• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2. Landasan Teori. yang empiriris yaitu fungsi agama terhadap masyarakat. Yakni nilai-nilai agama yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 2. Landasan Teori. yang empiriris yaitu fungsi agama terhadap masyarakat. Yakni nilai-nilai agama yang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 2 Landasan Teori

2.1 Teori Agama

Agama dalam pemahaman sosiologi bukan merupakan yang dogmatis melainkan yang empiriris yaitu fungsi agama terhadap masyarakat. Yakni nilai-nilai agama yang difungsikan sebagai tindakan sosial dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Menurut Spranger dalam Henriyansah (2002) menegaskan bahwa agama atau religi adalah suatu keadaan baik intuitif maupun rasional dari pengalaman maupun komunal yang berhubungan dengan nilai kehidupan dengan segala aspek positif dan negatifnya. Yang di maksud dengan agama adalah ketaatan yang terus meningkat dalam menjalankan ajaran agama yang diyakini melalui ibadah dan keimanan kepada Tuhan sebagai kecendrungan bersikap sesuai dengan ajaran agama dan dijadikan sebagai keyakinan pribadi diwujud nyatakan dalam perilaku sehari-hari.

Kebanyakan orang Jepang memeluk agama Budha dan Shinto. Agama Budha dan Shinto telah banyak berperan penting dalam kehidupan spiritual orang Jepang selama berabad-abad. Prinsip agama Budha mengenai pemujaan leluhur membuat agama Budha mudah diterima oleh orang Jepang. Meskipun demikian, agama bagi orang Jepang lebih seperti suatu kebiasaan daripada kepercayaan (Takei,2001:36-37).

Agama bagi orang Jepang adalah sebuah cara untuk menjalani hidup, bukan sebuah kepecayaan atau teori seperti yg terdapat pada agama – agama lain di dunia.

Menurut Robinson (2002), masyarakat Jepang kebanyakan menganut dua kepercayaan yaitu Shinto dan Budha. Agama Budha pertama kali diperkenalkan di

(2)

Jepang oleh orang Korea dan China sekitar abad ke-7 masehi. Kedua kepercayaan tersebut mempunyai dasar kepercayaan yang sama tentang makluk hidup dan dunia. Shinto mempunyai tuhan yang berbeda dengan agama Budha. Dalam Shinto Tuhan disebut dengan Kami. Sedangkan keberadaan Agama Budha selalu dimanifestasikan oleh bermacam-macam dewa.

Ada dua karakteristik agama di Jepang yang bertolak belakang namun keduanya benar. Di satu sisi, orang Jepang sama setianya terhadap ritual tradisi agamanya seperti orang lain di dunia. Di sisi lain, sebagian besar masyarakat tidak pernah menganggap bahwa jika tidak mengunjungi kuil pada saat tahun baru, atau melanggar apa yang diperintahkan oleh agamanya mereka akan dianggap sebagai mushinsha 無神者 (kafir) (Sakaiya : 1993).

Agama merupakan salah satu faktor penting di dalam kehidupan manusia. Setiap negara mengakui eksistensi agama, bahkan ada yang menjadikannya sebagai dasar negara. Orang Jepang biasanya menjadikannya sebagai dasar negara. Dalam Jepang dewasa ini, terdapat penjelasan bahwa agama di Jepang dipandang sebagai hal yang terpisah dengan negara. Hal demikian terdapat dalam undang-undang dasar Jepang pasal 20 yang menyatakan bahwa tidak ada satupun organisasi agama dapat menerima hak istimewa dari negara, dan tidak satupun yang dapat mempunyai wewenang politik apapun. Tidak seorang pun yang dapat dipaksa dalam mengambil bagian dalam keagamaan, perayaan, upacara, atau praktek agama. Negara dan instansinya harus membatasi diri tidak melakukan pendidikan agama atau kegiatan apapun.

