• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : penyembuhan robekan perineum, vulva hygiene

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci : penyembuhan robekan perineum, vulva hygiene"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

97

PERBEDAAN PERCEPATAN PENYEMBUHAN ROBEKAN PERINEUM MENGGUNAKAN CHLORHEXITIDINE GLUCONATE DAN TRYCLOSAN

PADA TINDAKAN VULVA HYGIENE DI BPM “S.A” KECAMATAN TUMPANG

Rifzul Maulina

Program Studi Kebidanan Politeknik Kesehatan RS dr.Soepraoen Kesdam V / Brawijaya Malang Email : rifzul_maulina@yahoo.com

ABSTRAK

Pendahuluan Robekan Perineum adalah robekan yang terjadi antara vagina dan rektum. Robekan perineum akan cepat sembuh dengan tindakan vulva hygiene. Vulva hygiene bisa menggunakan chlorhexitidine gluconate ataupun tryclosan. Kandungan chlorhexitidine gluconate yang berperan sebagai dari bakteriocid dan bakteriostatik yang bersifat membunuh dan menghambat pertumbuhan kuman sedangkan kandungan tryclosan berperan sebagai bakteriostatik bersifat menghambat pertumbuhan kuman. Dari kedua antiseptik ini diharapkan bisa menurunkan resiko infeksi sehingga penyembuhan luka cepat terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepatan penyembuhan robekan perineum menggunakan chlorhexitidine gluconate ataupun tryclosan pada tindakan vulva hygiene. Desain penelitian ini menggunakan quasy eksperimental design. Populasi semua ibu nifas yang memenuhi kriteria inklusi di BPM “S.A” dengan sampel berjumlah 20 orang yaitu 10 orang yang diberikan intervensi vulva hygiene menggunakan chlorhexitidine gluconate dan 10 orang yang diberikan intervensi vulva hygiene menggunakan tryclosan dengan menggunakan teknik kuota sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan data dianalisis menggunakan Mann Whitney U Test dengan signifikan α=0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan p

= 0,022 sehingga mempunyai nilai hitung p ≤ 0,05 yang menunjukkan Ho ditoalak artinya terdapat

perbedaan percepatan penyembuhan robekan perineum yang menggunakan chlorhexitidine gluconate ataupun tryclosan. Vulva hygiene menggunkan chlorhexitidine gluconate, keadaan luka lebih cepat sembuh daripada menggunakan tryclosan pada hari ke-7 post partum. Disarankan bagi tenaga kesehatan khusunya bidan untuk selanjutnya melakukan tindakan vulva hygiene menggunakan chlorhexitidine gluconate pada ibu post partum dengan robekan perineum.

Kata kunci : penyembuhan robekan perineum, vulva hygiene

ABSTRACT

The perineum laceration is a laceration that occurs between the vagina and rectum. Perineal lacerations will quickly recover with vulvar hygiene. Vulva hygiene could use chlorhexitidine gluconate or tryclosan. The content chlorhexitidine gluconate which as bacteriostatic and bakteriocid, that is to kill and inhibit the growth of bacteria, while the content of tryclosan act as bacteriostatic is inhibiting the growth of bacteria. From both an antiseptic is expected to decrease the risk of infection and laceration healing occurs rapidly. This study aims to determine the difference healing perineal lacerations using chlorhexitidine gluconate or tryclosan on vulva hygiene. The Design of this study using an quasy experimental design. The population of all postpartum who meet the criteria for inclusion in BPM “SA” with a sample of 20 people which 10 people were given hygiene interventions vulva using chlorhexitidine gluconate and 10 people were given hygiene interventions vulva using tryclosan using accidental sampling technique. The Collecting data using observation sheet and the data were analyzed using the Mann Whitney significant U Test with α = 0.05. The results of this study showed p = 0.022 so as to have the calculated value p ≤ 0.05, which indicates Ho rejected means that there are differences in acceleration of healing perineal lacerations that uses chlorhexitidine gluconate or tryclosan. Vulva hygiene using the chlorhexitidine gluconate, state cuts heal faster than using tryclosan on the 7th

