adanya solusi bagi masalah pemeliharaan jalan untuk ruas jalan yang akan dikelola dengan kontrak berbasis kinerja.

Kata Kunci: kontrak konvensional, PBC dan pekerjaan pemeliharaan jalan. 1. PENDAHULUAN

Kondisi jalan di propinsi Aceh banyak mengalami kerusakan setiap tahun seperti adanya lubang sepanjang jalan, permukaan jalan bergelombang, kondisi tanah yang labil sehingga dapat mempengaruhi kekuatan struktur pondasi tanah, adanya kenderaan barang yang melewati jalan setiap hari dengan muatan melebihi Muatan Sumbu Terberat (MST) 8 (delapan) ton dan lain sebagainya.

Kajian Sistem Kontrak Konvensional dan Sistem Performance

Based Contract (PBC)

Pada Proyek Pemeliharaan Jalan

Nurul Malahayati*, Saiful Husin* dan Asyifa Mursalin**

* Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk Syech Abdul Rauf No. 7

Banda Aceh Indonesia 23111, email: malahayatijj@yahoo.co.id

(2)

Menurut Coder (1996) aktifitas pemeliharaan dalam dunia konstruksi yang sering dilakukan adalah pemeriksaan, inspeksi, perbaikan, penggantian, modifikasi, kalibarasi dan overhaul. Sasaran dari aktifitas pemeliharaan adalah mengurangi jumlah kerusakan, perbaikan keadaan suatu peraltan atau bangunan bila rusak dan overhaul untuk mengembalikan keadaan peralatan seperti semula.

Bentuk kontrak kerja dalam pelaksanaan konstruksi pembangunan dan pemeliharaan jalan pada saat ini dilakukan secara berkala dimana jangka waktu pertanggung jawaban pelaksanaan pekerjaan tersebut adalah selama pelaksanaan fisik dan jangka waktu penjaminan beberapa bulan. Sehingga apabila terjadi kerusakan konstruksi yang lebih cepat dari umur rencana akan menjadi tanggung jawab pengguna jasa. Hal tersebut diatas terjadi karena bentuk kontrak kerja antara pengguna jasa dan penyedia jasa merupakan kontrak kerja yang mengikat dalam jangka waktu yang pendek.

Bentuk kontrak di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan (Yasin, 2004) : (1) Perhitungan biaya yaitu menggunakan metode fixed lump sum price dan unit price; (2) Perhitungan jasa yaitu menggunakan metode biaya tanpa jasa, biaya ditambah jasa dan biaya ditambah jasa pasti; (3) Sistem pembayaran yaitu bulanan, atas prestasi dan pra pendanaan penuh oleh penyedia jasa; (4) Aspek pembagian tugas yaitu kontrak konvensional, trunkey dan Engineering Procurement and Construction (EPC).

Dalam rangka meningkatkan mutu dari hasil kinerja penyedia jasa pada sistem pemeliharaan jalan maka digunakan konsep pemeliharaan Performanced Based Contract (PBC) atau kontrak pemeliharaan berbasis kinerja dimana untuk paket pemeliharaan jalan, kontrak ini didasarkan atas kemampuan penyedia jasa dalam mempertahankan kondisi minimum yang tercantum dalam kontrak dan bukan terhadap volume pekerjaan yang telah diselesaikan. Sifatnya adalah mengalokasikan tanggung jawab dalam desain dan pelaksanaan pekerjaan secaa efisien sepenuhnya tergantung dari penyedia jasa.

Zietlow (1999) mendefinisikan PBC adalah jenis kontrak yang berdasarkan pembayaran pada pemenuhan indikator kinerja minimum. Waktu kontrak adalah jangka panjang antara pengguna jasa dan penyedia jasa dimana penyedia jasa melaksanakan pekerjaan dan peniliana atasa pekerjaannya bukan berdasarkan volume kerja yang telah diselesaikna melainkan berdasarkan kinerja layanan yang telah di capai. PBC merupakan jenis kontrak yang memiliki ciri karakteristik tersendiri yaitu perencanaan dan pelaksanaan terintegrasi dalam satu kontrak yang diklakukan oleh satu penyedia jasa dan dilaksankan dalam tahun jamak (multy years) dan pembayarannya dilakukan dengan sistem lumpsum.

Perkembangan PBC untuk pemeliharaan jalan dimulai sejak akhir 1980 dan awal 1990. Menurut (Zietlow, 2001), PBC diawali oleh British Columbia di kanada yang mengkontrakkan pemeliharaan jalan pada tahun1988, akan tetatpi standar kinerja yang digunakan masih berorientasi pada prosedur kerja dan material yang digunakan serta tidak berorientasi pada hasil akhir. Standar ini samgat menbatasi kontraktor untuk melakukan inovasi teknologi.