(3)

2.2 Teori Ritual

Menurut Bustanudin (2006), ritual adalah kata sifat (adjective) dari rites dan juga ada yang merupakan kata benda. Sebagai kata sifat, ritual adalah segala yang dihubungkan atau disangkutkan dengan upacara keagamaan. Sedangkan sebagai kata benda adalah segala yang bersifat upacara keagamaan. Kepercayaan kepada kesakralan sesuatu yang menuntut ia diperlakukan secara khusus. Maksudnya adalah ada suatu tata cara perlakuan terhadap sesuatu yang di sakralkan. Dalam agama, upacara ritual atau ritus ini biasa dikenal dengan ibadat, kebaktian, berdoa, atau sembahyang. Setiap agama mengajarkan berbagai macam ibadat, doa, dan bacaan-bacaan pada momen-momen tertentu.

Definisi ritual gishiki(儀式)menurut Babylon Online (2007) adalah sebagai berikut : 儀式 ぎ し き は、特定とくていの信仰、信条、宗教によって人間が行う、一定いっていの形式けいしき、ル ールに基もとづいて行う、日常生活にちじょうせいかつでの行為とは異なる特別とくべつな行為。 Terjemahan,

Ritual merupakan pelaksanaan kegiatan berdasarkan aturan atau pola yang ditetapkan sesuai dengan kepercayaan, aturan kepercayaan dan agama yang dianut oleh manusia. Bentuknya tetap berdasarkan kegiatan istimewa yang berbeda dengan tindakan yang biasa dilakukan sehari – hari.

Ritual adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencangkup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistik, kebiasaan, keahlian yang diperoleh bukan karena kretivitasnya sendiri melainkan warisan masa lampau yang didapat melalui pendidikan formal dan informal

(4)

Dalam antropologi, upacara ritual dikenal dengan istilah ritus. Ritus dilakukan ada yang untuk mendapatkan berkah atau rezeki yang banyak dari suatu pekerjaan, seperti upacara sakral ketika akan turun ke sawah, ada untuk menolak bahaya yang telah atau diperkirakan akan datang. Ritus berhubungan dengan kekuatan supernatural dan kesakralan tertentu. Ritual sama dengan ibadah dalam arti sempit. Sedangkan agama pada umumnya tidaklah mengatur cara melaksanakan ritual saja. Ia juga memberikan aturan dan pedoman dalam hubungan dengan sesama manusia dan dengan alam sekitar. Ada tata tertib tertentu harus dilakukan dan ada pula larangan atau pantangan yang harus dihindari yakni taboo. Taboo atau pantangan adalah suatu pelarangan sosial yang kuat terhadap kata, benda, tindakan, atau orang yang dianggap tidak diinginkan oleh suatu kelompok, budaya, atau masyarakat. Pelanggaran taboo biasanya tidak dapat diterima dan dapat dianggap menyerang. Beberapa tindakan atau kebiasaan yang bersifat taboo bahkan dapat dilarang secara hukum dan pelanggarannya dapat menyebabkan pemberian sanksi keras. Taboo dapat juga membuat malu, aib, dan perlakuan kasar dari sekitar.Taboo juga dipakaikan kepada pelanggaran yang sangat prinsipil dalam ajaran suatu agama atau kepercayaan masyarakat seperti zina.

2.3 Konsep Karate

Menurut Hisataka ( 1994 ) arti tradisional dari karate 空手adalah tangan terbang

atau tangan kosong. Kata te 手dapat berarti tangan dan juga teknik atau cara, berasal

dari Okinawa abad ke-14. Arti karate secara harafiah adalah tangan kosong, kara 空

(5)

Menurut Sujoto (2006:13)、karate adalah salah satu ilmu beladiri yang terkenal di dunia. Terdapat banyak sekolah-sekolah karate di dunia. Beberapa dari sekolah itu masih sangat tradisional atau murni bersifat beladiri bukan olahraga, namun di lain pihak sudah menggunakan alat-alat pelindung modern. Karate berasal dari ilmu beladiri kung-fu yang terdapat di China. Lalu pertama kali di perkanalkan di Okinawa pada abad ke-14.