(2)

day post partum. Suggested for health personnel especially midwives for further action vulvar hygiene using chlorhexitidin gluconate in with post partum perineal laceration Keyword : The healing perineum laceration, vulva hygiene

PENDAHULUAN

Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan pada jalan lahir. Perineum akan menjadi kendor karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi. Peregangan tersebut bisa mengakibatkan robekan perineum. Robekan perineum merupakan robekan yang terjadi pada daerah perineum yang terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan berikutnya (Winkjosastro, 2009)Di Indonesia 81% wanita menjalani pertolongan persalinan secara normal dan 15% mengalami luka perineum sedangkan yang mengalami infeksi 5% (Boobak, 2008). Seharusnya infeksi tersebut bisa dicegah salah satunya dengan tindakan vulva hygiene yang benar. Vulva hygiene adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi dan mempercepat penyembyhan luka. Vulva hygiene juga sangat diperlukan untuk mencegah infeksi, memberi kenyamanan, dan meningkatkan penyembuhan. Dengan vulva hygiene juga dapat memperhatikan keadaan perineum ibu. Bila timbul kelainan mak dapat segera dilakukan pengobatan hingga dengan demikian penyembuhan cepat terjadi (Sofie, 2008).

Pasien yang kurang memperhatikan kebersihan pada daerah vulva dan sekitarnya pada saat kontrol keadaan perineum masih oedem, kemerahan dan luka sedikit membuka.

Perawatan robekan perineum yang tidak bersih dan tidak steril pada luka jahitan akan mengakibatkan peradangan atau infeksi. Infeksi tidak segera ditangani maka akan terjadi infeksi endometrium yang menyebabkan gangguan involusi uterus sehingga bisa terjadi perdarahan, lokhea berbau dan demam. Ibu akan sulit mendapatkan kesehatan emosi dan memperlambat memelihara bayinya dengan baik (Huliana, 2013). Kandungan chlorhexidine gluconat yang berperan sebagai bakteriocid dan bakteriostatik yang bersifat membunuh dan menghambat pertumbuhan kuman sedangkan kandungan tryclosan yang berperan sebagai bakteristatik bersifatmenghambat pertumbuhan kuman. Dari kedua antiseptik ini diharapkan bisa menurunkan resiko infeksi sehingga penyembuhan luka dapat terjadi. Berdasarkan data dari BPM “S.A” didapatkan data pada bulan November dan Desember 2015 jumlah persalinan sebanyak 42 ibu yang mengalami robekan perineum sebanyak 15 ibu. Dari ibu yang mengalami robekan oerineum yang mendapat infeksi sebanyak 10%. Diharapkan dengan prosedur vulva hygiene yang baik dan tepat, infeksi tersebut dapat dicegah.

(3)

METODE

Rancangan desain penelitian yang digunakan adalah Quasy Eksperimental

Design. Sampel yang digunakan dal

Eksperimental design bentuk Pre – Post Test Non Randomized . Populasi semua ibu nifas yang memenuhi kriteria inklusi di BPM Sri Anik dengan sampel berjumlah 20 orang yaitu 10 orang yang diberikan intervensi vulva hygiene menggunakan chlorhexitidine gluconate dan 10 orang yang diberikan intervensi vulva hygiene menggunakan tryclosan dengan menggunakan teknik kuota sampling.

Sebelum pelaksanaan tindakan vulva hygiene, dilakukan pengamatan untuk mengetahui keadaan luka dengan melakukan observasi. Pengamatan dilakukan pada hari pertama di BPM Sri Anik. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh asisten bidan dalam tindakan vulva hygiene. Peneliti telah mengajarkan vulva hygiene yang baik dan benar kepada asisten bidan serta telah menyiapkan cairan sesuai protap untuk tindakan vulva hygiene.

Setelah dilakukan pengamatan, responden dilakukan tindakan vulva hygiene 2 kali sehari yaitu pagi dan sore selama 7 hari. Namun, karena keterbatasan tenaga maka peneliti hanya membatasi 2 orang ibu nifas dengan robekan perineum untuk dilakukan tindakan vulva hygiene setiap minggu hingga terkumpul 20 responden.