Australia pertama kali mengunakan kontra kinerja pada tahun 1995 yang mencakup 459 jalan kota di Sydney. Setelah iti beberapa kontrak baru telah diterapkan di New South Wales. Tasmania dan Australia Barat dan Selatan. Pada tahun 1998 New Zealand menerapkan kontrak kinerja untuk 406 km jalan nasional. Saat ini 10 % pemeliharaan jalan nasional dilakukan dengan skema kontrak kinerja.

(3)

Amerika Serikat pada negara bagian Virginia mempelopori kontrak kinerja disebut dengan Asset Management and Maintenance Contract untuk pemeliharan 402 km jalan anatar negara bagian pada tahun 1996. Empat tahun kemudian, Negara Bagian Washington mengikuti kontrak serupa yang mencakup 119 km jalan federal. Kedua kontrak tersebut dinilai sbagai proyek percotohan

Kajian yang dilakukan oleh Stankevich et al (2005) memperlihatkan bahwa beberapa negara yang telah menerapkan PBC telah mencapai beberapa kesuksesan sebagai berikut: (1) penghematan biaya dari 10% sampai 40 %; (2)Kepastian pengeluaran; (3)Pengurangan tenaga kerja di kantor

PT. Jasa Marga (Persero) pada tahun 2000 mencoba menerapakan Performance Based Maintenance Contract (PBMC) untuk ruas jalan tol Cawang- Pluit (Astuti, 2005), Latar belakang dari penerapan PBMC ini karena PT Jasa Marga (Persero) menginginkan kesinambungan tingkat layanan jalan selama masa layanan Sebelumnya kontrak yang digunakan adalah kontrak tradisional sehingga PT Jasa Marga mengalami beberapa kendala sebagai berikut: (1)Banyaknya kontrak yang harus ditangani tiap tahun; (2) Banyak sumber daya manusia yang harus dialokasikan untuk perencanaan dan pengawasan pekerjaan; (3)Perbaikian kerusakan biasanya dilakukan sesaat sebelum serah terima akhir (Final Hand Over); (4)Tidak adanya penalti apabila kerusakan terjadi dalam masa jaminan pemeliharan.

PBC merupakan hal yang relatif baru di indonesia. Dan tidak seperti kontrak yang saat ini di gunakan, PBC merupakan jenis kontrak yang memiliki karakteristik tersendiri, yaitu perencanaan dan pelaksanaan terintegrasi dalam satu kontrak yang dilakukan oleh satu penyedia jasa dan dilaksanakan dalam tahun jamak (multi years) dan pembayarannya dilakukan dengan sistem lumpsum. Landasan hukum pemgembangan bentuk kontrak PBC adalah sebagai

Walaupun kontrak berbasis kinerja mempunyai berbagai keunggulan namun diragukan masih sulit untuk dapat diterapakan di Indonesia. Permasalahnnya pendanaannya yang berjangka panjang (multy years) butuh penyesuaian dengan pendanaan di Indonesia yang umumnya berjangka satau tahun. Selain itu saat ini belum ada dasar hukum yang kuat bagi penerapan kontrak berbasis kinerja di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kontrak konvensional dan kontrak sistem Performance Based Contracts (PBC) dan mengidentifikasikan faktor-faktor yang dapat menjelaskan kesiapan penyedia jasa dan pengguna jasa konstruksi untuk diterapkannya PBC.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian diawali dengan pengumpulan data, berupa data skunder dan primer yang akan dianalisa dengan menggunakan metode statistik dibantu dengan program komputer SPSS Versi 11 yang bekerja dalam Windowsxp.

Data skunder yaitu data dokumen kontrak pada paket pemeliharaan jalan pada tahun 2007 sampai dengan 2008 yang diperoleh dari dinas Bina Marga dan Cipta Karya serta studi literatur. Data primer dikumpulkan dengan menyebarkan kuisioner yang bersifat tertutup kepada responden terpilih. Responden yang dipilih berdasarkan pengalaman dalam bidang pemeliharaan jalan. Jumlah responden direncananakan sebanyak 100 orang yang terdiri pengguna jasa dari instansi pemerintah dan penyedia jasa yang berasal dari kontraktor dan konsultan tetapi yang berhasil dikumpulkan dan dianggap valid adalah sebanyak 60 data.