Menurut Oyama (2006:308-309). Dalam karate terdapat beberapa etika atau aturan yang harus dilakukan, yakni : para murid harus selalu menjaga dirinya dan segala perlengkapan latihan seperti baju latihan, pelindung kaki, sarung tinju, dan lain – lain dalam keadaan bersih dan tidak bau serta mengingatkan lainnya melakukan hal serupa. Selama dalam latihan karate para murid harus memfokuskan pada teknik-teknik latihan dan tidak membiarkan pikiran atau mata berkeliaran. Para murid harus menghargai kesetiaan kawan di dojo dan bersikap sportif. Seorang karateka harus sebisa mungkin menghindari diri dari sebuah pertarungan jika bisa diselesaikan tanpa kekerasan. Oleh karena seorang karateka dituntut untuk mampu mengontrol diri dengan baik. Dalam berlatih karate murid-murid yang berlatih harus membantu membersihkan dojo setelah selesai latihan. Secara umum para murid tersebut harus selalu ikut menjaga dojo mereka sebagai tempat yang khusus dan yang disayangi. Para murid harus berusaha dengan sungguh – sungguh bersikap ramah dan menahan diri dalam kehidupan sehari – hari, menjaga sikap tenang, adil dan bermoral dalam melakukan segala hal dan selalu rendah hati.

(6)

1. Shotokan ( 松濤館 ): shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep ichigeki hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.

2. Goju-Ryu ( 剛流 ) : goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas karate di Jepang (setelah masuknya shotokan ke Jepang), aliran goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan. Sehinga goju-ryu menekankan pada latihan sanchin atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular atau berputar serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.

(7)

3. Shito-Ryu ( 糸東流 ) : Aliran shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain kata, terbukti dari banyaknya kata yang diajarkan di aliran shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 kata, lebih banyak dari aliran lain. Sebagai perbandingan, shotokan memiliki 25, wado memiliki 17, goju memiliki 12 kata. Dalam pertarungan, ahli karate shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti goju.

4. Wado-ryu ( 和道流 ) : Wado-ryu adalah aliran karate yang unik karena berakar pada seni beladiri shindo yoshin-ryu jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga wado-ryu selain mengajarkan teknik karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan jujutsu. Didalam pertarungan, ahli wado-ryu menggunakan prinsip jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan JKF (Japan Karatedo Federation), para praktisi wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus jujutsu tersebut.

5. Kyokushin ( 極真 ) : Kyokushin tidak termasuk dalam empat besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun di luar Jepang, serta turut berjasa mempopulerkan karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem budo karate yakni,

(8)

dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact kumite yakni, latih tanding tanpa pelindung. Untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo). Aliran ini juga menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.

Teknik karate terbagi menjadi tiga bagian utama : kihon (teknik dasar), kata (jurus) dan kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat.

2.3.1 Kihon

Menurut Sujoto kihon (基本) きほん, secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi karate harus menguasai kihon dengan baik sebelum mempelajari kata dan kumite. Teknik dasar atau kihon dalam karate adalah sangat penting, terutama bagi seorang pemula. Dari latihan teknik dasar inilah satu langkah demi satu langkah kita menyusun latihan bentuk-bentuk karate lebih lanjut. Walaupun ada sejumlah teknik khusus yang ingin dikuasai oleh mereka yang sudah memahami teknik dasar, teknik lebih lanjut itu baru dapat dimahiri dengan benar setelah teknik-teknik dasar dipelajari tepat dan baik. Kita sering melihat seseorang yang sudah memiliki tingkat lebih tinggi tidak menunjukan bentuk karate yang akurat atau tidak tampak keindahan dalam gerakannya, karena mereka tidak melakukan dengan benar pada awal latihan. Oleh

(9)

sebab itu, berhasil atau tidaknya seseorang mempelajari karate sangat bergantung pada penguasaan latihan kihon (2006:1).