Peneliti mengobservasi secara langsung keadaan luka pada hari ke 1,3 dan 7. Hasil

observasi pada hari ke 1 tersebut digunakan sebagai data awal sedangkan untuk post test dilakukan pada hari ke 3 dan ke 7. Alat ukur yang digunakan adalah lembar observasi

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Umur Frekuensi Presentase <17 tahun 4 20% 17-35 tahun 10 50% < 35 tahun 6 30%

Tabel 2 Hasil observasi percepatan penyembuhan robekan perineum sesudah dilakukan tindakan vulva hygiene Vulva Hygiene Penyembuhan Robekan Peineum cepat Lambat f % f % Chlorhexidine 9 90 1 10 Tryclosan 5 50 5 50 Mann Whytney U test p = 0,022

Pada tabel 2 menunjukkan 90% vulva hygiene menggunakan chlorhexidine gluconate cepat sembuh pada hari ke 7 sedangkan hanya 50% vulva hygiene menggunakan tryclosan. Berdasarkan uji Mann Whytney U test didapatkan p=0,022 sehingga p<0,05 yang menunjukkan H0 ditolak artinya ada perbedaan percepatan penyembuhan robekan perineum menggunakan chlorhexidine

gluconatedan tryclosan sesudah dilakukan

(4)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% penyembuhan luka robekan perineum tergolong cepat menggunakan Chlorhexidine Gluconate sedangkan 50% pada kelompok vulva hygiene yang menggunakan Tryclosan hanya 50% yang tergolong cepat penyembuhan robekan perineumnya. Dari analisis data menggunakan Mann Whytney U test yang diperoleh peneliti menunjukkan p=0,22 sehingga lebih kecil dari tingkat kemaknaan yang menunjukkan H0 ditolak artinya ada perbedaan percepatan penyembuhan robekan perineum menggunakan Chlorhexidine Gluconate daripada tryclosan.

Chlorhexidine Gluconate adalah suatu sediaan anti mikroba dengan daya pembersih kuat yang paling sering digunakan sebagai antiseptik umum. Chlorhexidine Gluconate mampu membunuh mikroorganisme penyebab infeksi baik bakteri gram positif maupun gram negatif termasuk mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik, spora, bakteri maupun jamur (Wartono, 2008). Chlorhexidine Gluconatejuga bekerja sebagai bakteristik dan bakteritical yaitu membunuh dan menghambat pertumbuhan kuman sehingga mencegah terjadinya infeksi karena jika infeksi terjadi maka akan menggangu proses penyembuhan luka dimana fase inflamasi memanjang, fase proliferasi tidak segera berlangsung. Kuman patogen seperti streptococcus bisa menimbulkan masalah

walaupun jumlahnya sedikit (David, 2010). Kandungan cetrimide yang juga terdapat dalam Chlorhexidine Gluconate yang tidak didapatkan dalam antiseptik lainnya bekerja untuk mengoksidasi enzim untuk respirasi, dimana mikroorganisme mempunyai banyak enzim untuk respirasi yang terdapat pada membran selnya. Apabila ada senyawa cetrimide yang bergabung dengan enzim tersebut akan mengakibatkan kerusakan membran sel dan membunuh mikroorganisme tersebut sehingga jika terdapat kuman di daerah luka maka cetrimide mampu membunuh kuman tersebut. Selain itu cetrimide juga bekerja mengiodinasi asam amino yang sangat penting untuk pembentukan protein, adanya cetrimide akan meracuni sehingga tidak dapat membentuk protein dan akan mengakibatkan mikroorganisme mati. Tapi mekanisme yang kedua ini tidak berlaku untuk tubuh manusia karena tubuh tidak punya banyak protein yang mudah dioksidasi sehingga penggunannya dapat ditoleansi (Watono, 2009)

Tryclosan adalah senyawa organik yang berupa serbuk putih dengan sedikit aroma fenol. Ini adalah senyawa aromatic yang memiliki gugus fungsional mewakiti eter dan fenol. Fenol sering menunjukkan sifat-sifat antibakteri. Tryclosansering ditemukan dalam sabun, deodorant, pasta gigi dan sebagainya. Pada konsentrasi rendah Tryclosan berfungsi sebagai bakteriostatis dan berpengaruh pada bakteri dan sasaran dengan cara menghambat sintesis asam lemak.