(4)

Rancangan kuisioner terdiri dari kuisioner A yaitu untuk mengetahui karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, jabatan, masa kerja dan pendidikan. Responden yang dipilih adalah yang dianggap mengerti tentang kontrak yang berlaku di Indonesia. Kuisioner B berisikan pertanyaan variabel kesiapan penerapan sistem PBC pada pekerjaan pemeliharaan jalan di propinsi Aceh.

Metode pengolahan data yang digunakan adalah mengkaji dokumen kontrak konvensional dan membandingkan dengan kontrak PBC yang ada pada literatur yang hasilnya akan ditampilkan dalam bentuk tabulasi. Metode statistika digunakan untuk menganalisis kehandalan kuisioner yaitu menggunakan analisis reabilitas, analisa deskriptif dengan mencari nilai mean. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert untuk mengukur sikap dan pendapat seseorang tentang kejadian. Kuisioner dibagi kepada responden dan diisi dengan dibimbing langsung oleh peneliti. Jenis kuisioner yang disusun adalah bersifat tertutup. Kisi-kisi penyusunan instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1 Instrumen penelitian

Variabel Level Indikator

Potensi Penerapan PBC 1. Indikator Kesiapan Pemerintah

2. Indikator kesiapan penyedia jasa dalam melaksanakan PBC

3. Sumber daya manusia yang terlibat langsung dalam

penerapan kontrak PBC

4. Sistem pembayaran

5. Variabel indikator kesiapan penerintah dalam

melaksanakan kontrak berbasis kinerja

6. Variabel indikator kesiapan pemerintah dalam

melaksanakan kontrak berbasis kinerja

Setelah data skunder terkumpul maka dilakukan kajian terhadap kedua kontrak yaitu kontrak konvensional dan PBC. Kelebihan dan kelemahan antara kedua kontrak akan dipaparkan dalam bentuk tabulasi

Data primer hasil pengumpulan data kuisioner akan diolah dengan menggunakan alat bantu komputasi SPSS dan hasilnya akan ditampilkan dalam bentuk tabel. Analisa yang dilakukan terdiri dari analisis reabilitas dan deskriptif.

Analisis realibilitas digunakan untuk menganalisa kelayakan kuisioner apakah layak sebagai alat peneliti terhadap variabel yang digunakan berdasarkan data isian yang diterima responden. Angka yang didapat harus lebih besar atau sama dengan 0,6. Pengujian menggunakan persamaan (2.1) seperti dibawah ini.

(2.1) Dimana:

r : Realibilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal : Jumlah varians butir

(5)

Analisis deskriptif memberikan gambaran mean, median dan peringkat masing-masing parameter yang dibahas dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Skala pengukuran adalah skala likert dengan rincian skala adalah 1 (tidak setuju), skala 2 (kurang setuju), skala 3 (ragu-ragu), skala 4 (setuju) dan skala 5 (sangat setuju). Mean skor ideal jawaban respponden adalah 5 dan skor terendah jawaban responden adalah 1. Mengaju kepada mean skor ideal dan terndah maka dibuat pedoaman kriteria interpretasi skor seperti Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kriteria Interpretasi Skor

No Rentangan Prosentase Skor Rentangan Skor mean Kualifikasi

1 Angka 81% - 100% 4.05 – 5.00 Sangat setuju

2 Angka 61% - 80% 3.05 – 4.04 Setuju

3 Angka 41% - 60% 2.05 – 3.04 Ragu-ragu

4 Angka 21% - 40% 1.05 – 2.04 Kurang setuju

5 Angka 0% - 20% 0.00 – 1.04 Tidak setuju

Sumber : Riduwan (2002)

Dengan membandingkankan skor mean yang diperoleh melalui kuisioner responden dengan prosentase skor dari persamaan di atas dapat diketahui tingkat indikator kesiapan penerapan kontrak PBC

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kontrak Konvensional Vs PBC

Perbandingan antara kontrak konvensioanal dan PBC didapat dari hasil kajian pustaka dan dokumen kontrak konvensioanal. Kelebihan dan kelemahan dari kedua kontrak akan dijelaskan dalam bentuk tabulasi seperti pada Tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1 Kontrak Konvensioanal VS PBC

Pembagian Peran dalam Pengelolaan Jalan (Abduh dan Renni, 2003) Aspek Pengelolaan

Jalan Perencanaan (Planning)

Perancang an (Design)

Konstruksi

(Build) (Pemeliharaan Maintenance) (ManagementPengelolaan ) Kontrak Tradisional Pengelola Jalan

(Owner) Pengelola Jalan (Owner)

Kontraktor Pengelola Jalan (Owner) Pengelola Jalan

(Owner) Kontrak berbasis

Kinerja Pengelola Jalan (Owner) Kontraktor Kontraktor Kontraktor Pengelola Jalan (Owner) Bentuk kontrak/Cara Pembayaran (Quiroz (1999)