Denyut kehidupan karate adalah kumite atau pertarungan tetapi jiwa kumite adalah kihon. Fukanoshi dalam Oyama Teknik (2006) mengatakan 3 tahun berlatih mengenggam, 3 tahun berlatih berdiri, 3 tahun berlatih pukulan. Setelah berlatih sedikitnya selama 9 tahun baru dapat dikatakan menguasai karate. Setelah 1000 hari latihan baru menjadi pemula dan setelah 10.000 hari latihan baru akan mencapai puncak (Oyama,1:2006).

Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap dan atau sabuk hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.

2.3.2 Kata

Kata (型) かた secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda. Kata yang artinya jurus atau bentuk yang resmi adalah perpaduan dari rangkaian gerak dasar, pukulan - tangkisan - tendangan, menjadi satu kesatuan bentuk yang pasti (resmi). Penguasaan gerak dasar yang baik sangat menunjang dalam pelaksanaan kata. Didalamnya ada gerakan cepat dan gerakan lambat, dimana perpindahan dari gerakan lambat ke gerakan cepat harus dijaga keseimbangannya. Bentuknya berubah-ubah mengikuti irama dari setiap teknik. Ada saat pengerahan tenaga dengan kontrol pernapasan dan pada kesempatan yang tepat tiba-tiba dilontarkan

(10)

tenaga yang dipusatkan pada satu titik. Kalau unsur-unsur ini, yaitu: bentuk, kecepatan waktu, dan kekuatan dapat dipadukan secara serasi, kata baru akan kelihatan indah, hidup dan dikatakan berhasil. Kata secara berirama menggabungkan semua teknik karate, sehingga dapat dinamakan juga tata bahasanya karate. Tata bahasa yang salah tidak dapat mengutarakan maknanya dengan baik, begitu juga dengan kata yang tidak mengikuti aturan-aturan karate tidak ada nilainya (Oyama, 97:2006).

Dalam kata ada yang dinamakan bunkai (分解). Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar kata. Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap kata. Sebagai contoh : kata tekki di aliran shotokan, dikenal dengan nama naihanchi di aliran shito ryu. Sebagai akibatnya bunkai tiap aliran juga berbeda.

Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari jurus, baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan kata pilihan atau kata wajib dalam peraturan pertandingan. Para peserta harus memperagakan kata wajib. Bila lulus, peserta akan mengikuti babak selanjutnya dimana dia dapat memperagakan kata pilhan. Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: kata perorangan dan kata beregu. Kata beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan kata, para peserta diharuskan memperagakan aplikasi dari kata bunkai (分解). Kata beregu dinilai lebih prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.

(11)

2.3.3 Kumite

Kumite (組手) くみて secara harfiah berarti pertemuan tangan. Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas jiyu kumite (自由組手) praktisi mempelajari kumite yang diatur yakusoku kumite (約束組手). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan kumite shiai (組 手試合) atau kumite pertandingan yakni, suatu kumite yang dilakukan di dalam sebuah

pertandingan olahraga karate.

Tujuan belajar karate bukan untuk berkelahi tetapi tanpa melatih teknik perkelahian atau kumite, maka sama saja kita tidak mengenal apa-apa kecuali olahraga karate semata. Untuk dapat menguasai kumite dengan baik, harus dilakukan secara nyata yakni dikenakan langsung. Setelah semua ini dialami dan didapatkan, bukan saja kekuatan fisik, keterampilan teknik kepercayaan diri bertambah, dan kekuatan mental juga bertambah (Oyama, 189:1975).

Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak

(12)

perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.

2.4 Konsep Buddha

Santina (2004) mengatakan bahwa di barat, masyarakat umum memandang Budha dengan suatu citra tertentu, sedangkan dalam komunitas Budhis tradisional ( khususnya orang timur), Budha memiliki citra lain yang benar-benar berbeda.