(5)

Daya kerja Chlorhexidine Gluconatelebih dalam/kuat daripada daya kerja tryclosa. Konsentrasi Chlorhexidine Gluconate yang terkandung dalam larutan savlon yang telah diencerkan hingga 1 liter adalah 0,15% untuk dapat digunakan sebagai antiseptik sehingga bisa membunuh dan menghambat pertumbuhan kuman sedangkan konsentrasi tryclosan yang terkandung dalam 1 potongan sabun adalah 10% sehingga bisa memberikan efek antimikroba untuk menghambat kuman baik gram postif maupun negatif.

Selain tindakan vulva hygiene lama penyembuhan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor eksternal (lingkungan, tradisi, pengetahuan, sosial ekonomi, penanganan petugas, kondisi ibu, gizi) serta faktor internal (paritas, usia, hemoragi, hipovolemi, personal hygiene, medikasi)

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% penyembuhan luka robekan perineum tergolong cepat menggunakan Chlorhexidine Gluconate sedangkan 50% pada kelompok vulva hygiene yang menggunakan Tryclosan hanya 50% yang tergolong cepat penyembuhan robekan perineumnya. Dari analisis data menggunakan Mann Whytney U test yang diperoleh peneliti menunjukkan p=0,22 sehingga lebih kecil dari tingkat kemaknaan yang menunjukkan H0 ditolak artinya ada perbedaan percepatan penyembuhan robekan perineum

menggunakan Chlorhexidine Gluconate daripada tryclosan.

DAFTAR RUJUKAN

1. Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakrta : Rineka Cipta

2. Bobak. 2008. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

3. Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika

4. Huliana, M. 2007. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta :Puspa Swara

5. Moctar, R. 2010. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

6. Nasir. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

7. Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

8. Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika 9. Perry, P. 2010. Fundamental of nursing :

conseptive, process and practice. Jakarta: EGC

10. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: EGC

11. Smeltzer. 2008. Penyembuhan Luka. Jakarta: Salemba Medika

12. Sofie. 2008. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Universitas Indonesia

13. Sugiyono. 2008. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta

14. Watono. 2010. Luka Bedah. Jogjakarta: Kanisius

Gambar

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu  Umur  Frekuensi  Presentase

Referensi

Dokumen terkait

Kultivar yang unggul dalam perbanyakan melalui stek daun di sini adalah “Hahnii medio picta” karena paling tidak mudah terserang penyakit dan pertumbuhannya

Nilai lightness dari dendeng giling sapi-keluwih cenderung mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya proprosi keluwih yang ditambahkan dan menurunnya

Komponennya antara lain: (1) Kebijakan berwawasan lingkungan serta rencana kegiatan dan anggaran sekolah yang mana diaplikasikan di dalam ruang lingkup sekolah

Sistem pembuangan air kotor adalah sistem pembuangan untuk air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran manusia dari alat

Kebijakan terhadap Campus Sosial Responsibility perguruan tinggi memiliki pengaruh dalam pengembangan UMKM di lingkungan masyarakat sekitar kampus, serta dapat

Penelitian mini ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud tindak tutur berupa lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang terdapat dalam wawancara wartawan RCTI, Putra

Kutipan-kutipan dari Alquran yang berikut ini beserta dengan ringkasan tentang bagaimana kutipan-kutipan tersebut telah mempengaruhi kebijakan Islam yang berlaku sejak abad ke

Charger sering juga disebut Converter adalah suatu rangkaian peralatan listrik yang digunakan untuk mengubah arus listrik bolak balik (Alternating Current, disingkat AC)