Konvensioanal Berdasarkan harga/nilai pekerjaan adalah harga tetap (lump sump) dan Harga Satuan (Unit Price) yaitu volume aktual dengan harga satuan sesuai penawaran

Kontrak berbasis

Kinerja Berdasarkan harga/nilai pekerjaan adalah Lump Sump dan berbasis Kinerja (yaitu Pembayaran sesuai dengan “Kinerja” hasil pekerjaan (output) Performance Based) Alokasi resiko (Quiroz (1999)

Konvensioanal - Methoda pelaksanaan ditentukan dalam spesifikasi (methode-based spesification) - Resiko yang biasanya merupakan tanggung jawab pemilik proyek

(6)

Kinerja (Performance-based spesification)

- Kontraktor dibebani sejumlah tanggung jawab dan resiko

- Di satu sisi penyedia jasa tidak di kekang oleh pengguna jasa dalam membuat keputusan dalam hal “apa yang harus dikerjakan”, “kapan bekerja” dan bagaimana mengerjakannya

- Penyedia jasa bebas melakukan inovasi teknik dan teknologi untuk mengurangi biaya sepanjang tingkat pelayanan yang diisyaratkan dalam dokumen kontrak tercapai

Jangka waktu (Quiroz (1999) Konvensioanal Jangka Pendek (sampai dengan 1 tahun) dan multy years Kontrak berbasis

Kinerja Jangka Panjang (beberapa tahun, biasanya sampai dengan 5 tahun) Proses Seleksi Kontraktor (Tender) (Stankevich, et all, 2004) Konvensioanal Berdasarkan pada penawaran terendah (the lowest bid)

Kontrak berbasis

Kinerja Berdasarkan pada nilai terbaik (terendah (the lowest bid). Proses seleksi meliputi pemilihan penyedia jasa yang menpunyai the best Value) yang mungkin tidak perlu merupakan penawaran kemanpuan untuk menilai kondisi asset, menentukan pemilihan waktu pemeliharaan, memilih material dan metode kerja. Hanya setelah yakin bahwa para penawar cukup memenuhi syarat, biasanya melalui proses prakualifikasi, barulah proses seleksi mempertimbang pengajuan biaya.

Lain-lain (Stankevich, et all, 2004) Konvensioanal 1. Banyaknya kontrak yang harus ditangani tiap tahun

2. Banyak sumber daya manusia yang harus dialokasikan untuk perencanaan dan pengawasan pekerjaan

3. Perbaikian kerusakan biasanya dilakukan sesaat sebelum serah terima akhir (Final Hand Over)

4. Tidak adanya penalti apabila kerusakan terjadi dalam masa jaminan pemeliharan. Kontrak berbasis

Kinerja 1. Penghematan biaya pengelolaan dan pemeliharaan asset.

2. Penyedia jasa dapat menperkirakan anggaran dengan jauh lebih pasti 3. Lebih sedikit jumlah staf yang diperlukan untuk mengelola jaringan jalan 4. Kepuasan penguna jalan terhadap pelayanan dan kondisi jalan lebih tinggi 5. Anggaran yang terjamin untuk pemeliharaan tahun jamak

6. Insentif terhadap sektor swasta untuk melakukan inovasi dan produktivitas yang lebih tinggi 7. Pengurangan dalam pengeluaran biaya adminitrasi dan pengeluaran tambahan penyedia jasa,

sebagai akibat dari paket kontrak yang lebih baik, staf administrasi dan teknik yang lebih sedikit.

8. Fleksibilitas yang sangat signifikan bagi sektor swasta untuk menerima penghargaan apabila menunjukan kinerja yang baik dan mendapatkan reaksi segera apabila tidak menunjukan kinerja yang baik.

(7)

9. Skema pembayaran dalam PBC dibuat berdasarkan fixed price lump sum yang biasanya melalui angsuran yang seragam yang dikaitkan dengan pemenuhan target kinerja yang terus menerus. Penyedia jasa tidak dibayar untuk pekerjaan fisik yang di selesaikan, namun untuk hasil akhir (tingkat pelayanan) yang telah diberikan.