Donath (2005:9-12) menambahkan bahwa agama Budha menekankan kefanaan semua benda, khayalan, ketidakekalan, dan sifat keakuan ( personal ego ), serta kesamaan dan persaudaraan semua mahkluk. Akan tetapi, bila seseorang mulai melaksanakannya, jalan Budha atau Budha Dharma itu bukanlah hal yang mudah. Ia mencakup latihan dan disiplin pribadi yang keras, memperhatikan segala sesuatu, meditasi, atau perenungan untuk menggugah intuisi, mempraktekan belas kasih yang mendalam terhadap semua mahkluk lain sebagai yang tak terpisah dengan diri kita. Agama Budha tidak berdasarkan keyakinan membuta terhadap apa yang tertulis dalam buku, betapapun suci nya atau terhadap apa yang dikhotbahkan oleh guru, bahkan oleh Sang Budha sendiri tetapi berdasarkan pengertian ( ruas pertama dari “jalan arya beruas delapan” ) yang dicapai oleh seseorang melalui penalaran, mempelajari ajaran dengan kesalehan yang sungguh, meditasi, dan pelaksanaan prinsip dasar etika mengenai keakuan dan kasih sayang. Didalam agama Budha terdapat konsep ajaran ”“jalan arya beruas delapan””.

(13)

2.4.1 Delapan Ruas Jalan Kemuliaan Sang Budha bersabda :

” Di antara semua jalan, maka ’Delapan Ruas Jalan Kemuliaan’ adalah yang terbaik. Di antara semua kesunyataan, maka ’ Empat Kesunyataan Mulia ’ adalah yang terbaik. Diantara semua keadaan, maka keadaan tanpa nafsu adalah yang terbaik; dan diantara semua makhluk hidup, maka orang akan ’melihat’ adalah yang terbaik.”

Delapan ruas jalan kemuliaan yang ditemukan oleh sang Budha adalah salah satu jalan untuk melenyapkan penderitaan dan menuju nirvana ( surga ). Jalan ini menghindari penyiksaan diri yang berlebihan yang mana dapat melemahkan intelektual seseorang dan pemanjaan diri berlebihan yang dapat memperlambat kemajuan spiritual seseorang. Delapan ruas jalan kemuliaan tersebut terdiri dari pandangan benar, pikiran benar, perkataan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar, kesadaraan benar dan konsentrasi benar.

Menurut Sudarman dalam bukunya yang berjudul Menjalani Kehidupan Buddhisme, Confuciusme, dan Taoisme (1998), Delapan ruas jalan kemulian yaitu :

1. Pandangan Benar

Pandangan benar adalah pengetahuan mengenai Empat kesunyataan mulia. Dengan kata lain berusaha memahami diri sendiri sebagaimana adanya. Kata kunci dalam paham Budha adalah pandangan benar. Budha pada umumnya adalah berdasarkan pengetahuan dan bukan berdasarkan suatu kepercayaan yang tidak beralasan. Pandangan benar sangat penting dan merupakan hal utama yang harus kita pelajari lebih dahulu, sebelum mempelajari lebih lanjut ajaran sang Budha. Seperti proses tahapan dalam sekolah, maka pandangan benar dapat disebut kelas SD, kemudian berlanjut kepada hukum sebab akibat yang dapat disebut SLTP, lalu

(14)

pengertian sunyata (kekosongan) yang dapat digolongkan tahap lanjutan atas SLTA, kemudian baru pengembangan prajna ( kebijaksanaan) yang dapat di kategorikan sebagai sarjana lengkap.

2. Pikiran Benar

Pikiran benar terdiri dari tiga ruas, yaitu :

a. Kemauan benar yang dapat diartikan tanpa keserakahan. b. Keputusan benar yang dapat diartikan tanpa kebencian c. Pola pemikiran benar yang dapat diartikan tanpa khayalan.