3.2 Indikator Penerapan PBC

Kajian indikator kesiapan penguna jasa dan penyedia jasa dalam melaksanakan kontrak berbasis kinerja, kesiapan sumber daya manusia, sistim pengawasan, sistim pembayaran, aspek hukum dan ketersediaan di Propinsi Aceh diteliti dengan menyebarkan angket kepada 100 orang responden. Dari 100 kuisioner yang disebarkan hanya 60 data yang dianggap valid dan digunakan untuk pengolahan data. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin adalah pria 59 orang dan wanita 1 orang, terdiri dari instansi pemerintah/penguna jasa sejumlah 32 orang (kepala dinas setara eselon 2 sebanyak 3 orang, kepala bidang 7 orang, kasub bidang 2 orang, kepala SNVT/KPA 4 orang, PPK/PPTK 9 orang, staf bidang 7 orang), penyedia jasa (direktur utama 4 orang, kepala cabang 1 orang, manager proyek 5 orang, general superintendant 4 orang, site engineering 6 orang, chief enggenering 5 orang dan quality enggenering 3 orang) yang terdiri dari 14 orang kontraktor, dan 14 orang konsultan . Penentuan responden adalah dengan memilih berdasarkan anggapan bahwa responden adalah yang berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan jalan dan mempunyai pengetahuan tentang kontrak konvensional dan PBC.

Dari hasil penyebaran responden diperoleh data berupa input yang dimasukan ke dalam rumusan statistik berupa program SPSS dan Microsoft Exel yang nantinya menghasilkan output tingkat kesiapan penerapan kontrak PBC pada pemeliharaan jalan di propinsi Aceh.

3.3 Analisis reliabilitas

Digunakan analisis reliabilitas berdasarkan Cronbach Alpha. Pengujian dengan menggunakan koefisien Cronbach Akpha harus lebih besar atau sama dengan 0,6 yaitu nilai yang dianggap dapat menguji reliable (handal) tidaknya angket yang digunakan.

Hasil perhitungan reliabilitas dari variable berdasarkan jawaban responden yang menggunakan bentuk penilaian skala likert dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini bahwa variabel tersebut berada diatas nilai Cronbach Alpha 0.6.

Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas

No. Faktor Alpha Jumlah Variabel

1 Indikator Kesiapan Penyedia jasa 0.856 8

2 Indikator Kesiapan Penguna Jasa 0.938 11

3 Indikator Kualitas Personil 0.669 4

4 Indikator Sistem Pengawasan 0.601 6

5 Indikator Sistem Pembayaran 0.749 3

6 Indikator Aspek Payung Hukum 0.802 3

(8)

3.4 Analisa deskriptif

Penelitian deskriptif yaitu membahas pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data dan juga menyajiakan data-data, menganalisis dan menginterpretasikan. Analisa deskriptif aying gambaran nilai tengah (median), nilai yang paling sering muncul (modus) dan nilai rata rata (mean) untuk melihat kecederungan dari hasil angket, kemudian menghitung simpangan baku (standar deviation) untuk melihat variasi hasil dari angket. Tabel 3.3 menjelaskan hasil dari pengolahan data tentang indikator penerapan PBC

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Untuk Indikator Kesiapan Pemerintah

No Indikator Kesiapan Pengguna Jasa Mea

n Median Mode Standar Deviasi

1 Penyiapan Administrasi Prakualifikasi Untuk menyeleksi Kontraktor yang Memiliki

Kemampuan teknis dan keuangan dalam melaksanakan PBC 4.42 5 5 0.787

2 Pembentukan Panitia Tender yang memiliki Kapasbilitas dalam penerapan sistim PBC 4.37 4.50 5 0.736

3 Penyiapan Dokumen kontrak yang mencantumkan standar kinerja jalan untuk

penerapan PBC 4.30 4.00 4 0.696

4 Memberi Kepastian anggaran untuk pekerjaan PBC dalam bentuk kontrak tahun jamak 4.08 4.00 5 0.907

5 Menetapkan lingkup jariangan jalan yang masuk dlam kontrak PBC 4.32 4.00 5 0.833

6 Menetapkan investaris asset besrta data-data yang relevan tentang kondisi jalan 4.27 4.00 4 0.733

7 Menetapkan standar kinerja yang menjadi tolak ukur bagi kontrak PBC 4.38 4.00 5 0.715

8 Membuat perkiraan Biaya 4.73 5.00 5 0.548

Rata-rata 4.358

Indikator Kesiapan Penyedia Jasa Mea

n Median Mode Standar Deviasi

1 Penyedia jasa menerima resiko selama masa kontrak PBC 3.65 4.00 3 0.954

2 Memiliki metodologi (metode dan alat) yang akan digunakan dalam pelaksanaan

pekerjaan 4.03 4.00 4 0.843

3 Penyedia jasa menetapkan prosedur pelaksana pemeliharaan 3.78 4.00 4 0.993

4 Penyedia jasa menggunakan tenaga kerja ahli yang mampu menerima konsep kontrak

PBC 4.00 4.00 4 0.803

5 Penyedia selalu berusah mencapai standar kinerja yang telah disepakati 3.95 4.00 4 0.910

6 Penyedia jasa mengembangkan inovasi baru dalam mencapai indicator kinerja 3,77 4.00 4 0.789

7 Penyedia jasa melakukan pengelolaan keuangan dengan baik untuk menjadi efisien 3.95 4.00 4 0.811

8 Penyedia jasa melakukan investasi peralatan pemeliharaan 3.83 4.00 4 0.717

9 Penyedia jasa menggunakan mutu material yang baik 4.22 4.00 4 0.761

10 Penyedia jasa menggunakan personil dengan kualitas baik untuk mencapai hasil

kinerja yang maksimal 4.20 4.00 4 0.659

11 Pengelolaan manajeman yang baik 4.25 4.00 4 0.704

Rata – rata 3.96

7

Indikator Personil yang terlibat langsung dalam penerapan Kontrak PBC Mea

n Median Mode Standar Deviasi

1 Kualifikasi harus cukup baik dan Tim pelaksana perlu pelatihan mengenai PBC 4.45 4.50 5 0.594

2 Pengamanan dalam pemeliharaan jalan harus cukup trampil 4.30 4.00 4 0.696

3 Struktur organisasi memelukan perubahan pembagain pekerjaan menurut jenis

pekerjaan bukan nilai dari kontrak 4.17 4.00 4 0.785

4 Perlu diadakan pelatihan untuk meningkatakan kualifikasi personil 4.45 5.00 5 0.649

Rata – rata 4.342

Indikator Sistim Pengawasan Mea

n Median Mode Standar Deviasi

1 Pengawasan dari atasan langsung kapan saja diperlukan 4.23 5.00 5 1.250

2 Pengawasan dari pihak proyek rutin atau setiap hari 4.50 5.00 5 0.597

(9)

5 Sistim pengendalian mutu dilakukan kontraktor 4.18 5.00 5 1.242

6 Adanya sanksi atas tidak terpenuhinya kriteria minimum yang ada dalam kontrak 4.60 5.00 5 0.616

Rata – rata 4.389

Indikator Sistim Pembayaran Mea

n Median Mode Standar Deviasi 1 Menggunakan pembayaran dengan lumpsum karena lebih efisien dimana total harga

kontrak telah mengikat untuk masa kontrak 3.70 4.00 4 1.197

2 Pembayaran dilakukan setelah dilakukan pengawasan bulanan 4.35 4.00 4 0.685

3 Reduksi pembayan apabila terdapat ketidak sesuaian dengan standar layanan 4.20 4.00 4 0.798

Rata – rata 4.038

Indikator Aspek aying Hukum Mea

n Median Mode Standar Deviasi

1 Adanya penyesuaian masa kontrak menjadi kontrak tahun jamak 4.12 4.00 4 0.940

2 Adanya peraturan yang mengatur prosedur kontrak PBC 4.83 5.00 5 0.745

3 Adanya paying hokum tentang PBC 4.65 5.00 5 0.659

Rata –rata 4.40

Indikator ketersediaan data Mea

n Median Mode Standar Deviasi 1 Data kondisi perkerasan, drainase, talud, perlengkapan jalan serta kondisi marka jalan 4.62 5.00 5 0.640

2 Data volume lalu lintas 4.47 5.00 5 0.873

3 Data pertumbuhan lalu lintas 4.40 5.00 5 0.867

4 Data histories perkerasan jalan/jembatan 4.30 5.00 5 0.944

Rata –rata 4.446

Dari hasil perhitungan mean dan median terlihat bahwa responden setuju untuk melakukan variabel indikator penerapan kontrak model PBC. Hal ini disebabkan karena sebagian variabel indikator penerapan PBC telah dilakukan pada kontrak yang sedang berlaku sekarang. Tetapi untuk variabel dimana pemerintah dapat memberikan jaminan kepastian anggaran menujukan pendapat yang bervariasi, beberapa responden memberi pendapat bahwa saat ini memang belum ada kepastian anggaran untuk pembangunan infrastruktur. Namun untuk indikator pembentukan panitia tender yang memiliki kapabilitas dalam sistim PBC, menyiapkan dokumen kontrak, menetapkan lingkup jaringan jalan dan menetapkan invetaris asset nilai median dibawah 5 yang berarti pemerintah perlu melakukan pembenahan untuk dapat menberlakukan kontrak PBC.