Keserakahan, kebencian dan khayalan adalah halangan utama atau tiga racun dunia bagi kita dalam menuju pencerahan. Kita harus senantiasa berusaha untuk memelihara pikiran benar, agar bisa mengatasi tiga racun dunia tersebut, sehingga memasuki jalan ke-Budhaan.

3. Perkataan Benar

Perkataan benar adalah sesuatu yang berkaitan dengan mengatakan sesuatu yang tidak benar, tidak mencaci-maki, tidak mengucapkan kata-kata kasar dan kotor. Pepatah umum mengatakan, bahwa ” kuman memasuki tubuh kita melalui mulut, bencana muncul mulut juga.” Oleh karena itu, berbicara dengan hati-hati sangat penting.

4 Perbuatan Benar

Perbuatan benar adalah tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzinah, dan tidak bermabuk-mabukan. Dengan melakukan perbuatan benar akan mengembangkan karakter seseorang, yaitu pengendalian diri, kesadaran akan hak orang lain,dan sikap kerendahan hati.

(15)

5. Mata pencaharian benar

Mata pencaharian benar adalah dimana terdapat lima jenis perdagangan yang harus dihindarkan, yaitu :

1. Berdagang senjata yang mematikan, 2. Berdagang makhluk hidup,

3. Berdagang daging,

4. Berdagang minuman memabukan, 5. Berdagang racun.

6. Usaha benar

Usaha benar terdapat empat ruas, yaitu :

1. Untuk Kejahatan yang tidak muncul, biarlah tidak muncul, 2. Untuk Kejahatan yang muncul, biarlah lenyap,

3. Untuk Kebaikan yang tidak muncul, biarlah tidak muncul, 4. Untuk Kebaikan yang muncul, biarlah berlanjut.

7. Kesadaran Benar

Kesadaran benar adalah untuk menjaga agar kita memusatkan perhatian pada empat dasar kesadaran, yaitu:

1. Tubuh kita kotor dan tidak murni,

2. Seluruh perasaan akan selalu mengakibatkan penderitaan, 3. Pikiran itu tidak kekal,

4. Segala sesuatu bergantung pada yang lain. 8. Konsentrasi Benar

(16)

Konsentrasi benar ialah konsentrasi yang berarti meditasi dengan cara pemusatan pikiran. Meditasi berarti suatu proses latihan yang terus menerus dengan menfokuskan suatu objek utama secara tetap tanpa tergoyahkan. Praktek meditasi yang terus-menerus akan membantu kita dalam mengembangkan konsentrasi pikiran memperoleh kebijaksanaan dan pencerahan.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan penelitian, pengolahan data dan pembahasan tentang hubungan antara pendampingan suami terhadap tingkat kecemasan ibu pada fase aktif kala I proses

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian sistem yang dilakukan, maka penulis dapat menarik kesimpulan yaitu Hasil deteksi dari plasmodium falciparum dengan jumlah data

Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pencapaian penelitian siklus I sudah signifikan. Bila pada perkuliahan selama tiga tahun sebelumnya

Proses manajemen perkuliahan pada Fasilkom Unsri terdapat beberapa masalah seperti pada pengolahan data untuk laporan silabus, satuan acara perkuliahan, absensi dosen,

Meskipun demikian, interval waktu yang singkat atau memberi jarak juru las dengan berhati-hati, seperti pada pengelasan pipa dengan SMAW, dapat memberi panas

Deskriptor diambil berdasar- kan jumlah panelis yang menyatakan bahwa suatu soal diperkirakan mampu dijawab benar oleh siswa minimal lebih dari separoh (1/2) dari

Selain itu, Ahmad et al., (2005) juga menyatakan bahwa bakteri Gram negatif umumnya lebih toleran terhadap pengaruh logam berat dibandingkan bakteri Gram positif

Selain dikembangkan di klub-klub Wushu, dikembangkan juga senam Taiji di klub-klub khusus Taiji yang tidak menekankan pada kompetisi Wushu, misalnya di klub PORPI