Dari hasil perhitungan mean dan median terlihat bahwa responden menganggap penyedia jasa kurang siap dengan kontrak PBC, karena beberapa variabel anatara lain resiko yang terlalu besar kemampuan penyedia jasa dalam menetapkan prosedur pelaksanaan, kemampan penyedia jasa dalam mengembangkan inovasi baru dan melakukan investasi peralatan, Hal ini karena adanya fakta dilapangan dimana kemampuan penyedia jasa sangat minim sehingga hasil dilapangan seringkali tidak sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak, tetapi disemua indikator perlu ada pembenahan.

Dari hasil perhitungan nilai median dan mean terlihat bahwa dalam penerapan PBC di propinsi Aceh memerlukan kualifikasi pendidikan staf yang memadai. Kualifikasi perlu dilakukan untuk menperoleh sumber daya manusia yang memenuhi standar kerja dan manpu menerima konsep baru dalam kontrak pemeliharaan jalan dengan sistim PBC.

Selain itu responden menyetujui perlunya pengalaman pemeliharaan jalan yang cukup dalam melaksanakan kontrak PBC. Hal ini untuk menyaring penyedia jasa yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang cukup dalam pemeliharaan jalan sehingga diharapkan dlam pelaksanaan kontrak PBC manpu untuk menyelesaikan permasalahan di lapangan, karena dalam sistim PBC penyedia jasa memiliki hak sepenuhnya untuk menentukan pelaksanaan dilapangan dan mendefinisikan secara mandiri apa yang harus dilakukan dimana melakukannya, bagaimana melakukanya dan kapan melakukanya.

(10)

Perubahan organisiasi dalam pembagian pekerjaan menurut jenisnya merupakan saran yang diberikan oleh beberapa responden namun tentu saja perubahan organisasi ini memerlukan beberapa pembenahan yang berupa budaya kerja, adaptasi sistim PBC melalui beberapa seminar, pelatihan ataupun workshop.

Responden setuju untuk melakukan pengawasan selama masa kontrak pemeliharaan. Pengawasan yang dilakukan meliputi pengawasan dari atasan langsung dan pengawasan rutin oleh dari proyek untuk mengetahui kondisi jalan setiap waktunya. Sedangkan untuk variabel dimana penyedia jasa harus melakukan sistim pengendalian, nilai mean menunjukan perlu melakukan pembenahan dengan menetapkan standar mutu yang di inginkan dan metode maupun bahan yang akan di gunakan. Hal ini merupakan tanggung jawab penyedia jasa sepenuhnya sebagai pelaksana pekerjaan. Untuk ketidaksesuai dengan spesifikasi dalam kontrak responden setuju untuk diberlakukan sanksi kepada penyedia jasa antara lain berupa reduksi pembayaran.

Dari hasil perhitungan mean terlihat bahwa responden ragu-ragu terhadap sistem pembayaran dengan menggunakan Lumpsum. Nilai median menunjukan bahwa perlu ada pembenahan yang harus dilakukan untuk menyiapkan penerapan kontrak PBC.

Dalam melaksanakan sistim pembayaran seperti pada kontrak PBC diperlukan kesiapan dari semua pihak baik pemerintah selaku pemberi kerja yang menginginkan kondisi jalan yang sesuai standar layanan. Penyedia jasa selaku pelaksana pekerjaan yang memiliki resiko cukup besar karena harus menjamin kondisi jalan selalu baik maupun dari pihak pengawas lapangan yang harus transparan dalam menbeikan laporan tentang kondisi dilapangan.

Variabel penilaian terhadap aspek hujum sangat penting karena merupakan payung hukum bagi penerapan kontrak model PBC. Dalam penerapan kontrak PBC diperlukan adanya payung hukum yang dapat dijadikan acuan bagi pelaksanan jalannya kontrak tersebut. Saat ini hukum yang ada belum cukup mengakomodir kontrak berbasis kinerja. Dari nilai median dan mean yang diperoleh menunjukan bahwa perlu dilakukan pembenahan terutama dalam mendapatkan kepastian hukum tentang kontrak berbasis kinerja. Dari perhitungan standar deviasi diperoleh bahwa responden sependapat bahwa dalam penerapan kontrak berbasis kinerja diperlukan adanya payung hukum yang cukup jelas bagi pelaksanaan kontrak tersebut dari nilai standar deviasi diperoleh bahwa diperlukan adanya acuan hukum yang jelas tentang kontrak PBC.

Responden cenderung memerlukan data kondisi eksisting dari struktur perkerasan jalan. Hal ini untuk melihat sejauh mana kerusakan yang terjadi dan menprediksi biaya perbaikan. Data volume lalu lintas dan pertumbuhan lalulintas juga sangat dibutuhkan dalam rangka mendesain kontruksi yang akan dibangun. Sedangkan data historis perkerasan jalan diperlukan bagi pnyedia jasa untuk dapat menprediksikan harga kontrak yang akan di tawar berdasarkan kerusakan jalan yang terjadi.

4. KESIMPULAN

Sebagai hasil dari penelitian, analisa dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kontrak konvensional dibandingkan dengan PBC banyak kekurangannya dari segala aspek, baik aspek administrasi, teknik dan biaya. Sistem PBC sudah banyak penyempurnaan dari kontrak konvensioanal tetapi belum tersosialisasi dan belum bisa diterapkan di Indonesia karena kurangnya sumber daya.

(11)

2. Kesiapan industri penyedia jasa dan dalam penerapan kontrak berbasis kinerja untuk pemeliharaan jalan di Propinsi Aceh relatif belum memadai, hal ini terlihat dengan minimnya pengetahuan tentang kontrak berbasis kinerja dan masih perlu dilakukan pembenahan-pembenahan guna mempersiapkan penerapan kontrak berbasis kinerja.

3. Faktor-faktor pendukung untuk penerapan kontrak berbasis kinerja di Propinsi Aceh perlu dikembangkan dan diterapkan secara maksimal guna menggali potensi dan peluang di dalam penerapan kontrak berbasis kinerja untuk ruas-ruas jalan yang memenuhi persyaratan teknis.

4. Faktor-faktor kendala yang dihadapi dalam penerapan kontrak berbasis kinerja dirasakan masih terlalu besar dengan tingkat resiko yang tinggi sehingga perlu adanya solusi bagi masalah pemeliharaan jalan untuk ruas jalan yang akan dikelola dengan kontrak berbasis kinerja.

5. UCAPAN TERMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Universitas Syiah Kuala, Departemen Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini sesuai dengan surat perjanijian Pelaksanaan Penelitian Dosen Muda Tahun Anggaran 2009 .

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad dan Reini D Wirahadikusumah., 2003., Metode Kontrak Inovatif untuk Peningkatan Kualtas Jalan : Peluang dan Tantangan., Jakarta.

Coder, S. Antony., 1996., Teknik Manajemen Pemeliharaan., Airlangga, Jakarta.

Quiroz, C., (1999)., Contractual Procedures to Involve the Private Sector in Road Maintenace and Rehabilitation, Transport Sector Familiarization Program, The World Bank, Washington, D.c Riduan, 2003, Skala Pengukuran Variabel – Variabel Penelitian., Alfabeta, Bandung.

Stankevich, N., Qureshi, N., dan Queiroz, C., 2005., Performance-Based Contracting for Preservation and improvement of road assets., Washington, D.C. World Bank

Yasin, N, 2004., Mengenal Bentuk-bentuk Kontrak Konstruksi, PT. Gramedia Pustaka Utramas, Jakarta Zietlow, Gunter, Gunter and Bull., 1999., A Performance specified Road Maintenance Contract The

Gambar

Tabel 2.1   Instrumen penelitian
Tabel 2.2  Kriteria Interpretasi Skor
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas
Tabel 3.3   Hasil Perhitungan Untuk Indikator Kesiapan Pemerintah

Referensi

Dokumen terkait

Penanganan risiko diambil dari literatur yang sudah ada, yang dapat meningkatkan kinerja mutu pada pelaksanaan proyek jalan jenis perkerasan lentur, penanganan risiko dilakukan

Untuk mengatasi persoalan di atas Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lembata, melalui Bidang Bina Marga selaku pengguna jasa melakukan upaya untuk meningkatkan kinerja

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) studi pustaka berkaitan dengan pemeliharaan jalan rel, (2) pengumpulan data dari PT KAI Daerah operasi 2 Bandung, dan (3)

Dari hasil analisa data yang didapatkan dari penyebaran kuesioner utama dapat diambil kesimpulan bahwa dari empat kategori resiko yaitu desain dan

Penelitian ini menghasilkan Perancangan Sistem Informasi Pengawasan Kinerja Pemeliharaan jalan berbasis Website dengan menggunakan metode prototype.Perancangan sistem

Di sisi lain, kontraktor menanggung risiko keseluruhan dalam kegagalan inovasi dan manajemen, kesalahan dalam memprediksi kerusakan aset yang ada dikontrak, dan

Penelitian ini adalah memberikan model hubungan risiko dan keterkaitan antar variabel-variabel risiko dominan dari tahap Performance Based Contract oleh kontraktor yang

Tulisan “APLIKASI ADMINISTRASI SISTEM UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PEMELIHARAAN FULL MISSION SIMULATOR F-16A WING – 3 LANUD ISWAHJUDI” ini secara langsung telah merubah konsep